Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ilmu Kedokteran Forensik = ilmu pengetahuan yang menggunakan multidisiplin ilmu tujuan
untuk membuat terang suatu perkara pidana dan membuktikan ada tidaknya kejahatan atau
pelanggaran dengan memeriksa barang bukti (Physical Evidence) dalam perkara tersebut.
• Jadi Singkatnya :
- ada surat permintaan penyidik
- ada surat persetujuan keluarga/korban/terdakwa untuk pemeriksaan
- legalitas hukum pengiriman Barang Bukti/korban atau terdakwa untuk
pemeriksaan
Informed concent
• prinsipnya merupakan hak korban/keluarga korban untuk dilakukan pemeriksaan
berdasarkan informasi dari pihak penyidik (Pasal 134 KUHAP)
• penyidik perlu koordinasi dengan tim medis dan keluarga korban untuk, menentukan
macam pemeriksaan (PL, autopsi, TKP, penunjang, dll)
• penyidik memiliki Pasal 222 KUHP dalam menentukan pemeriksaan jenazah (PL,
autopsi)
• Jadi Informed Consent :
- dari pihak penyidik untuk tim medis dan penyidik berupa surat permintaan V et R
- dari korban/keluarga korban – antara pihak penyidik, tim medis dan keluarga
korban berupa surat persetujuan keluarga
- dari keluarga korban – untuk :
o pangruti jenazah (agama)
o pengawetan jenazah (penundaan pemakaman dan WNA)
o pengiriman/transportasi jenazah (Ambulance dan pesawat terbang)
Rekam Medis
• Rekam medis tertuang/tertulis dalam status korban, berkaitan dengan segala macam
pemeriksaan medis serta hasilnya
• V et R adalah merupakan laporan data dari RM murni yang sudah dianalisis dari data RM
dan pertanggungjawabnya
• RM bersifat rahasia medis, Rumah Sakit, pribadi dan hukum (HAM, PP 10 tahun 1966
dan Pasal 170 KUHAP).
• Pelepasan rahasia di sidang pengadilan bebas sanksi (Pasal 48, 49, 50, 51 KUHP), bila
diluar sidang sanksinya menurut hukum yang berlaku.
• RM dan IC berdasarkan hukum tertulis dari Permenkes RI.
Pengertian
• Menurut bahasa: berasal dari Bahasa Latin yaitu Visum (sesuatu yang dilihat) dan
Repertum (melaporkan).
• Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah
jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya.
• Menurut Lembaran Negara (Staatsblad) 350 tahun 1937: Suatu laporan medik forensik
oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang bukti medis
(hidup/mati) atau barang bukti lain, biologis (rambut, sperma, darah), non-biologis
(peluru, selongsong) atas permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan untuk peradilan.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat-surat
5. Petunjuk
Kualifikasi Luka
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak
menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat
1.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi
pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut
(NB : semua luka tembus yang mengenai kepala, dada atau perut dianggap membawa
bahaya maut)
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
Syarat pembuat:
• Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
• Di wilayah sendiri
• Memiliki SIP
• Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR jenazah, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Harus sedini mungkin.
3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.
4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi.
Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas
waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum
selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
• Fotografi forensik
• Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
• Penjelasan istilah kedokteran
• Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)
Definisi :
• Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun
mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.
• Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang
ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
Peran Identifikasi :
1. Pada Orang Hidup
o semua kasus medikolegal
o penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri
o orang yang didakwa pelaku pembunuhan
o orang yang diakwa pelaku pemerkosaan
o identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya
o anak hilang
o orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya
o tuntutan hak milik
o untuk kepentingan asuransi
o tuntutan hak pensiun
Penentuan Jenis Kelamin : wajah, potongan tubuh, bentuk rambut, pakaian, ciri-ciri seks,
buah dada, pemeriksaan mikroskopik dari ovarium dan testis, rangka, dan
histologis/kromosom.
Penentuan jenis kelamin berdasarkan rangka : rangka wanita lebih halus, indeks iscium-pubis
wanita lebih besar 15% dari ukuran laki-laki, luas permukaan prosesus mastoideus wanita
lebih kecil, manubrium sterni wanita separuh panjang corpus sterni, tulang panjang wanita
lebih pendek, lebih ringan, lebih halus, dan impressio-nya lebih sedikit.
Penentuan umur :
- bayi baru lahir : penentuan umur kehamilan, viabilitas, berat badan, panjang badan,
pusat penulangan, tinggi badan (jarak antara kepala samapai ke tumit/crown-heel, jarak
antara kepala ke tulang ekor/crown-rup)
- anak-anak & dewasa < 30 thn : persambungan spheno-occipital terjadi dalam umur
17-25 thn (pada wanita 17-20 thn), unifikasi tulang selangka mulai umur 18-25 thn &
menjadi lengkap usia 31 thn ke atas, corpus vertebrae sblm usia 30 thn menunjukkan alur-
alur yang berjalan radier pada bagian permukaan atas & bawah
- dewasa > 30 thn : sutura sagittalis, coronaria, dan lamboidea mulai menutup pada usia
20-30 thn, sutura parietomastoidea dan sutura squamosa menutup usia lima tahun
kemudian – 60 thn, sutura sphenoparietale menutup usia 70 thn.
Fase IV
Unit pembanding data (rekonsiliasi)
• Cek dan recek hasil unit pembanding data.
• Mengumpulkan hasil identifikasi korban.
• Membuat surat keterangan kematian untuk korban yang dikenal dan surat-surat lain yang
diperlukan.
• Menerima keluarga korban.
• Publikasi yang benar dan terarah oleh komisi identifikasi sangat membantu masyarakat
mendapat informasi yang terbaru dan akurat.
Fase V
• Dilakukan Evaluasi
o Dilakukan evaluasi yang komprehensif terhadap masing-masing fase
Definisi :
Suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat terjadinya peristiwa tindak pidana atau
kecurigaan suatu tindak pidana, merupakan suatu persaksian.
Penyidik:
1. melakukan pengamatan/observasi TKP
2. membuat sketsa/foto
3. penanganan korban
4. penanganan terhadap pelaku/kerugian lain
5. penanganan terhadap barang bukti
KUHP pasal 20 minta bantuan dokter, apakah kasus pidana atau tidak
Jika dokter tidak mau sanksi KUHP pasal 24
Tugas dokter di TKP untuk membantu visum dan autopsi apakah sesuai dengan TKP atau
tidak.
Pengertian
o Thanatos : yang berhubungan dengan kematian
o Logos : ilmu
Adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Atau Ilmu yang
mempelajari tentang mati dan diagnostik mati dan perubahan postmortem dan faktor-faktor
yang mempengaruhi serta kegunaan apa saja.
Fungsi Tanatologi :
o Menegakkan diagnosis mati
o Memperkirakan saat kematian
o Untuk menentukan proses cara kematian
o Untuk mengetahui sebab kematian
Definisi Mati : Berhentinya ketiga sistem yaitu kardiovaskular, respirasi , dan sistem daraf
pusat, yang merupakan satu unit kesatuan dan tidak terkonsumsinya oksigen.
Istilah Mati :
o Mati somatis/mati klinis : 3 sistem (SSP, SCV, Sist.respiratory) mati
ireversibel/menetap, tetapi beberapa organ & jaringan masih bisa berfungsi sementara
memungkinkan untuk transplantasi. Aktivitas otak dinyatakan berhenti bila : EEG
mendatar selama 5 mnt
o Mati seluler/molekuler : kematian organ & jaringan, sesaat setelah kematian somatis
( otak & jar.saraf +5 menit setelah mati klinis, otot +4 jam setelah mati klinis, kornea +6
jam setelah mati klinis). Dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati
seluler dalam waktu 4 menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira 2 jam
pasca mati, dan mengalami mati seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih terjadi pada
pemberian adrenalin 0,1% atau penyuntikan sulfat atropin 1% ke dalam kamera okuli
anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostigmin 0,5% akan mengakibatkan miosis
hingga 20 jam pasca mati. Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam pasca
mati dengan cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%;
spermatozoa masih bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis; kornea masih dapat
ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.
o Mati suri : Dalam stadium somatic death perlu diketahui suatu keadaan yang dikenal
dengan istilah mati suri atau apparent death. Mati suri ini terjadi karena proses vital dalam
tubuh menurun sampai taraf minimum untuk kehidupan, sehingga secara klinis sama
dengan orang mati. Dalam literatur lain mati suri adalah terhentinya ketiga sistem
kehidupan yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan
kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.
Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur (barbiturat), tersengat aliran
listrik, kedinginan, mengalami anestesi yang dalam, mengalami acute heart failure,
mengalami neonatal anoxia, menderita catalepsy dan tenggelam.
o Mati serebral : kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversibel, kecuali batang otak
dan serebelum (SCV dan respirasi masih berfungsi)
o Mati otak/batang otak : kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversibel,
termasuk batang otak dan serebelum
Terbentuknya lebam mayat terjadi karena kegagalan sirkulasi, dan aliran balik vena gagal
mempertahankan darah mengalir melalui saluran pembuluh darah kapiler akibatnya butir
sel darahnya saling tumpuk memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan di tempat lain
(fenomena kopi tubruk). Gaya gravitasi meyebabkan darah yang terhenti tersebut mengalir
ke area terendah.
BAB VI
ASFIKSIA
Definisi :
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan berkurang
Penyebab :
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar. Penyebab asfiksia
wajar karena penyakit seperti difteri, tumor laring, asma bronkiale, pneumotoraks,
pneumonia, COPD, reaksi anafilaksis, dan lain-lain. Penyebab asfiksia tidak wajar karena
emboli, listrik, racun (barbiturat), dan adanya halangan udara masuk ke saluran pernapasan
secara paksa.
PENGGANTUNGAN
Definisi
Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat
adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban.
Tanda asfiksia
Alat penggantung :
- alat penggantung dengan permukaan yang luas (co: sarung) menyebabkan tekanan
hanya pada permukaan saja, sehingga yang terjepit hanya vena (vena jugularis)
sehingga muka bengkak&kebiruan, kongesti vena, mata menonjol karena bendungan
Ada 8 hal yang perlu kita lakukan pada pemeriksaan tempat kejadian, yaitu :
1. Memastikan korban apakah masih hidup atau telah mati.
2. Mencari bukti yang menunjukkan cara kematian.
3. Memperhatikan jenis simpul tali gantungan.
4. Mengukur jarak antara ujung kaki korban dengan lantai.
5. Memperhatikan letak korban di tempat kejadian.
6. Cara menurunkan korban.
7. Mengamankan bekas serabut tali.
8. Memperhatikan bahan penggantung.
Ada 3 bukti yang bisa menunjukkan kepada kita tentang cara kematian korban, yaitu :
1. Ada tidaknya alat penumpu korban, misalnya bangku dan sebagainya.
2. Arah serabut tali penggantung.
3. Distribusi lebam mayat.
Serabut tali penggantung yang arahnya menuju korban dapat memberikan petunjuk
bagi kita bahwa korban melakukan bunuh diri. Sebaliknya, arah serabut tali yang menjauhi
korban menjadi bukti bahwa korban dibunuh lebih dahulu sebelum digantung.
Distribusi lebam mayat harus kita perhatikan secara seksama, apakah sesuai dengan
posisi mayat ataukah tidak. Jenis simpul tali gantungan penting kita perhatikan karena dapat
kita jadikan sebagai patokan apakah korban melakukan bunuh diri ataukah korban
pembunuhan. Simpul tali, baik simpul hidup maupun simpul mati, bilamana melewati lingkar
kepala korban dapat menunjukkan korban melakukan bunuh diri. Apabila simpul tali tidak
dapat melewati lingkar kepala korban dapat menandakan korban dibunuh lebih dahulu
sebelum digantung. Simpul hidup harus kita longgarkan secara maksimal untuk
membuktikannya.
Cara kita menurunkan korban dengan memotong tali gantungan diluar simpul tali.
Sebelum memotong, kita membuat 2 ikatan lalu kita potong secara miring diantara keduanya.
Tindakan ini untuk mencegah terurainya serabut tali gantungan. Setelah itu, kita
mengamankan bekas serabut tali gantungan tadi baik serabut tali yang mengikat leher korban
maupun serabut tali yang diikatkan pada tempat gantungan. Hal ini penting kita lakukan untuk
pemeriksaan kasus ini lebih lanjut.
Bahan dan ukuran diameter penggantung penting juga kita perhatikan. Bahan yang
keras dan berdiameter kecil meninggalkan tanda alur jerat yang semakin jelas. Bahan
penggantung yang dapat digunakan pada kasus penggantungan (hanging) antara lain tali,
kawat, selendang, ikat pinggang, sprei yang disambung, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang dapat kita jumpai pada pemeriksaan luar dan dalam autopsi. Ada 5
bagian tubuh korban yang kita perhatikan saat melakukan pemeriksaan luar autopsi, yaitu:
1. Kepala.
2. Leher.
3. Anggota gerak (lengan dan tungkai).
4. Dubur.
Ada 4 bagian kepala korban yang kita perhatikan saat melakukan pemeriksaan luar autopsi,
yaitu :
1. Muka.
2. Mata.
3. Konjungtiva.
4. Lidah.
Muka korban penggantungan (hanging) akan mengalami sianosis dan terlihat pucat
karena vena terjepit. Selain terjepitnya vena, pucat pada muka korban juga disebabkan
terjepitnya arteri.
Lidah korban penggantungan (hanging) bisa terjulur, bisa juga tidak terjulur. Lidah
terjulur apabila letak jeratan gantungan tepat berada pada kartilago tiroidea. Lidah tidak
terjulur apabila letaknya berada diatas kartilago tiroidea.
Alur jeratan pada leher korban penggantungan (hanging) berbentuk lingkaran (V shape). Alur
jerat berupa luka lecet atau luka memar dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Alur jeratan pucat.
2. Tepi alur jerat coklat kemerahan.
3. Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan.
Alur jeratan yang simetris / tipikal pada leher korban penggantungan (hanging) menunjukkan
letak simpul jeratan berada dibelakang leher korban. Alur jeratan yang asimetris / atipikal
menunjukkan letak simpul disamping leher.
Deskripsi leher korban penggantungan (hanging) yang penting kita berikan antara lain :
1. Lokasi luka.
2. Jenis luka.
3. Lokasi simpul jeratan (belakang dan samping leher).
4. Jenis simpul jeratan (simpul hidup dan simpul mati).
Jenis luka korban penggantungan (hanging) terdiri atas luka lecet, luka tekan dan luka
memar. Penting juga kita mendeskripsikan mengenai warna, lebar, perabaan dan keadaan
sekitar luka. Anggota gerak korban penggantungan (hanging) dapat kita temukan adanya
lebam mayat pada ujung bawah lengan dan tungkai.
Penting juga kita ketahui ada tidaknya luka lecet pada anggota gerak tersebut. Dubur
korban penggantungan (hanging) dapat mengeluarkan feses. Alat kelamin korban dapat
mengeluarkan mani, urin, dan darah (sisa haid). Pengeluaran urin pada korban penggantungan
disebabkan kontraksi otot polos pada stadium konvulsi atau puncak asfiksia. Lebam mayat
dapat kita temukan pada genitalia eksterna korban.
Ada 4 bagian tubuh korban penggantungan (hanging) yang kita perhatikan saat melakukan
pemeriksaan dalam autopsi, yaitu :
1. Kepala.
2. Leher.
3. Dada dan perut.
4. Darah.
Leher korban penggantungan (hanging) dapat kita temukan adanya perdarahan dalam
otot atau jaringan, fraktur (os hyoid, kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea), dan
robekan kecil pada intima pembuluh darah leher (vena jugularis).
Dada dan perut korban penggantungan (hanging) dapat kita temukan adanya
perdarahan (pleura, perikard, peritoneum, dan lain-lain) dan bendungan / kongesti organ.
Darah dalam jantung korban penggantungan (hanging) warnanya lebih gelap dan
konsistensinya lebih cair.
PENJERATAN
Jerat (strangulation by ligature) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban
akibat suatu jeratan dan menjadi erat karena kekuatan lain bukan karena berat badan korban.
• kekuatan jerat pada ujung tali jerat, pada gantung kekeatan karen berat badan
• jejas penjeratan bersifat horisontal bersilangan di atas dan dibawah
• tanda asfiksia
• kausa mati menyerupai gantung diri
• pemeriksaan lokal menyerupai gantung diri hanya bedanya pada penjeratan, jejeas
bersifat horisontal
Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita jumpai pada kejadian
infanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat, dan hukuman mati
(zaman dahulu).
Kecelakaan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita temukan pada bayi yang
terjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal reflex menjadi
penyebab kematian pada orang yang bersenda gurau.
Bunuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara
melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik. Antara
jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat tersebut.
Pemeriksaan tempat kejadian pada kasus jeratan (strangulation by ligature) kita lakukan
secara rutin sebagaimana pada kasus yang lain. Kita hendaknya memperhatikan jeratan pada
leher korban dan cara melepaskan jeratan dari leher korban.
Ada 5 hal yang penting kita perhatikan pada kasus jeratan (strangulation by ligature), antara
lain :
1. Arah jerat mendatar / horisontal.
2. Lokasi jeratan lebih rendah daripada kasus penggantungan (hanging).
3. Jenis simpul penjerat.
4. Bahan penjerat misalnya tali, kaus kaki, dasi, serbet, serbet, dan lain-lain.
5. Pada kasus pembunuhan biasanya kita tidak menemukan alat yang digunakan untuk
menjerat.
