Anda di halaman 1dari 44

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 22 Mei 2009 dan dilaksanakan

dalam dua siklus. Hal tersebut dikarenakan pada siklus I hasil penelitian

belum mencapai indikator keberhasilan. Masing-masing siklus terdiri atas

dua kali pertemuan dan diakhiri dengan tes tertulis. Materi yang diajarkan

pada saat penelitian ini terdiri atas satu standar kompetensi dan setiap siklus

terdiri atas satu kompetensi dasar. Kompetensi dasar yang akan dicapai pada

siklus I adalah menyelesaikan operasi matriks sedangkan pada siklus II

adalah menentukan determinan dan invers matriks. Hasil penelitian yang

dicapai diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Perencanaan.

Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu peneliti

melakukan perencanaan yaitu:

a) Menyusun RPP yang akan digunakan guru

sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. Mengingat bahwa

kelas X jurusan akuntansi telah menyelesaikan semua materi pada

standar kompetensi yang ditentukan, maka penentuan topik yang

akan diberikan pada saat penelitian direkomendasikan oleh guru.

b) Menyusun LKS yang akan digunakan

sebagai bahan diskusi kelompok menggunakan pembelajaran


43

kooperatif tipe Group Investigation. LKS dikonsultasikan pada

guru dan dosen pembimbing. Untuk setiap pertemuan, peneliti

menyusun dua macam LKS sesuai dengan topik yang akan

diinvestigasi. Masing-masing topik terdiri dari tiga buah LKS

untuk tiga kelompok. Tiap LKS berisi soal yang berbeda tetapi

dengan bobot yang sama. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan

bahwa siswa belum terbiasa menghadapi soal investigasi

kelompok, sehingga dengan LKS yang berbeda untuk setiap

kelompok diharapkan siswa dapat lebih memfokuskan diri pada

kelompoknya.

c) Mempersiapkan instrumen yang terdiri atas

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi

kemampuan komunikasi dan investigasi matematika, kuesioner,

pedoman wawancara, dan tes siklus I tentang operasi matriks.

d) Melakukan koordinasi dengan pengamat lain

terkait dengan cara pengisian lembar observasi kemampuan

komunikasi dan investigasi matematika.

e) Menyiapkan alat dokumentasi yang

diperlukan.

2) Pelaksanaan dan observasi tindakan.

a) Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22 Mei

2009 jam ke 5-6 pada pukul 10.10-11.30 WIB. Materi yang


44

diinvestigasi adalah penjumlahan dan pengurangan matriks.

Pelaksanaan pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

i) Kegiatan awal

Guru dan peneliti memberikan penjelasan pada siswa

mengenai model pembelajaran Group Investigation yang akan

diterapkan. Guru kemudian memberikan apersepsi tentang

syarat penjumlahan dan pengurangan matriks. Siswa dapat

menjawab bahwa ordo matriks yang dioperasikan harus sama.

ii) Kegiatan inti

(1) Perkenalan topik.

Materi tentang matriks telah diajarkan di kelas ini

akan tetapi materi tentang sifat operasi matriks belum

pernah diajarkan. Pada pertemuan ini guru memberikan

pilihan topik yang akan diinvestigasi oleh siswa yaitu sifat

penjumlahan dan pengurangan matriks.

(2) Pembentukan kelompok

siswa.

Siswa berkelompok menurut topik yang dipilih

berdasarkan minat masing-masing. Penentuan kelompok

telah dilakukan sebelumnya di luar jam pembelajaran, untuk

lebih mengefisienkan waktu yang tersedia. Siswa terbagi

menjadi enam kelompok, tiga kelompok menginvestigasi

topik sifat penjumlahan matriks dan tiga kelompok lain


45

menginvestigasi topik sifat pengurangan matriks. Masing-

masing kelompok terdiri atas 4-5 orang siswa. Pada tahap

ini masih terlihat guru membantu siswa pada saat bergabung

dalam kelompoknya.

(3) Kegiatan investigasi.

Siswa yang sudah tergabung dalam kelompoknya

diberi LKS yang sesuai dengan topik yang dipilih. Waktu

yang diberikan untuk menyelesaikannya adalah 20 menit.

Pada umumnya siswa masih cenderung bekerja sendiri

walaupun sudah berada dalam kelompok masing-masing.

Terlihat pula siswa yang bergurau dengan temannya.

Soal yang diberikan pada LKS bersifat terbuka dan

memungkinkan jawaban yang berbeda-beda dalam

penyelesaiannya. Pada sebagian kelompok terlihat bahwa

anggota-anggotanya menggunakan cara dan contoh yang

berbeda satu sama lain. Misalnya pada saat memberikan

contoh matriks, terdapat perbedaan dalam entri-entri matriks

yang digunakan. Di akhir kegiatan investigasi, siswa saling

membandingkan jawaban satu sama lain.

(4) Persiapan laporan akhir.

Setelah waktu yang diberikan hampir habis, guru dan

peneliti mengingatkan siswa untuk menuliskan laporan akhir

pada lembar yang telah disediakan. Akan tetapi beberapa


46

kelompok masih belum paham tentang apa yang harus

ditulis pada kertas yang disediakan.

Peneliti kembali menjelaskan di depan kelas tentang

penulisan laporan akhir. Setelah semua kelompok paham,

tiap salah satu dari anggota kelompok menuliskan

laporannya. Sementara itu wakil dari setiap kelompok

berkumpul di depan kelas untuk menentukan kelompok

mana yang akan presentasi. Pada pertemuan ini penentuan

kelompok yang akan presentasi dilakukan dengan cara

undian di mana setiap topik diwakili oleh satu kelompok.

Berdasarkan hasil undian, kelompok A dan D akan

mempresentasikan hasil investigasinya. Kedua kelompok

tersebut terlihat masih belum paham akan tugasnya dalam

presentasi yang akan dilaksanakan. Wakil dari kelompok D

bertanya tentang tugas notulis dan moderator. Peneliti

menjawab bahwa notulis bertugas seperti sekretaris dan

moderator bertugas mengatur jalannya presentasi. Setelah

paham akan tugas-tugasnya, kedua kelompok tersebut

segera membagi tugas para anggotanya.

(5) Presentasi laporan akhir.

Kelompok A mempresentasikan topik pembuktian

sifat komutatif dan asosiatif pada penjumlahan matriks.

Pada saat session tanya jawab tidak ada siswa yang


47

mengajukan pertanyaan. Selanjutnya kelompok D

membuktikan bahwa sifat komutatif dan asosiatif tidak

berlaku pada pengurangan matriks. Pada session tanya

jawab, siswa NA memberikan koreksi atas kesalahan hitung

yang dibuat. Selanjutnya siswa SM bertanya tentang ciri-

ciri sifat asosiatif dan apakah sifat tersebut juga tidak

berlaku untuk matriks yang lain (selain yang dicontohkan).

