Disusun oleh : AFIF NAUFAL HISYAM (P1337430115061)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2017 Judul : 350 kVp Chest Radiography: Review and Comparison with 120 kVp Halaman : 856-866 Tahun : 1977 Penulis : ANTHONY V. PROTO AND EDWARD J. LANE Reviewer : Afif Naufal Hisyam
Tujuan penelitian : Alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk :
(1) mengetahui koefisien penyerapan pada soft tissue dan tulang, (2) untuk mengetahui visibilitas tulang yang lebih seragam, (3) mengetahui spektrum sinar-x, (4) untuk mengetahui respon visual, dan (5) kedalaman resolusi. Dari perbandingan kV pada thorax antara 120 dan 350 kVp. Subjek penelitian : Perbandingan dilakukan pada 203 kasus berurutan. Prosedur : Pada 120 kV alat dan bahan yang digunakan adalah : Generator Litton Profex-ray (Titan 1050, 3-phase), 300-600 mA, 10-16 msec, 1,5 mm actual focal spot, layar DuPont Hi-Plus, Alumunium Leibel- Flarsheim interspace 85 garis, focus grid 1:8, film Cronex VI, processing Kodak M7A, 150 detik, 33,3C, menggunakan automatic processing Kodak RP X-Omat sebagai developer dan fixer.HVL untuk teknik 120 kV menggunakan alumunium setebal 4,9 mm diukur dengan ruang tipe ionisasi Kiethly model 96030. Pada 350 kV alat dan bahan yang digunakan adalah : Hewlett- Packard 350 kV chest x ray system (model 43815) pada jarak 1,8 m rata-rata arus yang digunakan adalah 40mA, 6,65 msec, focal spot 5 mm, Leibel-Flarsheim Aluminium melintang 12:1, 85 garis grid fokus , film Cronex IV dan VI, Layar radelin SF-3, pengolahannya sama dengan 120 Kv. HVL pada unit dengan kV 350 adalah 11,0mm alumunium. Parameter Kriteria Perbandingan dan Evaluasi : Parameter berikut dievaluasi dengan menggunakan Cronex VI untuk teknik 120 kV dan Cronex IV dan VI dengan teknik 350 kV: mottle, kalsifikasi, nodul, vaskulasi paru, penyakit interstisial, penyakit alveolar, refleksi mediastinum, daerah infradiafragmatik, daerah retrokardiak, jaringan lunak toraks, Laring dan trakea, penyakit pleura (cairan, penebalan), kelainan jantung (pembesaran bilik, kehadiran alat pacu jantung, pada operasi sebelumnya), dan apeks pada pandangan lateral. Kriteria yang digunakan adalah : 0 ( tidak ada perbedaan antara rutin dan 350 kV ), +1 ( lebih baik pada 350 kV ), +2 ( tampak pada 350 kV dan tidak ada pada pemeriksaan rutin ), -1 ( lebih buruk pada 350 kV ), -2 ( tidak terlihat pada 350 kV namun tampak pada pemeriksaan rutin atau jauh lebih buruk pada 350 kV. Hasil : Data yang membandingkan teknik 120 kV (Cronex VI) dan 350 kV (Cronex VI dan Cronex IV) ditunjukkan pada tabel 1 dan 2. Radiografi 350 kV dengan Cronex IV tampak sedikit lebih kontras dibandingkan dengan Cronex VI, seperti yang diharapkan (Cronex IV Kontras = 3.6, Cronex VI 3.0). Data digabungkan dan dirangkum dalam tabel 3.
