Anda di halaman 1dari 47

2.

1 Profil Sanitasi Kabupaten Sidoarjo


2.1.1 Gambaran Umum Sanitasi Kabupaten Sidoarjo
Secara umum kondisi sanitasi Kabupaten Sidoarjo masih harus ditingkatkan. Beberapa
masalah utama terkait dengan kondisi umum sanitasi kabupaten, meliputi:
a. Tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak, serta Gizi Buruk
Beberapa masalah terhadap peningkatan indikator AHH ditunjang karena terbatasnya
pelayanan sanitasi dan pola hidup yang kurang sehat, minimnya pengetahuan akan
kesehatan ibu dan anak dan gizi, belum meratanya kemampuan masyarakat dalam
mengakses fasilitas kesehatan yang layak, terutama bagi masyarakat keluarga miskin,
serta kurangnya tenaga medis dan paramedis. Data BPS Pemkab Sidoarjo
memperlihatkan Angka Harapan Hidup rata-rata mengalami penurunan dari 69,70%
tahun 2008 menjadi 69,34% pada tahun 2009 tetapi rencana target pada tahun 2009
seharusnya Indeks Harapan Hidup turun hingga 68%.
b. Masih tingginya tingkat pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan diakibatkan oleh tidak terkontrolnya pembuangan limbah
rumah tangga dan industri, masih sedikit perusahaan yang memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah yang berfungsi dengan baik, yang berarti juga akan
mendorong timbulnya penyakit endemik antara lain berupa Demam Berdarah, Diare,
penyakit flu burung, penyakit flu babi, bahkan yang terbaru ditemukan adalah
penyakit flu kuda
c. Kurang dan belum meratanya sarana prasarana kesehatan
Kurang dan belum meratanya sarana prasarana kesehatan antara lain berupa tenaga
medis dan paramedis yang masih terbatas baik secara kualitas sesuai dengan
kompetensinya maupun secara kuantitas sesuai dengan jumlah dan cakupan
penyebaranya, bangunan gedung, mobil puskesmas keliling, alat kesehatan dan obat-

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-1
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
obatan, serta terbatasnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku
hidup sehat.

2.1.1.1 Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan sangat dipengaruhi oleh kondisi kemiskinan penduduk. Di
Kabupaten Sidoarjo, terutama di kawasan pedesaan, masih banyak dijumpai permukiman
penduduk miskin, dengan kondisi kesehatan lingkungan yang rendah. Perumahan
swadaya yang tersebar merata di seluruh kabupaten Sidoarjo masih banyak yang belum
memenuhi kualitas layak huni, cenderung tidak tertata dan kurang didukung prasarana
dan sarana yang memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat. Masih terdapat rumah-
rumah yang tidak sesuai dengan kiteria rumah sehat dengan dinding yang semi permanen,
lantai dari tanah dan kepadatan bangunan yang tinggi. Adapun menurut Peraturan
Menpera No.08 PERMEN-M-2007 tentang pedoman pembangunan perumahan swadaya,
rumah layak huni adalah bangunan rumah yang sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas ruang serta kesehatan
penghuninya. Untuk memenuhi luas ruang yang cukup, suatu bangunan rumah minimal 9
m2/jiwa, sedapat mungkin menggunakan standar ideal 12 m2/jiwa, dan ambang batas
terendah 7,2 m2/jiwa.

Kondisi fisik rumah dalam kategori perumahan swadaya bermacam-macam sesuai dengan
kemampuan masyarakat. Masih rendahnya kemampuan para pelaku pembangunan
perumahan, misalnya dalam pemahaman dan ketrampilan konstruksi membangun rumah
menyebabkan kondisi fisik rumah belum memenuhi kualitas layak huni. Permukiman
seperti ini cenderung bertambah luas dan membentuk lingkungan yang kumuh.

Dari hasil pemetaan kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo, jumlah rumah tangga miskin di
kabupaten ini pada tahun 2009 meningkat sebanyak 40,9% bila dibandingkan dengan
jumlah rumahtangga miskin di tahun 2005. Kecamatan Jabon menjadi kecamatan yang
memiliki rumahtangga sasaran (RTS) dengan prosentase tertinggi baik di tahun 2005
maupun di tahun 2009. Sedangkan Kecamatan Waru adalah kecamatan yang memiliki
rumahtangga sasaran (RTS) terendah di tahun 2005 dan tahun 2009 dengan prosentase
yang meningkat.

Berdasarkan jumlah absolute RTS, Kecamatan Taman memiliki RTS terbanyak yaitu
sebesar 4.066 rumahtangga (2005) dan 5.953 rumahtangga (2009). Kecamatan Gedangan
STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO
II-2
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
memiliki jumlah absolute RTS terendah yaitu 1.565 rumahtangga di tahun 2005. Kondisi
tersebut berubah di tahun 2009, Kecamatan Gedangan sudah tidak menjadi kecamatan
dengan jumlah absolute terendah, melainkan Kecamatan Sukodono dengan jumlah 5.953
rumahtangga.

Tabel 2.1. Perbandingan Hasil Pemetaan Kemiskinan Tahun 2005 dan Tahun 2009
Hasil Pemetaan
No Perbandingan
2005 2009
1. Jumlah Rumah tangga 47.877 67.459
miskin
2. Kecamatan yang memiliki Kecamatan Jabon Kecamatan Jabon
RTS prosentase tertinggi (20,96%) (26,17%)
3. Kecamatan yang memiliki Kecamatan Waru Kecamatan Waru
RTS prosentase terendah (4,73%) (6,30%)
4. Kecamatan yang absolute Kecamatan Taman Kecamatan Taman
jumlah RTS terbanyak (4.066 Rumah (5.953 Rumah
Tangga) Tangga)
5. Kecamatan yang absolute Kecamatan Kecamatan
jumlah RTS terendah Gedangan (1.565 Sukodono (2.426
Rumah Tangga) Rumah Tangga)
Sumber: Pemetaan Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan tahun 2009

Jumlah kecamatan yang memiliki prosentase rumahtangga miskin tinggi pada tahun 2009
sebanyak 5 kecamatan. Jumlah ini menurun jika dibandingkan pada tahun 2005 yang
berjumlah 6 kecamatan. Kecamatan yang berubah dari kategori sedang ke kategori tinggi
yaitu Kecamatan Prambon dan sebaliknya kecamatan yang memiliki kondisi rumah
tangga miskin tingkat tinggi berubah menjadi tingkat sedang adalah kecamatan Porong
dan Kecamatan Wonoayu. Untuk lebih detail, berikut ini tabel perbandingan lokasi rumah
tangga miskin di tiap Kecamatan pada tahun 2005 dan tahun 2009 berdasarkan kategori
kemiskinan.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-3
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.2. Perbandingan Lokasi Rumahtangga Miskin di Tiap Kecamatan menurut
Kategori kemiskinan
S
No Kategori Prosentase Lokasi Kecamatan
u Rumahtangga 2005 2009
m Miskin
1.b Rendah 10,96 Waru, Gedangan, Sukodono, Sidoarjo
Sidoarjo, Sukodono, dan Waru
e
Taman, Tanggulangin
r dan Buduran
:
2. Sedang 10,97-18,69 Candi, Krian, Tarik, Tarik, Porong,
Prambon dan Sedati Tanggulangin, Candi,
Wonoayu, Buduran,
Sedati, Gedangan,
A Taman dan Krian

3.p Tinggi 18,70 Porong, Tulangan, Prambon, Krembung,


a Wonoayu, Krembung, Jabon, Tulangan dan
b Balongbendo dan Jabon Balongbendo

i
Sumber: Pemetaan Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan tahun 2009

Apabila ditinjau dari jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Sidoarjo, jumlah


desa/kelurahan yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi sebanyak 143 desa/kelurahan
pada tahun 2009. Jumlah ini meningkat lebih banyak bila dibandingkan dengan data
di tahun 2005. Sedangkan jumlah desa/kelurahan yang termasuk dalam tingkat
kemiskinan sedang sejumlah 143 desa/kelurahan di tahun 2009. Jumlahnya meningkat
10% dari jumlah di tahun 2005. Keadaan sebaliknya terjadi untuk jumlah
desa/kelurahan yang termasuk tingkat kemiskinan rendah telah mengalami penurunan
sekitar 43,22% dari jumlah di tahun 2005. Untuk lebih lanjut dapat dilihat di tabel
perbandingan jumlah desa/kelurahan di tahun 2005 dan tahun 2009.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-4
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.3. Perbandingan Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kategori kemiskinan
Hasil Pemetaan Tahun 2005 dan 2009 per Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo

Jumlah Desa Menurut Kategori Wilayah

No Kecamatan Rendah Sedang Tinggi

2005 2009 2005 2009 2005 2009


1. Sidoarjo 19 12 5 10 0 2
2. Buduran 8 6 3 4 4 5
3. Candi 11 4 7 10 6 10
4. Porong 4 3 5 1 10 15
5. Krembung 1 0 3 3 15 16
6. Tulangan 0 0 13 10 9 12
7. Tanggulangin 3 1 11 11 5 7
8. Jabon 2 0 2 4 11 11
9. Krian 8 1 9 9 5 12
10. Balongbendo 0 0 8 7 12 13
11. Wonoayu 1 0 9 12 13 11
12. Tarik 6 1 13 14 1 5
S13. Prambon 3 0 16 9 1 11
15. Taman 9 7 14 14 1 3
u
16. Waru 17 15 0 2 0 0
m17. Gedangan 12 4 2 9 1 2
S18. Sedati 4 5 4 6 8 5
S19. Sukodono 10 8 6 8 3 3
Jumlah 118 67 130 143 105 143
u
Sumber: Pemetaan Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan tahun 2009

Dengan jumlah penduduk miskin yang cukup besar dan tersebar di semua
kecamatan, pemerintah melalui dinas terkait telah membangun sarana sanitasi umum,
meliputi MCK, sumur bersama serta TPS dan bak-bak sampah, seperti pada tabel
berikut:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-5
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.4. Sarana Sanitasi MCK di Kabupaten Sidoarjo 2009

