Anda di halaman 1dari 28

SKENARIO 4

BEDAH PREPROSTETIK

Pak Gepok umur 58 tahun datang ke RSGM Bagian Klinik Bedah Mulut
dengan membawa surat rujukan dari klinik prostodonsia untuk tindakan bedah
Prostetik untuk keperluan pembuatan protesa lepasan. Pada pemeriksaan intraoral
didapatkan kondisi edentulous ridge pada rahang atas, terdapat penonjolan tulang
yang tajam dan sakit pada ridge anterior. Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Selanjutnya pasien dipersiapkan untuk tindakan bedah preprostetik pada regio
anterior.

1 | Page
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA SULIT

Bedah Preprostetik : merupakan tindakan bedah yang dilakukan sebelum pembuatan


gigi tiruan dengan cara merekontruksi alveolar ridge yang tajam untuk mendapatkan
protesa yang stabil dan estetiknya bagus.

STEP 2
RUMUSAN MASALAH

1. Apakah riwayat hipertensi pada pasien mempengaruhi tindakan perawatan bedah


preprostetik ?
2. Apa saja macam-macam bedah preprostetik ?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi perawatan bedah preprostetik ?
4. Pertimbangan apa saja yang dilakukan oleh dokter gigi sebelum melakukan
tindakan bedah preprostetik ?
5. Bagaimana penatalaksanaan bedah preprostetik dengan riwayat hipertensi ?

STEP 3
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH

1. Apakah riwayat hipertensi pada pasien mempengaruhi tindakan perawatan bedah


preprostetik ?
Berpengaruh. Hal ini berpengaruh pada jenis anastesi lokal yang digunakan, pasien
dengan riwayat penyakit hipertensi dihindari menggunakan anastesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor, bisa menggunakan anastesi lokal berupa epinefrin
0,2 mg. Dan sebelum dilakukan perawatan perlu dilakukan evaluasi kondisi
penyakit sistemiknya apakah sudah terkontol atau tidak, perlu dievaluasi juga
riwayat penggunaan obat, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah jika tekanan
darahnya 180/18 mmHg tidak dianjurkan untuk dilanjutkan melakukan tindakan
bedah preprostetik.

2 | Page
2. Apa saja macam-macam bedah preprostetik ?
a. Alveoloplasti dan alveolektomi
Alveoloplasti adalah tindakan pembentukan prosessus alveolaris sebagian
maupun seluruhnya Alveolektomi adalah tindakan untuk membuang prosessus
alveolaris sebagian maupun seluruhnya.
b. Frenektomi
Frenektomi merupakan prosedur untuk menghilangkan frenulum. Frenulum
yang biasanya membutuhkan prosedur frenektomi adalah frenulum labial dan
frenulum lingual.
c. Vestibuloplasti
Merupakan suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus
vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot dan otot yang
melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada meksila maupun pada
mandibula.
d. Alveolar Augmentasi
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat, maka diperlukan tindakan bedah yang
lebih sulit dengan tujuan untuk menambah besar dan lebar tulang rahang,
menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan.
e. Torektomi
Torektomi merupakan prosedur bedah yang dilakukam untuk menghilangkan
satu atau lebih tonjolan tulang (torus) baik pada rahang atas maupun pada
rahang bawah.
f. Gingivoplasti
Merupakan prosedur bedah untuk membentuk kembali jaringan lunak untuk
mempersiapkan pemasangan gigi tiruan.

3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi perawatan bedah preprostetik ?


Indikasi :

3 | Page
a. Adanya eksostosis, torus yang besar, dan frenulum yang tinggi
b. Untuk memperoleh keadaan ridge yang baik
c. Jika kedalaman vestibular tidak cukup untuk pemasangan gigi tiruan
d. Pengurangan prosesus alveolaris yang mengalami elongasi
e. Pasien dengan prognati pada maksila
f. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor
g. Tidak terdapat kondisi patologis pada intraoral maupun ekstraoral
Kontraindikasi :
a. Pasien dengan kelainan psikologi
b. Pasien dengan kelainan sistemik yang tidak terkontrol
c. Pasien dengan keadaan periodontitis yang parah