Mottle sedikit tampak terutama pada daerah soft tissue dari
thorax. Sementara itu lebih buruk dengan teknik 350 kV, sebagian besar berada dalam kategori -1, kalsifikasi dan detail tulang juga lebih buruk dan berada dalam kategri -1. Kalsium meningkat pada radiografi 350 kV, aspek anterior tulang kurang tervisualisasi dengan baik dibandingkan dengan bagian posterior dan lateral, fraktur lama juga tidak divisualisasikan Pulmonary nodul divisualisasikan lebih baik (85%), banyak tercatat hanya di radiografi 350 kV. Dalam satu kasus nodul tidak tampak pada radiografi 350 kV. Vaskularisasi paru diidentifikasi lebih jauh di paru-paru daripada di pemeriksaan rutin. Karena 350 kVp masih termasuk kisaran yang digunakan pada radiografi rutin. Retensi ppembuluh darah tampak dengan baik dan menguntungkan dalam pengenalan dini gagal jantung kongestif. Berdasarkan pengalaman penyakit interstitial dan penyakit alveolar juga divisualisasikan dengan baik, tidak hanya daerah yang tidak tampak dengan teknik rutin tetapi juga dengan peningkatan. Mediastinum dapat dievaluasi dengan radiografi thorax PA. Dua tambahan manfaat yang terkait dengan peningkatan penetrasi mediastinum adalah: (1) perbaikan visualisasi retrografi paru dan kontraksi jantung, dan (2) visualisasi corpus vertebral yang tidak terlihat pada penelitian rutin jika area ini kurang diinginkan. Underpenetrasi juga bisa menjadi masalah di area infradiaphragmatic dari pemeriksaan rutin thorax PA. Penetrasi yang lebih baik dengan teknik 350 kV menmungkinkan untuk peningkatan visualisasi dasar paru dan bagian atas Abdomen. Trakea dan laring bila disertakan dalam radiografi akan tampak baik bila divisualisasikan pada radiografi dengan 350 kV. Bahkan ketika trakea dan bronkus utama divisualisasikan pada penelitian rutin, margin dan sudut taringnya ditingkatkan pada radiografi 350 kV. Kelainan pleura dan kelainan jantung lebih dikenal pada masing- masing 52% dan 55% kasus. Apeks paru pada pandangan lateral menunjukkan tidak ada perubahan pada 46% kasus dan meningkat pada 41%.Sudut pulmonal pada pandangan PA tidak dipelajari sebagai parameter evaluasi yang terpisah namun bersamaan dengan parameter lainnya. Dominasi tulang yang menurun dari rusuk anterior dan posterior dan klavikula memungkinkan pandangan yang kurang tampak pada apeks di paru-paru. Parameter dengan sedikit perbaikan adalah jaringan lunak toraks (30%). Jaringan lemak-jaringan lunak tampak kurang dibedakan pada penelitian rutin. Ini mungkin karena koefisien penyerapan lemak dan jaringan lunak hampir sama dengan 350 kV. Gambar 1 -3 mengilustrasikan beberapa parameter yang dievaluasi dalam penelitian ini. Diskusi : Kekurangan dan kelebihan dalam penggunaan 350 kVp adalah : Kekurangan : 1. Sedikit mottle, biasanya tampak di daerah soft tissue dari thorax 2. Mengurangi visualisasi kalsium yang meningkat dengan percobaan (beberapa kerugian total dan juga kenaikan total pada area pemeriksaan rutin yang kurang teralas) 3. Kerusakan tulang rusuk secara umum detail, tetapi visualisasi tulang belakang yang lebih baik tampak di area underpenetrasi rutin. Kelebihan : 1. visualisasi yang lebih baik dari nodul, vaskularitas, penyakit interstisial dan alveolar, refleksi mediastinum, daerah infradiafragmatik dan retrokardiac, laring dan trakea, dan kelainan pleura dan jantung. 2. Pengurangan dalam pengambilan keputusan 3. Fasilitasi aliran pasien 4. Kesederhanaan instalasi dan operasi 5. Keseragaman antara pemeriksaan 6. penurunan dosis radiasi.
Saran : modalitasnya harus bisa memperlihatkan mottle, harus bisa
mengurangi kerusakan pada tulang rusuk secara umum, kalo bisa jangan sampe mengurangi visualisasi kalsium tetapi harus bisa menstabilkannya.