Pemeriksaan autopsi pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mirip kasus penggantungan
(hanging) kecuali pada :
1. Distribusi lebam mayat yang berbeda.
2. Alur jeratan mendatar / horisontal.
3. Lokasi jeratan lebih rendah.
Pencekikan (manual strangulasi) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban
yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau lengan bawah.
• pakai tangan 1 atau 2
• bersifat pembunuhan
• status lokalis
o luka memer bulat panjang
o luka lecet bentuk bulan sabit jika pakai tangan kiri jempoknya di kiri
• diagnosis menyerupai gantung diri
• sebab kematian menyerupai gantung diri
Ada 3 hal yang penting kita perhatikan pada pemeriksaan luar dari autopsi kasus pencekikan
(manual strangulasi), antara lain :
1. Tanda asfiksia.
2. Tanda kekerasan pada leher (penting).
3. Tanda kekerasan pada tempat lain.
Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar autopsi yang dapat kita temukan antara lain
adanya sianotik, petekie, atau kongesti daerah kepala, leher atau otak. Lebam mayat akan
terlihat gelap.
Ada 2 tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu :
1. Bekas kuku.
2. Bantalan jari.
Gambar. Pencekikan dengan bekas kuku dan goresan pada sisi leher
Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu luka lecet yang berbentuk
semilunar/bulan sabit. Kadang-kadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan
pula tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right handed) ataukah tangan kiri
(left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas kuku (susunan bekas kuku) juga tak luput
Ada 4 hal yang penting kita cari pada pemeriksaan dalam autopsi bagian leher korban pada
kasus pencekikan (manual strangulasi), yaitu :
1. Perdarahan atau resapan darah.
2. Fraktur.
3. Memar atau robekan membran hipotiroidea.
4. Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging. Perdarahan atau
resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, dan mukosa &
submukosa pharing atau laring. Fraktur yang paling sering kita temukan pada os hyoid.
Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea.
PEMBEKAPAN
Pembekapan (smothering) adalah suatu suffocation dimana lubang luar jalan napas yaitu
hidung dan mulut tertutup secara mekanis oleh benda padat atau partikel-partikel kecil.
• penutupan pada mulut dan hidung
• tanda asfiksia jelas
• rekonstruksi tangan yang dipakai pakai tangan kiri jempol di kiri pipi korban
Edema paru dan hiperaerasi terjadi pada kematian yang lambat dari pembekapan
(smothering).
Ada 3 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan autopsi kasus pembekapan
(smothering), yaitu :
Ada 3 hal penting yang kita cari untuk menemukan penyebab kematian pada kasus
pembekapan (smothering), yaitu :
1. Jika kita menemukan bantal, cari apakah ada tanda-tanda kekerasan.
2. Cari ada tidaknya trauma tumpul di sekitar hidung dan mulut.
3. Mencari ada tidaknya kain, handuk, dasi, serbet, atau pasir dalam rongga mulut.
TERSEDAK (CHOCKING)
Tersedak (chocking) adalah suatu suffocation dimana ada benda padat yang masuk dan
menyumbat lumen jalan udara.
• oleh karena benda asing
• tanda asfiksia jelas
• awalnya batuk keras asfiksia mati
Ada 3 macam kecelakaan yang dapat menimbulkan kematian pada kasus tersedak (chocking),
yaitu :
1. Gangguan refleks batuk pada alkoholisme.
2. Pada bayi atau anak kecil yang gemar memasukkan benda asing ke dalam mulutnya.
3. Tonsilektomi, aspirasi, dan kain kasa yang tertinggal pada anestesi eter.
Ada 4 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan autopsi kasus tersedak (chocking),
yaitu :
1. Mencari bahan penyebab dalam saluran pernapasan. Juga kadang-kadang ada tanda
kekerasan
1. di mulut korban.
2. Menemukan tanda asfiksia.
3. Mencari tanda-tanda edema paru, hiperaerasi dan atelektasis pada kematian lambat.
4. Tersedak dapat terjadi sebagai komplikasi dari bronkopneumonia dan abses.
ASFIKSIA TRAUMATIK
Asfiksia traumatik (external pressure of the chest) adalah terhalangnya udara untuk masuk
dan keluar dari paru-paru akibat terhentinya gerak napas yang disebabkan adanya suatu
tekanan dari luar pada dada korban.
• penekanan rongga dada, rongga perut, diafragma
• penekanan dari luar
• co: desak desakan O2 kurang asfiksia
Ada 2 cara kematian pada kasus tersedak (chocking), yaitu :
1. Kecelakaan (paling sering)
Ada 3 macam kecelakaan yang dapat menimbulkan kematian pada korban kasus asfiksia
traumatik (external pressure of the chest), yaitu :
1. Terjepit antara lantai dengan elevator, antara 2 kendaraan, atau antara dinding dengan
kendaraan yang mundur.
2. Tertimbun runtuhan benda atau bangunan, pasir, atau batubara.
3. Berdesakan di pintu sempit akibat panik.
Ada 2 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan autopsi korban kasus asfiksia
traumatik (external pressure of the chest), yaitu :
1. Mencari tanda kekerasan di dada.
2. Menemukan tanda asfiksia.
TENGGELAM
Tenggelam (drowning) adalah suatu suffocation dimana jalan napas terhalang oleh air / cairan
sehingga terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru.
Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat masuk ke
dalam air, seperti bagian kepala mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk ke dalam
air.
Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelam (drowning) yang dapat kita jumpai,
yaitu :
1. Kapal tenggelam.
2. Serangan asma datang saat korban sedang berenang.
Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus mati
tenggelam (drowning), yaitu :
1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya.
2. Kita dapat temukan suicide note.
3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh korban.
4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.
Pada pemeriksaan luar autopsi, tidak ada patognomonis untuk mati tenggelam. Ada 7 tanda
penting yang
yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning), yaitu :
1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah.
2. Lebam mayat biasanya sianotik kecuali mati tenggelam di air dingin berwarna merah
muda.
3. Kulit telapak tangan / telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput (washer
woman's hands/feet).
4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine / goose skin pada lengan, paha dan bahu
mayat.
5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang
bersifat melekat.
6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut / hidung.
7. Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air / bahan setempat berada dalam
genggaman tangan mayat.
Ada 5 tanda penting yang yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning) pada
pemeriksaan dalam autopsi, yaitu :
1. Paru-paru mayat membesar dan mengalami kongesti.
2. Saluran napas mayat berisi buih. Kadang-kadang berisi lumpur, pasir, atau rumput air.
3. Lambung mayat berisi banyak cairan.
4. Benda asing dalam saluran napas masuk sampai ke alveoli.
5. Organ dalam mayat mengalami kongesti.
Di daerah tropis, tubuh mayat pada kasus mati tenggelam (drowning) mulai membusuk pada
hari ke-2 sedangkan di daerah dingin, membusuk setelah 1 minggu. Pembusukan tersebut
ditandai oleh terkelupasnya kulit ari. Jika pembusukannya merata, tubuh mayat akan
mengapung di permukaan air. Keadaan ini disebut floaten. Floaten biasanya terjadi pada hari
ke-3 sampai hari ke-6.
Perbedaan Tempat
Air laut Air Tawar
Paru paru besar dan berat Paru-paru besar dan ringan
Basah Relatif ringan
Bentuk besar kadang overlapping Bentuk biasa
Ungu biru dan permukaan licin Merah pucat dan emfisematous
Krepitasi tidak ada Krepitasi ada
Ada 4 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu :
1. Percobaan getah paru (lonset proef).
2. Pemeriksaan diatome (destruction test).
3. Penentuan berat jenis (BD) plasma.
4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test).
Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif menunjukkan bahwa
korban masih hidup saat berada dalam air.
Pemeriksaan Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik perdarahan di
sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.
SUFOKASI
Inhalation of suffocating gasses adalah suatu keadaan dimana korban menghisap gas tertentu
dalam jumlah berlebihan sehingga kebutuhan O2 tidak terpenuhi.
• kekurangan O2 di suatu tempat/daerah sekitarnya (daerah tambang)
• tanda asfiksia
• tanda intoksikasi CO2
• tanda trauma seperti kejatuhan batu
Ada 3 cara kematian pada korban kasus inhalation of suffocating gasses, yaitu menghisap gas:
1. CO
2. CO2
3. H2S
Gas CO banyak pada kebakaran hebat. Gas CO2 banyak pada sumur tua dan gudang bawah
tanah. Gas H2S pada tempat penyamakan kulit.
Definisi :
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau
perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang
kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas.
Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik , atau
gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh
cedera atau operasi.