Kelompok penyaji dapat menjelaskan bahwa sifat

asosiatif adalah sifat pengelompokan, yang dicirikan dengan

tanda kurung. Misalnya nilai dari A-(B-C) sama dengan

nilai dari (A-B)-C maka operasi tersebut bersifat asosiatif.

Sementara itu anggota kelompok yang lain mencari contoh

baru yang bisa menunjukkan bahwa sifat asosiatif tidak

berlaku untuk operasi pengurangan matriks.

Pertanyaan yang cukup menarik adalah pertanyaan

yang diajukan oleh siswa RN. Siswa tersebut menanyakan

nama sifat yang dimiliki oleh operasi pengurangan matriks.

Kelompok penyaji menjawab bahwa hasil dari pengurangan

matriks A-B adalah invers dari hasil pengurangan matriks B-

A (sambil menunjukkan contoh di papan tulis). Siswa lain,

DA, memberikan tanggapannya bahwa hal tersebut bukan

invers melainkan lawan.


48

Presentasi ditutup karena jam pelajaran hampir

selesai. Kelompok penyaji menyampaikan kesimpulan

secara singkat.

(6) Evaluasi.

Pada saat evaluasi, guru mengklarifikasi bahwa

istilah invers matriks biasa digunakan untuk perkalian

matriks. Operasi pengurangan matriks adalah invers

terhadap penjumlahan dan biasa digunakan istilah lawan.

Jadi hasil dari operasi matriks A-B adalah lawan dari B-A.

iii) Penutup

Sebelum mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil

investigasinya, guru mengecek jawaban setiap kelompok.

Oleh karena setiap kelompok mengerjakan LKS (soal) yang

berbeda dan contoh yang berbeda pula, maka guru mengecek

apakah setiap kelompok mempunyai kesimpulan yang sama

tentang sifat penjumlahan maupun pengurangan matriks.

Dari keenam kelompok yang ada, seluruhnya dapat

menyimpulkan sifat yang berlaku pada operasi-operasi

tersebut.

Selanjutnya guru dan peneliti memberitahukan topik

yang akan diinvestigasi pada pertemuan berikutnya yaitu

perkalian skalar dan perkalian matriks. Guru berpesan

kepada ketua kelas agar mengkoordinasi siswa membentuk


49

kelompok yang sesuai pilihan minat masing-masing pada

salah satu topik tersebut.

b) Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2009

pada pukul 12.25-13.55 WIB. Materi yang diajarkan adalah

perkalian skalar dan perkalian matriks.

i) Kegiatan awal

Untuk mengawali pelajaran, guru memberikan apersepsi

tentang syarat perkalian matriks. Beberapa siswa menjawab

bahwa banyaknya kolom pada matriks pertama sama dengan

banyaknya baris pada matriks kedua. Siswa yang lain ada yang

tidak menjawab dan ada pula yang masih salah dalam

menjawab.

Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran

sesuai dengan RPP yang telah disusun. Sebagai motivasi,

peneliti menyusun soal cerita pada LKS yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari dan disesuaikan dengan bidang

keahlian yang diambil siswa SMK 1 Depok yaitu bisnis.

ii) Kegiatan inti

(1) Perkenalan topik.

Guru menuliskan contoh soal perkalian matriks di

papan tulis, yang dikerjakan bersama-sama dengan siswa.

Kemudian guru menyampaikan bahwa pada pertemuan ini


50

siswa akan menginvestigasi sifat-sifat yang berlaku pada

operasi perkalian skalar dan perkalian matriks.

(2) Pembentukan kelompok

siswa.

Pembentukan kelompok siswa telah dilakukan di

luar jam pelajaran. Setelah guru selesai memperkenalkan

topik, siswa segera bergabung dengan kelompok masing-

masing. Ada tiga kelompok yang menginvestigasi topik

sifat perkalian skalar matriks dan tiga kelompok lain

menginvestigasi topik sifat perkalian matriks. Meskipun

formasi kelompok ini berbeda dengan formasi pada

pertemuan sebelumnya, suasana tetap kondusif.

(3) Kegiatan investigasi.

Setiap kelompok mendapatkan LKS yang berbeda-

beda satu sama lain. Waktu yang diberikan untuk

menyelesaikan LKS adalah 30 menit. Pada pertemuan

kedua ini, secara umum diskusi kelompok terlihat lebih baik

dibandingkan pada pertemuan pertama. Setiap kelompok

terlihat serius dalam mengerjakan soal pada LKS. Anggota-

anggota kelompok saling membantu apabila ada teman

sekelompoknya yang menemui kesulitan.

(4) Persiapan laporan akhir.


51

Sebelum waktu untuk mengerjakan LKS habis, guru

memberi waktu untuk mempersiapkan laporan akhir yang

digunakan untuk presentasi kelas. Kemudian semua ketua

kelompok berkumpul untuk menentukan kelompok mana

yang akan presentasi. Berdasarkan hasil undian, kelompok

yang presentasi adalah kelompok B dan E. Kedua

kelompok tersebut segera mempersiapkan sesi presentasi.

(5) Presentasi laporan akhir.

Kelompok B mempresentasikan hasil investigasinya

tentang sifat-sifat pada perkalian skalar matriks. Pada

session ini tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan.

Presentasi pun ditutup dengan penarikan kesimpulan oleh

kelompok B bahwa pada operasi perkalian skalar matriks

berlaku sifat komutatif, asosiatif, dan distributif.

Selanjutnya kelompok E mempresentasikan hasil

investigasinya tentang sifat perkalian matriks. Dari contoh-

contoh yang diberikan, disimpulkan bahwa pada perkalian

matriks berlaku sifat asosiatif dan distributif tetapi tidak

berlaku sifat komutatif. Selanjutnya siswa DA bertanya

apakah untuk semua matriks tidak berlaku sifat komutatif.

DA berpendapat bahwa perkalian terhadap matriks identitas

berlaku sifat komutatif. Siswa yang lain juga ikut berdiskusi

dalam kelompoknya masing-masing mengenai pendapat


52

siswa DA tersebut. Akhirnya kelompok penyaji

menyimpulkan hasil investigasinya dengan ditambah

masukan yang disampaikan oleh DA, kemudian menutup

presentasinya.

(6) Evaluasi.

Pada saat evaluasi, guru kembali menanyakan

tentang matriks identitas yang disinggung pada waktu

presentasi. Beberapa siswa lupa tentang hal tersebut,

sehingga guru memberikan contoh matriks identitas untuk

matriks persegi ordo 2 dan ordo 3.

iii) Penutup

Guru mengecek jawaban setiap kelompok (seperti yang

dilakukan pada pertemuan 1) sehingga siswa dapat

menyimpulkan sifat-sifat yang berlaku pada perkalian skalar

dan perkalian matriks. Selanjutnya guru memberitahukan

bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes.

c) Pelaksanaan tes siklus I.

Tes untuk siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Mei

2009 pada pukul 07.15-08.00 WIB. Materi tes adalah operasi

matriks, sebagaimana yang telah dipelajari pada dua pertemuan

sebelumnya. Ada empat orang siswa yang meminta ijin untuk

tidak mengikuti tes karena mengikuti acara lomba. Keempat siswa

ini selanjutnya menjalani tes susulan pada tanggal 5 Juni 2009.