4. Pertimbangan apa saja yang dilakukan oleh dokter gigi sebelum melakukan
tindakan bedah preprostetik ?
a. Usia pasien
Pasien muda tidak dianjurkan untuk melakukan bedah preprostetik
b. Sifat tulang yang diambil
Pada saat pengambilan tulang maka harus disisakan tulang yang kompak
bukan tulang spongious, hal ini bertujuan agar tulang penyangga gigi tiruan
lebih kuat.
c. Evaluasi medis
Dilihat ada tidaknya penyakit sistemik. Jika ada, maka harus diperiksa apakah
terkontrol atau tidak. Pada saat melakukan anamnesa ditanyakan pada pasien
apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Diperiksa juga
mengenai evaluasi intake nutrisi, karena hal ini berhubungan insidensi infeksi
dan penyembuhan yang buruk banyak terjadi pada pasien dengan nutrisinya
terganggu
d. Bentuk tulang alveolaris
Bentuk prosesus alveolaris harus dapat memberikan bentuk yang optimal
e. Proses resorbsi tulang

4 | Page
Pada pasien dengan periodontitis tingkat lajut, tidak dianjurkan untuk
melakukan bedah preprostetik. Bisa dilakukan bila alveolar ridge sudah
terbentuk kembali
f. Keadaan OH pasien
Pasien dengan OH yang buruk dapat menyebabkan komplikasi tingkat lanjut
jika Ohnya tidak dikontrol terlebih dahulu

5. Bagaimana penatalaksanaan bedah preprostetik dengan riwayat hipertensi ?


Prosedur kerja :
a. Desinfeksi dengan providone iodine
b. Anastesi pada daerah kerja dengan epinefrin 0,2 mg atau dengan golongan
karbokain 3%
c. Membuat flap pada daerah pembedahan
d. Pengurangan tulang dengan bur
e. Perabaan pada mukosa
f. Irigasi dengan larutan saline (NaCl)
g. Jika terlalu banyak tulang yang diambil bisa dilakukan free graft
h. Medikasi dengan analgesic
i. Evaluasi dan instruksi pasien

Medikasi :
a. Dengan amoxicillin 500 mg untuk mencegah infeksi
b. Dengan asam mefenamat 500 mg untuk menghilangkan rasa sakit
c. Instruksi untuk menggigit tampon selama 1,5 jam
d. Tidak boleh makan dan minum yang panas 2 jam pasca pembedahan
e. Dikompres dengan air es untuk mengurangi adanya pembengkakan
f. Lakukan kontrol setelah 1 minggu, dan dilihat :
Ada tidaknya perdarahan
Jahitannya lepas atau tidak
Bertanya pada pasien apa ada keluhan atau tidak

5 | Page
Diperiksa ada tidaknya pembengkakan pada daerah post operatif

6 | Page
STEP 4
POHON TOPIK

Pasien Datang

Pemeriksaan
( Penyakit
Sistemik
Edentulous Ridge RA dengan
Penonjolan Tulang

Rencana Perawatan
Indikasi dan
Kontraindikasi
Bedah Preprostetik
Macam-macam
Pertimbangan
Penatalaksanaan dengan
Alveolektomi
Komplikasi

Kontrol

Evaluasi

7 | Page
STEP 5
TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang


1. Macam-macam bedah preprostetik
2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik (alveolektomi)
3. Pertimbangan sebelum melakukan bedah preprostetik
4. Penatalaksanaan bedah preprostetik (alveolektomi)
5. Komplikasi pasca bedah preprostetik
6. Evaluasi pasca bedah preprostetik

8 | Page
STEP 7
PEMBAHASAN

1. Macam-macam bedah preprostetik


Menurut Lucky, 2003 macam-macam bedah preprostetik adalah sebagai berikut :
1. Bedah Jaringan Lunak :
Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous hyperplasia, flabby ridge. Papillary
hyperplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah palatal yang
tertutup oleh protesa, dimana kelihatan adanya papilla yang multipel dan
mengalami peradangan. Fibrous hyperplasia dapat terjadi karena adanya trauma
dari gigi tiruan dan adanya resorpsi tulang secara patologis atau fisiologis
sehingga menyebabkan peradangan dan adanya jaringan fibrous diatas linggir
tulang alveolar. Flabby ridge yaitu adanya jaringan lunak yang berlebih dimana
terlihat jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang

