BAB II Kerangka Kerja Sektor Sanitasi
BAB II Kerangka Kerja Sektor Sanitasi
Kondisi fisik rumah dalam kategori perumahan swadaya bermacam-macam sesuai dengan
kemampuan masyarakat. Masih rendahnya kemampuan para pelaku pembangunan
perumahan, misalnya dalam pemahaman dan ketrampilan konstruksi membangun rumah
menyebabkan kondisi fisik rumah belum memenuhi kualitas layak huni. Permukiman
seperti ini cenderung bertambah luas dan membentuk lingkungan yang kumuh.
Dari hasil pemetaan kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo, jumlah rumah tangga miskin di
kabupaten ini pada tahun 2009 meningkat sebanyak 40,9% bila dibandingkan dengan
jumlah rumahtangga miskin di tahun 2005. Kecamatan Jabon menjadi kecamatan yang
memiliki rumahtangga sasaran (RTS) dengan prosentase tertinggi baik di tahun 2005
maupun di tahun 2009. Sedangkan Kecamatan Waru adalah kecamatan yang memiliki
rumahtangga sasaran (RTS) terendah di tahun 2005 dan tahun 2009 dengan prosentase
yang meningkat.
Berdasarkan jumlah absolute RTS, Kecamatan Taman memiliki RTS terbanyak yaitu
sebesar 4.066 rumahtangga (2005) dan 5.953 rumahtangga (2009). Kecamatan Gedangan
STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO
II-2
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
memiliki jumlah absolute RTS terendah yaitu 1.565 rumahtangga di tahun 2005. Kondisi
tersebut berubah di tahun 2009, Kecamatan Gedangan sudah tidak menjadi kecamatan
dengan jumlah absolute terendah, melainkan Kecamatan Sukodono dengan jumlah 5.953
rumahtangga.
Tabel 2.1. Perbandingan Hasil Pemetaan Kemiskinan Tahun 2005 dan Tahun 2009
Hasil Pemetaan
No Perbandingan
2005 2009
1. Jumlah Rumah tangga 47.877 67.459
miskin
2. Kecamatan yang memiliki Kecamatan Jabon Kecamatan Jabon
RTS prosentase tertinggi (20,96%) (26,17%)
3. Kecamatan yang memiliki Kecamatan Waru Kecamatan Waru
RTS prosentase terendah (4,73%) (6,30%)
4. Kecamatan yang absolute Kecamatan Taman Kecamatan Taman
jumlah RTS terbanyak (4.066 Rumah (5.953 Rumah
Tangga) Tangga)
5. Kecamatan yang absolute Kecamatan Kecamatan
jumlah RTS terendah Gedangan (1.565 Sukodono (2.426
Rumah Tangga) Rumah Tangga)
Sumber: Pemetaan Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan tahun 2009
Jumlah kecamatan yang memiliki prosentase rumahtangga miskin tinggi pada tahun 2009
sebanyak 5 kecamatan. Jumlah ini menurun jika dibandingkan pada tahun 2005 yang
berjumlah 6 kecamatan. Kecamatan yang berubah dari kategori sedang ke kategori tinggi
yaitu Kecamatan Prambon dan sebaliknya kecamatan yang memiliki kondisi rumah
tangga miskin tingkat tinggi berubah menjadi tingkat sedang adalah kecamatan Porong
dan Kecamatan Wonoayu. Untuk lebih detail, berikut ini tabel perbandingan lokasi rumah
tangga miskin di tiap Kecamatan pada tahun 2005 dan tahun 2009 berdasarkan kategori
kemiskinan.