53

Selama tes berlangsung para siswa menciptakan suasana yang

tenang dan bersungguh-sungguh.

3) Data hasil observasi, kuesioner, dan tes.

a) Data hasil lembar observasi.

i) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Pada pertemuan 1, guru tidak menyampaikan tujuan

pembelajaran maupun motivasi untuk siswa sedangkan

siswa tidak melakukan pemilihan topik yang akan

diinvestigasi di dalam kelas (namun telah dilakukan di luar

jam pelajaran). Dari 15 butir tahapan pelaksanaan

pembelajaran menggunakan Group Investigation, terdapat 3

butir tahapan yang tidak dipenuhi. Dengan kata lain,

keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 telah

mencapai 80% berdasarkan RPP yang telah disusun.

Pada pertemuan 2, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran di awal pertemuan. Motivasi disampaikan

dengan mengingat hasil investigasi pertemuan sebelumnya,

yaitu bahwa matriks dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Seperti pada pertemuan 1, siswa juga tidak

melakukan pemilihan topik yang akan diinvestigasi di

dalam kelas. Dari 15 butir tahapan pelaksanaan

pembelajaran menggunakan Group Investigation, terdapat 1

butir tahapan yang tidak dipenuhi. Dengan kata lain,


54

keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertemuan 2

telah mencapai 93,33% berdasarkan RPP yang telah

disusun.

ii) Lembar observasi kemampuan komunikasi dan investigasi

matematika.

Berdasarkan lembar observasi ini pada pertemuan 1

diperoleh hasil bahwa sebanyak 27 siswa mengikuti

pembelajaran dengan rata-rata kemampuan komunikasi dan

investigasi matematika adalah 61,15% dalam kategori

cukup. Selanjutnya pada pertemuan 2 diperoleh hasil

bahwa sebanyak 26 siswa mengikuti pembelajaran dengan

rata-rata kemampuan komunikasi dan investigasi

matematika adalah 70% dalam kategori tinggi. Sehingga

rata-rata pada siklus I adalah 65,58%.

Data kuantitatif lembar observasi pada siklus I adalah

sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Observasi Setiap Aspek Kemampuan Komunikasi dan Investigasi


Matematika Siswa pada Siklus I
Variabel Aspek Persentase Kategori
Kemampuan aspek kognitif 74.72 tinggi
heuristik 51.26 kurang
komunikasi
proses kontrol 74.39 tinggi
matematika persepsi 64.15 cukup
Kemampuan specialization 79.25 tinggi
conjecturing 62.89 cukup
investigasi
justification 57.86 cukup
matematika generalization 66.35 cukup
55

Siswa tidak melakukan perencanaan pengerjaan

secara khusus bersama teman-teman sekelompok, sehingga

di tengah kegiatan investigasi terdapat siswa yang terlihat

kesulitan dan mengulangi langkah pengerjaan dari awal.

Siswa menuliskan jawabannya sesuai langkah-

langkah panduan pada LKS dan disesuaikan dengan

referensi yang mereka baca. Meskipun ada beberapa cara

yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal namun

para siswa umumnya hanya menggunakan satu cara yang

sama dengan teman yang lain, yaitu cara yang sering

digunakan oleh guru pada saat pembelajaran sebelumnya.

Pada akhir kegiatan investigasi, siswa meneliti ulang

jawabannya sambil membandingkan dengan jawaban teman

yang lain. Untuk menuliskan kesimpulan, sebagian besar

siswa terlihat kesulitan dalam menuliskan kesimpulan

menggunakan kata-katanya sendiri.

b) Data hasil pengisian kuesioner.

Kuesioner untuk siklus I hanya diisi oleh 26 siswa karena

satu orang siswa berhalangan hadir. Hasil pengisian kuesioner

menunjukkan bahwa persentase kemampuan komunikasi dan

investigasi matematika pada siswa kelas X jurusan akuntansi

SMK 1 Depok mencapai skor 73,10% dengan kategori tinggi.


56

Data hasil pengisian kuesioner pada siklus I adalah sebagai

berikut:

Tabel 5. Hasil Pengisian Kuesioner Setiap Aspek Kemampuan Komunikasi dan


Investigasi Matematika Siswa pada Siklus I
Variabel Aspek Persentase Kategori
Kemampuan aspek kognitif 71,54 tinggi
heuristik 67,86 tinggi
komunikasi
proses kontrol 73,85 tinggi
matematika persepsi 83,85 sangat tinggi
Kemampuan specialization 78,63 tinggi
conjecturing 68,57 tinggi
investigasi
justification 71,41 tinggi
matematika generalization 72,12 tinggi

c) Data hasil tes.

Hasil tes siswa untuk siklus I sudah mencapai kategori baik

dengan rata-rata nilai kelas adalah 74,04.

Terdapat empat indikator kemampuan komunikasi dan

investigasi matematika yang diukur melalui tes ini, masing-

masing diuraikan sebagai berikut:

i) mengenali kata kunci dalam soal; siswa telah menunjukkan

kategori baik sekali yaitu 92,06.

ii) menunjukkan pengetahuan mengenai fakta, konsep, dan

algoritma; siswa telah menunjukkan kategori baik yaitu

77,49.
57

iii) memberikan jawaban menggunakan diagram maupun kata-

kata dan simbol matematika; siswa telah menunjukkan

kategori baik yaitu 76,85.

iv) menarik kesimpulan atas masalah yang telah diinvestigasi;

siswa menunjukkan kategori kurang yaitu 52,86.

4) Refleksi.

Berdasarkan analisis data pada siklus I diketahui bahwa

masih terdapat beberapa kekurangan. Dalam hal pembelajaran,

kontrol guru dan peneliti terhadap jalannya diskusi masih cukup

besar. Hal ini terlihat jelas misalnya pada saat akhir kegiatan

diskusi, siswa diingatkan untuk menuliskan kesimpulan.

Dalam hal kemampuan komunikasi matematika sendiri,

terlihat dari data kuantitatif bahwa pada aspek heuristik siswa

menunjukkan kategori kurang. Tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan heuristik pada siswa adalah melakukan

perbaikan pada format LKS. Peneliti menyusun LKS pada siklus

II dengan format yang berbeda, yaitu dengan menyertakan panduan

langkah-langkah heuristik. Demikian pula pada kemampuan

investigasi matematika masih terdapat tiga aspek yang

menunjukkan kategori cukup yaitu conjecturing, justification, dan

generalization. Dengan adanya perbaikan pada LKS siklus II

diharapkan hasil dari ketiga aspek tersebut juga turut meningkat.

b. Siklus II
58

1) Perencanaan.

a) Menyusun RPP yang akan digunakan guru

sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP

dikonsultasikan dan disetujui oleh guru maupun dosen

pembimbing. Topik yang akan diinvestigasi pada siklus II

merupakan lanjutan dari topik pada siklus I, yang terdapat pada

standar kompetensi yang sama tetapi kompetensi dasar yang

berbeda.

b) Menyusun LKS yang akan digunakan

sebagai bahan diskusi kelompok. LKS pada siklus ini disertai

dengan panduan langkah-langkah heuristik sebagai tindakan dalam

rangka meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

Hal tersebut dilakukan sebagaimana hasil refleksi pada siklus I.