Deskripsi luka :
Patofisiologi Trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan
organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ, sehingga
tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut
tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme
kompensasi tersebut adalah :
1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
2. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan
heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi
pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga
cardiac output.
4. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
Trauma Mekanik
Trauma tumpul :
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris
Luka memar diskontinuitas pembuluh darah & jaringan dibawah kulit tanpa rusaknya
jaringan kulit
Teraba menonjol pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak
Bentuk luka Menyerupai benda yang mengenai
Luka Lecet tjd pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar
Luka Lecet Tekan arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang
tertekan melesak kedalam
Luka Lecet Geser arah kekerasan miring/membentuk sudut epidermis terdorong &
terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut
Luka Lecet Regang diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai
dengan garis kulit
Patah tulang
o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab
o Perubahan berdasarkan waktu
o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli
lemak dan sumsum tulang
Adanya Rhinorea jika bercampur dgn darah kadang2 sulit dibedakan dengan epistaksis.
Beberapa cara untuk membuktikan adanya rhinorea yaitu :
1. Darah tersebut tidak akan membeku karena bercampur CSS
2. Tanda “Double Ring atau Hallo Sign” yaitu jika setetes cairan diletakkan diatas kertas
tissue/koran maka darah akan terkumpul ditengah dan sekitarnya masih terbentuk
rembesan cairan (CSS) yg membentuk cincin kedua yg mengelilingi lingkaran pertama.
3. Pemeriksaan Beta-2-transferrin yg merupakan marker spesifik untuk CSS.
- Jika terdapat kecurigaan adanya fraktur, jangan memasang NGT krn dapat
melewati lempeng kribriformis yang sudah fraktur dan masuk ke intracranial.
- Jika fraktur melibatkan kanalis optikus, dapat mencederai N. Optikus sehingga
tjd gangguan visus.
Ring fraktur : gaya dari atas ke bawah
Perdarahan intrakranial :
Dapat berbentuk lesi fokal (Perdarahan epidural, perdarahan subdural, kontusio dan
perdarahan intraserebral) maupun lesi difus.
Cedera Difus membentuk kerusakan otak berat progresif yang berkelanjutan, disebabkan oleh
meningkatnya jumlah cedera akselerasi deselerasi otak.
Doktrin MONROE-KELLIE :
Vblood + Vbrain + V LCS = konstan
Konsep utama : volume intrakranial selalu konstan (rongga kranium tidak mungkin mekar).
Tekanan Intrakranial (TIK) yang normal tidak berarti tidak ada lesi massa intakranial, karena
TIK umumnya tetap dalam batas normal sampai penderita mencapai titik dekompensasi dan
memasuki fase ekspansional.
TIK normal : 50-200 mmH2O (4-15 mmHg)
Kapasitas ruang cranial : otak (1400 g), LCS (75 mL), darah (75 mL)
Perubahan kompensatoris dapat melalui :
- pengalihan LCS ke rongga spinal
- peningkatan aliran vena dari otak
- sedikit tekanan pada jaringan otak
peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) akan menurunkan aliran darah otak secara
signifikan
Trauma tajam :
Benda tajam benda yg permukaannya mampu mengiris sehingga kontinuitas jaringan
hilang
- Luka iris dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan kulit
- Luka tusuk dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus permukaan kulit
- Luka bacok dalam ± = panjang luka
arah trauma ± 45° dari permukaan kulit dan tergantung beratnya
benda yang di pakai.
Ciri-ciri luka karena benda tajam :
Tepinya rata
Sudut luka tajam
Tidak ada jembatan jaringan
Sekitar luka bersih tidak ada memar
Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong
3. Luka Bacok (panjang = dalam) luka ini tergantung dua faktor yaitu :
a. Jenis senjata biasanya senjata yang digunakan sedikit tajam/ tajam dan relatif
berat seperti kapak atau parang.
b. Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris.
Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri atau
kecelakaan :
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
LUKA TEMBAK
Ciri-ciri utama luka tembak ialah biasanya luka tembak menghasilkan 2 buah luka:
1. Luka Tembak Masuk:
• luka tembak tempel
• luka tembak jarak dekat
• luka tembak jarak jauh
2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)
TRAUMA FISIK
Ada 3 hal yang dapat kita temukan pada autopsi sebagai tanda adanya reaksi heat exhaustion :
1. Arteriosklerosis arteri coronaria.
2. Darah berwarna gelap di jantung.
3. Organ dalam mengalami kongesti.
Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh terjadinya paralisis centrum di
medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas (1000 Fahrenheit) dan lembab serta
telah berlangsung beberapa hari.
Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang bersuhu tinggi. Kita
dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan menggunakan campuran air &
garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami konvulsi.
Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
• Nyeri yang sangat hebat shock dan kematian.
• Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit
menjadi arang & mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas
fleksi tidak sampai menimbulkan rigor mortis.
• Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari mencengkeram.
• Bukan tanda intravital.
• Fraktur tengkorak pseudoepidural hematom (bedakan dengan
epidural hematom).
Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan dengan menggunakan RULE OF
NINE, yaitu :
9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut; pinggang; ekstremitas
atas kanan; ekstremitas atas kiri.
18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas bawah kiri.
1% : permukaan alat kelamin.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan elektron-
elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
1. Arus listrik (I)
a. Arus listrik searah atau direct current (DC)
Cara Kematian
Paling sering : kecelakaan, jarang terjadi karena pembunuhan atau bunuh diri. Oleh
karena itu pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sangat penting.
Patofisiologi
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan atau
kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik pada jantung
dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun eksternal melalui panas dan
pembentukan pori di membran sel. Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun
tinggi mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC
dapat menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama
membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh aliran dapat
mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan berbagai komplikasi.
Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma
mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian, dalam hal
ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.
Pemeriksaan Korban
1. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya kena listrik,
kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan
arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu kemudian korban
diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka
mungkin korban dalam keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit.
Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan
utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban
menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
2. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah kelainan pada
kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda listrik atau current
mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Current mark adalah tanda luka
akibat listrik dan merupakan tempat masuknya aliran listrik. Tanda-tanda listrik
tersebut antara lain :
• Terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan
• Tanda lain berupa bula
• Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat keputihan atau
coklat kehitaman atau abu-abu kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan
edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah halo). Cara mencari t.u
pada telapak tangan atau telapak kaki dan sebelumnya harus dicuci dulu dengan
sabun dan bila perlu disikat. Metalisasi akibat panas yang ditimbulkan sedemikian
besar sehingga ion-ion asam jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat
atau kabel membentuk garam dan menyebar di jaringan. Warna yang terjadi
tergantung bahan logam, misalnya dari besi akan tampak warna hitam kecoklatan,
tembaga warna coklat kemerahan, dan aluminium warna perak. Luka keluar dari
luka listrik (electrical burn) tidak khas dapat berupa luka lecet, luka robek, atau
luka bakar. Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
• Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut
ikut terbakar, tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur/kalk parels
terdiri dari kalsium fosfat
Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC)
dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere.
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat perpindahan volume
udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu
terisi oleh udara kembali sehingga menimbulkan suara menggelegar / guntur / ledakan.