9 | Page
2. Vestibuloplasty
Vestibuloplasty, suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus
vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa , ikatan otot dan otot yang
melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada
mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam untuk
menambah stabilisasi dan retensi protesa. Vestibulum dangkal dapat disebabkan
resorbsi tulang alveolar, perlekatan otot terlalu tinggi,adanya infeksi atau
trauma. Tidak semua keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan
vestibuloplasty tetapi harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk
mereposisi N. Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor
yang harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen mentalis,
Spina nasalis dan tulang malar pada maksila.
Macam-macam tehnik vestibuloplasty :
Vestibuloplaty submukosa
Vestibuloplasty dengan cangkok kulit pada bagian bukal
Vestibuloplasty dengan cangkok mukosa yang dapat diperoleh dari mukusa
bukal atau palatal

10 | P a g e
3. Frenektomi.
Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik
frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum merupakan lipatan mukosa
yang terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah.
a. Frenulum labialis
Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi akan terlihat daerah yang pucat
pada saat bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada frenulum labialis
bertujuan untuk merubah posisi frenulum kalau diperlukan maka jaringan
interdental dibuang. Pada frenulum yang menyebabkan diastema sebaiknya
frenektomi dilakukan sebelum perawatan ortodonti. Macam-macam
frenektomi :
Vertical incision
Cross diamond incision
Tehnik Z Plasty
Frenektomi pada frenulum Frenektomi pada frenulum labialis inferior
labialis superior

11 | P a g e
b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek.
Pada pemeriksaan klinis akan terlihat : Gerakan lidah terbatas, Gangguan
bicara , gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi frenulum
lingualis pada anak-anak dianjurkan sedini mungkin karena akan
membantu proses bicara, perkembangan rahang dan menghilangkan
gangguan fungsi yang mungkin terjadi. Sedangkan pada orang dewasa
dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara pembedahan
dilakukan dengan insisi vertikal dan tindakannya lebih dikenal sebagai
ankilotomi.

12 | P a g e
4. Alveolplasty
Alveoloplasty adalah prosedur bedah yang biasanya dilakukan untuk
mempersiapkan linggir alveolar karena adanya bentuk yang irreguler pada
tulang alveolar berkisar dari satu gigi sampai seluruh gigi dalam rahang, dapat
dilakukan segera sesudah pencabutan atau dilakukan tersendiri sebagai prosedur
korektif yang dilakukan kemudian.
a. Simple alveolplasty/ Primary alveolplasty
Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi, setelah
pencabutan gigi sebaiknya dilakukan penekanan pada tulang alveolar soket
gigi yang dicabut . Apabila setelah penekanan masih terdapat bentuk yang
irreguler pada tulang alveolar maka dipertimbangkan untuk melakukan
alveolplasty. Petama dibuat flap mukoperiosteal kemudian bentuk yang
irreguler diratakan dengan bor , bone cutting forcep atau keduanya setelah
itu dihaluskan dengan bone file. Setelah bentuk tulang alveolar baik
dilakukan penutupan luka dengan penjahitan. Selain dengan cara

13 | P a g e
recontouring tadi apabila diperlukan dapat disertai dengan tindakan
interseptal alveolplasty yaitu pembuangan tulang interseptal, hal ini
dilakukan biasanya pada multipel ekstraksi.

b. Secondary alveolplasty.
Linggir alveolar mungkin membutuhkan recountouring setelah beberapa
lama pencabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler. Pembedahan
dapat dilakukan dengan membuat flap mukoperiosteal dan bentuk yang
irregular dihaluskan dengan bor, bone cutting forcep dan dihaluskan
dengan bone file setelah bentuk irreguler halus luka bedah dihaluskan
dengan penjahitan. Pada secundary alveolplasty satu rahang sebaiknya
sebelum operasi dibuatkan dulu Surgical GuidanceYang berguna sebagai
pedoman pembedahan. Surgical Guidance

14 | P a g e
5. Alveolar augmentasi.
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat , maka diperlukan tindakan bedah
yang lebih sulit dengan tujuan : Menambah besar dan lebar tulang rahang,
menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan.
Terdapat beberapa cara untuk menambah ketinggian linggir alveolar Yaitu :
a. Dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh tulang iliak
atau costae

b. Dengan melakukan osteotomi.

15 | P a g e
Visor Osteotomi
Sandwich osteotomi

c. Penambahan dengan menggunakan Hydroxilapatit.


Hidroxilapatit merupakan suatu bahan alloplastik yang bersifat
Biocompatible yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian tulang
alveolar.