MCK

MCK umum MCK Rumah Tangga


SNo Kecamatan

u Rusak Rusak
Baik Rusak Baik Rusak
Berat Berat
m
1. Sidoarjo 48 26 10 44851 2065 72
b 2. Buduran N/A N/A N/A N/A N/A N/A
e 3. Candi 14 0 0 29453 0 0
r 4. Porong N/A N/A N/A N/A N/A N/A
5. Krembung N/A N/A N/A N/A N/A N/A
:
6. Tulangan 20 4 3 11293 244 75
7. Tanggulangin 27 11 12 6.659 25 0
I 8. Jabon N/A N/A N/A N/A N/A N/A
n 9. Krian 42 9 10 7.326 388 30
10. Balongbendo 43 11.194
v
11. Wonoayu 6 N/A N/A 2434 N/A N/A
e 12. Tarik N/A N/A N/A N/A N/A N/A
n 13. Prambon 15 10 0 12862 281 0
15. Taman N/A N/A N/A N/A N/A N/A
t
16. Waru N/A N/A N/A N/A N/A N/A
a 17. Gedangan 8 0 0 18634 45 2
r 18. Sedati N/A N/A N/A N/A N/A N/A
i 19. Sukodono N/A N/A N/A N/A N/A N/A

Sumber: Inventaris Data Dasar Perumahan dan Permukiman Kabupaten Sidoarjo


2009

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-6
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.5. Sarana Sanitasi Sampah di Kabupaten Sidoarjo 2009
Vol.
Lubang
No Kecamatan Tong/Bak Gerobak TPS Sampah
sampah
Grbk/hari
1. Sidoarjo 11723 5121 173 25 1442
2. Buduran N/A N/A N/A N/A N/A
3. Candi 5301 0 63 25 38
4. Porong N/A N/A N/A N/A N/A
5. Krembung N/A N/A N/A N/A N/A
6. Tulangan 3345 6104 10 6 2556
7. Tanggulangin 359 4 11 9 3
8. Jabon N/A N/A N/A N/A N/A
9. Krian 798 1.933 20 38 0
10. Balongbendo N/A 16.327 N/A N/A N/A
11. Wonoayu 144 2642 1 0 N/A
12. Tarik N/A N/A N/A N/A N/A
13. Prambon 1247 4102 2 1 N/A
15. Taman N/A N/A N/A N/A N/A
16. Waru N/A N/A N/A N/A N/A
17. Gedangan 3830 720 38 12 63
18. Sedati N/A N/A N/A N/A N/A
19. Sukodono N/A N/A N/A N/A N/A

Sumber: Inventaris Data Dasar Perumahan dan Permukiman Kabupaten Sidoarjo


2009

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-7
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.6. Sarana Sanitasi Air Bersih di Kabupaten Sidoarjo 2009

Sumur pompa
Sumur dalam Sumur Gali
tangan
No Kecamatan
JL KK Jl KK
SR HU Jl yang Jl yang
dilayani dilayani
1. Sidoarjo 7208 519 1723 5406 29398 20060
2. Buduran N/A N/A N/A N/A N/A N/A
3. Candi 0 0 4173 4173 25386 25386
4. Porong N/A N/A N/A N/A N/A N/A
5. Krembung N/A N/A N/A N/A N/A N/A
6. Tulangan 2699 228 16 27 11046 6424
7. Tanggulangin 751 140 308 0 9.355 0
8. Jabon N/A N/A N/A N/A N/A N/A
9. Krian 3.612 5 698 686 2.782 1.347
10. Balongbendo 0 0 3.717 68.014 5.990 19.278
11. Wonoayu 400 0 130 130 3355 3155
12. Tarik N/A N/A N/A N/A N/A N/A
13. Prambon 0 0 48 55 10412 65336
15. Taman N/A N/A N/A N/A N/A N/A
16. Waru N/A N/A N/A N/A N/A N/A
17. Gedangan 0 0 0 0 17304 17304
18. Sedati N/A N/A N/A N/A N/A N/A
19. Sukodono N/A N/A N/A N/A N/A N/A

Sumber: Inventaris Data Dasar Perumahan dan Permukiman Kabupaten Sidoarjo


2009

2.1.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat


Salah satu tantangan Dinas Kesehatan dalam mewujudkan visinya menjadikan Sidoarjo
sebagai kota yang sehat adalah masih rendahnya status kesehatan penduduk miskin.
Status kesehatan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan penduduk
terlihat dari banyaknya penyakit-penyakit menular dan degeneratif yang ditemukan pada
kelompok miskin dan mengancam mereka karena kurangnya pengetahuan, tidak
melakukan pola hidup sehat dan bersih, dan kurangnya akses pada sarana kesehatan.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-8
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Bagian ini akan memaparkan kondisi kesehatan masyarakat dengan memperhatikan
besarnya timbulan penyakit, terutama penyakit menular akibat sanitasi buruk, kodisi pola
hidup masyarakat menyangkut sanitasi, dan jumlah penduduk yang memanfaatkan
fasilitas kesehatan (Puskesmas dan RSUD).

Kondisi kesehatan masyarakat dilihat dari beberapa indikator berikut ini.

A. Angka Kematian Ibu


Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan,
persalinan dan pada masa nifas. Target angka kematian ibu setiap tahunnya sebesar 112
per 100.000 kelahiran hidup. Perkembangan angka kematian ibu tahun 2005 sampai
dengan 2010 di Kabupaten Sidoarjo terlihat pada grafik berikut ini:

Grafik 2.1. Perkembangan Angka Kematian Ibu (per 100.000 Kelahiran Hidup)

Sumber: Dinas Kesehatan, 2010

Realisasi angka kematian ibu melahirkan selama lima tahun mengalami fluktuasi,
terendah pada tahun 2006 yaitu 50,23 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 112,6 per 100.000 kelahiran hidup.

B. Angka Morbiditas
Untuk menilai pelayanan terhadap penanggulangan penyakit menular maka perlu diukur
angka kesakitan beberapa penyakit yang potensial terjadi di Kabupaten. Penyakit tersebut
adalah TB Paru, Demam Berdarah Dengue dan AFP pada anak <15 tahun.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-9
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Angka Kesembuhan TB Paru
Perkembangan angka kesembuhan TB Paru pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar
83,36% setelah pada tahun 2008 yang mengalami penurunan drastis sebesar 81,30%.
Perkembangan angka kesembuhan TB paru tahun 2005-2010 terlihat pada grafik berikut
ini:
Grafik 2.2 Angka Kesembuhan TB Paru

Sumber: Dinas Kesehatan

Target angka kesembuhan TB Paru setiap tahunnya adalah sebesar 85%. Angka
kesembuhan TB Paru (cure rate) di Kabupaten selama tahun 2005-2010 berfluktuasi dan
terdapat dua tahun berturut-turut di bawah target yang ditetapkan yaitu tahun 2006
sebesar 86,8% dan tahun 2007 sebesar 86,2%. Akan tetapi jika dilihat dari angka
kesuksesan TB Paru yaitu persentase penderita TB Paru yang telah selesai pengobatan,
sudah mencapai >85%. Angka kesembuhan dapat dicapai apabila penderita yang sudah
menyelesaikan pengobatan melaksanakan pemeriksaan dahak/sputum pada 1 bulan
sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan sebagai dasar evaluasi.

Angka Kesakitan DBD


Kabupaten merupakan wilayah endemis DBD dimana tingkat penularan DBD sangat
tinggi, yang dipengaruhi antara lain mobilitas penduduk dan kebersihan lingkungan.
Untuk itu upaya pencegahan DBD harus selalu dilakukan melalui peningkatan peran serta
masyarakat dengan Gerakan 3 M Plus (Menguras, menutup dan mengubur serta

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-10
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
mencegah gigitan nyamuk), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) secara berkala serta
upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang pengenalan dini gejala DBD dan
penanganan secara tepat.

Grafik 2.3 Angka Kesakitan DBD per 100.000 Penduduk

Sumber data: Dinas Kesehatan

Angka kesakitan DBD Kabupaten menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan
setelah pernah mencapai puncak siklus empat tahunan (peak season) pada tahun 2006
sebesar 82,52 per 100.000 penduduk, dari tahun 2005 yang hanya 27,54 per 100.000
penduduk. Kemudian berangsur-angsur turun menjadi 61,8 (tahun 2007), 29,69 (tahun
2008), 29,90 per 100.000 penduduk (tahun 2009) dan 39,59 (tahun 2010). Diharapkan
angka kesakitan DBD setiap tahunnya berkurang hingga <55. Perkembangan angka
kesakitan DBD tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik sebelumnya.

Angka Kesakitan AFP (Acute Flaccid Paralysis= Lumpuh Layuh Mendadak)


Target angka kesakitan AFP setiap tahunnya adalah lebih dari dua (>2). Perkembangan
angka kesakitan AFP tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-11
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Grafik 2.4 Angka Kesakitan AFP per 100.000 Penduduk Usia <15 Tahun

Sumber data: Dinas Kesehatan

Angka kesakitan AFP di Kabupaten selama tahun 2005-2010 telah mencapai target
sebesar >2 per 100.000 penduduk usia <15 tahun kecuali pada tahun 2005. Angka
kesakitan AFP tahun 2005 sebesar 1,98 per 100.000 penduduk usia <15 tahun, sedikit di
bawah target yang ditetapkan. Semakin tinggi pencapaian penemuan AFP semakin baik
karena hal ini menunjukkan sistem surveilans berjalan baik.

C. Pasien Puskesmas
Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur jumlah masyarakat yang berobat
ke puskesmas yang ada. Target jumlah penduduk yang memanfaatkan puskesmas
ditetapkan sebesar 65% dari seluruh jumlah penduduk. Persentase penduduk yang
memanfaatkan Puskesmas (visit rate) selama tahun 20052010, sebagaimana yang
terlihat pada grafik menunjukkan tren penurunan tetapi masih memenuhi target yang
ditetapkan sebesar 65%. Penurunan ini menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat yang
semakin baik. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas
menitikberatkan pada pelayanan preventif (pencegahan), promotif, kuratif (pengobatan
dasar) dan rehabilitasi (pemulihan).

