Anda di halaman 1dari 9

TEORI DASAR

a. Alat ukur dasar


Alat ukur dalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas
atau variabel fisis.
Jenis-jenis alat ukur: Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu alat
ukur analog dan digital.
Terdapat dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Alat ukur
analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan
temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau
penunjukan skala elektronik. Sedangkan alat ukur digital memberikan hasil
pengukuran yang bernilai diskrit.Contohnya pada hasil pengukuran tegangan atau
arus dari meter digitalyang merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu
yang ditunjukkan pada panel display-nya.

b. Nilai Skala Terkecil


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitiansuatu alat
ukur sangat bergantung pada NST.

c. Skala Nonius
Skala nonius merupakan skala alat ukur yang dapat mengukur besaran (misalnya
dimensi panjang), dengan ketelitian lebih tinggi dari skala biasa yang hanya sanggup
mengukur besaran kasar. Sebagai contohnya yaitu skala nonius yang terdapat pada
alat ukur micrometer sekrup.

d. Parameter Alat Ukur


Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:
1) Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variable
yang diukur.
2) Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat
untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3) Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4) Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh
alat ukur.
5) Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
6) Instrumen, alat ukur menentukan nilai atau besaran suatu kuantitas atau variabel.
7) Sensitivitas, perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrument terhadap
perubahan masukan atau variable yang diukur.
8) Ketepatan, suatu ukuran kemampuan untuk hasil pengukuran yang serupa

e. Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran,
dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat
yang berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran sehingga sangat diperlukan beberapa
panduan dalammemperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah
penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan
yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Langkah pertama yang diperlukan
untuk menguranginya adalah mempelajari kesalahan-kesalahan tersebut; dimana
dari hal ini juga dapat ditentukan ketelitian hasil akhir.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi
dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan
manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak
tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan kesalahan
penaksiran. Selama manusia terlibat dalam pengukuran, kesalahan jenis ini tidak
dapat dihindari; namun jenis kesalahan ini tidak mungkin dihilangkan secara
kesuluruhan, usaha untuk mencegah dan memperbaikinya perlu dilakukan.
Beberapa kesalahan umum dapat mudah diketahui tetapi yang lainnya mungkin
sangat tersembunyi.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian instrumen
yang tidak sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi
sampai batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap,
dan akibatnya besaran yang diukur akan berubah.
Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat
menghasilkan pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam
sebuah rangkaian tahanan tinggi; sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke
sebuah rangkaian tahanannya rendah, pembacaannya bisa berlainan bergantung
pada jenis voltmeter yang digunakan (contoh 1.4). Contoh-contoh berikut
menunjukkan bahwa voltmeter menimbulkan sebuah efek pembebanan (loading
effect) terhadap rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut
sewaktu mengalami proses pengukuran.
2. Kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-
kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian
yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. Jenis
kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni :
(1) Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak
dapat dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya
tarikan pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau
kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan instrumental
dapat dihindari dengan cara (i). ketepatan memilih instrumen yang sesuai
peruntukannya, (ii) menggunakan faktor-faktor koreksi setelah mengetahui
banyaknya banyaknya kesalahan instrumental, (iii) Kalibrasi instrumen dengan
instrumen standar (baku).
(2) Kesalahan karena lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan
akibat dari keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen, seperti efek
perubahan suhu, kelembaban udara, tekanan udara luar, atau medan
elektromagnetik.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan dinamis.
Contoh mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar poros
menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan
instrumen untuk memberikan respon yang cepat bila terjadi perubahan dalam
variable yang diukur.
3. Kesalahan yang tak disengaja (random errors): diakibatkan oleh penyebab-
penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui sebab perubahan-perubahan
parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Kesalahan-kesalahan ini
biasanya hanya kecil pada pengukuran yang telah direncanakan secara baik; tetapi
menjadi penting pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi,
misalkan suatu tegangan akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap
setengah jam. Walaupun instrumen dioperasikan pada kondisikondisi lingkungan
yang sempurna dan telah dikalibrasikan secara tepat sebelum pengukuran, akan
diperoleh hasil-hasil pembacaan yang sedikit berbeda selama periode pengamatan.
Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun dan juga oleh cara
pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya untuk membetulkan kesalaha ini adalah
dengan menambah jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara statistik untuk
mendapatkan pendekatan paling baik terhadap harga yang sebenarnya.

f. Ketidakpastian Mutlak
Ketidak pastian mutlak merupakan suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan
karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian
yang umumnya digunakan yaitu bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X
maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:
x = NST
dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai
X = x x
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dantaranya adalah menggunakan kesalahan rentang atau bisa juga
menggunakan standar deviasi.
Dewinda Julianensi Rumala .2015

Alat ukur adalah alat yang sudah dakui sebagai acuan suat ukuran berdasarkan
strandar internasional. Dan alat ukur mekanik sendiri adalah alat ukur yang biasanya
digunakan untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti
panjang, lebar, tinggi, kerataan dan sebagainya. Dalam penggunaannya, pembacaan hasil
pengukuran dengan alat ukur mekanik dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Contohnya
yaitu jangka sorong, mistar, mikrometer sekrup, neraca analitik, dam stopwatch ( Anonim,
2010).
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang panjang tebal, kedalaman lubang, dan
diameter dalam maupun diameter luar suatu benda dengan batas ketelitian 0.1 mm. Jangka
sorong memiliki dua rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang tetap terdapat skala utama
dan pada rahang sorong terdapat skala nonius. Skala nonius ini panjangnya 9 mm yang
terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0.1 mm. Hasil pengukuran dengan jangka
sorong ditentukan berdasarkan angka skala utama ditambah angka pada skala nonius yang
berimpit dengan garis skala utama. Stopwatch adalah alat ukur waktu yang digunakan untuk
mengukur waktu. Stopwatch memiliki ketelitian 0.5 detik (Hidayat, 2004 : 87).
Mikrometer sekrup adalah alat ukur linear yang mempunyai batas ukur maksimal
25 mm. Alat ini mempunyai skala nonius sehingga ketelitiannya mencapai 0.01 mm. Tanpa
skala nonius, skala utama alat ini adalah 0.5 mm karena pada jarak 25 mm skala utama
terbagi dalam 50 skala sehingga jarak antara 2 skala utama terdekat adalah 25/50 mm atau 0.5
mm. Mikrometer sekrup mempunyai nonius dalam bentuk skala putar yang terdiri atas 50
skala (untuk 1 kali putaran yang sama harganya dengan jarak 1 skala utama). Mikrometer
sekrup mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala nonius , ini dtunjukkan oleh
selunbung lingkaran (Rochim, 2006 :169 ).

Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjadi pembanding
atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan,bertujuan untuk mengetahui kualitas atau
kuantitas suatu besaran.(Giancoli,DC,2013:33)

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung ,dinyatakan dengan angka dan
mempunyai satuan.Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai
besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :

1. Dapat diukur atau dihitung.


2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. Mempunyai satuan.
Bila ada satu dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi dari pengukuran yangdilakukan maka sesuatu
itu dapat dikatakan sebagai besaran.Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu
1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran .karena diperoleh dari
pengukuran maka harus ada alat ukurnya.sebagai contoh adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak
perlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator .contoh besaran non fisika
adalah jumlah.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :

1. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepakatan
para ahli fisika.adapun besaran pokok yang umum ada 7 macam dsajikan dalam bentuk
tabel beikut ini

Besaran Pokok Satuan Internasional(SI) Alat Ukur

No Nama Simbol Nama Simbol


Besaran Besaran Satuan satuan Dimensi
Mistar,Jangka
Sorong,Mikrometer
Panjang L Meter M L Sekrup
1
Massa M Kilogram Kg M Neraca
2
Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch
3
Suhu T Kelvin K Termometer
4
Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter
5
Intentitas
Cahaya J Candela Cd J Lightmeter
6
Jumlah Zat n Mol Mol N -
7

Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung ,mempunyai
satu satu satuan dan ditetapkan terlebih dahulu.

1. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok .Besaran ini ada
banyak macamnya sebagai contoh dan gaya (N) diturunkan dari besaran pokok
massa,panjang,dan waktu volume (m3) diturunkan dari besaran okok panjang dan lain-
lain.Besaran turunan mempunayai ciri khuus antara lain : diperoleh dari pengukuran
langsung dan tidak langsung ,mempunyai satuan dari satu dan diturunkan dari besaran
pokok (Sutarno,2013 :1-2)
Suatu pengukuran yang akurat dan profesi sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat
ukasil pengamatan yang baik akan berarti /bermanfaat jikapengolahan dikerjakan secara tepat oleh
karena itu ada pengetahuan yang lengkap tentanh presisi pengukuran,cara analisis,teori ralat dan
statistik.

Sutarno.2009.Fisika Untuk Universitas.Bandung : Pustaka Media.


Hikam Muhammad.2012.Fisika Untuk Perguruan Tinggi .Jakarta : Media Pustido
Giancolli,DC.2014.Fisika.Jakarta : Erlangga.

Menurut ISO / IEC Guide 17025 : 2005 dan vocabulary of international metodologi, kalibrasi adalah
kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur dengan nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan
kisaran yang diukur). Kalibrasi yang biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standarisasi
(ISO, 2005).

Prinsip kalibrasi alat ukur volume dilakukan dengan mengukur bobot suatu volume, misalnya air
destilata yang dikeluarkan oleh alat ukur volume. Bobot ini kemudian dibandingkan dengan bobot
jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan, sehingga dapat dipastikan
ketepatannya. Kalibrasi alat ukur volume dilakukan untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari
suatu perangkat pengukuran volume agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu (Anonim, 2004).

Tujuan kalibrasi adalah menentukan deviasa atau penyimpangan kebenaran nilai konvensional
penunkukkan suatu instrumen ukur, menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar
nasional maupun internasional. Manfaat kalibrasi ini adalah menjaga kondisi instrumen ukur dan
bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. Kemampuan untuk tepat mengukur volume
larutan sangat penting untuk akurasi dalam kimia analisis (Fatimah, 2003).

Adapun persyaratan kalibrasi, yaitu (Hendayana, 1994) :

1. Standar acuan yang mampu telusur kestandar nasional ataupun internasional


2. Metode kalibrasi yang telah diakui
3. Personil kalibrasi yang terlatih, yang jika perlu telah dibuktikan dengan sertifikasi dari
laboratorium yang terakreditasi
4. Ruangan atau tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara,
aliran udara dan kedap getaran
5. Alat yang dikalibrsi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak
Kalibrasi adalah memastikan memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukkan oleh instrumen
ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada sutu bahan ukur dengan cara
membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki
kemampuan telusur kestandart nasional atau internasional. Dengan kata lain, kalibrasi adalah
suatu kegiatan untuk menetukan kebenaran konvensional penunjukkan alat pengujian dan alat
pengukuran ( Achmad, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Kukuh. S. 2000. Validasi Metode Uji. Pusat Standarisasi dan Akreditasi Laboratorium BSN :
Jakarta.
Anonim. 2004. Metode Pengujian, Metode Kalibrasi dan Validasi Berdasarkan SNI 19-17025-2000.
Info Mutu (November 2004)

Fatimah, Soja. 2003. Kalibrasi dan Perawatan Spektrofotometer UV-Vis. Makalah disampaikan pada
program pengabdian pada masyarakat Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI : Bandung.

Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.

ISO. International Standart Operational. 2005. ISO/IEC 17025 (Versi Bahasa Indonesia)
Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.

Anda mungkin juga menyukai