6. Oral tori.
Oral tori merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula atau
maksila. Oral tori merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak menimbulkan
rasa sakit, pada palpasi terasa keras, terlokalisir dan berbatas jelas, etiologi

16 | P a g e
belum diketahui dengan pasti tetapi beberapa ahli menduga terjadi karena
adanya proses inflamasi pada tulang. Pembedahan terhadap oral tori jarang
dilakukan, kecuali pada keadaan terdapatnya gangguan pembuatan protesa yang
tidak dapat diatasi sehingga harus dilakukan pembedahan.
Terdapat 2 macam oral tori yaitu :
a. Torus mandibularis
Biasanya terdapat pada lingual rahang bawah didaerah kaninus atau
premolar kiri dan kanan, bisa single atau mulriple. Bila diperlukan dapat
dilakukan eksisi.

b. Torus palatinus
Torus palatinus terdapat pada palatum sepanjang sutura palatinus media
dan dapat meluas ke lateral kiri dan kanan. Ukurannya bervariasi pada
torus palatinus berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara dan
pengunyahan. Pembedahan dilakukan apabila terdapat gangguan fungsi
bicara dan pengunyahan.

17 | P a g e
Adapun menurut sumber yang lain menyatakan bahwa :
A. Frenektomi
Frenektomi merupakan prosedur untuk menghilangkan frenulum. Frenulum
yang biasanya membutuhkan prosedur frenektomi adalah frenulum labial dan
frenulum lingual. Frenektomi diindikasikan jika frenulum tersebut menyebabkan
masalah, contohnya adalah masalah fonasi, menyebabkan tension pada margin
gingiva, untuk memfasilitasi perawatan ortodonti, dan untuk memfasilitasi perawatan
eksodonti (Richard, 2015).
B. Alveoplasti
Adapun menurut Gordon (1996), macam-macam dari alveoplasti adalah sebagai
berikut :
1. Alveoplasti Tunggal
Gigi yang berdiri sendiri/island teeth
Gigi posterior yang tinggal sendirian menimbulkan kendala dan
memerlukan penatalaksanaan khusus, karena sering mengalami ekstruksi
atau supraerupsi, tulang dan jaringan pendukungnya berkembang
berlebihan untuk mendukung hal tersebut. Pada lengkung rahang atas,
keberadaan sinus maksilaris menambah rumit masalah, karena erupsi yang
memanjang sering disertai hiperaerasi sinus. Alveoplasti tunggal dapat

18 | P a g e
dilakukan bersamaan dengan tindakan pembedahan atau dilakukan
sesudah pencabutan.
Mendapatkan ruang antar lingir
Bila terjadi erupsi berlebihan, sering diperlukan pembentukan kembali
celah antar rhang supaya terdapat ruangan yang cukup untuk
menempatkan protesayaitu dengan jalan melakukan reduksi vertikal
terhadap lingir residual. Jaringan fibrosa yang mengalami hiperplasi dan
terletak diatas lingir dieksisi. Pengambilan lingir jarang dilakukan pada
mandibula, tetapi apabila diindikasikan, maka perlu diperhatikan
keberadaan n. Mentalis. Mendapatkan celah lingir pada rahang atas
memerlukan perhatian khusus untuk menghindari terbukanya sinus.

2. Alveoplasti Multipel
Alveoplasti konservatif
Idealnya, alveoplasti merupakan prosedur konservatif yaitu
menghindarkan pemotongan mukoperiosteum dan pengambilan tulang
alveolar yang berlebihan. Pemisahan periosteum dari tulang mempercepat
resorbsi, apabila berlebihan akan menambah rasa sakit pasca-bedah.
Alveoplasti biasnya dilakukan perkuadran segera sesudah dilakukan
pencabutan gigi.
Alveoplasti sekunder

19 | P a g e
Alveoplasti tertunda atau sekunder kadang-kadang diperlukan yaitu
untuk memperbaiki cacat pada lingir yang masih tetap tertinggal sesudah
pencabutan atau yang disebabkan karena resorbsi atau atropi yang tidak
teratur.

3. Koreksi Jaringan Lunak


Reduksi Tuberositas
Reduksi tuberositas terutama melibatkan eksisi jaringan lunak, tetapi
apabila terjadi hipertrofi yang ekstrim dan celah antar lingir kurang
memadai, maka diperluka pemotongan tulang. Tuberositas direduksi
melalui dua arah, yaitu vertikal untuk mendapatkan celah antar lingir, dan
horizontal untuk mereduksi/menghilangkanundercut bagian bukal.
Umumnya diperlukan reduksi pada kedua arah tersebut.