i
Sumber: Pemetaan Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan tahun 2009
Dengan jumlah penduduk miskin yang cukup besar dan tersebar di semua
kecamatan, pemerintah melalui dinas terkait telah membangun sarana sanitasi umum,
meliputi MCK, sumur bersama serta TPS dan bak-bak sampah, seperti pada tabel
berikut:
MCK
u Rusak Rusak
Baik Rusak Baik Rusak
Berat Berat
m
1. Sidoarjo 48 26 10 44851 2065 72
b 2. Buduran N/A N/A N/A N/A N/A N/A
e 3. Candi 14 0 0 29453 0 0
r 4. Porong N/A N/A N/A N/A N/A N/A
5. Krembung N/A N/A N/A N/A N/A N/A
:
6. Tulangan 20 4 3 11293 244 75
7. Tanggulangin 27 11 12 6.659 25 0
I 8. Jabon N/A N/A N/A N/A N/A N/A
n 9. Krian 42 9 10 7.326 388 30
10. Balongbendo 43 11.194
v
11. Wonoayu 6 N/A N/A 2434 N/A N/A
e 12. Tarik N/A N/A N/A N/A N/A N/A
n 13. Prambon 15 10 0 12862 281 0
15. Taman N/A N/A N/A N/A N/A N/A
t
16. Waru N/A N/A N/A N/A N/A N/A
a 17. Gedangan 8 0 0 18634 45 2
r 18. Sedati N/A N/A N/A N/A N/A N/A
i 19. Sukodono N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Sumur pompa
Sumur dalam Sumur Gali
tangan
No Kecamatan
JL KK Jl KK
SR HU Jl yang Jl yang
dilayani dilayani
1. Sidoarjo 7208 519 1723 5406 29398 20060
2. Buduran N/A N/A N/A N/A N/A N/A
3. Candi 0 0 4173 4173 25386 25386
4. Porong N/A N/A N/A N/A N/A N/A
5. Krembung N/A N/A N/A N/A N/A N/A
6. Tulangan 2699 228 16 27 11046 6424
7. Tanggulangin 751 140 308 0 9.355 0
8. Jabon N/A N/A N/A N/A N/A N/A
9. Krian 3.612 5 698 686 2.782 1.347
10. Balongbendo 0 0 3.717 68.014 5.990 19.278
11. Wonoayu 400 0 130 130 3355 3155
12. Tarik N/A N/A N/A N/A N/A N/A
13. Prambon 0 0 48 55 10412 65336
15. Taman N/A N/A N/A N/A N/A N/A
16. Waru N/A N/A N/A N/A N/A N/A
17. Gedangan 0 0 0 0 17304 17304
18. Sedati N/A N/A N/A N/A N/A N/A
19. Sukodono N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Grafik 2.1. Perkembangan Angka Kematian Ibu (per 100.000 Kelahiran Hidup)
Realisasi angka kematian ibu melahirkan selama lima tahun mengalami fluktuasi,
terendah pada tahun 2006 yaitu 50,23 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 112,6 per 100.000 kelahiran hidup.
B. Angka Morbiditas
Untuk menilai pelayanan terhadap penanggulangan penyakit menular maka perlu diukur
angka kesakitan beberapa penyakit yang potensial terjadi di Kabupaten. Penyakit tersebut
adalah TB Paru, Demam Berdarah Dengue dan AFP pada anak <15 tahun.
Target angka kesembuhan TB Paru setiap tahunnya adalah sebesar 85%. Angka
kesembuhan TB Paru (cure rate) di Kabupaten selama tahun 2005-2010 berfluktuasi dan
terdapat dua tahun berturut-turut di bawah target yang ditetapkan yaitu tahun 2006
sebesar 86,8% dan tahun 2007 sebesar 86,2%. Akan tetapi jika dilihat dari angka
kesuksesan TB Paru yaitu persentase penderita TB Paru yang telah selesai pengobatan,
sudah mencapai >85%. Angka kesembuhan dapat dicapai apabila penderita yang sudah
menyelesaikan pengobatan melaksanakan pemeriksaan dahak/sputum pada 1 bulan
sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan sebagai dasar evaluasi.
Angka kesakitan DBD Kabupaten menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan
setelah pernah mencapai puncak siklus empat tahunan (peak season) pada tahun 2006
sebesar 82,52 per 100.000 penduduk, dari tahun 2005 yang hanya 27,54 per 100.000
penduduk. Kemudian berangsur-angsur turun menjadi 61,8 (tahun 2007), 29,69 (tahun
2008), 29,90 per 100.000 penduduk (tahun 2009) dan 39,59 (tahun 2010). Diharapkan
angka kesakitan DBD setiap tahunnya berkurang hingga <55. Perkembangan angka
kesakitan DBD tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik sebelumnya.
Angka kesakitan AFP di Kabupaten selama tahun 2005-2010 telah mencapai target
sebesar >2 per 100.000 penduduk usia <15 tahun kecuali pada tahun 2005. Angka
kesakitan AFP tahun 2005 sebesar 1,98 per 100.000 penduduk usia <15 tahun, sedikit di
bawah target yang ditetapkan. Semakin tinggi pencapaian penemuan AFP semakin baik
karena hal ini menunjukkan sistem surveilans berjalan baik.