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-12
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Grafik 2.5. Perkembangan Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas

Sumber: Dinas Kesehatan

1. Persentase kunjungan rawat jalan


Persentase kunjungan rawat jalan di Puskesmas selama lima tahun berfluktuasi antara
59,52% - 73,25% dari target sebesar 15%.

Grafik 2.6 Perkembangan Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas

Pekembangan Kunjungan Rawat Jalan di


Puskesmas
80
60.11 66.57
Persentase (%)

60 73.25
63.87
59.52
40

20

0
2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dinas Kesehatan

2. Persentase kunjungan rawat inap


Persentase kunjungan rawat inap di Puskesmas Kabupaten selama tahun 2005-2009
berfluktuasi antara 0,9%-3% dari target sebesar 1,5%. Perkembangan prosentase
kunjungan rawat inap di Puskesmas selama lima tahun sebagaimana ditunjukkan pada
grafik.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-13
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Grafik 2.7 Perkembangan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas

Perkembangan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas

3.5
3
3
Persentase (%) 2.5 2.74 2.8
2 1.4
1.5
1 0.9
0.5
0
2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Dinas Kesehatan

D. Pasien RSUD
Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur tingkat animo masyarakat untuk
berobat ke RSUD yang ada. Target nasional untuk jumlah kunjungan ke RSUD sebesar
1,5% dari jumlah penduduk. Target ini sesuai dengan target yang ditetapkan dalam
indikator Indonesia sehat 2010.

Grafik 2.8 Perkembangan Kunjungan Rumah Sakit

Sumber: BLU RSUD Kab. Sidoarjo

Realisasi kunjungan pasien selama lima tahun berfluktuasi yaitu pada tahun 2005-2007
mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2008-2010 mengalami penurunan dari

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-14
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
20,02% pada tahun 2007 mejadi 12,42% pada tahun 2010. Penurunan ini karena pada
tahun 2008 data jumlah penduduk Kabupaten mengalami kenaikan yang sangat tinggi
antara 160.000 hingga 300.000 jiwa. Namun demikian realisasi persentase jumlah
penduduk yang memanfaatkan RSUD jauh melampaui standar nasional yang sebesar
1,5%. Kondisi tersebut tergambar dalam beberapa indikator yang mendukung sebagai
berikut:

1. Jumlah Kunjungan Rawat Inap


Perkembangan jumlah kunjungan rawat inap pada tahun 20052009 di RSUD Kabupaten
terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 2.9 Perkembangan Kunjungan Rawat Inap

Pekembangan Kunjungan Rawat Inap

40,000

30,000

20,000

10,000

-
2005 2006 2007 2008 2009
Kunjungan 30,153 34,743 36,625 38,537 37,711

Sumber: BLU RSUD Kab. Sidoarjo

Realisasi kunjungan rawat inap di RSUD Kabupaten tahun 20052009 dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan karena
pada tahun 2009 RSUD Kabupaten melakukan proses pembangunan pada instalasi rawat
inap sehingga banyak ruangan yang terlikuidasi dan mengurangi daya tampung pasien
rawat inap. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah pasien rawat inap akan meningkat
karena proses pembangunan awal untuk instalasi rawat inap telah selesai sehingga
ruangan-ruangan yang semula terlikuidasi dapat berfungsi kembali.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-15
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
Perkembangan jumlah kunjungan rawat jalan pada tahun 20052009 di RSUD Kabupaten
terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 2.10 Perkembangan Kunjungan Rawat Jalan

Pekembangan Kunjungan Rawat Jalan

300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
-
2005 2006 2007 2008 2009
Kunjungan 239,822 257,956 266,553 274,048 295,866

Sumber: BLU RSUD Kab.

Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di RSUD Kabupaten
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Kabupaten
masih dipercaya masyarakat dalam hal pemberian layanan pengobatan.

3. Bed Ocupancy Rate (BOR)


BOR merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat hunian rumah sakit
dalam kurun waktu tertentu. Tingkat hunian diukur dari penggunaan tempat tidur yang
tersedia. Standar BOR yang ditetapkan untuk setiap rumah sakit sebesar 75% - 85%. Hal
ini untuk menggambarkan ketika tingkat huniannya kurang dari 75% maka rumah sakit
tersebut kurang diminati oleh masyarakat, sedangkan bila lebih dari 85% dikhawatirkan
akan mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan. Realisasi BOR selama tiga tahun
terakhir (2007-2010) mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena bertambahnya
tempat tidur yang pada tahun 2006 sebanyak 396 buah menjadi 475 buah pada tahun
2007.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-16
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Grafik 2.11 Perkembangan BOR RSUD Kab. Sidoarjo

Sumber: BLU RSUD Kab. Sidoarjo

4. Length of Stay (LOS)


LOS merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur ratarata lama waktu pasien
mendapat perawatan. Standar LOS yang ditentukan di seluruh RSUD sebesar 46 hari.
Capaian angka LOS selama lima tahun berfluktuasi dan berada pada kisaran 3,33,8 hari.
Sesuai dengan standar perawatan, angka LOS yang terlalu rendah mengindikasikan
kurangnya kepercayaan masyarakat penerima pelayanan, sedangkan terlalu tingginya
LOS mengindikasikan lambatnya penanganan oleh tenaga medis.

Grafik 2.12 Perkembangan LOS RSUD Kab. Sidoarjo (hari)

Sumber: BLU RSUD Kab. Sidoarjo

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-17
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
5. Turn Over Interval (TOI)
Turn Over Internal adalah indikator yang digunakan untuk mengukur waktu ratarata
tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai
ditempati lagi oleh pasien lain. Waktu interval ini dimaksudkan agar diperoleh waktu
yang cukup untuk mensterilkan bekas tempat tidur pasien lama sebelum digunakan pasien
baru. Sterilisasi tersebut antara lain dilakukan dengan cara mengganti sprei dan menjemur
kasur. Standar yang ditetapkan untuk TOI yaitu 13 hari. Capaian angka TOI selama lima
tahun telah sesuai dengan standar yang ditetapkan, kecuali tahun 2006 yang hanya 0,46
hari. Kondisi yang berada dibawah standar ideal tentunya kurang baik bagi pelayanan
terhadap pasien.

Grafik 2.13 Perkembangan TOI RSUD Kab. Sidoarjo (hari)

Sumber: BLU RSUD Kab. Sidoarjo

6. Net Death Rate (NDR)


Net Death Rate (NDR) merupakan salah satu indikator utama kinerja sebuah rumah sakit.
Meningkatnya nilai NDR merupakan indikasi telah terjadi penurunan kinerja yang
berakibat pada menurunmya kualitas atau mutu pelayanan di rumah sakit tersebut. NDR
pada RSUD Kabupaten berada di bawah standar yang ditetapkan BLUD yaitu <2,5%.
Pada tahun 2008-2010 angka NDR mengalami kenaikan yang disebabkan oleh faktor pre
hospital yaitu banyak pasien datang dalam kondisi terlambat untuk ditangani atau parah.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-18
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Grafik 2.14. Perkembangan NDR RSUD Kab. Sidoarjo

Sumber: BLU RSUD Kab. Sidoarjo

2.1.1.3 Kuantitas dan kualitas air


(Memuat data-data tentang kuantitas dan kualitas air minum terutama dari PDAM)
Standar pemenuhan kualitas air sungai berdasarkan PP No. 82/2001 tentang pengendalian
pencemaran air. Dalam peraturan tersebut diatur tentang kualitas air sungai yang dibagi
menjadi 4 kelas berdasarkan peruntukannya. Realisasi pemenuhan baku mutu air sungai
yang dicapai pada tahun 2005-2009 tampak pada table 2 berikut:

Tabel 2.7 Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Air Sungai


Parameter Satuan 2005 2006 2007 2008 2009
- pH - 7,2 7,0 7,0 7 7

- BOD (mg/lt) mg/lt 5,8 6,5 7 6 98

- COD (mg/lt) mg/lt 12 13 5 13 274

- TSS (mg/lt) mg/lt 260 376 454 576 495

- Detergen 112 115 118 110 105

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Berdasarkan parameter kualitas air, beberapa daerah Kabupaten Sidoarjo mempunyai


parameter yang melebihi baku mutu air minum, seperti kadar kandungan Daya Hantar
Listrik, Natrium, Klorida, Sulfat dan Zat Padat Terlarut. Menurut RTRW Kabupaten

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-19
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Sidoarjo 2009-2029, adanya kandungan kimia yang melebihi baku mutu diduga karena
adanya pencemaran dari semburan lumpur yang berasal dari sekitar Sumur Banjar Panji
1. Pencemaran air tanah dangkal hanya terjadi sampai jarak kurang lebih 1 Km sebelah
barat dari pusat semburan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan daerah-daerah yang
mempunyai kualitas air yang melebihi baku mutu air minum dan besaran kandungannya:

Tabel 2.8. Kualitas Air Melebihi Baku Mutu Air Minum

DHL Na+ Cl- SO-4 TDS


Lokasi
(s/cm) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)

Desa Buncitan
5270 1200 1569,5 338,8 3424
Kec.Kalianyar

Desa Gempolsari
3200 660 1037,9 86,5 2080
Kec.Tanggulangin

Aliran Lumpur Pusat


30.000 8400 12891,3 25,2 19500
Semburan Kec.Porong

Sumber: RTRW Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029

2.1.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga


Prasarana pengolahan limbah di Kabupaten Sidoarjo perlu perhatian yang lebih. Ada 2
jenis limbah berdasarkan asalnya yaitu; limbah domestik dan limbah yang berasal dari
kegiatan industri. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari buangan rumah
tangga yang berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian. Sistem
pembuangan limbah yang terdapat di wilayah ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu;
sistem buangan rumah tangga biasanya langsung dibuang atau dialirkan ke sungai atau
saluran pematusan. Sedangkan untuk pemukiman yang terdapat di pusat kota sebagian
sudah menggunakan sistem septick tank.