2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik (alveolektomi)


Menurut Gabriella (1999) indikasi dan kontraindikasi dari bedah preprostetik yaitu
:
Indikasi :
a. Pada rahang dimana dijumpai neoplasma yang ganas, dan untuk
penanggulangannya akan dilakukan terapi radiasi
b. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut, cortical plate yang
tajam, puncak alveolar ridge yang tidak teratur, tuberositas tulang, dan
elongasi, sehingga mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi
tiruan.
c. Jika terdapat gigi yang impaksi atau sisa akar yang terbenam dalam tulang
d. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor
e. Akan dilakukan tindakan apikoektomi
f. Jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga
dapat menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit setempat
g. Pada kasus prognatisme maksila, untuk tujuan memperbaiki hubungan
maksila dan mandibular

20 | P a g e
h. Setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
dilakukan pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan
i. Adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus mandibularis yang
besar
j. Untuk memperbaiki overbite dan overjet
Kontraindikasi :
a. Pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal
ini harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pasien muda
lebih lama dibandingkan pasien tua.
b. Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena
rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan, menjadi kurang sehat,
karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini
mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.
c. Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi
gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.

3. Pertimbangan sebelum melakukan bedah preprostetik


Menurut Gabriella (1999) dalam melakukan tindakan alveoloplasti terdapat
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter gigi, yaitu :
a. Bentuk Prosesus Alveolaris
Pada pembuatan gigi tiruan dibutuhkan bentuk prosesus alveolaris yang dapat
memberikan kontak serta dukungan yang maksimal. Karena itu selain
menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigi tiruan,
maka dalam melakukan alveolo-plasti harus diperhatikan juga bentuk
prosesus alveolaris yang baik. Yaitu bentuk U yang seluas mungkin, sehingga
dapat menyebarkan tekanan mastikasi pada permukaan yang cukup luas.
b. Sifat Tulang Yang Diambil
Untuk mendapatkan suatu hasil terbaik maka suatu gigi tiruan harus terletak
pada tulang kompakta, bukan tulang spongiosa. Karena itu pada waktu
melakukan alveoloplasti dengan pembuangan tulang yang banyak harus

21 | P a g e
diusahakan untuk mempertahankan korteks tulang pada saat membuang
tulang medular yang lunak. Hal ini disebabkan karena tulang spongiosa lebih
cepat dan lebih banyak mengalami resorbsi dibandingkan dengan tulang
kompakta.
c. Usia Pasien
Dalam melakukan alveoloplasti usia pasien juga harus dipertimbangkan,
karena semakin muda pasien maka jangka waktu pemakaian gigi tiruan
semakin lama. Tulang pada pasien muda lebih plastis dan lebih cenderung
mengalami resorbsi dibandingkan atrofi, serta pemakaian tulang alveolar lebih
lama daripada pasien tua. Jadi pem-buangan tulang pada pasien muda
dianjurkan lebih sedikit dan mungkin tidak perlu dilakukan trimming tulang.
d. Penambahan Free Graft
Jika pada waktu pencabutan gigi atau alveoloplasti dilakukan ada tulang yang
secara tidak sengaja terbuang atau terlalu banyak diambil, maka harus
diusahakan untuk mengembalikan pecahan tulang ini ke daerah operasi.
Pecahan tulang ini disebut free graft. Replantasi free graft ini dapat
mempercepat proses pembentukan tulang baru serta mengurangi resorbsi
tulang. Boyne menyatakan bahwa penggunaan autogenous bone graft lebih
baik daripada homogenous dan heterogenous bone graft untuk pencangkokan,
dan semakin banyak sumsum tulang dan sel-sel endosteal pada tulang
semakin baik.
e. Proses Resorbsi Tulang
Pada periodontitis tingkat lanjut yang ditandai dengan resorbsi tulang
interradikular, maka alveoloplasti harus ditunda sampai soket terisi oleh
tulang baru. Penundaan selama 4 - 8 minggu ini dapat menghasilkan bentuk
sisa ridge yang lebih baik. Selain itu harus diingat juga bahwa pada setiap
pembedahan selalu terjadi resorbsi tulang, maka harus dihindari terjadinya
kerusakan tulang yang berlebih akibat suatu tindakan bedah, karena keadaan
ini dapat mempengaruhi hasil perawatan.