Soal pada LKS dengan topik yang sama tidak dibuat berbeda

seperti halnya pada siklus I. Penekanan LKS pada siklus ini adalah

pada langkah heuristiknya yang meliputi pemahaman soal,

perencanaan penyelesaian, implementasi perencanaan tersebut, dan

evaluasi.

c) Merevisi instrumen, yaitu pada format

lembar observasi kemampuan komunikasi dan investigasi

matematika. Revisi ini bertujuan agar observer lebih mudah dalam

mengamati siswa sehingga data yang diperoleh lebih terperinci.


59

d) Melakukan koordinasi dengan pengamat lain

terkait dengan cara pengisian lembar observasi yang telah direvisi.

e) Menyiapkan alat dokumentasi yang

diperlukan.

2) Pelaksanaan dan observasi tindakan.

a) Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 Mei

2009 pada pukul 10.10-11.30 WIB. Topik yang diinvestigasi

adalah sifat determinan dan invers matriks. Pelaksanaan

pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

i) Kegiatan awal

Guru memberikan apersepsi tentang cara menghitung

determinan dan invers matriks, dilanjutkan dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran. Motivasi tidak hanya

diberikan pada awal pembelajaran akan tetapi juga di sela-sela

waktu pembelajaran.

ii) Kegiatan inti

(1) Perkenalan topik.

Pada pertemuan ini guru memberikan pilihan topik

yang akan diinvestigasi oleh siswa yaitu sifat determinan

dan invers matriks. Guru memberikan contoh soal di papan

tulis tentang determinan dan invers matriks yang dikerjakan

bersama dengan siswa.


60

(2) Pembentukan kelompok

siswa.

Siswa berkelompok menurut topik yang dipilih

berdasarkan minat masing-masing. Siswa terbagi menjadi

enam kelompok, empat kelompok (B, C, E, F)

menginvestigasi topik sifat determinan dan dua kelompok

lain (A dan D) menginvestigasi topik sifat invers matriks.

Hal ini disebabkan para siswa menganggap materi invers

lebih sulit dibandingkan dengan materi determinan.

(3) Kegiatan investigasi.

Pada saat menghadapi LKS yang sudah dilengkapi

dengan panduan langkah heuristik, siswa menjadi lebih

mudah dalam menyelesaikan soal. Siswa membuat

perencanaan secara bersama-sama tetapi ada juga siswa

yang masih menggantungkan jawaban pada teman yang lain.

Di dalam kelompok A terlihat bahwa di dalam

kelompok tersebut seakan terbagi menjadi dua kelompok

kecil dan ada satu siswa yang sangat pasif di dalam

kelompoknya. Sebaliknya pada kelompok B terlihat ada

satu orang siswa yang sangat mendominasi kelompok. Pada

saat diskusi berjalan, guru memantau kinerja setiap

kelompok.
61

Kelompok yang menginvestigasi sifat invers matriks

mengerjakan LKS dengan waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan keempat kelompok lain yang

menginvestigasi sifat determinan. Bahkan ketika waktu

yang disediakan telah habis, kelompok D belum selesai

mengerjakan LKS yang diberikan.

(4) Persiapan laporan akhir.

Pada siklus ini, laporan akhir tidak ditulis secara

khusus seperti pada siklus sebelumnya. Laporan akhir

terintegrasi pada LKS, mengingat keterbatasan waktu yang

tersedia. Untuk menentukan kelompok mana yang akan

presentasi, siswa tampak lebih mandiri dibandingkan pada

siklus I. Kelompok penyaji tidak ditentukan melalui undian

tetapi berdasarkan kesepakatan kelas.

(5) Presentasi laporan akhir.

Kelompok E mempresentasikan topik sifat

determinan matriks. Di akhir presentasi, siswa SM bertanya

tentang kesimpulan yang diambil. Kelompok penyaji

memberikan jawaban bahwa matriks A dikali matriks B jika

dideterminankan hasilnya sama dengan determinan matriks

A kali matriks B, tetapi tidak sama dengan determinan

matriks A ditambah matriks B (ditulis AB A B ;

AB A B ).
62

Bahasa yang digunakan oleh kelompok penyaji

terdengar kurang tepat, namun dalam menjelaskannya

disertai dengan menulis di papan tulis sehingga siswa yang

lain dapat memahami maksud dari kelompok penyaji

tersebut.

Presentasi dilanjutkan kelompok A dengan topik sifat

invers matriks. Dalam menjelaskannya, kelompok tersebut

menggunakan matriks dengan determinan tidak sama

dengan 1 sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk

menemukan inversnya. Kelompok ini menjelaskan topik ini

dengan mengaitkan pada topik sebelumnya mengenai sifat

perkalian matriks. Penyaji menjelaskan bahwa sifat

komutatif tidak berlaku pada operasi perkalian matriks

(berdasarkan kesimpulan pada pelajaran yang lalu), jadi

B 1 A1 A1 B 1 . Sehingga AB A B .
1 1 1

Pada session tanya jawab, siswa SM mengajukan

pertanyaan apakah sifat itu berlaku untuk matriks yang lain

atau hanya pada matriks yang dicontohkan. Pertanyaan ini

dijawab bahwa semua anggota kelompok penyaji

menggunakan contoh berbeda dan menghasilkan

kesimpulan AB 1 B 1 A1 . Hal ini menunjukkan bahwa

siswa melakukan generalisasi dengan cukup baik.

(6) Evaluasi.
63

Pada saat evaluasi guru menanyakan hasil investigasi

kelompok yang tidak presentasi. Untuk topik determinan,

semua kelompok mendapatkan kesimpulan yang sama.

Akan tetapi untuk topik invers matriks kelompok D belum

dapat memberikan jawaban. Guru menyarankan untuk

melanjutkan investigasinya di luar jam pelajaran, dengan

menggunakan matriks dengan determinan 1 agar lebih

mudah dalam penghitungan invers matriksnya.

iii) Penutup

Untuk menutup pertemuan ini, guru bersama dengan

siswa menyimpulkan hasil investigasi yang telah dilakukan.

Siswa dapat menyimpulkan bahwa AB A B dan

AB 1 B 1 A1 . Selanjutnya diberitahukan topik yang akan

diinvestigasi pada pertemuan berikutnya yaitu aplikasi

determinan dan invers matriks dalam penyelesaian SPL.

b) Pertemuan 2

i) Kegiatan awal

Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya

jawab kepada siswa untuk mengingat kembali pengertian SPL

dan matriks koefisien. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Sebagai

motivasi, guru menyampaikan bahwa SPL sering ditemui dalam

kehidupan sehari-hari termasuk dalam bidang ekonomi.