2.1.1.5 Limbah Padat (Sampah)


Indikator tonase sampah yang terangkut ke TPA menggambarkan jumlah sampah yang
berhasil ditangani Pemerintah Kabupaten melalui SKPD terkait. Dengan semakin
banyaknya jumlah sampah yang tertangani berarti polusi yang diakibatkan oleh sampah
semakin berkurang yaitu sampah yang dibuang ke sembarang tempat oleh masyarakat
semakin berkurang sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya banjir khususnya
di wilayah padat penduduk.
STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO
II-20
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.1.6 Drainase Lingkungan
Sebagai wilayah yang secara umum dapat dikategorikan sebagai dataran rendah dan
merupakan wilayah sungai, Kabupaten Sidoarjo sangat rentan terhadap banjir. Wilayah
yang rentan banjir adalah wilayah di kanan-kiri sungai, khususnya pada musim
penghujan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar fungsi sungai di Kabupaten Sidoarjo
sebagai saluran irigasi sekaligus saluran pematusan. Kawasan yang sering mengalami
banjir atau genangan terbanyak adalah di wilayah Kota Sidoarjo dan Kecamatan Waru,
serta daerah pemukiman baru yang memang sarana drainasenya belum memadahi.
Disamping itu pada daerah hilir sungai atau sebelah Timur Jalan Raya Surabaya Sidorjo
Porong dan antara Jalan Tol dengan Jalan Raya sering terjadi genangan. Beberapa daerah
yang rawan dan sering terkena banjir/genangan antara lain pada kawasan perkotaan Bluru
Kidul, Rangka, Gebang, Kemiri, Suko dan daerah lainya di luar kota Sidoarjo.

Terjadinya genangan air atau banjir disuatu daerah, dapat dijadikan indikasi/tolok ukur
darikualitas dan kuantitas sistem drainase yang ada di daerah tersebut. Semakin banyak
jumlah titik genangan, semakin luas dan semakin tinggi genangan yang terjadi,
menunjukan kinerja dari sistem drainase yang buruk. Oleh sebab itu, tolok ukur
keberhasilan dalam penanganan banjir dilihat dari pengurangan jumlah, luas, tinggi dan
lama genangan banjir. Saat ini, telah dilakukan berbagai upaya dalam pengurangan
jumlah, luas, tinggi dan lama genangan banjir, antara lain dengan pembangunan rumah
pompa, perlindungan sempadan sungai.

Berdasarkan alasan terjadinya banjir, ada tiga macam banjir yang terjadi di Kabupaten
Sidoarjo yaitu banjir karena hujan, banjir periodik dan banjir karena air pasang. Daerah
yang banjir dikarenakan hujan berlokasi di 13 Kecamatan. Banjir Periodik berada di 5
Kecamatan yaitu Kecamatan Porong, Kecamatan Krembung, Kecamatan Jabon,
Kecamatan Taman dan Kecamatan Sedati. Ada 4 Kecamatan yang mengalami banjir
karena air pasang, yaitu di Kecamatan Buduran, Kecamatan Jabon, Kecamatan Waru dan
Kecamatan Sedati.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-21
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.9 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Berdasarkan Kondisi Air Tahun 2009
(Ha)
Daerah Banjir Kedalaman
Daerah
No Kecamatan Sesudah Air Air Tanah
Asin Periodik
Hujan Pasang 0-5 m
1. Sidoarjo 4.063,62 308,14 - - 6.256,00
2. Buduran 1.822,50 17,50 - 701,75 4.102,50
3. Candi 667,25 491,30 - - 4.066,75
4. Porong - 14,26 75,50 - 2982,25
5. Krembung - 17 12 - 2.955,00
6. Tulangan - 48 - - 3120,50
7. Tanggulangin 640,75 21,25 - - 3.229,00
8. Jabon 4.080,75 216,05 27 456 8.099,75
9. Krian - 265,75 - - 3.250,00
10. Balongbendo - 30 - - 3.140,00
11. Wonoayu - 71,50 - - 3.392,00
12. Tarik - 8,75 - - 3.606,00
13. Prambon - 64,25 - - 3.422,50
14. Taman - - 108 - 3.153,50
15. Waru 740,50 - - 740,50 3.032,00
16. Gedangan 195,75 - - - 2.405,75
17. Sedati 4.101,57 - 387,90 120,30 7.943,00
18. Sukodono - - - - 3.267,75
Total 16.312,69 1.573,75 610,40 2.018,55 71.424,25
Sumber: Kabupaten Sidoarjo dalam Angka tahun 2008

2.1.1.7 Pencemaran Udara


Pemantauan kualitas udara di Kabupaten dilakukan pada lokasi padat lalu lintas dan
lokasi industri berpotensi pencemaran. Pemenuhan baku mutu udara diuji pada 5 lokasi
yang padat lalu lintas. Masing-masing pengujian dilakukan terhadap 7 parameter yaitu
kadar CO, NO2, SO2, O3, NH3, debu dan Pb. Target pemenuhan baku mutu udara di
lokasi yang padat lalu lintas ini didasarkan pada SK. Gubernur Jawa Timur No. 129/1999.
Target pemenuhan baku mutu udara di lokasi yang padat lalu lintas ditetapkan untuk CO
sebesar 2260m/m, NO2 sebesar 92,5 m/m, SO2 sebesar 220 m/m, O3 sebesar 200
m/m, NH3 sebesar 1360 m/m, debu sebesar 260 m/m, dan Pb sebesar 9,26 m/m.
Realisasi pemenuhan baku mutu udara dilokasi padat lalu lintas yang dicapai pada tahun
2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-22
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.10. Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Udara
Parameter Satuan Standar 2005 2006 2007 2008 2009
- CO ( g/m3) g/m3 4,3 4,5 5,1 5,3 0,02
- NO2 ( g/m3) g/m3 0,0205 0,021 0,0215 0,0221 0,05
- SO2 ( g/m3) g/m3 0,001 0,0015 0,002 0,004 0,001
- O3 ( g/m3) g/m3 - - - - -
- NH3 ( g/m3) g/m3 - - - - -
- Debu
( g/m3) g/m3 0,1853 0,1945 0,2153 0,2653 0,08
- Pb ( g/m3) g/m3 - - - - -
Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Pemenuhan baku mutu udara di lokasi industri berpotensi pencemaran dilakukan dengan
pengujian terhadap 5 parameter yaitu: CO, NO2, SO2, debu dan H2S. Realisasi
pemenuhan baku mutu udara dilokasi industri berpotensi pencemaran yang dicapai pada
tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.11.Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Udara Lokasi Industri


Parameter Satuan Standar 2005 2006 2007 2008 2009
- CO ( g/m3) g/m3 1,01 1,015 1,02 1,03 1,05
- NO2 ( g/m3) g/m3 0,005 0,0065 0,0075 0,009 0,0092
- SO2 ( g/m3) g/m3 0,0021 0,00215 0,00218 0,0022 0,00225
- Debu
( g/m3) g/m3 0,31 0,311 0,312 0,3136 0,3135
- H2S ( g/m3) g/m3 0,01 0,011 0,0115 0,0117 0,0119
Sumber: Badan Lingkungan Hidup

2.1.1.8 Limbah Industri


Limbah industri berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi; limbah cair, limbah
pencemar udara, polusi suara,dan limbah berat B-3.Limbah cair mempunyai
karakteristik/kualitas air limbah yang dihasilkan oleh industri sangat bergantung dari jenis
industri dan proses produksi yang dilakukan, dimana setiap jenis industri mempunyai
karakteristik atau kualitas air limbah tertentu. Sistem pengolahan air limbah di wilayah
perencanaan adalah dengan cara dikumpulkan kemudian diangkut ke instalasi pengolahan
air limbah.Limbah pencemar udara terjadi di daerah industri dimana ada beberapa industri
berat yaitu industri-industri logam yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara,
khususnya oleh CO2, Nox, SO2, CH4, serta O3.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-23
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Sebagai salah satu upaya pelestarian kualitas lingkungan hidup, maka bagi kegiatan
industri yang menghasilkan limbah diwajibkan untuk melakukan pengelolaan limbah
sebelum dibuang ke perairan umum. Syarat tersebut dicantumkan dalam Undang-undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 Bab V pasal 16. Untuk wilayah Jawa Timur,
kualitas air limbah industri harus sesuai dengan baku mutu air limbah industri dan
kegiatan lainnya yang ditetapkan dalam SK Gubernur No. 45/2002.

Kualitas air limbah untuk industri besar rata-rata sudah memenuhi baku mutu limbah cair
yang dipersyaratkan. Hal ini dikarenakan pada industri besar telah memiliki kesadaran
internal yang cukup tinggi.

2.1.1.9 Limbah Medis


Pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit ini diuji pada satu rumah sakit yaitu
Rumah Sakit Tulangan dengan TT diatas 50. Pengujian dilakukan terhadap 10 parameter
yaitu: pH, BOD, COD, TSS, NH3, PO4, deterjen, Phenol, Cl bebas dan Coli tinja.
Pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit ini didasarkan pada SK. Gubernur Jawa
Timur No. 61/1999 tentang standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit di
Provinsi Jawa Timur. Standar baku mutu air untuk pH sebesar 6-9, Cl bebas sebesar 0,5,
NH3 sebesar 0,1, BOD sebesar 30mg/lt, COD sebesar 80 mg/lt, deterjen sebesar 0,5,
Phenol sebesar 0,01, PO4 sebesar 2, TSS sebesar 30 mg/lt dan coli tinja sebesar 4.000.
Realisasi pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit yang dicapai pada tahun 2005-
2009 dapat dilihat pada table berikut ini:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-24
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.12 Perkembangan Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit

Parameter Satuan Standar 2005 2006 2007 2008 2009


S
- pH - 6-9 7,2 7 7 7 7
-u BOD
(mg/lt)
m mg/lt 30 1905 905 879 657 545
- COD
b
(mg/lt) mg/lt 80 3887 2887 2575 1287 1087
e
- TSS
r
(mg/lt) mg/lt 30 1730 1540 1230 787 687
-: NH3 mg/lt 0,1 0,3 0,1 0,1 0,1 0,1
- PO4 mg/lt 2 1,0662 1,0002 0,9662 0,6420 0,5662
- Detergen mg/lt 0,5 0,3226 0,0226 0,0126 0,0226 0,0326
B
- Phenol mg/lt 0,01 <0.0029 <0.0029 <0.0029 <0.0029 <0.0029
-a Cl bebas mg/lt 0,5 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
-d Coli tinja 4000 100000 70000 65000 45000 40000

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir secara keseluruhan baku mutu air
limbah RS selama lima tahun terakhir melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan.
Hanya sebagian parameter yang memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan yaitu pH,
NH3, PO4, detergen, phenol dan CI bebas. Tidak terpenuhinya standar baku mutu
tersebut disebabkan karena masih banyak rumah sakit yang belum memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memenuhi kaidah teknis yaitu masih mengunakan
teknologi septic tank.