Sedangkan menurut Fragiskos (2007), dalam melakukan tindakan


alveoloplasty terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh seorang
dokter gigi, yaitu :

22 | P a g e
1. Bentuk Prosesus Alveolaris
Pada pembuatan gigi tiruan dibutuhkan bentuk prosesus alveolaris
yang dapat memberikan kontak serta dukungan yang maksimal. Karena itu
selain menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigi
tiruan, maka dalam melakukan alveoloplasty harus diperhatikan juga bentuk
prosesus alveolaris yang baik yaitu bentuk U yang seluas mungkin sehingga
dapat menyebarkan tekanan mastikasi pada permukaan yang cukup luas.
2. Sifat Tulang yang Diambil
Untuk mendapatkan suatu hasil terbaik maka suatu gigi tiruan harus
terletak pada tulang kompakta, bukan tulang spongiosa.Karena itu pada waktu
melakukan alveoloplasty dengan pembuangan tulang yang banyak harus
diusahakan untuk mempertahankan korteks tulang pada saat membuang tulang
medular yang lunak.Hal ini disebabkan karena tulang spongiosa lebih cepat
dan lebih banyak mengalami resorbsi dibandingkan dengan tulang kompakta.
3. Usia Pasien
Usia pasien juga harus dipertimbangkan dalam melakukan
alveoloplasty karena semakin muda pasien maka jangka waktu pemakaian
gigi tiruan semakin lama. Tulang pada pasien muda lebih plastis dan lebih
cenderung mengalami resorbsi dibandingkan atrofi, serta pemakaian tulang
alveolar lebih lama daripada pasien tua.Jadi pembuangan tulang pada pasien
muda dianjurkan lebih sedikit dan mungkin tidak perlu dilakukan trimming
tulang.
4. Penambahan Free Graft
Jika pada waktu pencabutan gigi atau alveoloplasty dilakukan ada
tulang yang secara tidak sengaja terbuang atau terlalu banyak diambil, maka
harus diusahakan untuk mengembalikan pecahan tulang ini ke daerah
operasi.Pecahan tulang ini disebut free graft.Replantasi free graft ini dapat
mempercepat proses pembentukan tulang baru serta mengurangi resorbsi
tulang. Boyne menyatakan bahwa penggunaan autogenous bone graft lebih
baik daripada homogenous dan heterogenousbone graft untuk pencangkokan,

23 | P a g e
dan semakin banyak sumsum tulang dan selsel endosteal pada tulang semakin
baik.
5. Proses Resorbsi Tulang
Pada periodontitis tingkat lanjut yang ditandai dengan resorbsi tulang
interradikular, maka alveoloplasty harus ditunda sampai soket terisi oleh
tulang baru. Penundaan selama 4-8 minggu ini dapat menghasilkan bentuk
sisa ridge yang lebih baik. Selain itu harus diingat juga bahwa pada setiap
pembedahan selalu terjadi resorbsi tulang, maka harus dihindari terjadinya
kerusakan tulang yang berlebih akibat suatu tindakan bedah, karena keadaan
ini dapat mempengaruhi hasil perawatan.
6. Komplikasi
Dalam melakukan suatu tindakan bedah tidak terlepas dari
kemungkinan terjadinya komplikasi, demikan pula halnya dengan
alveolektomi. Dimana komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
rasa sakit, hematoma, pembengkakan yang berlebihan, timbulnya rasa tidak
enak pasca operasi (ketidaknyamanan), proses penyembuhan yang lambat,
resorbsi tulang berlebihan serta osteomyelitis. Tetapi semua hal tersebut dapat
diatasi dengan melakukan prosedur operasi serta tindakan-tindakan pra dan
pasca operasi yang baik.

4. Penatalaksanaan bedah preprostetik (alveolektomi)


Starshak (1971) dalam Gabriella (1999) mengemukakan 5 macam teknik
alveoloplasti, yaitu :

1. Teknik Alveolar Kompresi


Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada
teknik ini dilakukan penekanan cortical plate bagian luar dan dalam di antara
jarijari. Teknik ini paling efektif iterapkan pada pasien muda, dan harus
dilakukan setelah semua tindakan ekstraksi, terutama pada gigi yang
bukoversi. Tujuan dilakukannya tindakan ini adalah untuk mengurangi lebar
soket dan menghilangkan tulang-tulang yang dapat menjadi undercut.