64

ii) Kegiatan inti

(1) Perkenalan topik.

Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali

penyelesaian SPL dengan menggunakan determinan maupun

invers matriks. Sebagian besar siswa dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru.

(2) Pembentukan kelompok

siswa.

Pada pertemuan ini, formasi kelompok masih sama

dengan pertemuan sebelumnya karena topik yang akan

diinvestigasi adalah lanjutan dari topik pertemuan

sebelumnya. Akan tetapi salah seorang anggota kelompok A

berpindah ke kelompok D.

(3) Kegiatan investigasi.

Sebagian siswa di kelompok yang mengambil topik

aplikasi determinan mengajukan pertanyaan pada guru.

Siswa tersebut kesulitan menghitung determinan pada SPL

dengan tiga persamaan. Guru kemudian memberi panduan

tentang cara mencari determinannya dengan menggunakan

analogi terhadap SPL yang memuat dua persamaan.

Masih terdapat banyak siswa yang melakukan

kesalahan pada saat menuliskan jawaban akhir untuk soal

determinan. Siswa telah menemukan jawaban atas soal


65

yang diberikan yaitu determinan sama dengan 0, namun

pada saat menghitung nilai x, y, dan z (solusi SPL) siswa

melakukan kesalahan dalam melakukan penghitungan

pembagian dengan bilangan 0. Hampir semua siswa

menjawab bahwa suatu bilangan jika dibagi 0 hasilnya

adalah 0.

(4) Persiapan laporan akhir.

Seperti pada pertemuan sebelumnya, laporan akhir

terintegrasi pada LKS, mengingat keterbatasan waktu yang

tersedia. Siswa menentukan sendiri kelompok yang akan

presentasi, yaitu kelompok B dan D.

(5) Presentasi laporan akhir.

Kelompok D mempresentasikan hasil investigasinya

tentang aplikasi invers matriks dalam penyelesaian SPL

dilanjutkan dengan kelompok B yang mempresentasikan

aplikasi determinan. Pada akhir tahap ini, siswa DA dari

kelompok A menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

matriks yang determinannya 0 atau matriks singular


tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan SPL karena
tidak mempunyai invers jadi tidak punya penyelesaian.
Aplikasi matriks untuk SPL hanya bisa digunakan jika
matriks itu punya invers.

(6) Evaluasi.

Pada saat evaluasi guru kembali membahas

pembagian suatu bilangan dengan bilangan 0. Guru


66

mengingatkan bahwa jika bilangan 0 dibagi suatu bilangan,

hasilnya adalah 0. Akan tetapi jika suatu bilangan dibagi 0

hasilnya adalah tak terdefinisi. Selanjutnya guru juga

mengulas tanggapan dari siswa DA yang menyebutkan

bahwa matriks tidak selalu dapat digunakan untuk

menyelesaikan SPL. Guru menjelaskan bahwa matriks tetap

dapat digunakan tetapi hasilnya tidak selalu terdefinisi.

iii) Penutup

Guru bersama dengan siswa menyimpulkan bahwa

determinan dan invers matriks dapat digunakan untuk

menyelesaikan SPL. Jika determinan matriks koefisien sama

dengan 0 maka matriks tersebut tidak punya invers sehingga

SPL tidak mempunyai solusi. Selanjutnya diberitahukan bahwa

pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes.

c) Pelaksanaan tes siklus II.

Tes untuk siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3 Juni

2009 pada pukul 07.15-08.00 WIB. Ada satu orang siswa yang

tidak mengikuti tes karena mengikuti acara lomba. Siswa tersebut

selanjutnya menjalani tes susulan pada tanggal 5 Juni 2009.

Materi tes meliputi sifat determinan dan invers matriks serta

aplikaisnya dalam penyelesaian SPL. Selama tes berlangsung para

siswa menciptakan suasana yang tenang dan bersungguh-sungguh.

Ketika waktu untuk mengerjakan telah habis, banyak siswa yang


67

belum selesai mengerjakan. Namun demikian tetap tidak ada

perpanjangan waktu karena masih ada pelajaran pada jam

berikutnya.

3) Data hasil observasi, kuesioner, dan tes.

a) Data hasil lembar observasi.

i) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Pada pertemuan 1 diperoleh hasil sebagai berikut:

(1) Guru memberikan motivasi

untuk siswa tidak hanya pada awal pelajaran tetapi sewaktu-

waktu saat diperlukan.

(2) Lebih banyak siswa yang

memilih topik sifat determinan karena dianggap lebih

mudah.

(3) Siswa tidak menuliskan

laporan akhir secara khusus tetapi telah tergabung pada

LKS.

(4) Kegiatan investigasi

kelompok lebih terarah karena LKS telah dilengkapi dengan

panduan langkah-langkah heuristik.

(5) Dari 15 butir tahapan

pelaksanaan pembelajaran menggunakan Group

Investigation, terdapat 1 butir tahapan yang tidak dipenuhi

yaitu persiapan laporan akhir. Dengan kata lain,


68

keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 telah

mencapai 93,33% berdasarkan RPP yang telah dibuat.

Pada pertemuan 2 diperoleh hasil sebagai berikut:

(1) Siswa tidak memilih topik lagi karena topik pada pertemuan

2 merupakan lanjutan dari pertemuan 1, sehingga formasi

kelompok sama.

(2) Siswa tidak mempersiapkan laporan akhir secara khusus

pada lembar tersendiri tetapi tergabung pada LKS.

(3) Presentasi berjalan dengan baik dan para siswa memberikan

perhatian khusus pada bagian penarikan kesimpulan.

(4) Dari 15 butir tahapan pelaksanaan pembelajaran

menggunakan Group Investigation, terdapat 2 butir tahapan

yang tidak dipenuhi yaitu pemilihan topik dan persiapan

laporan akhir sebagaimana telah disebutkan di atas. Dengan

kata lain, keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan 2

telah mencapai 86,67% berdasarkan RPP yang telah dibuat.

ii) Lembar observasi kemampuan komunikasi dan investigasi

matematika.

Berdasarkan lembar observasi ini pada pertemuan 1

diperoleh hasil bahwa sebanyak 27 siswa mengikuti

pembelajaran dengan rata-rata kemampuan komunikasi dan

investigasi matematika adalah 78,89% pada kategori tinggi.

Selanjutnya pada pertemuan 2 diperoleh hasil bahwa sebanyak


69

26 siswa mengikuti pembelajaran dengan rata-rata kemampuan

komunikasi dan investigasi matematika adalah 81,15% dalam

kategori sangat tinggi. Dengan demikian rata-rata pada siklus II

adalah 80,02%.