TRAUMA KIMIAWI
LUKA RINGAN:
Luka ringan adalah :
• LUKA YANG TIDAK MENGAKIBATKAN SAKIT ATAU HALANGAN DALAM
MELAKUKAN PEKERJAAN
• MISALNYA MEMAR ATAU LECET:
– YANG BERDASARKAN LOKASI DAN LUASNYA DIANGGAP TIDAK
MENGAKIBATKAN GANGGUAN FUNGSI
PS 352 KUHP: MAKS 3 BULAN
LUKA SEDANG :
Luka Sedang adalah :
LUKA/CEDERA DIANTARA LUKA BERAT DAN LUKA RINGAN
MISALNYA :
– VULNUS LACERATUM
– VULNUS SCISSUM
– FRACTURE
yang tidak mengancam nyawa namun membutuhkan perawatan lebih lanjut dan menghalangi
pekerjaan untuk sementara waktu
PS 351 (2) KUHP: MAKS 2 TAHUN 8 BULAN
PS 353 (1) KUHP: MAKS 4 TAHUN
LUKA BERAT:
MENURUT PS 90 KUHP Luka berat adalah :
• TAK DAPAT DIHARAPKAN SEMBUH
• MENGANCAM NYAWA
• HALANGAN BEKERJA PERMANEN
• KEHILANGAN SALAH SATU INDERA
• CACAT BERAT
• KELUMPUHAN
• TAK DAPAT BERPIKIR 4 MINGGU ATAU LEBIH
• GUGURNYA KANDUNGAN
PS 351 (3) KUHP: MAKS 5 TAHUN
PS 353 (2) KUHP: MAKS 7 TAHUN
PS 354 (1) KUHP: MAKS 8 TAHUN
PS 355 (1) KUHP: MAKS 12 TAHUN
RINGKASAN
KLASIFIKASI
Luka iris (incised wound)
Luka tusuk (stab wound)
Luka bacok (chop wound)
CIRI LUKA
Tepi luka rata
Sudut luka lancip
Rambut terpotong
Tidak ditemukan jembatan jaringan
Tidak ditemukan memar atau lecet disekitarnya
DESKRIPSI LUKA
Jumlah luka
Lokasi luka
Ukuran luka
Ciri-ciri luka ( tepi luka,sudut luka, adakah jembatan jaringan, memar atau luka lecet,
adakah rambut ikut terpotong, adakah sesuatu yang keluar dari lubang)
Benda asing
Intravitalitas luka
Luka tersebut mematikan atau tidak
LUKA TUSUK
Bentuk luka :
1. pada parenkim dan tulang : sesuai penampang alat
penyebabnya
2. pada kulit/otot :
- alat pisau
// serat elastis otot : spt celah, ⊥ serat elastis otot :
menganga, miring thd serat elastis otot : asimetris
- alat ganco/lembing
celah bila luka di daerah pertemuan serat elastis/otot
bulat : sesuai penampang alat
- alat penampang segitiga atau segiempat
bintang berkaki tiga atau empat
Kulit
- Luka lecet (abrasion)
- Luka memar (contusion)
- Luka retak, robek, koyak (laceration)
Kepala
- Mengenai tengkorak
- Jaringan intrakranial
Dada
- Mengenai tulang-tulang
- Mengenai organ dalam
Perut
- Mengenai organ parenkim
- Mengenai organ berongga
Anggota gerak
- Mengenai tulang dan sendi
- Mengenai jaringan lunak
• Kerusakan adalah jaringan subkutan sehingga pembuluh darah kapiler rusak dan pecah
darah meresap kejaringan sekitar.
• Bagian yang mudah mengalami memar mempunyai jaringan lemak dibawahnya
dan berkulit tipis
• Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan jaringan bawah kulit. Epidermis
terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebacea mengalami kerusakan.
• Bila sembuh dapat menimbulkan jaringan parut
• Luka robek mudah terjadi pada kulit dengan adanya tulang di bawahnya.
LUKA RETAK
• Luka pada kulit daerah tubuh yang ada tulang tepat di bawah kulit tersebut (Misal :
kepala dan tulang kering)
• Akibat dari kekerasan benda tumpul yang mempunyai pinggiran (tepi meja, tepi pintu
dll)
CEDERA KEPALA
PENDAHULUAN
Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala
ringan.Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio cerebri digolongkan sebagai cedera
kepala berat.Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba
di Rumah Sakit.2
Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa benturan langsung
pada kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur
tulang tengkorak.Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural,
subdural dan intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi saja, yaitu
gegar otak atau cedera struktural yang difus.2
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan jaringan
otak di tempat benturan yang disebut “coup” atau ditempat yang berseberangan dengan
benturan (contra coup).2
II. PATOFISIOLOGI
Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat
menyebabkan heniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan
adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
4. Laceratio Cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan
piamater.Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid
traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio
langsung dan tidak langsung.2
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh
benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.
Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat
akibat kekuatan mekanis.2
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan foto roentgen basis kranii.
Komplikasi :
• Gangguan pendengaran
• Parese N.VII perifer
• Meningitis purulenta akibat robeknya duramater.
• Adanya cairan LCS yang bercampur darah. Kebocoran LCS dapat diperiksa
dengan “double ring” atau “halo sign”, yaitu jika setetes cairan darah yang
dicurigai mengandung LCS diletakkan diatas tissue/koran, maka darah akan
terkumpul ditengah dan sekitarnya terbentuk perembesan yang membentuk
cincin kedua.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hal yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kapitis adalah:2
1. CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
2. Lumbal Pungsi
Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6 jam dari
saat terjadinya trauma
3. EEG
Dapat digunakan untuk mencari lesi
4. Roentgen foto kepala
Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak
VI. DIAGNOSA
Berdasarkan :Ada tidaknya riwayat trauma kapitis
Gejala-gejala klinis : Interval lucid, peningkatan TIK, gejala laterlisasi
VII. KOMPLIKASI
Jangka pendek :2,5
1. Hematom Epidural
o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya
o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala
sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian
timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing,
kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi
perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi
terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi
tentorial.
o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)
Interval lucid
Peningkatan TIK
Gejala lateralisasi → hemiparese
o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma
subgaleal.
o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi
kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus
piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik
positif.
o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks
o LCS : jernih
2. Hematom subdural
o Letak : di bawah duramater
o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi
piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama
Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian
Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent.
Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak
(bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang
tengkorak)
Isodens → terlihat dari midline yang bergeser
3. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada
lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa
hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan perdarahan
intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan
pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi
neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.
4. Oedema serebri
Pada keadaan ini otak membengkak.Penderita lebih lama pingsannya, mungkin
hingga berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat.
Tekanan darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan
otak juga tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.
• TIK meningkat
• Cephalgia memberat
• Pd Perut
Umumnya trjadi: contusi, laserasi ,ruptur, lepas dr fiksasi
1.Organ parenkim
o a.hepar :kontusi, laserasi
o komplikasi ruptur : syok segera,internal bleeding, infeksi
o b.lien: ruptur bntuk Y,H / L
o keluhan: nyeri perut kiri atas,pucat,haus,nadi cpt,dyspne
o komplikasi: internal bleeding
o c.ginjal: retroperitoneal bleeding, luka rongga dlm:hematuri
o d.pankreas: tjd ruptur vertikal, † krn syok & perdarahan
o e.adrenal: kanan mdh trluka, umumnya luka brsama organ lain
2.Organ berongga
o a.lambung: trauma lokal hipokondria kiri=>kontusi,ruptur dinding lambung.
o b.usus/duodenum: sering luka stinggi L2, bs ruptur jika penuh cairan
o c.kandung seni: jika penuh mudah ruptur
Pelvis
• Trauma=> Becken #
TRAUMA THERMIK
Trauma thermik
1. Hyperthermis
2. Hypothermis
Akut renal failure karena : shock, timbunan Hb, dan pecahnya eritrosit
Keracunan akut gas CO atau gas toksik lain anoksia mati lemas
Gradasi luka bakar
Ditentukan oleh :
1. Luas daerah yang terbakar
2. Tinggi rendahnya temperatur /panas yang membakar tersebut
3. Lamanya kontak dengan kulit
No. 2 dan 3 menentukan dalamnya luka bakar
Sedang
a. Anak-anak : - luka bakar Tk II (10-15%)
- luka bakar Tk III (2-10%)
b. Dewasa : - luka bakar Tk II (15-30%)
- luka bakar Tk III (2-10%)
Ringan
a. Anak-anak : - luka bakar Tk II < 10%
- luka bakar Tk III <2%
b. Dewasa : - luka bakar Tk II < 15%
- luka bakar Tk III <2%
Dapat disebabkan : tersentuh botol panas, terjilat nyala api, pakaian korban
yang terbakar, kejadian kebakaran besar
Membantu mengumpulkan barang bukti :
o Barang bukti di sekitar lokasi korban diperlukan untuk mengungkapkan lokasi,
sumber, penyebab luka bakar. Dapat juga dinilai dari posisi korban pada waktu
ditemukan dan bagian yang terkena luka bakar.
o Barang bukti dapat berupa : puntung rokok, kompor yang meledak, tangki bensin
yang mudah terbakar, termos, sumber uap panas.
Cara kematian pada luka bakar
IDENTIFIKASI KORBAN
- Dilaksanakan pada pemeriksaan TKP maupun pada waktu pemeriksaan jenazah
- Data korban : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, umur, warna kulit, warna mata
dan rambut
- Tanda pengenal khusus pada tubuh : jaringan parut, tatto
- Simpan potongan kain yang tidak terbakar
- Catat dan simpan barang pribadi milik korban
HYPOTHERMIS
Sistemik Hypotermi
Lokal Hypothermi
Pada hypothermy terjadi:
RESUME
Patologis forensik juga disebut penentu cara kematian. Cara kematian diartikan
sebagai gaya dalam terjadinya sebab kematian. 4 cara kematian yaitu alamiah, kecelakaan,
bunuh diri/suicide dan homicide.
Sebab kematian adalah penyakit atau cedera atau luka yang dimulai serangkaian
kejadian yang bertanggung jawab dalam menyebabkan kematian
Mekanisme kematian adalah gangguan atau kelainan fisiologik dan atau biokimia
yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian.