24 | P a g e
2. Teknik Simpel Alveoloplasti
Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin
labial atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau
palatal. Biasanya digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan
juga flep trapesoid dengan satu atau beberapa insisi. Pada teknik ini
pembukaan flep hanya sebatas proyeksi tulang, karena pembukaan yang
berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan komplikasikomplikasi
yang tidak diinginkan.
3. Teknik Kortiko-Labial Alveoloplasti
Teknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer,
di mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah
dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya
meninggalkan sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah
preprostodontik teknik inilah yang paling sering digunakan, karena pada
teknik ini pembuangan tulang yang dilakukan hanya sedikit, serta prosedur
bedahnya yang sangat sederhana.
4. Teknik Dean Alveoloplasti
O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik dalam
mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan
dengan baik. Thoma menggambarkan pembuangan tulang interrradicular (di
antara akar) tidak dengan istilah intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan
istilah intercortical (di antara cortical plate). Sedangkan ahli-ahli lain
menggunakan istilah teknik crush (9). Teknik Dean ini didasari oleh
prinsipprinsip biologis sebagai berikut :
(i) mengurangi alveolar margin labial dan bukal yang prominen,
(ii) tidak mengganggu perlekatan otot,
(iii) tidak merusak periosteum,
(iv) melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai onlay bone
graft yang hidup dengan suplai darah yang baik,
(v) mempertahankan tulang kortikal sehingga dapat memperkecil resorbsi
tulang setelah operasi.
McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke
arah labial sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin
onlay tulang dapat bergerak bebas dan terlepas dari tekanan.

25 | P a g e
5. Teknik Obwegeser Alveoloplasti
Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan
menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi
menghasilkan ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini,
Obwegeser membuat fraktur pada cortical plate labial dan palatal.
Keuntungan teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan
labial prosesus alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi
premaksilaris yang ekstrim. Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan
proses pembuatan model gips, kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada
model kerja gips tersebut. Dengan dilakukannya proses ini, maka prosedur
operasi yang dilakukan di kamar praktek dokter gigi atau di ruang operasi
dapat dilakukan dengan lebih akurat.

Prosedur kerja Alveolektomi:

a. Disinfeksi dengan povidon iodine


b. Anastesi daerah kerja
c. Buat flap (triangular atau trapesium) pada daerah pembedahan
d. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knabel tang, dan bone file
e. Dilakukan perabaan pada mukosa, bila masih ada yang tajam dikurangi lagi
f. Irigasi denga bersih dengan larutan saline (NaCl)
g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebihan dilakukan free
graft
h. Ditutup dan dijahit
i. Pemberian anti inflamasi, antibiotik dan analgesik
j. Instruksi pasien

5. Komplikasi pasca bedah preprostetik


Dalam melakukan suatu tindakan bedah tidak terlepas dari kemungkinan
terjadinya komplikasi, demikan pula halnya dengan alveoloplasti. Dimana
komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi antara lain: rasa sakit, hematoma,
pembengkakan yang berlebihan, timbulnya rasa tidak enak pasca operasi
(ketidaknyamanan), proses penyembuhan yang lambat, resorbsi tulang berlebihan,
serta osteomyelitis. Tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan

26 | P a g e
prosedur operasi serta tindakan-tindakan pra dan pasca operasi yang baik
(Gabriella, 1999).

6. Evaluasi pasca bedah preprostetik


Menurut Lucky, 2003 pada saat pasien kontrol dilakukan evaluasi apakah tujuan
dari bedah preprostetik itu sendiri telah tercapai. Hal tersebut bisa diketahui
dengan melakukan anamnesis terhadap pasien.

Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk :


Mengembalikan fungsi rahang ( seperti fungsi pengunyahan, berbicara,
menelan).
Memperbaiki rasa kenyamanan pasien.
Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada
daerah yang mendukung prothesa.
Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana terdapat
kehilangan tulang alveolar yang banyak

27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Gabriella. 1999. Alveoloplasti sebagai Tindakan bedah preprostodontik.


Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol.18 (127).
Akin, Richard dan Soesilowati, Al Sri Koes. 2015. Penatalaksanaan Frenektomi dan
Depigmentasi Gingiva pada Regio Rahang Atas Anak Perempuan Umur 11
Tahun. MKGK.Juni2015;1(1):5-8 e-ISSN: 2460-0059
Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar praktis Bedah Mulut (Oral Surgery). Jakarta :
EGC
Riawan, Lucky. 2003. Bedah Preprostetik. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjajaran.

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai