Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
2.1 Anatomi
1. Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat
dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua
lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat dimana
keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus venosus (sebagian besar
2. Arachnoidea
3
4
hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia
yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi sistem rongga-rongga yang
sekitar sinus sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga bahwa liquor
cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi. Pada orang lanjut usia
3. Piamater
choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung dengan ependim dan
ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel
1. Fungsi
2.2 Definisi
meluas melalui ruang subarachnoid sekitar otak, medulla spinalis, dan ventrikel.
Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%). Hampir
karena bila tidak terdeteksi dan tidak diobati, dapat menyebabkan kematian.1,3,4
7
2.3 Epidemiologi
mendapatkan 1,9% dari pasien rawat inap. Di Surabaya tahun 1986-1992 jumlah
pasien per tahun berkisar antara 60-80 pasien. Di Amerika Serikat tahun 1994
angka kejadian untuk anak-anak di bawah 5 tahun berkisar 8,7 per 100.000
sebesar 50%. Laki-laki lebih banyak dibanding wanita 1,7 sampai 3:1. Sekitar
80% dari seluruh kasus meningitis bakterial terjadi pada anak dan 70% dari
2.4 Etiologi
ditemukan.4
8
haemophillus influenza.
c. Usia diatas 5 tahun: streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis.
2.5 Patogenesis
1. Aliran darah (hematogen) oleh karena infeksi ditempat lain seperti faringitis,
didapatkan biakan kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman
napas merupakan port of entry utama bagi banyak penyebab meningitis bakterial.
yang khusus ada satu atau lebih dari tahap-tahap tersebut. Terjadinya meningitis
1. Faktor host
a. Laki-laki lebih sering dari wanita 1,7:1
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah dan premature
11
2.6 Patofisiologi
bakterial, yaitu suatu proses yang kompleks, komponen komponen bakteri dan
peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan aliran darah otak, yang dapat
bakterial. Tanda dan manifestasi klinis meningitis bakterial begitu luas sehingga
sering didapatkan pada anak-anak baik yang terkena meningitis ataupun tidak.
Tanda dan gambaran klinis sangat bervariasi tergantung umur pasien, lama sakit di
Meningitis pada bayi baru lahir dan prematur sangat sulit didiagnosis,
gambaran klinis sangat kabur dan tidak khas. Demam pada meningitis bayi baru
lahir hanya terjadi pada dari jumlah kasus. Biasanya pasien tampak lemas dan
tegang dan membonjol, leher lemas, respirasi tidak teratur, kadang-kadang disertai
ikterus kalau sepsis. Secara umum apabila didapatkan sepsis pada bayi baru lahir
gelisah, kejang berulang, kadang-kadang didapatkan pula high pitch cry (pada
bayi). Tanda fisik yang tampak jelas adalah ubun-ubun tegang dan membonjol,
sedangkan tanda Kernig dan Brudzinsky sulit di evaluasi. Oleh karena insidens
meningitis pada umur ini sangat tinggi, maka adanya infeksi susuan saraf pusat
perlu dicurigai pada anak dengan demam terus menerus yang tidak dapat
diterangkan penyebabnya.1
gambaran klasik. Gejala biasanya dimulai dengan demam, menggigil, muntah dan
tingkah laku. Penurunan kesadaran seperti delirium, stupor, koma dapat juga
terjadi. Tanda klinis yang biasa didapatkan adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski
dan Kernig. Nyeri kepala timbul akibat inflamasi pembuluh darah meningen,
sering disertai fotofobia dan hiperestesi, kaku kuduk disertai rigiditas spinal
juga karena terganggunya suplai vaskular ke saraf. Saraf saraf kranial VI, VII,
dan IV adalah yang paling sering terkena. Tanda serebri fokal biasanya sekunder
karena nekrosis kortikal atau vaskulitis oklusif, paling sering karena trombosis
a Lethargy.
b Irritabilitas.
c Demam ringan.
d Muntah.
e Anoreksia.
a Muntah.
Strabismus.
15
j Hipertensi dan Choked disc papila N. optikus (pada anak yang lebih
besar).