Trauma penyebab kematian dikelompokkan jadi trauma mekanik, kimiawi, suhu/fisik,
listrik.. Trauma mekanik dibagi kategori tajam dan tumpul. Trauma tumpul dibagi senjata api
dan bukan senjata api. Trauma senjata api dapat dibagi kecepatan rendah dan kecepatan
tinggi. Trauma bedah dibagi trauma penetrasi atau bukan penetrasi. Trauma penetrasi
mencakup luka tembak dan luka tusuk. Trauma bukan penetrasi primer kecelakaan motor atau
terjatuh.
Trauma mekanik
Cedera kekerasan tajam
Trauma mekanik terjadi saat kekerasan fisik melebihi kekuatan regangan
jaringan/kulit saat kekerasan terjadi. Kekerasan tajam menunjukkan cedera dari benda tajam
seperti pisau, pedang, kapak. Factor penting yang benar adalah objek tumpul menghasilkan
laserasi dan objek tajam menghasilkan luka insisi. Sebagai catatan lagi luka tajam pinggir/tepi
luka yang membedakan dengan cedera yang dihasilkan objek tumpul. Kematian dari trauma
tumpul dan tajam melalui berbagai mekanisme, tapi trauma tajam umumnya menyebabkan
kematian dengan perdarahan luar. Artinya pembuluh darah utama arteri pada jantung harus
mengalami kerusakan yang hebat sehingga dapat menyebabkan kematian akibat trauma tajam.
Trauma tumpul
Trauma tumpul dapat menyebabkan kematian umumnya apabila pada jaringan otak
terdapat kerusakan yang jelas. Namun, trauma tumpul dapat merobek jantung dan pembuluh
aorta, yang menyebabkan perdarahan hebat, atau menghasilkan komplikasi lainnya.
Luka tembak
Senjata api akan menghasilkan jenis luka tumpul yang khusus. Luka akibat senjata api
adalah luka umum yang terdapat pada kasus pembunuhan dan bunuh diri pada negara
Amerika Serikat. Luka tembak bisa digolongkan berdasarkan bahan yang digunakan untuk
melontarkan peluru. Bahan yang umum digunakan adalah bubuk mesiu dan bubuk tanpa asap
(nitroselulosa). Namun, penggunaan bubuk mesiu sangat jarang terlihat, karena itu bahan
tanpa asap yang sering digunakan.
Perbedaan lainnya yang dapat dilihat adalah senjata laras panjang dan laras pendek.
Kebanyakan kasus kematian didapatkan pada senjata laras panjang – rifle atau handgun--.
Senjata antik atau shotgun digolongkan pada jenis senjata laras pendek.
Luka bisa dibedakan atas dasar lingkar tengah dari proyektil atau peluru. Umumnya
kombinasi dari ukuran metrik dan Inggris digunakan untuk membedakan jenis senjata yang
digunakan.
Trauma kimia
Kematian dari trauma ini meliputi kematian yang dihasilkan dari penggunaan obat dan
racun. Obat yang umum ditemukan dalam praktisi forensik jarang membunuh secara
langsung, namun berperan dalam sebagai 5% faktor kontribusi dalam trauma kematian. Obat
itu adalah etil alkohol, yang juga disebut ethanol. Ethanol merupakan bahan aktif dalam bir,
anggur, dan minuman yang diawetkan. Ethanol mungkin obat dengan sejarah penyalahgunaan
obat terlama, dan merupakan jenis obat yang sering disalahgunakan pada zaman sekarang.
Alkohol merupakan bahan yang diharamkan oleh agama Islam dan beberapa kepercayaan
Kristiani, tapi pelarangan tidak cukup kuat untuk menghilangkan alkohol sebagai agen
penyebab pada kebanyakan luka trauma.
Alkohol juga dapat membunuh secara langsung. Obat ini merupakan salah satu
pendepresi sistem saraf pusat; bekerja dengan memperlambat reaksi dan komunikasi dari otak
menuju neuron batang otak. Pada kadar rendah intoksikasi, kurang dari 0,03 gram persen dari
kadar alkohol darah, seimbang dengan 330 mililiter bir dengan kandungan ethanol 5 %,
kebanyakan orang akan menyadari akan adanya peningkatan dari waktu reaksi, mungkin
dikarenakan perlambatan dari neuron inhibisi. Pada kadar konsentrasi alkohol darah lebih dari
Trauma suhu
Kontak dengan panas yang berlebihan ataupun dingin dapat menghasilkan kematian.
Hipotermia merupakan suhu\dingin yang berlebihan;hipertermia adalah panas yang
berlebihan. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian melalui kerusakan pada
mekanisme normal yang menjaga suhu tubuh sekitar 37 derajat celcius. Dalam kedua jenis
kematian, beberapa tanda-tanda nyata dapat ditemukan pada autopsi untuk memberikan
diagnosis pasti yang menyebabkan kematian. Ketidaadaan permintaan diagnosis pada
penyebab lain kematian pasangan dengan riwayat terpapar pada lingkungan baik hipertemia
maupun pada hipotermia diharapkan.
TRAUMA ELEKRIK
Aliran listrik melalui seseorang dapat menghasilkan kematian oleh sejumlah
mekanisme yang berbeda. Jika rangkaian arus bolak balik (AC) pada tegangan rendah (di
bawah 1000 volt) melintasi jantung, maka akan mengalami fibrilasi ventrikel, bergetar secara
nonpropulsive kemudian tidak dapat diresusitasi dalam beberapa menit. Fibrilasi jantung
karena AC bertindak sebagai alat pacu jantung. AC di Amerika alternatif dari positif ke
negatif 3.600 kali per menit (2500 kali per menit di Eropa). Fibrilasi ventrikel menghasilkan
sekitar 300 quivers per menit,. tegangan rendah mungkin atau tidak menghasilkan listrik
Terbakar, tergantung lamanya paparan dengan sirkuit. Paparan dalam waktu yang lama
diperlukan untuk menghasilkan suatu luka bakar.
ASFIKSIA
Klasifikasi trauma mekanik terbatas pada kematian karena asfiksia tumpang tindih
dengan sebab lain, kematian karena asfiksia disebabkan gangguan oksigenasi di otak. Asfiksia
ini dapat terjadi dari sebab mekanik (strangulasi), sebab kimiawi (racun sianida), sebab listrik
(listrik tegangan rendah)
Tenggelam adalah kematian akibat sesak napas dari perendaman di dalam air atau
cairan lain. Beberapa kematian akibat terendam terjadi bukan akibat asfiksia namun karena
hipotermi. Paparan pada seseorang dengan suhu air di bawah 20 derajat celcius (68 derajat
Fahrenheit) akan mengakibatkan kematian akibat hipotermia setelah paparan berjam-jam.
Paparan terhadap suhu air mendekati 0 derajat Celcius (32 derajat Fahrenheit) akan
menghasilkan kematian dalam hitungan beberapa menit. Korban tenggelam meninggal
sebagai akibat dari asfiksia, suatu gangguan oksigenasi pada otak. Seseorang biasanya
berusaha untuk menjaga kepalanya di atas air sehingga ia dapat terus menghirup udara. Ketika
hal ini menjadi sulit, ia akan berjuang untuk mempertahankan jalan napas, dan hal ini
meningkatkan kebutuhan oksigen. Menghirup air akan meningkatkan kepanikan. Air yang
masuk ke bagian belakang tenggorokan secara refleks akan tertelan. Hai ini akan
mentransmisikan suatu tekanan negatif yang berkaitan dengan terhirupnya air ke telinga
bagian tengah melalui tabung Eustachius yang terbuka saat menelan. Air yang tertelan akan
masuk kedalam perut. Upaya lebih lanjut untuk bernapas menyebabkan air masuk ke saluran
napas atas, memicu batuk dan inhalasi refleks tambahan. Ketika air memasuki saluran udara
kecil, dinding-dinding otot napas akan kejang, sehingga melindungi alveoli atau kantung-
STUDI KASUS
Kasus 1
Seorang polisi dipanggil oleh seorang pria yang mengatakan bahwa ia menembak
tetangganya. Dia menceritakan pada polisi bahwa tetangganya menyerang dia dengan sebilah
pisau saat ia sedang menggendong anak bayinya. Dia mengatakan bahwa dia merasa diri dan
anaknya terancam, sehingga ia mengambil senjata apinya, dan menembak tetangganya hingga
meninggal. Pegawai toko di seberang jalan tempat kejadian yang mendengar percekcokan
keduanya juga menyatakan hal yang sama dengan cerita si penembak. Kakak laki-laki si
penembak yang datang ke tempat kejadian sesaat setelah percekcokan terjadi juga
menyatakan hal yang sama.
Keluarga korban meminta saya untuk menilik kembali kasus tersebut untuk
menentukan apa yang terjadi. Keluarga korban tidak senang dengan jaksa yang tidak
menuntut si penembak. Saya meninjau foto-foto tempat kejadian, foto autopsy, dan laporan
autopsy, dan setelah itu pergi ke tempat kejadian. Disana, ditemukan lobang peluru, namun
tidak terdapat darah. Gambar 4.19 dan 4.20 menunjukkan lubang peluru di lorong beberapa
bulan setelah penembakan. Gambar 4.21 menunjukkan tubuh korban yang terbaring ketika
polisi datang.