2.1.2. Pengelolaan Limbah Cair


Pemantauan kualitas air limbah dilakukan terhadap semua kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Potensi dampak yang
ditimbulkan berupa limbah cair tersebut dilakukan pengujian kualitasnya setelah
dilakukan pengolahan di Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Indikator Pemenuhan
baku mutu air dibedakan menjadi 3, yaitu pemenuhan baku mutu air limbah rumah sakit,
air sungai dan air limbah industri besar.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-25
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.2.1 Aspek Institusional
Masalah limbah cair ditangani oleh Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
yang memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah
permukiman. Dinas Cipta Karya bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas
Kesehatan dalam menangani limbah industri dan rumah sakit.

2.1.2.2. Cakupan Pelayanan


Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang
terdiri dari atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,
dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah
tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah
permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare,
thypus, kolera dan lain-lain.

2.1.2.3. Aspek Teknis dan Teknologi


Dalam menangani limbah domestik, yaitu limbah yang berasal dari buangan rumah
tangga yang berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian, secara umum
yang dilakukan di Kabupaten Sidoarjo dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sistem
buangan rumah tangga biasanya langsung dibuang atau dialirkan ke sungai atau saluran
pematusan. Sedangkan untuk permukiman yang terdapat di pusat kota sebagian sudah
menggunakan sistem septick tank.

2.1.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)


Realisasi tonase sampah yang terangkut ke TPA yang dicapai pada tahun 2009 sebesar
827 ton, meningkat 243 ton (41,61%) dibanding tahun 2005 yang sebesar 584 ton.
Perkembangan sampah yang tertangani selama tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat
dilihat dalam grafik berikut ini:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-26
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Grafik 2.15. Perkembangan Tonase Sampah yang Terangkut ke TPA

Perkembangan tonase sampah yang terangkut ke TPA


1000
800
600
400
200
0
2005 2006 2007 2008 2009
Ton 584 636 788 887 827

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Pada grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 2009 tonase sampah yang berhasil diangkut
ke TPA mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu:
Pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat
Komposting oleh masyarakat
Pembakaran sampah di incinerator
Hambatan kemacetan lalu lintas jalan raya Porong

2.1.3.2. Aspek Institusional

Pengelolaan sampah di Kabupaten Sidoarjo dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan


Pertamanan Sidoarjo, dimana volume sampah Kabupaten Sidoarjo dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, baik sampah yang berasal dari pasar, perkampungan, perumahan
dan kegiatan lainnya.

2.1.3.3 Cakupan Pelayanan


Pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Sidoarjo melayani 234.264
orang atau 15% dari jumla penduduk total, dengan jumlah sampah yang terangkut 554
m3/hari atau 17% dari jumlah sampah total. Jumlah tersebut dilakukan oleh tenaga kerja
pengelola sampah sebanyak 454 orang dengan rincian; pasukan kuning sebanyak 378
orang, sopir angkutan 21 orang, kru angkutan 48 orang, dan operator incenerator 9 orang.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-27
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah sampah yang terangkut ke TPA
adalah dengan menambah jumlah sarana dan prasarana pengelolaan sampah seperti truk,
gerobak sampah, TPS dan penambahan TPA. Sedangkan untuk meningkatkan peran serta
masyarakat diadakan program 3R yaitu reduce, reuse dan recycle
Guna mengurangi beban timbunan sampah di TPA Jabon Pemerintah Kabupaten dalam
hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi akan
membangun lagi tempat pengelolaan sampah mandiri di Desa Prasung Kecamatan
Buduran dan Desa Tanggulangin Kecamatan Tanggulangin serta melanjutkan upaya
peningkatan pembuatan pupuk kompos oleh masyarakat baik secara kelompok maupun
individu rumah tangga.
Volume sampah Kabupaten Sidoarjo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik
sampah yang berasal dari pasar, perkampungan, perumahan dan kegiatan lainnya.
Sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Bareng Krajan, Kecamatan
Krian yang merupakan TPA unit I, di Kecamatan Tarik, dan TPA Kalisogo Jabon (TPA
unit II). Selain itu juga terdapat utilitas lain, yaitu:
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yaitu 76 unit yang tersebar di 10 kecamatan
yaitu : Sidoarjo, Buduran, Candi, Porong, Tanggulangin, Sedati, Waru, Gedangan,
Taman dan Krian.
Prasarana lainnya adalah 2 unit incenerator, yaitu di Pasar Krian dan Jl. Dr. Sutomo
dan 1 unit Komposter Percontohan di Ds. Janti Kecamatan Waru.

Tabel 2.13. TPA Sampah di Kabupaten Sidoarjo


No TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Luas (m2)
TPA Yang Masih Dimanfaatkan
1 Ds. Barengkrajan, Krian 24.625
2 Ds. Kupang, Jabon 29.356
3 Ds. Tambak Kalisogo, Jabon 22.635
Total Luas 76.616
TPA Yang Tidak Dimanfaatkan
4 Ds. Bulu Sidokare, Sidoarjo 23.000
5 Ds. Bluru Kidul, Sidoarjo 20.000
6 Ds. Ngelom, Taman 20.064
7 Ds. Candi Pari, Porong 20.000
Total Luas 83.064
Sumber: Masterplan Pengendalian SDA dan Lingkungan Hidup Kab. Sidoarjo, 2007

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-28
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.4 Pengelolaan Drainase
Untuk pelayanan prasarana saluran pematusan dan irigasi, berdasarkan data dari RTRW
Kabupaten Sidoarjo, sistem drainase Sidoarjo mempunyai luasan sebesar 703.98 km2.
Daerah ini dibatasi oleh Kali Surabaya, Kali Perbatasan di bagian utara dan Kali Porong
dan Saluran Bangil Tak di bagian selatan. Di daerah bagian timur dan utara terutama yang
berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, berkembang menjadi permukiman, lahan
komersil dan industri.

2.1.4.1. Aspek Institusional


Untuk mengatasi genangan khususnya untuk wilayah permukiman akan dilakukan
koordinasi antara Dinas Cipta Karya dengan Dinas pengairan dalam hal menyalurkan
saluran irigasi dengan saluran pengairan yang ada sehingga air yang tergenang dapat
tersalurkan ke daerah resapan air.

2.1.4.2. Cakupan Pelayanan


Luas daerah genangan banjir di Kabupaten Sidoarjo secara umum mengalami penurunan
khususnya untuk daerah genangan banjir di areal pertanian. Sedangkan untuk wilayah
permukiman, areal banjir mengalami peningkatan.

Grafik 2.16. Perkembangan Daerah Genangan Banjir

Sumber: Dinas pengairan dan Dinas Cipta Karya

Ditinjau dari daerah genangan (daerah banjir) menunjukkan bahwa di Kabupaten Sidoarjo
sebelah Barat pada umumnya tidak pernah tergenang, hal ini disebabkan karena wilayah
Barat merupakan daerah yang relatif lebih tinggi dibanding daerah lain. Sedangkan

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-29
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
wilayah Tengah merupakan daerah yang jarang tergenang. Daerah yang drainasenya
tergenang periodik dan tergenang terus menerus lokasinya tersebar sporadis di daerah
pesisir Timur Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan sistem irigasi di Kabupaten Sidoarjo
dikenal dengan nama Sistem Irigasi Delta Brantas. Luas total dari system irigasi ini pada
tahun 1971 adalah 32.360 Ha dan semakin berkurang akibat berubahnya lahan pertanian
menjadi kawasan permukiman atau industri. Sistem irigasi ini memperoleh suplai air
irigasi dari Kali Brantas melalui pengauran elevasi permukiman air Dam Lengkong Baru.
Lokasi dan luasan daerah genangan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.14. Luas dan Lokasi Daerah Genangan

No Lokasi 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 820
Pertanian 2.093,00 1.815,00 1.615,00 1.223,00 1.021,00
2 560
Permukiman 697,28 1.493,90 1.767,17 1.767,77 1.916,68
1.380
Jumlah 2.790,28 3.308,90 3.382,17 2.990,77 2.937,68

2.1.4.3. Aspek Teknis dan Operasional


Untuk daerah perdesaan dan pertanian, sistem drainase diatur sesuai sistem drainase yang
ada pada irigasi. Kondisi draianase di Kabupaten Sidoarjo pada umumnya cukup baik.
Pengklasifikasian kondisi drainase dibagi menjadi 3 :
drainase dengan kondisi baik, bila permukaan tanah tergenang antara 1-3 bulan.
drainase dengan kondisi sedang, bila permukaan tanah tergenang antara 3-6 bulan.
drainase dengan kondisi jelek, bila permukaan tanah tergenang terus-menerus lebih
dari 6 bulan.

Saluran pematusan di Kabupaten Sidoarjo memanfaatkan sungai yang ada sebanyak 54


sungai termasuk Kali Surabaya dan Kali Porong, dan sebagian saluran Campuran yaitu
saluran irigasi yang berfungsi ganda sebagai saluran pembuang. Khusus daerah kota dan
perumahan-perumahan yang baru, sistem pematusan yang ada menggunakan saluran
kota/drainase jalan yang selanjutnya dimasukkan pada saluran pembuang kota atau
langsung menuju sungai terdekat yang masih dapat sebagai buangan. Untuk daerah
pedesaan dan pertanian, sistem pematusan diatur sesuai sistem drainase yang ada di
irigasi. Kondisi drainase di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada umumnya cukup baik.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-30
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Karena permukaan tanah tergenang hanya dalam kurun waktu 1-3 bulan. Permukaan
tanah tergenang yang terjadi tidak secara terus menerus lebih dari 6 bulan.