b Kernig, Brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas
2.8 Diagnosis
gejala dan tanda saja. Manifestasi klinis seperti demam, sakit kepala, muntah,
kaku kuduk dan adanya tanda rangsang meningeal kemungkinan dapat pula terjadi
pada meningismus, meningitis TBC dan meningitis aseptic. Hampir semua penulis
pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi lumbal. Oleh Karena itu setiap
pada stadium dini dapat diperoleh cairan yang jernih. Reaksi Nonne dan Pandy
umumnya didapatkan positif kuat. Jumlah sel umumnya ribuan per milimeter
kubik cairan yang sebagian besar terdiri dari sel polimorphonuclear (PMN). Pada
stadium dini didapatkan jumlah sel hanya ratusan permilimeter kubik dengan
hitung jenis lebih banyak limfosit daripada segmen. Oleh karena itu pada keadaan
diagnosis yang pasti. Keadaan seperti ini juga ditemukan pada stadium
gula menurun tetapi tidak serendah pada meningitis tuberkulosa. Kadar klorida
kadang-kadang merendah.6
1. Anamnesis
Seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas atau saluran cerna
seperti demam, batuk, pilek, diare dan muntah. Gejala meningitis adalah demam,
19
malaise, kejang, dan muntah, merupakan hal yang sangat sugestif meningitis
tetapi tidak ada satu gejala pun yang khas. Banyak gejala meningitis yang
berkaitan dengan usia, misalnya anak kurang dari 3 tahun jarang mengeluh nyeri
kepala. Pada bayi gejala hanya berupa demam, iritabel, letargi, malas minum, dan
2. Pemeriksaan Fisik
dapat juga ditemukan di ubun-ubun besar yang membonjol, kaku kuduk, atau
tanda rangsang meningeal lain (Brudzinski dan Kernig), kejang, dan deficit
neurologis fokal. Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak
berusia kurang dari 1 tahun. Dapat juga ditemukan tanda-tanda peningkatan TIK,
serta cari tanda infeksi di tempat lain (infeksi THT, sepsis, pneumonia).1
3. Pemeriksaan Penunjang1
- Darah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit
etiologi:
Didapatkan cairan keruh atau opalesens dengan Nonne (-)/(+) dan Pandy (+)/
(++).
Jumlah sel 100-10.000/m3 dengan hitung jenis predominan polimorfonuklear,
protein 200-500 mg/dl, glukosa <40 mg/dl. Pada stadium dini jumlah sel
spesifik.
- Pada kasus berat, pungsi lumbal sebaiknya ditunda dan tetap diberikan
terjadinya herniasi.
- Kontraindikasi mutlak pungsi lumbal hanya jika ditemukan tanda dan gejala
curiga ada komplikasi seperti empiema subdural, hidrosefalus dan abses otak)
- Pada pemeriksaan elektroensefalografi dapat ditemukan perlambatan umum.
2.9 Penatalaksanaan
Pemberian terapi dilakukan secepatnya saat diagnosis mengarah ke
meningitis. Idealnya kultur darah dan likuor cerebrospinal (LCS) harus diperoleh
akibat edema serebral jarang pada bayi. Monitor kadar gas darah dengan ketat
antibiotik dan terapi suportif. Terapi cairan dan elektrolit dilakukan dengan
memantau pasien dengan memeriksa tanda-tanda vital dan status neurologis dan
balans cairan, menetapkan jenis yang dan volume cairan, risiko edema otak dapat
diminimalkan. Anak harus menerima cairan cukup untuk menjaga tekanan darah
sistolik pada sekitar 80 mm Hg, output urin 500 mL/m2/hari, dan perfusi jaringan
diazepam dapat diulang dengan dosis dan cara yang sama. Apabila kejang
Terapi antibiotik1,9
Penggunaan antibiotik terdiri dari 2 fase, yaitu fase pertama sebelum hasil
biakan dan uji sensitivitas. Pada fase ini pemberian antibiotik secara empirik
yaitu:9
hari
10-14 hari
hari
Menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI tahun 2010, terapi empirik pada bayi
Usia 1 3 bulan :
Terapi Deksametason
inflamasi, penurunan edema serebral dan tekanan intrakranial dan lebih sedikit
Bedah
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada komplikasi seperti
2.10 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna
lain:1
1 Ventrikulitis
Infeksi pada sistem ventrikel dapat primer atau sekunder penyebaran
setelah 72 jam pemberian antibiotik dan pengobatan suportif yang adekuat, ubun-
ubun besar tetap membonjol, gambaran klinis meningitis tidak membaik, kejang
sensorineural.
2.11 Prognosis
Prognosis pasien meningitis bakterial tergantung dari banyak faktor, antara lain:1
1 Umur pasien
2 Jenis mikroorganisme
3 Berat ringannya infeksi
4 Lamanya sakit sebelum mendapat pengobatan
5 Kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan
Makin muda umur pasien makin jelek prognosisnya; pada bayi baru lahir
yang menderita meningitis angka kematian masih tinggi. Infeksi yang disebabkan
seperti istirahat yang cukup, tidak kontak langsung dengan penderita lain juga
dapat membantu.9
1 H. Influenzae Type B
Ripamfisin 20 mg/kgBB (maks. 600 mg) dosis tunggal selama 4 hari
diberikan pada semua anak dan dewasa yang tinggal serumah dengan penderita
sehari selama 3-5 hari atau sulfisuksazol setiap 12 jam dengan dosis 500mg/hari
untuk anak <1 tahun, 1000 mg untuk usia 1-12 tahun, dan 2000 mg untuk >12
tahun dan dewasa. Ripamfisin dapat diberikan selama 4 hari dengan dosis
2x600mg untuk dewasa, 10 mg/kgBB/kali untuk anak usia 1-12 tahun, dan 5
mg/kgBB kali untuk usia 3 bulan sampai 1 tahun. Seftriakson diberikan dengan
dosis 125 mg i.m dosis tunggal untuk anak <12 tahun dan 250 mg untuk anak >12
tahun. Siprofloksazin dapat diberikan pada orang dewasa dengan dosis 500 mg
tiap 12 jam.