Data kuantitatif lembar observasi pada siklus II adalah

sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Observasi Setiap Aspek Kemampuan Komunikasi dan Investigasi


Matematika Siswa pada Siklus II
Variabel Aspek Persentase Kategori
Kemampuan aspek kognitif 87.17 sangat tinggi
heuristik 70.44 tinggi
komunikasi
proses kontrol 85.71 sangat tinggi
matematika persepsi 70.75 tinggi
Kemampuan specialization 90.57 sangat tinggi
conjecturing 83.65 sangat tinggi
investigasi
justification 72.33 tinggi
matematika generalization 77.04 tinggi

Kegiatan pembelajaran pada siklus II secara umum

berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan dibandingkan

siklus I. Siswa tampak lebih mandiri dalam melaksanakan

tahapan-tahapan pembelajaran menggunakan model Group


70

Investigation. Hal ini terlihat mulai dari pemilihan topik yang

diminati hingga presentasi kelas.

Diskusi kelompok yang menggunakan LKS dengan

panduan langkah heuristik lebih memudahkan siswa dalam

menyelesaikan soal. Siswa menjadi terbiasa dalam memahami

masalah dan merencanakan penyelesaiannya. Pada akhir

kegiatan, siswa memberikan perhatian yang lebih besar pada

penarikan kesimpulan.

b) Data hasil pengisian kuesioner.

Kuesioner untuk siklus II juga diisi oleh 26 siswa karena satu

orang siswa berhalangan hadir. Hasil pengisian kuesioner pada

siklus II menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dan

investigasi matematika pada siswa kelas X jurusan akuntansi SMK

1 Depok mencapai skor 74,41% dengan kategori tinggi.

Data hasil pengisian kuesioner pada siklus II adalah sebagai

berikut:

Tabel 7. Hasil Pengisian Kuesioner Setiap Aspek Kemampuan Komunikasi dan


Investigasi Matematika Siswa pada Siklus II
Variabel Aspek Persentase Kategori
Kemampuan aspek kognitif 73.56 tinggi
heuristik 72.31 tinggi
komunikasi
proses kontrol 73.85 tinggi
matematika persepsi 80.46 sangat tinggi
Kemampuan specialization 79.15 tinggi
conjecturing 69.34 tinggi
investigasi
justification 74.87 tinggi
matematika generalization 73.17 tinggi

c) Data hasil tes.


71

Hasil tes siswa untuk siklus II mencapai kategori baik dengan

rata-rata nilai kelas adalah 65,90.

Dari keempat indikator kemampuan komunikasi dan investigasi

matematika yang diukur melalui tes ini, masing-masing diuraikan

sebagai berikut:

i) mengenali kata kunci dalam soal.

Pada indikator ini siswa telah menunjukkan kategori baik

sekali yaitu 88,40.

ii) menunjukkan pengetahuan mengenai fakta, konsep, dan

algoritma.

Pada indikator ini siswa telah menunjukkan kategori cukup

yaitu 60,28.

iii) memberikan jawaban menggunakan diagram maupun kata-

kata dan simbol matematika.

Pada indikator ini siswa telah menunjukkan kategori baik

sekali yaitu 81,48.

iv) menarik kesimpulan atas masalah yang telah diinvestigasi.

Pada indikator ini siswa berada pada kategori gagal yaitu

23,70. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas pada sub-bab

pembahasan.

4) Refleksi.

Berdasarkan hasil pada siklus II sebagaimana disajikan di atas,

aspek-aspek komunikasi maupun investigasi matematika telah


72

mengalami peningkatan. Namun demikian ada pula aspek yang justru

mengalami penurunan yang akan dibahas lebih lanjut pada sub bab

berikutnya. Oleh karena indikator keberhasilan seperti yang tercantum

pada bab III telah tercapai, maka penelitian ini selesai pada siklus II.

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi

permasalahan kurangnya kemampuan komunikasi dan investigasi matematika

pada kelas X jurusan akuntansi SMK 1 Depok. Penelitian dilaksanakan

melalui dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas dua kali pertemuan.

Tindakan pada siklus I adalah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation dengan disertai LKS yang berbeda untuk setiap

kelompok. Sedangkan tindakan pada siklus II masih menggunakan model

pembelajaran yang sama, namun terdapat perbaikan pada LKS yaitu dengan

menambahkan panduan langkah heuristik.

Pada siklus II peneliti menyusun LKS yang dilengkapi dengan

panduan langkah-langkah heuristik yang meliputi pemahaman masalah,

perencanaan penyelesaian masalah, implementasi rencana tersebut, serta

evaluasi. Dengan adanya perbaikan pada LKS, siswa menjadi lebih mudah

dalam menyelesaikan soal. Adapun langkah-langkah tersebut dilaksanakan

melalui diskusi kelompok yang berjalan dengan kondusif.

Soal yang digunakan dalam LKS bersifat terbuka, misalnya sebagai

berikut:
73

Berikan sebuah contoh untuk membuktikan apakah sifat di bawah ini


benar/ salah, di mana A dan B adalah matriks berordo 3x2 dan k
adalah sebarang bilangan real.
k A B kA kB

Meskipun menghadapi soal yang sama, anggota-anggota dalam suatu

kelompok memberikan contoh matriks yang berbeda-beda untuk

menyelesaikannya. Pada akhir kegiatan investigasi, siswa saling

membandingkan jawabannya satu sama lain.

Peneliti juga menyusun soal cerita yang bersifat kontekstual

khususnya yang berhubungan dengan bidang penjualan dan keuangan. Soal

tersebut memberikan motivasi tersendiri bagi siswa karena dengan demikian

siswa mampu mengetahui penerapan materi yang mereka pelajari. Hal ini

sesuai dengan hasil wawancara peneliti pada guru yang bersangkutan

mengenai antusiasme siswa. Guru mengungkapkan bahwa siswa tampak

bersemangat karena soal yang mereka hadapi dekat dengan kehidupan sehari-

hari. Selain itu soal yang cukup kompleks ini memberikan tantangan

tersendiri pada siswa untuk menyelesaikannya. Guru merasa senang karena

siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang baru secara

mandiri.

Peneliti dan guru yang bersangkutan berusaha melaksanakan

pembelajaran sebagaimana RPP yang telah disusun dan disepakati

sebelumnya. Namun demikian, tidak semua tahapan dalam model Group

Investigation dapat seluruhnya dilaksanakan karena adanya hambatan

berikut:
74

a. Adanya keterbatasan waktu, khususnya dalam pembelajaran yang

dilaksanakan pada hari Jumat. Sebagaimana pendapat Richard I. Arends

(2007: 19) bahwa pelajaran yang menggunakan model cooperative

learning membutuhkan waktu lebih banyak dibanding kebanyakan

model pengajaran lainnya karena menyandarkan diri pada pengajaran

kelompok-kelompok kecil.

b. Tidak ada persiapan khusus, misalnya pelatihan, bagi guru maupun siswa

sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan Group Investigation.

Pembelajaran yang dilaksanakan selama penelitian ini telah sesuai

dengan empat komponen penting pada pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation menurut Dennis M. Mclnerney & Valentina Mclnerney (2006:

295-298) yaitu investigasi, interaksi, interpretasi, dan motivasi intrinsik

sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. investigasi.