C. Pasien Puskesmas
Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur jumlah masyarakat yang berobat
ke puskesmas yang ada. Target jumlah penduduk yang memanfaatkan puskesmas
ditetapkan sebesar 65% dari seluruh jumlah penduduk. Persentase penduduk yang
memanfaatkan Puskesmas (visit rate) selama tahun 20052010, sebagaimana yang
terlihat pada grafik menunjukkan tren penurunan tetapi masih memenuhi target yang
ditetapkan sebesar 65%. Penurunan ini menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat yang
semakin baik. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas
menitikberatkan pada pelayanan preventif (pencegahan), promotif, kuratif (pengobatan
dasar) dan rehabilitasi (pemulihan).
60 73.25
63.87
59.52
40
20
0
2005 2006 2007 2008 2009
3.5
3
3
Persentase (%) 2.5 2.74 2.8
2 1.4
1.5
1 0.9
0.5
0
2005 2006 2007 2008 2009
D. Pasien RSUD
Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur tingkat animo masyarakat untuk
berobat ke RSUD yang ada. Target nasional untuk jumlah kunjungan ke RSUD sebesar
1,5% dari jumlah penduduk. Target ini sesuai dengan target yang ditetapkan dalam
indikator Indonesia sehat 2010.
Realisasi kunjungan pasien selama lima tahun berfluktuasi yaitu pada tahun 2005-2007
mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2008-2010 mengalami penurunan dari
40,000
30,000
20,000
10,000
-
2005 2006 2007 2008 2009
Kunjungan 30,153 34,743 36,625 38,537 37,711
Realisasi kunjungan rawat inap di RSUD Kabupaten tahun 20052009 dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan karena
pada tahun 2009 RSUD Kabupaten melakukan proses pembangunan pada instalasi rawat
inap sehingga banyak ruangan yang terlikuidasi dan mengurangi daya tampung pasien
rawat inap. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah pasien rawat inap akan meningkat
karena proses pembangunan awal untuk instalasi rawat inap telah selesai sehingga
ruangan-ruangan yang semula terlikuidasi dapat berfungsi kembali.
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
-
2005 2006 2007 2008 2009
Kunjungan 239,822 257,956 266,553 274,048 295,866
Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di RSUD Kabupaten
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Kabupaten
masih dipercaya masyarakat dalam hal pemberian layanan pengobatan.
Desa Buncitan
5270 1200 1569,5 338,8 3424
Kec.Kalianyar
Desa Gempolsari
3200 660 1037,9 86,5 2080
Kec.Tanggulangin
Terjadinya genangan air atau banjir disuatu daerah, dapat dijadikan indikasi/tolok ukur
darikualitas dan kuantitas sistem drainase yang ada di daerah tersebut. Semakin banyak
jumlah titik genangan, semakin luas dan semakin tinggi genangan yang terjadi,
menunjukan kinerja dari sistem drainase yang buruk. Oleh sebab itu, tolok ukur
keberhasilan dalam penanganan banjir dilihat dari pengurangan jumlah, luas, tinggi dan
lama genangan banjir. Saat ini, telah dilakukan berbagai upaya dalam pengurangan
jumlah, luas, tinggi dan lama genangan banjir, antara lain dengan pembangunan rumah
pompa, perlindungan sempadan sungai.
Berdasarkan alasan terjadinya banjir, ada tiga macam banjir yang terjadi di Kabupaten
Sidoarjo yaitu banjir karena hujan, banjir periodik dan banjir karena air pasang. Daerah
yang banjir dikarenakan hujan berlokasi di 13 Kecamatan. Banjir Periodik berada di 5
Kecamatan yaitu Kecamatan Porong, Kecamatan Krembung, Kecamatan Jabon,
Kecamatan Taman dan Kecamatan Sedati. Ada 4 Kecamatan yang mengalami banjir
karena air pasang, yaitu di Kecamatan Buduran, Kecamatan Jabon, Kecamatan Waru dan
Kecamatan Sedati.