Penembakan dikatakan terjadi di tempat rendah, namun lubang peluru terdapat di
tangga atas. Seperti yang akan didiskusikan di bab berikutnya, bahwa penentuan jarak antara
senjata dan orang yang ditembak dapat dipastikan. Pada korban terdapat dua tembakan senjata
api – yang satu jarak jauh dan yang lain jarak dekat. Dengan demikian, jarak penggunaan
senjata ialah lebih dari 3 kaki untuk tembakan yang pertama dan kemudian ditembakkan lagi
beberapa inci lebih jauh dari tembakan pertama.
Hal lain yang dapat ditentukan ialah arah peluru yang mengenai tubuh dan organ
dalam. Satu tembakan mengenai sisi samping abdomen. Hal tersebut tidak mengenai arteri
utama dan keluar dari tubuh pada sisi yang lain. Peluru mengenai dinding dan merupakan
tembakan jarak jauh. Tembakan jarak dekat mengenai belakang kepala. Pelurunya
menyebabkan pergeseran otak dari depan ke belakang dan sedikit ke atas.
Hal lain yang penting diketahui dari luka tembak ialah lama waktu antara luka dan
pingsannya korban. Luka tembak abdomen yang tidak mengenai pembuluh utama dapat
memberikan efek dalam hitungan jam, hari atau bahkan lebih. Luka tembak di belakang
kepala yang menyebabkan pergeseran otak akan mengakibatkan koma dalam waktu singkat.
Pada kasus ini, bukti fisik menyangkal pengakuan dari si penembak. Tembakan di
abdomen merupakan tembakan pertama. Si penembak dalam posisi berdiri ketika
menembakkan senjatanya yang mengakibatkan lubang di dinding. Tembakan pertama
BAB VIII
ABORSI
DEFINISI
Peristilahan aborsi sesungguhnya tidak kita temukan pengutipannya dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam KUHP hanya dikenal istilah pengguguran
kandungan. Istilah “aborsi” yang berasal dari kata abortus bahasa latin, artinya “kelahiran
sebelum waktunya”. Sinonim dengan kata itu mengenal istilah “kelahiran yang premature”
atau miskraam (Belanda), keguguran.
Abortus berdasarkan definisi medis adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Anak baru mungkin hidup di luar kandungan kalau
beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Ada yang mengambil
Dari aspek kedokteran forensik yang diartikan dengan keguguran kandungan adalah
pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadia perkembangannya sebelum masa kehamilan
yang lengkap tercapai (38-40 minggu). Dari segi medikolegal maka istilah abortus,
keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran
janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
KLASIFIKASI
Umumnya setiap negara ada undang-undang yang melarang abortus buatan, tetapi larangan
ini tidaklah mutlak sifatnya. Di Indonesia berdasarkan undang-undang, melakukan abortus
buatan dianggap suatu kejahatan. Akan tetapi abortus buatan sebagai tindakan pengobatan,
apabila itu satu-satunya jalan untuk menolong jiwa dan kesehatan ibu serta sunguh-sungguh
dapat dipertanggung jawabkan dapat dibenarkan dan biasanya tidak dituntut. Indikasi medis
akan berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran. Di negara Swedia, Swiss, dan
beberapa negara lainnya, membenarkan indikasi yang bersifat sosial medis, humaniter, dan
egenetis, bukan semata-mata untuk menolong ibu, tetapi juga dengan pertimbangan
keselamatan anak, jasmani, dan rohani.
Walaupun beberapa ahli telah banyak berdebat tentang kemungkinan perluasan indikasi
medik, namun sampai saat ini di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah
demi menyelamatkan nyawa ibu. Jadi tidak dibenarkan melakukan abortus atas indikasi :
o Ekonomi
o Etnis : baik akibat perkosaan atau akibat hubungan diluar nikah.
o Sosial : kuatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Dalam melakukan tindakan abortus atas indikasi medik, seorang dokter perlu mengambil
tindakan-tindakan pengamanan dengan mengadakan konsultasi pada seorang ahli kandungan
yang berpengalaman dengan syarat:
(1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
(2) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
(3) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
(4) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga / peralatan yang memadai, yang
ditunjuk pemerintah.
(5) Prosedur tidak dirahasiakan.
(6) Dokumen medik harus lengkap.
Aborsi kriminal adalah kerusakan atau pengguguran janin dari rahim ibu oleh orang lain
secara paksa, yaitu, jika tidak ada indikasi terapeutik untuk operasi. Kejahatan ini dinyatakan
sebagai tindak pidana jika aborsi yang dilakukan berakibat fatal. Jika wanita tersebut
meninggal akibat prosedur yang dilakukan oleh aborsionis dan orang lain yang berkaitan
dengan kejahatan tersebut, seperti ahli anestetik atau perawat, akan dituntut dengan pasal
pembunuhan. Bahkan saudara atau teman yang menemaninya ke aborsionis dinyatakan
bersalah sebagai rekan kejahatan, jika dapat dibuktikan bahwa orang tersebut mengetahui
tujuan kunjungannya. Hukum menekankan pada maksud-maksud ilegal di balik tindakan dan
tentang semua hal yang berhubungan dengan kejahatan sebagai prinsip-prinsip kesalahan.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah individu yang memberi anjuran dan meresepkan
obat-obatan, atau berusaha menggugurkan kandungan dengan cara lain; jika terjadi kematian
akibat tindakannya, mereka dinyatakan bersalah oleh hukum.
Tidak ada perbedaan hukum untuk pengguran fetus pada awal kehamilan atau pada akhir
masa kehamilan, karena keduanya disebut aborsi. Dalam sebagian besar yuridiksi, fetus pada
awal kehamilan sebelum digugurkan dinyatakan memiliki kehidupan yang sama dengan fetus
Roman Forensik Edisi 8 85
pada akhir masa kehamilan. Aborsi yang dilakukan pada awal masa kehamilan sama
bersalahnya dengan yang dilakukan pada akhir masa kehamilan.
Kekerasan mekanik lokal dapat ditakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar
dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik
berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut
atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya.
Kekerasan dapat pula 'dari dalam' dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus.
Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas
pada portio; aplikasi asam arsonik, kalium permanganat pekat, atau iodium tinctuur;
pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan jari
tangan. Manipulasi uterus, dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan
penyuntikan ke dalam uterus.
Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup
panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan
dengan menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,
desinfektan atau air biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.
Obat/zat tertentu, racun umum digunakan dengan harapan agar janin mati tetapi si ibu cukup
kuat untuk bisa selamat.
Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung minyak eter tertentu yang
merangsang saiuran cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus
dan hormon wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus.
Hasil yang dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan keadaan
kandungannya (usia gestasi).
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nenas muda, bubuk beras
dicampur lada hitam, dan lain lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam berat,
laksans dan lain lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin,
dikumarol, kina dan lain lain.
Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata sangat efektif.
Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika
CARA-CARA ABORTUS
Obat-obatan
Biasanya obat-obatan yang diberikan per-oral tidak menyebabkan abortus kecuali diberikan
dalam jumlah besar sehingga bersifat toksik kepada wanita hamil tersebut.Patut diingat tidak
ada satupun obat/kombinasi obat peroral yang mampu menyebabkan rahim yang sehat
mengeluarkan isinya tanpa membahayakan jiwa wanita yang meminumnya. Karena itulah
seorang “abortir profesional” tidak mau membuang-buang waktu/mengambil resiko
melakukan abortus dengan menggunakan obat-obatan. Klasifikasi obat-obat yang digunakan
adalah :
1. Obat yang bekerja langsung pada uterus
o Echolics (golongan obat yang meningkatkan kontraksi uterus).
o Emmenagagonum (merangsang terjadinya menstruasi. Untuk menyebabkan abortus
harus diberikan dalam dosis yang besar dan berulang).
2. Obat-obat yang menimbulkan kontraksi GIT.
o Yang paling sering digunakan adalah emetik tartar.
o Castrol oil; magnesium sulfate / sodium sulfate
3. Obat yang bersifat racun sistemik
o Racun tumbuhan (buah pepaya yang masih mentah, buah nenas yang masih mentah,
madar juice, Buah Daucus carota).
o Racun logam (yang paling sering digunakan adalah cairan timah yang mengandung
oksida timah dan minyak zaitun).
Kekerasan Mekanik
Tindakan kekerasan yang bersifat umum :
o Penekanan pada abdomen, misalnya pukulan, tendangan
o Menggunakan ikatan yang kencang pada bagian abdomen.
o Latihan olahraga yang keras misalnya bersepeda, meloncat, menunggang kuda,
mendaki gunung, berenang, naik turun tangga.
o Mengangkat barang-barang berat.
o Pemijatan uterus melalui dinding abdomen.