Kegiatan investigasi dilakukan dalam bentuk penyelesaian soal

pada LKS secara berkelompok. Soal disusun dengan memberikan

panduan langkah-langkah agar siswa dapat menemukan sendiri suatu

konsep (inkuiri), misalnya sebagai berikut:

Jika A dan B adalah matriks persegi dengan ordo yang sama,


tentukan manakah di antara pernyataan di bawah ini yang
bernilai benar?
a. AB 1 B 1 A1
b. AB 1 A1 B 1
c. Keduanya benar
Petunjuk: buatlah sebarang dua matriks persegi yang
mempunyai ordo sama.
75

Siswa merencanakan sendiri langkah-langkah yang akan diambil

untuk menyelesaikan soal tersebut dan menarik kesimpulan menurut kata-

kata yang mereka pahami. Dengan demikian siswa telah menemukan dan

mengkonstruk konsep matematika yang baru mereka dapatkan.

2. interaksi.

Interaksi tidak hanya terlihat pada saat diskusi kelompok tetapi

juga pada saat tahap presentasi kelas. Interaksi berlangsung dengan baik

karena guru matematika selalu menekankan pada siswa di kelas ini agar

tidak membeda-bedakan teman dan agar selalu saling menghormati. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Richard I. Arends (2007: 30) bahwa

siswa harus saling mengenal dan menunjukkan sikap saling menghormati

agar cooperative learning dapat bekerja. Hubungan baik antara guru

dengan siswa juga membuat mereka lebih leluasa dalam menyampaikan

pendapatnya.

3. interpretasi.

Pada saat menarik kesimpulan menggunakan kata-kata sendiri,

pada dasarnya siswa telah diberi kesempatan untuk melakukan

interpretasi. Demikian juga pada bagian akhir pembelajaran, siswa

melakukan refleksi dan menyimpulkan materi yang dipelajari bersama

dengan guru. Siswa juga diberi kesempatan untuk memberikan

interpretasinya melalui tulisan yaitu pada saat mengerjakan LKS,

menuliskan laporan akhir, dan mengerjakan tes. Hasil interpretasi antara


76

satu siswa dengan siswa lain tidak selalu sama, misalnya pada salah satu

butir tes berikut:

Besarnya penjualan (dalam juta rupiah) pada tahun 2006 dan 2007
yang dilakukan oleh seorang pedagang digambarkan dalam
matriks M dan N sebagai berikut:
10 15 30 3 25 35
M N
5 20 7 10 30 5
di mana baris matriks mewakili jenis penjualan (grosir dan eceran)
sedangkan kolom matriks mewakili daerah pemasaran (Bantul,
Sleman, dan Yogya).
Berapakah hasil dari N - M ? Jelaskan makna dari hasil
pengurangan matriks tersebut menggunakan kata-katamu sendiri.

Interpretasi siswa 1:

Dapat diketahui bahwa hasil N - M adalah selisih antara penjualan


tahun 2007 dan tahun 2006 di mana hasilnya adalah
Daerah Bantul: grosir turun 7 juta rupiah.
eceran naik 5 juta rupiah.
Daerah Sleman: grosir naik 10 juta rupiah.
eceran naik 10 juta rupiah.
Daerah Yogya: grosir naik 5 juta rupiah.
eceran turun 2 juta rupiah.

Interpretasi siswa 2:

Seorang pedagang menjual dagangannya pada tahun 2007 jika


dibandingkan dengan tahun 2006 lebih banyak karena selisih
antara tahun 2007 dengan 2006 lebih besar hasilnya baik di daerah
Bantul, Sleman, maupun Yogya.

4. motivasi intrinsik.

Pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat masing-

masing siswa terhadap topik yang disediakan untuk diinvestigasi,

menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi intrinsik sebelum menjalani

kegiatan pembelajaran. Hal tersebut berbeda jika guru yang membagi-

bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Penyusunan soal yang


77

kontekstual sesuai bidang keahlian siswa juga memberikan pengaruh

positif terhadap motivasi siswa.

Menurut Richard I. Arends (2007: 43), pembelajaran kooperatif yang

didasarkan pada penyelesaian masalah dirancang untuk membantu siswa

mengembangkan keterampilan penyelidikan dan keterampilan mengatasi

masalah, menumbuhkan perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang

dewasa serta keterampilan untuk belajar secara mandiri. Relevan dengan hal

tersebut, data yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi dan investigasi matematika pada siklus II meningkat

dari siklus I. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3. Grafik Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Investigasi


Matematika

Secara umum, kemampuan tersebut pada siklus I telah mencapai

kategori tinggi. Akan tetapi di dalam indikator keberhasilan telah ditetapkan

oleh peneliti bahwa siklus akan dihentikan apabila minimal 60% dari semua

aspek komunikasi dan aspek investigasi matematika telah mencapai kategori

tinggi. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap setiap aspek kemampuan

tersebut. Dilihat dari tiap aspek komunikasi matematika masih terdapat dua
78

aspek yang perlu ditingkatkan. Pada siklus I, aspek heuristik berada pada

kategori kurang dan aspek persepsi berada pada kategori cukup. Untuk itu

perlu dilakukan tindakan pada siklus II agar meningkatkan kedua aspek

tersebut. Atas bimbingan dari dosen dan guru, peneliti menetapkan tindakan

pada siklus II adalah perbaikan pada LKS. Peneliti menyusun LKS yang

dilengkapi dengan panduan langkah-langkah heuristik. Dengan adanya

tindakan tersebut diperoleh hasil bahwa kedua aspek yang telah disebutkan di

atas meningkat secara signifikan diikuti oleh peningkatan pada aspek-aspek

yang lain, sebagaimana dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4. Grafik Peningkatan Aspek Komunikasi Matematika Berdasarkan


Lembar Observasi

Gambar 5. Grafik Peningkatan Aspek Komunikasi Matematika berdasarkan


Kuesioner
79

Jika dilihat dari aspek-aspek kemampuan investigasi matematika,

peningkatan yang terjadi dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 6. Grafik Peningkatan Aspek Investigasi Matematika Berdasarkan


Lembar Observasi

Gambar 7. Grafik Peningkatan Aspek Investigasi Matematika Berdasarkan


Kuesioner

Gejala-gejala yang muncul pada setiap aspek komunikasi diuraikan

sebagai berikut:

a. kemampuan berkomunikasi dalam aspek kognitif

(cognitive resources).

Siswa menunjukkan pemahaman atas fakta, konsep, dan

logaritma; terlihat dari apa yang dituliskan pada LKS telah sesuai dengan

konsep-konsep matematika, khususnya konsep matriks. Algoritma


80

pengerjaan soal serta simbol/ notasi yang digunakan telah sesuai. Hal ini

disebabkan karena materi ini pernah diajarkan sebelumnya dan apa yang

siswa pelajari selama penelitian ini bersifat pendalaman atau pengayaan

saja. Meskipun demikian, masih pula ditemukan sedikit kesalahan pada

siswa tertentu misalnya pada penulisan determinan matriks A

menggunakan notasi A di mana seharusnya ditulis A .

b. kemampuan berkomunikasi dalam heuristik

(heuristics).

