REFKAS HIDUP Nita (Forensik)
REFKAS HIDUP Nita (Forensik)
Pembimbing:
Disusun oleh:
Kepaniteraan Klinik
I. Deskripsi Kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Sdr. A.D.W
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Alamat :Gading II kelurahan Gading Payem Kabupaten Gunung
Kidul Yogyakarta
No. Rekam Medis : 01.77.82.46
Tanggal Pemeriksaan : 21 Juli 2016
Jam Pemeriksaan : 11.30 WIB
Peristiwa : Kecelakaan Lalu Lintas
b. Kronologi Kasus
Dilakukan alloanamnesis oleh ibu korban yaitu Ny. T di ruang Intermediate
Care (IMC) RS dr. Sardjito pukul 11.00 WIB.
- Kepala : mesocephal
- Mata : conjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor
3 mm/3mm, reflex cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
- Leher : simetris, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
- Thorax :
Jantung
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak, massa (-)
Palpasi Iktus kordis teraba
Perkusi Redup, batas jantung:
Atas : ICS II linea sternalis dextra
Kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Kiri : ICS V linea midclavikularis sinistra
Pinggang : ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi Kulit normal, simetris dalam keadaan diam dan bergerak
Nyeri tekan (-), stem premitus kanan = kiri
Palpasi Sonor seluruh lapang paru
Perkusi Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Auskultasi
- Abdomen :
Deskripsi Luka
d. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen shoulder joint
CT Scan kepala
e. Diagnosa
Subdural Hemmorage region frontoparietal sinistra
Edema cerebri
Rupture arteri sub clavikula
Acromion Clavicula Joint Disruption
II. Masalah yang dikaji
1. Apa kepentingan visum et repertum pada kasus di atas?
2. Bagaimana prosedur dalam permintaan visum et repertum pada kasus hidup?
Pada VeR tercantum derajat luka, yang diatur dalam bahasa undang-undang
sebagai berikut:
Luka derajat 1 atau ringan. Penganiayaan ringan adalah penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
jabatan atau pekerjaan (pasal 352 KUHP).
Luka derajat 2. Mengakibatkan penyakit dan halangan sementara
dalam melakukan pekerjaan atau jabatannya selama beberapa hari.
Luka derajat 3 atau berat. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan
bahaya maut; yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak
mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian;
yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang
menimbulkan cacat berat; yang mengakibatkan terjadinya keadaan
lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih setra
terjadinya gugur atau mati kandungan seorang perempuan.
Penyidik
Berdasarkan pasal 133, yang berhak meminta keterangan ahli (ditulis oleh
ahli kedokteran kehakiman) adalah penyidik atau penyidik pembantu yang
merupakan pejabat kepolisian negara Republik Indonesia. Menurut PP no. 58
tahun 2010, pangkat minimal penyidik adalah inspektur dua dan pangkat
minimal penyidik pembantu adalah brigadir dua.
Korban yang masih hidup sebaiknya diantar oleh petugas kepolisian guna
pemastian identitasnya. Korban adalah juga pasien, sehingga ia masih
mempunyai hak sebagai pasien pada umumnya.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisa pada poin diatas, tujuan pembuatan visum et
repertum dalam peristiwa kecelakaan lalu-lintas, yang diduga sebagai korban
suatu tindak pidana, sebagai alat bukti yang sah (pasal 184 KUHAP) dimana VeR
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di
dalam bagian pemberitaan untuk tujuan membantu penegakan hukum.
Menurut KUHAP pasal 133 yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik
yang menyangkut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya (ayat 1), dilakukan
secara tertulis (ayat 2).
Prosedur permintaan VeR berdasarkan uraian analisa diatas:
1. Korban melapor ke penyidik (minimal pangkat inspektur dua) atau
penyidik pembantu (minimal pangkat brigadir dua)
2. Penyidik meminta pembuatan VeR secara tertulis (KUHAP 133) kepada
instansi kesehatan atau instansi khusus untuk itu
3. Korban diantar ke instansi yang dituju oleh petugas kepolisian guna
pemastian identitasnya
Pada kasus ini dapat disimpulkan berdasarkan luka yang dialami korban
adalah luka derajat 2 dimana luka tersebut mengakibatkan penyakit dan halangan
sementara dalam melakukan pekerjaan atau jabatannya selama beberapa hari.
V. Referensi
1. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Idries, Abdul Muin dan Tjiptomartono, Agung L. 2008. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.
3. Sampurna, Budi; Samsu, Zulhasmar; Siswaja, Tjetjep Dwidja. 2008. Peranan
Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum. Jakarta: Sagung Seto.