Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap perusahaan menpunyai harta ( aktiva ) untuk mendukung kegiatan usahanya.
Aktiva itu dibagi menjadi dua yaitu: aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva tetap dibagi
menjadi dua golongan yaitu, aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva tetap
adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, berupa: tanah, bangunan, peralatan, dan
sebagainya. Aktiva ini berfungsi untuk mendukung menjalankan kegiatannya, yaitu kegiatan
yang dilakukan perusahaan dalam rangka memperoleh dana. Aktiva tetap memiliki peranan
penting dalam menyediakan informasi yang bermanfaat bagi kreditor dan investor.
Aktiva memiliki tiga karakteristik utama yaitu, memiliki manfaat ekonomi dimasa
mendatang, dikuasai oleh suatu unit usaha, hasil dari transaksi masa lalu. Aktiva tetap
lazimnya dicatat sebesar harga perolehannya. Aktiva tetap juga disusutkan dengan
mengunakan harga perolehan aktiva tersebut kemudian dibebankan kepada periode-periode
dalam masa penggunaannya. Penyusutan aktiva tetap dicatat sebagai berikut: debet pada
perkiraan beban penyusutan dan kredit pada perkiraan akumulasi penyusutan. Sedangkan
yang dimaksudkan dengan perputaran aktiva tetap yaitu Posisi aktiva tetap dan taksiran
waktu perputaran aktiva tetap yang dinilai dengan menghitung tingkat perputaran aktiva tetap
yaitu, dengan membagi penjualan dengan total aktiva tetap bersih. Maka dapat disimpulkan
bahwa perputaran aktiva tetap ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu, penjualan dan total
aktiva tetap bersih. Yang dimaksud total aktiva tetap bersih adalah total aktiva tetap setelah
dikurangi penyusutan aktiva tetap.
Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ini
berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Piutang
termasuk dalam golongan aktiva lancar. Perusahaan pasti memiliki beberapa pelanggan yang
tidak sanggup membayar atau akan melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu
umumnya disebut piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu, dan merupakan suatu
kerugian atau beban penjualan secara kredit. Ada dua metode untuk mengukur piutang ragu-
ragu yaitu metode cadangan dan metode penghapusan langsung.
Dalam metode cadangan menyaratkan pengakuan piutang ragu-ragu dalam periode
dimana terjadi penjualan, bukan dalam periode terjadi penghapusan sesungguhnya. Metode
cadangan ini mencatat kerugian piutang dagang berdasarkan estimasi. Untuk menentukan
jumlah cadangan piutang ragu-ragu dapat dipakai dua dasar yaitu persentase penjualan
(pendekatan laba -rugi) dan persentase piutang dagang (pendekatan neraca). Sedangkan
metode penghapusan langsung, kerugian piutang ragu-ragu tidak diestimasi dan tidak
mengunakan rekening cadangan, karena langsung dicatat debet beban penghapusan piutang
dan kredit piutang usaha.
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah
piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih
dengan saldo rata -rata piutang. Saldo rata -rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo
awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi dua.

1
Tujuan yang paling mendasar dari operasi perusahaan adalah perusahaan harus
memperoleh laba yang besar. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Ada banyak ukuran profitabilitas contohnya :
Profit Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi
profitabilitas dihubungkan dengan penjualan yaitu laporan laba rugi dimana setiap posnya
dinyatakan dalam persentase penjualan. Dengan demikian dalam memperoleh piutang dapat
ditagih sangat berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Karena profitabilitas
perusahaan menunjukkan suatu perbandingan antara laba dan penjualan.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam isi makalah ini, adalah
1. Apa pengertian manajemen piutang ?
2. Bagaimana kebijakan kredit/standar kredit ?
3. Bagaimana perputaran piutang ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang ?
5. Bagaimana p enilaian resiko kredit/analisis rasio kredit ?
6. Bagaimana kebijakan pencegahan resiko kredit ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan isi makalah ini, adalah
1. Memahami pengertian manajemen piutang ?
2. Memahami kebijakan kredit/standar kredit ?
3. Memahami perputaran piutang ?
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang ?
5. Memahami penilaian resiko kredit/analisis rasio kredit ?
6. Memahami kebijakan pencegahan resiko kredit ?