Pemenuhan baku mutu udara di lokasi industri berpotensi pencemaran dilakukan dengan
pengujian terhadap 5 parameter yaitu: CO, NO2, SO2, debu dan H2S. Realisasi
pemenuhan baku mutu udara dilokasi industri berpotensi pencemaran yang dicapai pada
tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kualitas air limbah untuk industri besar rata-rata sudah memenuhi baku mutu limbah cair
yang dipersyaratkan. Hal ini dikarenakan pada industri besar telah memiliki kesadaran
internal yang cukup tinggi.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir secara keseluruhan baku mutu air
limbah RS selama lima tahun terakhir melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan.
Hanya sebagian parameter yang memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan yaitu pH,
NH3, PO4, detergen, phenol dan CI bebas. Tidak terpenuhinya standar baku mutu
tersebut disebabkan karena masih banyak rumah sakit yang belum memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memenuhi kaidah teknis yaitu masih mengunakan
teknologi septic tank.
Pada grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 2009 tonase sampah yang berhasil diangkut
ke TPA mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu:
Pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat
Komposting oleh masyarakat
Pembakaran sampah di incinerator
Hambatan kemacetan lalu lintas jalan raya Porong
Ditinjau dari daerah genangan (daerah banjir) menunjukkan bahwa di Kabupaten Sidoarjo
sebelah Barat pada umumnya tidak pernah tergenang, hal ini disebabkan karena wilayah
Barat merupakan daerah yang relatif lebih tinggi dibanding daerah lain. Sedangkan
1 820
Pertanian 2.093,00 1.815,00 1.615,00 1.223,00 1.021,00
2 560
Permukiman 697,28 1.493,90 1.767,17 1.767,77 1.916,68
1.380
Jumlah 2.790,28 3.308,90 3.382,17 2.990,77 2.937,68
Secara garis besar system irigasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Luas daerah irigasi : 32. 360 Ha (tahun 1971)
Kebutuhan air maksimum :61 m3/dt
Saluran primer dan debit maksimum. Saluran Mangetan : 35,070 m3/dt Saluran
Porong : 23.935 m3/dt
Elevasi permukaan air tertinggi. Di depan pintu intake Mangetan dan Porong : +17.70
SHVP. Di depan Dam Lengkong baru : +17.90 SHVP
Pemberian air irigasi pada sistem irigasi ini dilakukan dengan cara rotasi yang dikenal
dengan sistem golongan yang disebabkan oleh ketidakcukupan pasokan air untuk
memenuhi semua kebutuhan air irigasi secara bersamaan. Seperti dijelaskan sebelumnya
bahwa kebutuhan air irigasi tidak dapat dicukupi untuk semua lahan dalam waktu yang
sama sehingga dilakukan rotasi. Namun keinginan petani untuk terpenuhi kebutuhan air
secara terus menerus sangat besar sehingga dilakukan pengambilan air di saluran drainase
dengan cara membuat bendung-bendung di saluran drainase untuk menaikan elevasi
permukaan air sehingga dapat dialirkan ke sawah secara grafitasi maupun dipompa.
Adanya bendung-bendung di dalam saluran drainase akan menghambat aliran ketika
mengalir debit banjir. Akibatnya air dalam saluran meluap ke lahan di kanan- kirinya dan
air hujan yang jatuh di lahan tidak dapat mengalir ke saluran drainase.
Tabel 2.15. Alokasi Standart Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Kategori Daerah
UNIT KONSUMSI AIR
KATEGORI DAERAH JUMLAH PENDUDUK
(LTR/ORG/HARI)
I Kota Metropolitan >1.000.000 120
II Kota Besar 500.000-1.000.000 100
III Kota Sedang 100.000-500.000 90
IV Kota Kecil 20.000-100.000 60
V Ibu Kota 3.000-20.000 45
Kecamatan
Sumber : Standart PU
Distribusi jaringan air bersih di Kabupaten tahun 2001 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Dalam upaya penyediaan dan pelayanan air bersih di Kabupaten Sidoarjo, PDAM
mengambil air bersih dari:
1. PDAM Surabaya di UmbulanPasuruan, Taman-Pandaan. Untuk masuk ke Kota
Surabaya jalur pipa dilewatkan melalui Kabupaten Sidoarjo dapat membeli air bersih
tersebut dengan debit sebesar 166 liter/detik dan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
digunakan untuk melayani kebutuhan penduduk di sekitar Jalan Propinsi Waru
Porong.
2. Air Sungai. Untuk mengambil air dari sungai digunakan instalasi penjernihan
airsungai di beberapa tempat antara lain:
Kali Porong dengan debit 40 liter/detik.