Secara garis besar system irigasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Luas daerah irigasi : 32. 360 Ha (tahun 1971)
Kebutuhan air maksimum :61 m3/dt
Saluran primer dan debit maksimum. Saluran Mangetan : 35,070 m3/dt Saluran
Porong : 23.935 m3/dt
Elevasi permukaan air tertinggi. Di depan pintu intake Mangetan dan Porong : +17.70
SHVP. Di depan Dam Lengkong baru : +17.90 SHVP

Pemberian air irigasi pada sistem irigasi ini dilakukan dengan cara rotasi yang dikenal
dengan sistem golongan yang disebabkan oleh ketidakcukupan pasokan air untuk
memenuhi semua kebutuhan air irigasi secara bersamaan. Seperti dijelaskan sebelumnya
bahwa kebutuhan air irigasi tidak dapat dicukupi untuk semua lahan dalam waktu yang
sama sehingga dilakukan rotasi. Namun keinginan petani untuk terpenuhi kebutuhan air
secara terus menerus sangat besar sehingga dilakukan pengambilan air di saluran drainase
dengan cara membuat bendung-bendung di saluran drainase untuk menaikan elevasi
permukaan air sehingga dapat dialirkan ke sawah secara grafitasi maupun dipompa.
Adanya bendung-bendung di dalam saluran drainase akan menghambat aliran ketika
mengalir debit banjir. Akibatnya air dalam saluran meluap ke lahan di kanan- kirinya dan
air hujan yang jatuh di lahan tidak dapat mengalir ke saluran drainase.

2.1.5. Penyediaan Air Bersih


Ketersediaan air bersih di Kabupaten Sidoarjo diperoleh dari PDAM , air bawah tanah
dan sumur. Sumber air PDAM diperoleh dari dua sumber, yang pertama berasal dari
Sumber Umbulan untuk jaringan utama di sisi jalan arteri primer dan kedua berasal dari
pengolahan air sungai Magetan untuk jaringan sekunder. Sedangkan untuk daerah-daerah
yang belum terlayani oleh jaringan tersebut, air bersihnya diperoleh dari sumur. Untuk
kegiatan industri selain menggunakan jaringan air bersih dari PDAM juga mengadalkan
pengeboran air bawah tanah.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-31
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.5.1. Landasan Hukum/ Legal Operasional
Salah satu permasalahan penting yang menjadi tanggung jawab Pemerintah dipertegas
dengan peraturan pemerintah tentang pengembangan sistem penyediaan air minum karena
air minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus dipenuhi, karena jika
tidak akan mengganggu kelangsungan hidup manusia.

2.1.5.2. Cakupan Pelayanan


Jumlah pelanggan PDAM Delta Tirta Sidoarjo sampai dengan Bulan September Tahun
2007 adalah 75.805 unit dengan pelayanan sistem distribusi pipa. Kebutuhan air adalah
jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia dan kegiatan
lainnya yang memerlukan air. Sedangkan untuk memprediksikan kebutuhan air diperoleh
dengan mengacu pada kriteria berikut ini:

Tabel 2.15. Alokasi Standart Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Kategori Daerah
UNIT KONSUMSI AIR
KATEGORI DAERAH JUMLAH PENDUDUK
(LTR/ORG/HARI)
I Kota Metropolitan >1.000.000 120
II Kota Besar 500.000-1.000.000 100
III Kota Sedang 100.000-500.000 90
IV Kota Kecil 20.000-100.000 60
V Ibu Kota 3.000-20.000 45
Kecamatan
Sumber : Standart PU

Distribusi jaringan air bersih di Kabupaten tahun 2001 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-32
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Tabel 2.16. Perkembangan Jaringan Air Bersih Di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2001

Debit Air(lt/detik) Melayani


No. Uraian Diperoleh Dari
Terpasang Operasi Kebutuhan
1.Keca. Porong
Air bersih dari 2.Kec. Tanggulangin
Beli air bersih
sumber Ambulan- 3.Kec. Sidoarjo
1. 166 dari PDAM
Pasuruan dan 4.Kec.Buduran
Kodya Surabaya
Tamenan-Pandaan 5.Kec.Gedangan
6.Kec.Waru
Instalasi
Penjernihan Air
(IPA) di :
1.Kec.Krian
a. Desa
2.Kec.Waru Dari sungai
Tawangsari 350 275
3.Kec.Taman Pelayaran
Kec.Taman
4.Kec.Sedati
1.Perum Pondok
Candra
b. Desa
2.Wisma Tropodo Dari Sungai Afv.
TambakSumur 60 25
3.Perum Merpati Buntung
Kec.Waru
4.Sebagian
2.
Kec.Sedati
1.Perum TNI Al Dari Sungai
c. Desa Pepe 2.Sebagian Afv.Jomblong
60 30
Kec.Sedati Kec.Sedati dan Mangetan
Kanal
d. Kelurahan
Sebagian Dari Sungai
Porong 20 18
Kec.Porong Kanal Porong
Kec.Porong
1.Perum Bumi Citra
e. Desa Siwalan
Fajar Dari Sungai Afv.
Panji 65 30
2.Perum Graha Buduran/Sumber
Kec.Buduran
Kuncara
Instalasi
Penjernihan Air
Bawah Tanah di :
1.Kec.Wonoayu
3. a. Desa Wonoayu
100 60 2.Sebagian
Kec.Wonoayu Dari air bawah
Kec.Sidoarjo
tanah
b. Desa Kenongo 1.Kec.Tulangan
10 7
Kec.Tulangan 2.Kec.Tanggulangin
Sumber: PDAM Kabupaten Sidoarjo

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-33
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.5.3. Aspek Teknis dan Operasional
Produksi air bersih oleh PDAM di Kabupaten Sidoarjo pada data tahun 2000 hingga
tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan jumlah pelanggan
PDAM tiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Produksi air bersih PDAM yang
terjual sangat signifikan dan selalu meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah
produksi air 29.299.037 M3 dan jumlah yang terjual 19.173.726 M3. Jumlah ini
meningkat pada tahun 2009 dengan jumlah produksi air 30.002.559 M3 dan jumlah yang
terjual 20.102.551 M3.

Dalam upaya penyediaan dan pelayanan air bersih di Kabupaten Sidoarjo, PDAM
mengambil air bersih dari:
1. PDAM Surabaya di UmbulanPasuruan, Taman-Pandaan. Untuk masuk ke Kota
Surabaya jalur pipa dilewatkan melalui Kabupaten Sidoarjo dapat membeli air bersih
tersebut dengan debit sebesar 166 liter/detik dan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
digunakan untuk melayani kebutuhan penduduk di sekitar Jalan Propinsi Waru
Porong.

2. Air Sungai. Untuk mengambil air dari sungai digunakan instalasi penjernihan
airsungai di beberapa tempat antara lain:
Kali Porong dengan debit 40 liter/detik.
Kali Pelayaran dengan debit 550 liter/detik.
Afvoer Jomblong dengan debit 30 liter/detik.
Afvoer Buntung dengan debit 120 liter/detik.
Afvoer Buduran dengan debit 75 liter/detik.
Kali Purboyo dengan debit 90 liter/detik.

Dari Instalasi penjernihan sungaisungai tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan


air bersih pada wilayah yang belum dapat terjangkau oleh air bersih dari Umbulan atau
Taman.

3. Air Permukaan
Sumber air baku dari Ar Permukaan yang dimanfaatkan adalah :
IPA Sedati dari Afoer Jomblong
IPA Siwalan Panji dari Afoer Buduran
IPA Porong dari Kanal Porong
STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO
II-34
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
IPA yang dikelola/Pembelian dari Mitra Swasta:
IPA PT. Taman Tirta Sisoarjo dari Sungai Pelayaran
IPA PT. Hanarinda Tirta Birawa dari Sungai Pelayaran

4. Air Tanah
IPA Wonoayu dari Air Bawah Tanah di Desa Wonoayu
IPA Tulangan dari Air Bawah Tanah di Desa Tulangan

Masing-masing sebanyak 1 (satu) unit. Kapasitas sumur produksi berkisar antara 20


lt/det 40 lt/det. Kualitas sumur produksi Wonoayu kurang baik sehingga
memerlukan pengolahan.

5. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi penduduk yang berasal dari sebelah Barat
Kabupaten Sidoarjo, dibuat sumur bor di Kecamatan Krian, Wonoayu, Tulangan dan
Tanggulangin. Setelah dijernihkan air bersih tersebut disalurkan ke Kecamatan Krian,
Balongbendo, Prambon, Wonoayu, Tulangan, Tanggulangin dan sebagian Kecamatan
Sidoarjo. Air bawah tanah lain yang tercatat adalah digunakan oleh industri baik
industri besar maupun oleh industri rumah tangga. Kebutuhan air bersih di Kabupaten
Sidoarjo antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan pertanian. Kebutuhan
air bersih untuk Kabupaten Sidoarjo sampai saat ini masih belum mencukupi, hal ini
dikarenakan perkembangan perusahaan-perusahaan dan perkembangan penduduk
yang berdomisili di Kabupaten Sidoarjo sangat cepat.

Adapun persebaran jaringan air bersih di wilayah Kabupaten Sidoarjo terdapat pada:
a. Jalur utara Krian sampai Desa Kedungwonokerto, Desa Jerukgamping, dan Desa
Sidomaju.
b. Dari Desa Sidomulyo, mengikuti jaringan jalan di perbatasan yang melewati
desa Tapel, Pertapan Maduretno, Tanjungsari, Krembangan, Tawangsari,
Ngelom, Wonocolo dan Ketangan.
c. Jalur jalan arteri primer kearah barat menuju Kabupaten Mojokerto, yaitu pada
Kecamatan Taman sampai Desa Sidorejo.
d. Kecamatan Waru, Sedati, Gedangan dan Sidoarjo, pada seluruh jalan kolektor
primer.
e. Pada jaringan jalan dari Kota Sidoarjo sampai Kecamatan Wonoayu dan Candi.
f. Pada jalan Arteri primer Surabaya Malang.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-35
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.5.4. Permasalahan
Pada tahun 2000 PDAM kehilangan air sebanyak 8.869.490 M3, sedangkan tahun 2006
PDAM kehilangan air sebanyak 11.331.228M3. Mulai tahun 2007 produksi air bersih
PDAM yang hilang tiap tahunnya mulai mengalami penurunan. Pada tahun 2007 PDAM
kehilangan air sebanyak 11.086.406 M3, sedangkan tahun 2008 PDAM kehilangan air
sebanyak 10.983.990 M3. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 2.17 Produksi Air Bersih Oleh PDAM Kabupaten Sidoarjo Tahun 2000- 2006
Produksi Air Air Terjual
Tahun 3 Kehilangan Air (M3) Pelanggan
(M ) (M3)
2000 20.364.919 11.495.429 8.869.490 38.057
2001 22.308.713 12.405.579 9.903.134 46.029
2002 23.308.713 13.359.137 9.669.824 49.533
2003 21.621.354 14.140.649 8.139.233 52.159
2004 25.028.452 15.188.676 9.839.776 57.323
2005 27.336.930 16.250.524 11.086.406 65.399
2006 29.083.768 17.752.540 11.331.228 71.870
Sumber: Kabupaten Sidoarjo dalam Angka Tahun 2007

2.1.6. Komponen Sanitasi Lainnya


2.1.6.1. Penanganan Limbah Industri
Limbah industri berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah
pencemar udara, polusi suara, dan limbah berat B-3. Di Kabupaten Sidoarjo terdapat
beberapa daerah industri dimana ada beberapa industri berat yaitu industri-industri logam
yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara, khususnya oleh CO2, Nox, SO2, CH4,
serta O3. Kawasan industri yang dikembangkan telah diharuskan untuk memiliki sarana
pengolahan limbah industri. Karakteristik/kualitas air limbah yang dihasilkan oleh
industri di Kabupaten Sidoarjo sangat bergantung dari jenis industri dan proses produksi
yang dilakukan, dimana setiap jenis industri mempunyai karakteristik atau kualitas air
limbah tertentu.

Selain yang berada di kawasan indutri estate, di Sidoarjo juga terdapat industri yang
berkembang di kawasan industri yang berkembang terutama di sekitar jalur arteri primer.
Sebagian besar industri tersebut telah menggunakan sistem pengolahan air limbah adalah
dengan cara dikumpulkan kemudian diangkut ke instalasi pengolahan air limbah.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-36
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.6.2. Kampanye PHBS
Kondisi sanitasi kawasan tidak terlepas dari sejauh mana pola hidup bersih dan sehat
yang dilakukan masyarakat. Prasarana, sarana dan utilitas yang ada, pada dapat
diumpamakan sebagai perangkat keras, sedangkan perilaku masyarakat adalah perangkat
lunaknya. Kedua perangkat ini harus dapat berjalan bersama untuk terciptanya
lingkungan yang layak dan sehat. Selain itu, pola hidup sehat juga harus dilakukan oleh
seluruh masyarakat, tidak terbatas lokasi permukiman, batas administrasi, kelas/golongan,
usia dll, karena lingkungan permukiman yang kotor/buruk dapat mempengaruhi
lingkungan sekitarnya yang kondisinya baik.

Peran serta masyarakat Kabupaten Sidoarjo dalam rangka mendukung pola hidup bersih
dan sehat masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya presentase masyarakat
yang merokok di dalam rumah/ruang/ tempat umum, rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif dan cakupan penimbangan bagi dan balita setiap bulan.

Mengingat pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
melalui Dinas Kesehatan, menetapkan peningkatan pola hidup bersih dan sehat sebagai
salah satu dari tujuan untuk mencapai visi Terwujudnya Sidoarjo Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan.

Sidoarjo sehat yaitu kondisi dimana individu, keluarga, masyarakat Kabupaten Sidoarjo
tidak mengalami gannguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit, lingkungan
dan perilaku yang tidak mendukung yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-
hari, baik secara jasmani, rohani dan sosial.

Mandiri adalah kondisi masyarakat yang mempu mengembangkan potensi diri dan
sumberdaya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat tanpa bergantung dari
pihak luar. Pada tataran masyarakat, mandiri berarti masyarakat mampu mencukupi
kebutuhan dalam bidang kesehatan dengan layak. Sedangkan pada tataran pemerintah
daerah, mandiri adalah mampu membiayai pembangunannya dengan mengandalkan
kekuatan kemampuan daearh tanpa harus bergantung dari luar.

Berkeadilan adalah terwujudnya pembangunan pelayanan kesehatan yang merata,


dilakukan oleh masyarakat secara aktif yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat Kabupaten Sidoarjo.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-37
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Untuk mencapai visi tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo telah
menetapkan misi yang hendak dicapai dalam waktu lima tahun kedepan, yaitu:
1. Meningkatkan pemberdayaan kesehatan masayarakat
2. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

Untuk jangka menengah, dalam rangka mewujudkan misi tersebut diatas, Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo menetapkan tujuan strategis, yaitu terselenggaranya
pembangunan kesehatan oleh semua potensi, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah secara berhasil guna dan berdayaguna, adil, merata dan berkesinambungan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan
strategis ini ditetapkan untuk mencapai sasaran yang dapat diukur.

Salah satu tujuan strategis yang hendak dicapai, yaitu memberdayakan individu, keluarga
dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
serta mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dengan
sasaran meningkatkan pengetahuan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian.

Ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan
strategis, yaitu:
a. Cakupan desa siaga aktif dari 40% menjadi 80%
b. Cakupan Rumah tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari 65% menjadi 70%.
c. Cakupan Posyandu Purnama Mandiri (PURI) dari 46% menjadi 52%.

Tujuan strategis ini hendak dicapai untuk mewujudkan misi pertama yaitu Meningkatkan
pemberdayaan kesehatan masyarakat. Adapun strategi yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan strategis ini adalah dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
swasta dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor,
dengan kebijakan yang dilakukan meliputi:
a. Peningkatan upaya promosi kesehatan
b. Meningkatkan mobilitas masyrakat melalui advokasi, kemitraan dan pengembangan
UKBM
c. Meningkatkan keterpaduan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-38
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.1.7. Pembiayaan Sanitasi Kota
Ketergantungan masyarakat Kabupaten Sidoarjo masih sangat tinggi pada pemerintah
dalam hal pembiayaan kesehatan. Sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) masih belum terlaksana dan berjalan dengan baik. Kondisi ini dipengaruhi antara
lain oleh kebijakan yangberganti setiap tahun. Dilain sisi pembiayaan kesehatan oleh
pemerintah belum tergali dengan optimal, karena pembiayaan kesehatan dari berbagai
lintas sektor yang belum jelas.

Realisasi pendapatan daerah selama tahun 2006 2009 sebesar Rp.4.648.318.663.160,79


atau tercapai 105,22% dari anggaran. Sedangkan perkembangan selama lima tahun
pendapatan daerah meningkat secara progresif rata rata setiap tahunnya sebesar 16,12%.
Perkembangan Pendapatan Daerah
Grafik 2.17. Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 2005-2010
Tahun 2005 - 2010

1.600.000,00

1.400.000,00

1.200.000,00

1.000.000,00
Jutaan

800.000,00

600.000,00

400.000,00

200.000,00

-
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan 724.038,78 980.840,59 1.077.820,40 1.180.657,95 1.408.999,72 1.445.669,54

Sumber: Perhitungan APBD tahun 2006 - 2009 dan APBD Tahun 2010, DPPKAD
Kab Sidoarjo.

Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 tahun 2007 telah merubah arah kebijakan umum belanja daerah dengan
sistem anggaran kinerja sehingga komponen-komponen belanja daerah disusun
berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangan kondisi dan kemampuan
daerah termasuk pula dengan mempertimbangkan kinerja dalam tahun berjalan.Kebijakan
belanja daerah merupakan refleksi dari kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat secara efektif dan efisien serta menunjukkan respon pemerintah
daerah untuk menangkap secara jeli penggunaan alokasi belanja daerah serta

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-39
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
kontribusinya bagi pembangunan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan daerah, Adapun
Kebijakan belanja adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan ketentuan-ketentuan pengelolaan keuangan negara yang diwajibkan,
yang dibatasi maupun yang dilarang.
2. Peningkatan sinergitas dan keterpaduan antara dokumen perencanaan pembangunan
daerah dengan proses dan mekanisme penganggaran daerah.
3. Transparansi penyusunan dan pemanfaatan APBD yang memperhatikan skala
prioritas dan memtimbangkan aspirasi dan melibatkan masyarakat
4. Menyediakan anggaran pendamping dan anggaran penunjang bagi pelaksanaan
bantuan program, baik yang berasal dari pemerintah propinsi, pemerintah pusat,
maupun dari pihak lainnya sesuai ketetuan yang dipersyaratkan.
5. Optimalisasi pemanfaatan dana perimbangan, dan dekonsentrasi, serta sumber dana
lain dari pemerintah pusat.
6. Peningkatan kualitas SDM aparatur pengelola keuangan dan pengelola anggaran
daerah.

Komponen pengeluaran belanja daerah terdiri dari :

1. Belanja Operasi, antara lain Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Bunga,
Belanja Subsidi, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial.
2. Belanja Modal, antara lain Belanja Tanah; Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja
Gedung dan Bangunan; Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan; Belanja Aset Tetap
lainnya; dan Belanja Aset Lainnya.
3. Transfer ke Desa/Kelurahan, antara lain Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Retribusi, Bagi
Hasil Pendapatan Lainnya.
4. Belanja Tak Terduga.