Pada siklus I, kemampuan ini kurang teramati melalui lembar

observasi. Dengan menggunakan LKS yang disertai panduan langkah

heuristik, terlihat bahwa siswa memiliki kemampuan ini dengan baik.

Selain mengenali kata kunci, siswa juga mampu membuat perencanaan

penyelesaian dengan baik misalnya pada soal berikut:

Jika A dan B adalah matriks persegi dengan ordo yang sama,


tentukan manakah di antara pernyataan di bawah ini yang bernilai
benar?
a. AB A B
b. AB A B
Petunjuk:
Buatlah sebarang dua matriks persegi yang mempunyai ordo
sama.

Jawaban yang diberikan oleh salah seorang siswa adalah sebagai berikut:

A dan B adalah matriks persegi dengan ordo yang sama.


Akan ditentukan pernyataan yang bernilai benar antara
a. AB A B
b. AB A B

Jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa memahami kata kunci pada

soal. Kemudian siswa membuat perencanaan (tertulis) sebagai berikut:


81

Saya akan membuat contoh dari matriks persegi itu sendiri.


Kemudian saya akan mengerjakannya dengan 2 rumus tersebut
untuk menyatakan salah satu rumus yang bernilai benar dengan
membandingkan dan kemudian mengambil kesimpulan dari
pernyataan tersebut.

c. kemampuan berkomunikasi dalam proses kontrol

(control process).

Sebagian besar siswa segera membaca soal pada LKS dengan

cermat. Kemudian siswa berdiskusi dalam kelompoknya, menyatakan

pendapatnya secara lisan, bertukar ide, dan menjelaskan jawaban satu

sama lain. Siswa juga menggunakan buku-buku referensi untuk

membantu dalam penyelesaian soal.

d. kemampuan berkomunikasi dalam persepsi (belief

system)

Kemampuan ini terlihat sejak awal pembelajaran, di mana siswa

mempunyai respons positif terhadap soal-soal yang diberikan. Dengan

adanya respons positif tersebut, siswa bersemangat dalam mengerjakan

soal dan mau berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini juga didukung

dengan adanya soal cerita yang disesuaikan dengan bidang keahlian

siswa, sehingga siswa mampu mengetahui manfaat dari materi yang

dipelajari.

Apabila dilihat dari aspek kemampuan investigasi matematika, gejala-

gejala yang muncul diuraikan sebagai berikut:

a. Aspek kemampuan pengkhususan masalah

(specialization).
82

Sebelum mengerjakan soal, siswa menganalisis masalah dengan

panduan yang terdapat pada LKS. Siswa memahami masalah dengan

menjawab pertanyaan berikut pada LKS:

Apa yang diketahui pada soal?


Apa yang ditanyakan?

b. Aspek kemampuan membuat dugaan (conjecturing).

Kemampuan ini terdapat pada saat siswa mengajukan pertanyaan,

membuat hipotesis atau dugaan sementara, dan membuat perencanaan.

Salah satu contohnya terlihat pada saat presentasi kelas siklus II

pertemuan 1, di mana tim penyaji mempresentasikan topik sifat invers

matriks. Kelompok penyaji menjelaskan topik ini dengan mengaitkan

pada topik sebelumnya mengenai sifat perkalian matriks.

Penyaji : (setelah menemukan jawaban bahwa AB 1 B 1 A1 )


kita ingat bahwa sifat komutatif tidak berlaku pada
operasi perkalian matriks, jadi B 1 A1 A1 B 1 . Maka,
AB 1 A1B 1 .

Pada saat tersebut, kelompok penyaji belum menghitung nilai

A 1 B 1 . Ketika ada siswa yang bertanya, kelompok penyaji baru

mengerjakan di papan tulis. Setelah mengerjakan kemudian kelompok

tersebut menyimpulkan bahwa memang benar AB 1 A1B 1 .

c. Aspek kemampuan memberikan alasan

(justification).

Seluruh kelompok penyaji mampu menjawab pertanyaan dengan

cukup baik pada saat presentasi kelas dengan menyertakan contoh-contoh


83

yang mendukung. Demikian pula dalam menulis jawaban pada LKS,

misalnya pada contoh berikut:

Berikan sebuah contoh untuk membuktikan apakah sifat di bawah


ini benar / salah, di mana A, B, dan C adalah matriks berordo 2x3.
( A B) C A ( B C )
Apakah pada operasi penjumlahan matriks berlaku sifat asosiatif?
Mengapa demikian? Jelaskan jawabanmu!

Berikut ini adalah jawaban dari salah seorang siswa:


2 4 0 4 7 2 6 1 0
A B C
1 5 3 0 5 9 1 3 0
A B C A B C
6 3 2 6 1 0 2 4 0 10 6 2

1 0 6 1 3 0 1 5 3 1 2 9
12 2 2 12 2 2

2 3 6 2 3 6
ya. Karena operasi penjumlahan matriks hanya dapat dilakukan
pada matriks yang berordo sama. Pada kasus di atas matriks A, B,
dan C berordo sama. Jadi jika penjumlahan matriks di atas
dibalik, hasilnya tetap sama.

d. Aspek kemampuan membuat generalisasi

(generalization).

Siswa diminta menuliskan kesimpulan pada LKS menggunakan

kata-katanya sendiri. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru bersama-

sama dengan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi atas topik yang

dipelajari. Pada siklus I, siswa masih perlu diingatkan untuk melakukan

tahap ini. Namun dengan adanya panduan pada LKS siswa menjadi

terbiasa untuk melakukan generalisasi.

Pada instrumen tes, terlihat penurunan nilai rata-rata pada siklus II

sebagai berikut:
84

Gambar 8. Grafik Hasil Tes pada Siklus I dan Siklus II

Apabila ditinjau dari tiap indikator yang dapat diamati melalui tes ini,

maka hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Grafik Hasil Tes pada Siklus I dan Siklus II Ditinjau dari Tiap
Indikator

Keterangan:
indikator 1 : mengenali kata kunci dalam soal.
indikator 2 : menunjukkan pengetahuan mengenai fakta, konsep, dan
algoritma.
indikator 3 : memberikan jawaban menggunakan grafik maupun kata-
kata dan simbol matematika.
indikator 4 : menarik kesimpulan atas masalah yang telah diinvestigasi.

Penurunan tersebut terjadi karena kurangnya waktu yang tersedia; di

samping itu materi yang diujikan pada tes siklus II relatif lebih sulit

dibandingkan dengan siklus I sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk


85

mengerjakan algoritmanya. Hal ini mengakibatkan terjadi penurunan pada

rata-rata nilai tes, meskipun pada indikator 3 terjadi peningkatan.

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di atas,

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation yang disertai dengan LKS yang

menggunakan panduan langkah heuristik dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi dan investigasi matematika siswa kelas X jurusan akuntansi

SMK 1 Depok.

Anda mungkin juga menyukai