Kali Pelayaran dengan debit 550 liter/detik.
Afvoer Jomblong dengan debit 30 liter/detik.
Afvoer Buntung dengan debit 120 liter/detik.
Afvoer Buduran dengan debit 75 liter/detik.
Kali Purboyo dengan debit 90 liter/detik.
3. Air Permukaan
Sumber air baku dari Ar Permukaan yang dimanfaatkan adalah :
IPA Sedati dari Afoer Jomblong
IPA Siwalan Panji dari Afoer Buduran
IPA Porong dari Kanal Porong
STRATEGI SANITASI KABUPATEN SIDOARJO
II-34
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PPSP 2011-
IPA yang dikelola/Pembelian dari Mitra Swasta:
IPA PT. Taman Tirta Sisoarjo dari Sungai Pelayaran
IPA PT. Hanarinda Tirta Birawa dari Sungai Pelayaran
4. Air Tanah
IPA Wonoayu dari Air Bawah Tanah di Desa Wonoayu
IPA Tulangan dari Air Bawah Tanah di Desa Tulangan
5. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi penduduk yang berasal dari sebelah Barat
Kabupaten Sidoarjo, dibuat sumur bor di Kecamatan Krian, Wonoayu, Tulangan dan
Tanggulangin. Setelah dijernihkan air bersih tersebut disalurkan ke Kecamatan Krian,
Balongbendo, Prambon, Wonoayu, Tulangan, Tanggulangin dan sebagian Kecamatan
Sidoarjo. Air bawah tanah lain yang tercatat adalah digunakan oleh industri baik
industri besar maupun oleh industri rumah tangga. Kebutuhan air bersih di Kabupaten
Sidoarjo antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan pertanian. Kebutuhan
air bersih untuk Kabupaten Sidoarjo sampai saat ini masih belum mencukupi, hal ini
dikarenakan perkembangan perusahaan-perusahaan dan perkembangan penduduk
yang berdomisili di Kabupaten Sidoarjo sangat cepat.
Adapun persebaran jaringan air bersih di wilayah Kabupaten Sidoarjo terdapat pada:
a. Jalur utara Krian sampai Desa Kedungwonokerto, Desa Jerukgamping, dan Desa
Sidomaju.
b. Dari Desa Sidomulyo, mengikuti jaringan jalan di perbatasan yang melewati
desa Tapel, Pertapan Maduretno, Tanjungsari, Krembangan, Tawangsari,
Ngelom, Wonocolo dan Ketangan.
c. Jalur jalan arteri primer kearah barat menuju Kabupaten Mojokerto, yaitu pada
Kecamatan Taman sampai Desa Sidorejo.
d. Kecamatan Waru, Sedati, Gedangan dan Sidoarjo, pada seluruh jalan kolektor
primer.
e. Pada jaringan jalan dari Kota Sidoarjo sampai Kecamatan Wonoayu dan Candi.
f. Pada jalan Arteri primer Surabaya Malang.
Tabel 2.17 Produksi Air Bersih Oleh PDAM Kabupaten Sidoarjo Tahun 2000- 2006
Produksi Air Air Terjual
Tahun 3 Kehilangan Air (M3) Pelanggan
(M ) (M3)
2000 20.364.919 11.495.429 8.869.490 38.057
2001 22.308.713 12.405.579 9.903.134 46.029
2002 23.308.713 13.359.137 9.669.824 49.533
2003 21.621.354 14.140.649 8.139.233 52.159
2004 25.028.452 15.188.676 9.839.776 57.323
2005 27.336.930 16.250.524 11.086.406 65.399
2006 29.083.768 17.752.540 11.331.228 71.870
Sumber: Kabupaten Sidoarjo dalam Angka Tahun 2007
Selain yang berada di kawasan indutri estate, di Sidoarjo juga terdapat industri yang
berkembang di kawasan industri yang berkembang terutama di sekitar jalur arteri primer.
Sebagian besar industri tersebut telah menggunakan sistem pengolahan air limbah adalah
dengan cara dikumpulkan kemudian diangkut ke instalasi pengolahan air limbah.
Peran serta masyarakat Kabupaten Sidoarjo dalam rangka mendukung pola hidup bersih
dan sehat masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya presentase masyarakat
yang merokok di dalam rumah/ruang/ tempat umum, rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif dan cakupan penimbangan bagi dan balita setiap bulan.