Berdasarkan arah pengelolaan pendapatan dan belanja daerah maka kebijakan umum
anggaran yang akan ditempuh pemerintah Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :
1. Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya
untuk memobilisasi sumber-sumber pendapatan daerah yang muncul sebagai akibat
peningkatan aktifitas ekonomi serta dari adanya berbagai program investasi yang
telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya. Kebijakan pendapatan daerah
khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah pada periode tahun 2011-2015 agar

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-40
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
diupayakan ada peningkatan dengan tetap menjaga penciptaan iklim yang kondusif
bagi pengembangan dunia usaha, sehingga keberadaannya diharapkan dapat
mewujudkan stabilitas fiskal daerah khususnya dalam memberikan ketersediaan
sumber pembiayaan dalam menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
2. Kebijakan belanja daerah pada periode 2011-2015 adalah peningkatan komposisi
dari belanja langsung setiap tahunnya serta peningkatan alokasi anggaran lebih
diarahkan untuk pembiayaan program-progran pembangunan yang mengarah pada
upaya meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Dan dalam
mengalokasikan anggaran harus mengacu pada norma dan prinsip anggaran yaitu
Transparansi dan Akuntabilitas, Disiplin Anggaran serta Keadilan Anggaran serta
Efisiensi dan efektifitas anggaran.
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran; Menyajikan informasi secara terbuka
dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi; tujuan, sasaran, kebijakan,
program, fungsi dan sumber pendanaan serta korelasi antara besaran anggaran
dengan hasil dan manfaat yang ingin dicapai dari suatu kegiatan. Sehingga
penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran dilakukan secara
transparan dan akuntabel.
b. Disiplin Anggaran;
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
penerimaan; dan
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah harus dianggarkan dalam
APBD melalui rekening Kas Umum Daerah.
c. Keadilan anggaran; Tidak adanya diskriminasi penetapan tarif dalam pungutan
yang diberlakukan pada masyarakat, sedangkan dalam konteks belanja harus
mengalokasikan belanja daerah secara adil dan merata tanpa diskriminasi.
d. Efisiensi dan efektifitas anggaran; Untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektifitas anggaran harus ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan
manfaat, serta indikator prestasi kerja. Selain itu penetapan harga satuan yang
rasional. Sesuai dengan pendekatan prestasi kerja yang digunakan dalam

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-41
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
penyusunan APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan
dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai.
3. Usulan program, kegiatan dan anggaran dinilai tingkat kewajarannya melalui
akselerasi dan sinkronisasi program bersama stakeholders. Penilaian kewajaran
meliputi :
a. Kesesuaian tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam mendukung terwujudnya
visi daerah;
b. Kaitan logis antara permasalahan yang akan diselesaikan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dengan prioritas program dan kegiatan yang
diusulkan;
c. Kapasitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melaksanakan
kegiatan dalam pencapaian kinerja yang diinginkan; dan
d. Keselarasan dan keterpaduan kegiatan dari masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) sehingga memberikan manfaat dampak positif bagi
masyarakat.
e. Usulan program dan kegiatan tersebut di atas disesuaikan dengan kemampuan
keuangan daerah.
4. Kebijakan umum anggaran RPJMD Kabupaten Sidoarjo Tahun 2006-2011
diarahkan dalam 3 fungsi utama yaitu Fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi
stabilisasi
a. Fungsi alokasi yaitu penganggaran untuk kegiatan pembangunan yang tidak
mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena bersifat public services
seperti penanganan prasarana dasar, penyediaan infrastruktur;
b. Fungsi distribusi yaitu penganggaran diarahkan untuk pemerataan, keadilan
sosial dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan
masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya, dan
c. Fungsi stabilisasi yaitu penganggaran diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-42
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
2.2 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan sanitasi
Kabupaten Sidoarjo dalam rangka mencapai visi misi kabupaten. Visi misi kabupaten dan
visi misi sanitasi ditunjukkan pada Tabel
Visi Misi Kabupaten Sidoarjo Visi Misi Sanitasi
Visi: Visi:
Mencapai Sidoarjo Sejahhtera, Mandiri Bersama Mewujudkan Sidoarjo yang
dan Berkeadilan Sehat dengan Sistem Pengelolaan Sanitasi
yang Ramah Lingkungan
Misi: Misi:
1. Meningkatkan kualitas Sumberdaya 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Manusia untuk mewujudkan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat
masyarakat yang memiliki daya saing (PHBS).
dalam menghadapi tantangan global. 2. Menyelenggarakan pengelolaan
2. Menumbuh kembangkan potensi sampah berbasis masyarakat (private
sektor industri, perdagangan, dan public sector) secara 3R (reduce,
pariwisata, pertanian, perikanan, reuse, dan recycle) yang efektif dan
UMKM dan Koperasi secara efisien.
optimal yang berwawasan 3. Mewujudkan pengelolaan air limbah
lingkungan guna meningkatkan yang memenuhi standard kesehatan
taraf hidup masyarakat. menggunakan pendekatan partisipatif
3. Meningkatkan tatanan kehidupan baik di bidang industry maupun
masyarakat yang berkepribadian, pemukiman.
beriman serta dapat memelihara 4. Menyelenggarakan pengelolaan
kerukunan, ketentraman dan drainase yang berkualitas dan
ketertiban. memadai.
4. Mendorong peran serta masyarakat 5. Meningkatkan fasilitas dan akses
dalam pembangunan yang layanan kesehatan, air bersih dan
berkelanjutan dengan prinsip sanitasi.
pembangunan berbasis masyarakat
dan kesetaraan gender.
5. Meningkatkan profesionalisme
aparatur untuk mencapai pelayanan

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-43
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
prima.
6. Mendorong tumbuh kembangnya
iklim investasi untuk mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat.
7. Meningkatkan kualitas dan
pelestarian lingkungan hidup yang
berkelanjutan.
8. Menumbuhkan iklim demokrasi yang
sehat, santun serta menjunjung tinggi
norma dan etika masyarakat.

Catatan: Misi Kabupaten nomor 2, Menumbuh kembangkan potensi sektor industri,


perdagangan, pariwisata, pertanian, perikanan, UMKM dan Koperasi secara optimal
yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan misi
nomor 7, Meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup yang
berkelanjutan, sangat terkait dengan komitmen pembangunan sanitasi sebagaimana yang
ada dalam visi misi sanitasi.

2.3 Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kabupaten 2011-2015


2.3.1 Kebijakan Umum
Kebijakan sanitasi secara umum lebih didasarkan pada kegiatan fisik sektor sanitasi
beserta sarana dan prasarana pengelolaannya, dan juga perilaku masyarakat baik
individu maupun kelompok seperti yang tertuang di bawah ini:
1. Pembangunan Sarana dan Prasarana Sanitasi;
Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sanitasi dan perubahan perilaku
masyarakat, sesuai dengan PP No. 65 Tahun 2005, tentang SPM ketentuan tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperolehsetiap warga secara minimum
meliputi jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintah.
2. Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap pola hidup sehat dan bersih;
Menjadikan sanitasi sebagai kebutuhan pokok masyarakat, untuk itu diperlukan
kampanye perilaku hidup bersih dan sehat secara terus menerus dan
berkesinambungan. Informasi yang mudah diakses, mudah dimengerti dan dirancang
STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO
II-44
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
dengan baik serta kampanye peningkatan kesadaran pada isu yang spesifik seperti
penanganan kotoran anak, cuci tangan pakai sabun (CTPS), kebersihan toilet dan
pengolahan limbah dalam rumah tangga akan dimasukkan dalam strategi sanitasi
kota. Memperbaiki teknologi sebagai solusi teknis tak akan berarti bila perilaku yang
tak layak tidak berubah.
3. Pelaksanaan partisipasi pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menciptakan
lingkungan yang sehat;
Peningkatan partisipasi masyarakat (LSM, organisasi berbasis masyarakat) dan pihak
swasta dan pengarusutamaan jender dalam perencanaan dan pembangunan sanitasi
serta melibatkan masyarakat miskin secara aktif dalam proses pengambilan
keputusan.

2.3.2 Strategi Sektor Sanitasi

2.4 Sasaran Umum dan Arahan Tahapan Pencapaian

Sasaran umum dari kerangka kerja SSK ini mengacu pada sasaran terukur yang
tertuang dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Nasional 2010
2014, RPJMD Kabupaten Sidoarjo 2011 2015, dan sasaran dalam pencapaian
MDGs 2015.

Sasaran yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


2010 2014 diarahkan pada upaya mengatasi tiga sasaran terkait pembangunan
sanitasi melalui Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yaitu :

Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABs), baik di perkotaan maupun di


perdesaan dengan target yang akan di tentukan kemudian sesuai dengan Renstra
Sanitasi tahun 2010-2014 masing-masing departemen/lembaga di pusat.
Pengurangan timbunan sampah dari sumbernya atau 3R (reduce, reuse, recycle)
dan penanganan sampah yang berwawasan lingkungan seperti penerapan sistem
sanitary lanfill untuk TPA, serta teknologi lain yang aman.
Pengurangan genangan di 100 kota/kabupaten rawan genangan seluas 22.500
hektar.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-45
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Sasaran yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Sidoarjo 2011 2015 adalah :
1. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat
2. Peningkatan tingkat kesehatan masyarakat
3. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat
4. Peningkatan produktivitas sumber daya manusia
5. Peningkatan daya saing sektor UMKM dan koperasi
6. Peningkatan pertumbuhan sektor industri, perdagangan, jasa, dan pertanian
berbasis agrobis.
7. Terwujudnya masyarakat beriman dan berkepribadian
8. Peningkatan ketertiban masyarakat
9. Peningkatan peran serta dan inovasi masyarakat dalam pembangunan
10. Terwujudnya kesetaraan gender di berbagai aspek
11. Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan sistem yang adil dan merata
12. Pengembangan budaya pemerintahan bersih, akuntabel, transparan, dan bebas
korupsi
13. Peningkatan Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah
14. Terwujudnya iklim investasi yang kondusif
15. Peningkatan investasi baik PMA maupun PMDN
16. Optimalisasi pembangunan infrastruktur daerah
17. Peningkatan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup melalui
penurunan tingkat pencemaran dan pengrusakan lingkungan
18. Peningkatan keindahan dan kenyamanan kota
19. Terwujudnya masyarakat yang demokratis dan memperhatikan norma maupun
etika
20. Peningkatan peran serta masyarakat dalam Pelpres dan Pilkada.

Berdasarkan RPJMN 2010-2014 yang dituangkan dalam RPJMD 2011-2015 maka


tujuan yang selaras dengan PPSP adalah poin-poin nomer 17 dan 18 di atas. Poin-
poin tersebut adalah peningkatan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup dan
peningkatan keindahan dan kenyamanan kota.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-46
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
Di samping sasaran tersebut, sasaran kerangka kerja SSK juga mengakomodir
sasaran Millenium Development Goals Tahun 2015 untuk menyediakan akses
terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas
sanitasi dasar untuk separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO


II-47
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-

Anda mungkin juga menyukai