Tindakan kekerasan yang bersifat lokal :
o Merobek selaput amnion, yaitu dengan memasukkan benda tajam seperti kateter,
jarum, dll kedalam rongga uterus.
o Pernggunaan ganggang laminaria yang diamternya berukuran 0,4 - 0,5 cm. Ganggang
ini direndam dalam air dan dimasukkan kedalam ostium uteri. Dengan demikian akan
menyebabkan robeknya selaput amnion dan terjadi abortus.
o Stik abortus, yaitu berupa potongan kayu yang dibungkus dengan kain, kemudian
dicelupkan kedalam madar juice, arsen atau phelavai juice dan dimasukkan kedalam
ostium uteri. Hal ini akan menyebabkan kontraksi uterus dan abortus.
o Menyalurkan listrik tegangan rendah, menyebabkan kontraksi uterus dan
mengeluarkan hasil konsepsi.
Korban hidup
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara,
pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya usaha
penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna, daerah
perut bagian bawah.
1. Ibu
1. Tanda-tanda kehamilan
- striae gravidarum
- uterus yang membesar
- hiperpigmentasi aerola mammae
2. Tanda-tanda partus
- ditemukan cairan
- bercak darah pada vagina
- vagina yang longgar
- laserasi dan luka yang terdapat pada vagina
- serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan.
3. golongan darah
2. Janin
1. umur janin
2. golongan darah janin
Korban mati
Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus serta
interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang
terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih,
maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-
tanda abortus kriminal.
Lagi pula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh wanita yang
bersangkutan. Pada pemeriksaan jenazah, TEARE (1964) menganjurkan pembukaan abdomen
sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis sebagai
penyebab kematian korban.
Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan jenazah, bila
didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, lakukan pemeriksaan
toksikologik.
Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi. Lakukan pula Tes
emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Periksa alat-alat genitalia interna apakah
pucat, mengalami kongeti atau adanya memar. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar
irisan 1 cm untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah.
Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologilk. Ambil
urin untuk tes kehamilan / toksikologik dan pemeriksan organ-organ lain dilakukan seperti
biasa.
Pemeriksaan niikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan,
kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukannya
sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
Pemeriksaan Ibu :
1. Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
Identifikasi umum
o Tinggi badan, berat badan, umur. Pakaian; cari tanda-tanda kontak dengan suatu
cairan, terutama pada pakaian dalam.
o Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenasah.
o Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.
o Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada :
- arteri coronaria
- ventrikel kanan
- arteri pulmonalis
- arteri dan vena di permukaan otak
- vena-vena pelvis
o Vagina dan uterus di-insisi pada dinding anterior untuk menghindari
jejas, kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya perforasi
uterus. Cara pemeriksaan: uterus direndam dalam larutan formalin 10% selama 24
jam, kemudian direndam dalam alkohol 95% selama 24 jam, iris tipis untuk melihat
saluran perforasi. Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada cervix uteri (abrasi,
laserasi).
o Ambil sampel semua organ untuk menilai histopatologis.
o Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.
o Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :
- isi vagina
- isi uterus
- darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel
- urin
- isi lambung
- rambut pubis
Pemeriksaan janin
- Umur janin
- Golongan darah
Dari dan berdasarkan ketentuan KUHAP, khususnya yang berkaitan dengan penyidikan, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada larangan bagi pihak penyidik untuk melakukan
penyidikannya pada tempat-tempat yang telah, sedang atau akan terjadinya tindak pidana,
termasuk tempat yang patut diduga didalamnya akan dilakukan tindak pidana. Demikian juga
tempat praktek dokter yang disinyalir di dalamnya ada praktik aborsi yang illegal.
Chrisdiono M. Achadiat dalam artikelnya yang berjudul “Aborsi dalam Perspektif Etika,
Moral dan Hukum”, memberikan catatan sebagai berikut :
(1) Bahwa dalam penjelasan Pasal 10 KODEKI disebutkan antara lain, “Ia (baca; Dokter
Indonesia) harus berusaha mempertahankan hidup mahluk insani. Berarti bahwa
menurut agama dan undang-undang negara maupun menurut Etika kedokteran
seorang dokter tidak dibolehkan :
Di negara bagian New York, jika seorang dokter dituntut melakukan aborsi ilegal, ijin praktek
kedoktarannya di negara bagian tersebut akan dicabut secara otomatis.
Sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia, setiap usaha untuk mengeluarkan hasil
konsepsi sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai adalah suatu tindak pidana, apapun
alasannya. Dalam tahun-tahun terakhir ini beberapa negara dimana legalisasi abortus
provocatus masih bersifat terbatas, seakan-akan timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat
Hukum abortus diberbagai negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai berikut
:
1. Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda dan Indonesia
(sebelum ada UU No. 23 Tahun 1992, tentang kesehatan).
2. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Kanada,
Thailand, dan Swiss.
3. Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan penderita (ibu),
seperti di Prancis dan Pakistan.
4. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial-medik, seperti di Islandia,
Inggris, Skandinavia, dan India.
5. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti Jepang, Polandia,
dan Serbia. (Menghindari penyakit keturunan, janin cacat)
6. Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan, seperti di Bulgaria dan
Hungaria.
Meskipun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak terdapat satupun pasal
yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun
untuk menyelamatkan jiwa si ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak
dihukum, bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima hakim.
Abortus atas indikasi medik ini kini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas
nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut
serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak-pihak
yang dapat mewujudkan adanya pengguguran kandungan adalah:
(1) Seseorang yang melakukan pengobatan atau menyuruh supaya berobat terhadap
wanita tersebut, sehingga dapat gugur kandungannya.
(2) Wanita itu sendiri yang melakukan upaya atau menyuruh orang lain, sehingga dapat
gugur kandungannya.
(3) Seseorang yang tanpa izin menyebabkan gugurnya kandungan seseorang.
(4) Seseorang yang dengan izin meyebabkan gugurnya kandungan seseorang wanita.
(5) Seseorang yang dimaksud dalam angka 1, 2, 3, dan 4 termasuk di dalamnya dokter,
bidan, juru obat, serta pihak lain yang berhubungan dengan medis.
Pasal 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Motif Infanticide :
• Anak yang tidak sah
• Warisan
• Orang tua yang terlalu miskin
• Pada beberapa keluarga, bayi perempuan dianggap kurang berarti
• Wanita tuna susila yang tidak menghendaki kelahiran anak
Lahir hidup
Kekerasan
Sebab kematian
Pengertian “baru lahir” mengharuskan penilaian :
Cukup bulan atau belum dan usia kehamilan
Usia pasca lahirnya
Viabel atau tidak
Pengertian “takut diketahui” dibuktikan dengan tidak adanya tanda-tanda perawatan
Pengertian “si ibu membunuh anaknya sendiri” harus dibuktikan bahwa mayat anak
yang diperiksa adalah anak dari tersangka
Pemeriksaan :
1. Dada :
mengembang
diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5
tepi paru menumpul
beratnya kira-kira 1/35 berat badan akibat semakin padatnya
vaskularisasi paru
2. Paru
Pemeriksaan makroskopik paru :
Paru sudah mengisi rongga dada & menutupi sebagian kandung jantung
Berwarna merah muda tidak merata
Pleura yang tegang & menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi
udara
Konsistensi sperti spons, teraba derik udara
Pada pengisian paru dalam air keluarnya gelembung udara dan darah
Berat paru bertambah hingga dua kali (1/35 kali berat badan) karena berfungsinya
sirkulasi darah jantung paru
Uji apung paru positif
Pemeriksaan mikroskopik paru :
alveoli paru yang mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif
3. Saluran Cerna
Adanya udara dalam saluran cerna
Lambung dan usus : terdapat darah, mekonium, & cairan amnion menunjukkan
bahwa bayi telah melakukan usaha pernafasan & pada saat inspirasi menelan cairan
tersebut
Adanya cairan susu menunjukkan bayi telah hidup untuk beberapa waktu lamanya
4. Perubahan ginjal dan kandung kemih :
(tidak begitu spesifik & tidak bisa diandalkan)
Kristal asam urat mungkin terdapat pada pelvis ginjal.
Pembentukan urin (+/-)
5. Perubahan pada telinga tengah :
(kurang dapat diandalkan)
Pemeriksaan WREDIN diperiksa jaringan konektif gelatin pada telinga tengah yang akan
berubah menjadi berisi udara jika bayi telah melakukan pernafasan
Viable
Bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan
• umur kehamilan > 28 minggu
• PB (kepala-tumit) > 35 cm
• PB (kepala-tunggging) > 23 cm
• BB > 1000 garam