Mengingat pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
melalui Dinas Kesehatan, menetapkan peningkatan pola hidup bersih dan sehat sebagai
salah satu dari tujuan untuk mencapai visi Terwujudnya Sidoarjo Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan.
Sidoarjo sehat yaitu kondisi dimana individu, keluarga, masyarakat Kabupaten Sidoarjo
tidak mengalami gannguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit, lingkungan
dan perilaku yang tidak mendukung yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-
hari, baik secara jasmani, rohani dan sosial.
Mandiri adalah kondisi masyarakat yang mempu mengembangkan potensi diri dan
sumberdaya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat tanpa bergantung dari
pihak luar. Pada tataran masyarakat, mandiri berarti masyarakat mampu mencukupi
kebutuhan dalam bidang kesehatan dengan layak. Sedangkan pada tataran pemerintah
daerah, mandiri adalah mampu membiayai pembangunannya dengan mengandalkan
kekuatan kemampuan daearh tanpa harus bergantung dari luar.
Untuk jangka menengah, dalam rangka mewujudkan misi tersebut diatas, Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo menetapkan tujuan strategis, yaitu terselenggaranya
pembangunan kesehatan oleh semua potensi, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah secara berhasil guna dan berdayaguna, adil, merata dan berkesinambungan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan
strategis ini ditetapkan untuk mencapai sasaran yang dapat diukur.
Salah satu tujuan strategis yang hendak dicapai, yaitu memberdayakan individu, keluarga
dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
serta mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dengan
sasaran meningkatkan pengetahuan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian.
Ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan
strategis, yaitu:
a. Cakupan desa siaga aktif dari 40% menjadi 80%
b. Cakupan Rumah tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dari 65% menjadi 70%.
c. Cakupan Posyandu Purnama Mandiri (PURI) dari 46% menjadi 52%.
Tujuan strategis ini hendak dicapai untuk mewujudkan misi pertama yaitu Meningkatkan
pemberdayaan kesehatan masyarakat. Adapun strategi yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan strategis ini adalah dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
swasta dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor,
dengan kebijakan yang dilakukan meliputi:
a. Peningkatan upaya promosi kesehatan
b. Meningkatkan mobilitas masyrakat melalui advokasi, kemitraan dan pengembangan
UKBM
c. Meningkatkan keterpaduan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
1.600.000,00
1.400.000,00
1.200.000,00
1.000.000,00
Jutaan
800.000,00
600.000,00
400.000,00
200.000,00
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan 724.038,78 980.840,59 1.077.820,40 1.180.657,95 1.408.999,72 1.445.669,54
Sumber: Perhitungan APBD tahun 2006 - 2009 dan APBD Tahun 2010, DPPKAD
Kab Sidoarjo.
Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 tahun 2007 telah merubah arah kebijakan umum belanja daerah dengan
sistem anggaran kinerja sehingga komponen-komponen belanja daerah disusun
berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangan kondisi dan kemampuan
daerah termasuk pula dengan mempertimbangkan kinerja dalam tahun berjalan.Kebijakan
belanja daerah merupakan refleksi dari kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat secara efektif dan efisien serta menunjukkan respon pemerintah
daerah untuk menangkap secara jeli penggunaan alokasi belanja daerah serta
1. Belanja Operasi, antara lain Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Bunga,
Belanja Subsidi, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial.
2. Belanja Modal, antara lain Belanja Tanah; Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja
Gedung dan Bangunan; Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan; Belanja Aset Tetap
lainnya; dan Belanja Aset Lainnya.
3. Transfer ke Desa/Kelurahan, antara lain Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Retribusi, Bagi
Hasil Pendapatan Lainnya.
4. Belanja Tak Terduga.
Berdasarkan arah pengelolaan pendapatan dan belanja daerah maka kebijakan umum
anggaran yang akan ditempuh pemerintah Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :
1. Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya
untuk memobilisasi sumber-sumber pendapatan daerah yang muncul sebagai akibat
peningkatan aktifitas ekonomi serta dari adanya berbagai program investasi yang
telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya. Kebijakan pendapatan daerah
khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah pada periode tahun 2011-2015 agar
Sasaran umum dari kerangka kerja SSK ini mengacu pada sasaran terukur yang
tertuang dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Nasional 2010
2014, RPJMD Kabupaten Sidoarjo 2011 2015, dan sasaran dalam pencapaian
MDGs 2015.