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagi penulis merupakan sarana belajar untuk mengetahui dan menguasai materi
khususnya mengenai manajemen piutang.
2. Bagi pihak lain di harapkan memberikan tambhan pengetahuan dan menjadi referensi
tambahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Piutang
Pada umumnya perusahaan lebih menyukai transaksi tunai daripada kredit tetapi
untuk menghadapi persaingan bisnis, tidak jarang perusahaan melakukan transaksi dalam
bentuk kredit, sehingga muncul suatu piutang. Piutang timbul dari penjualan atau transaksi
semacam ini biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Istilah piutang
(receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya termasuk
individu, perusahaan, atau organisasi lainnya, sehingga piutang merupakan bagian yang
signifikan dari total aktiva lancar perusahaan (Niswonger, et,al,1999).
Menurut Brigham dan Houston (2001), manajemen piutang dimulai dengan keputusan
apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam manajemen piutang juga ada cara-cara
piutang perusahaan dibentuk dan beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem
pemantauan digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang
berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan.
Manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata
saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari-hari
rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang
dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan atau
biasa disebut bad debts, kemungkinan risiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya
melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya yang terkuat saja.

B. Kebijakan Kredit
Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi
para langganan yang akan diberi kredit dan berapa jumlah yang harus diberikan. Hal ini
menyangkut kebiasaan langganan dalam membayar kembali kemungkinan langganan tidak
membayar kredit yang diberikan, dan rata-rata jangka waktu pembayaran para langganan.
Jangka waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu dari saat terjadinya piutang sampai
dengan pembayaran kembali piutang tersebut. Semakin lama jangka waktu pengumpulan
piutang berarti semakin besar investasi pada piutang dan biaya yang timbul semakin besar.
Selain itu kenaikan investasi pada piutang, kenaikan piutang juga menimbulkan
kenaikan piutang yang tak tertagih atau deb-debt. Perusahaan dapat memperkirakan bed debt
dengan memperhatikan kebiasaan pada masa yang lampau. Jadi pada prinsipnya untuk
mengevaluasi kebijakan penjualan kredit yang harus diperhatikan adalah besarnya tambahan
profit margin dibanding dengan tambahan biaya. Ada dua komponen biaya yaitu biaya modal
akibat agak panjang naiknya piutang dan piutang yang tidak dapat ditagih.

C. Perputaran Piutang
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang
selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam
3
piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini
bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment
dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang
kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.Cara mencari rasio ini adalah dengan
membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang.
Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan menjumlah penjualan kridit dalam
suatu
periode dengan piutang rata-rata.
Perputaran Piutang = penjualan kridit + piutang rata-rata.
Semakin rendah perputaran piutang berarti semakin lama dana tertanam dalam
piutang dan akan semakin besar dana yang tertanam dalam piutang. Semakin tinggi
perputaran piutang maka hari pengumpulan piutang semakin pendek. Hari rata-rata
pengumpulan piutang dapat dihitung :
Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360/perputaran piutang.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang


Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian
yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor- faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang
Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut:
1. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar
investasi yang tertanam dalam Piutang. Makin besar proporsi penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin
besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah
piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar
profitability.
2. Syarat pembayaran (termin) , semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak apabila perusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan
keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabiitas. Syarat yang ketat dalam
bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada
pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon
kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang

4
diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi
akan semakin memperkecil investasi dalam piutang). Dalam penjualan kredit
perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan
kepada para langganannya. Makin tinngi plafond yang ditetapkan bagi masing -
masing langganan berati makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.
Sebaliknya,jika batas maksimal plafond lebih rendah,maka jumlah piutangpun akan
kecil.
4. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif
(menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu
tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur
menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar. Perusahaan dapat
menjalankan kebijakan dalam pengumpulan piuatng secara aktif atau pasif.
Perusahaan yang menjalankan kebijakan secara aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan
piutang, tetapi jika menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih tertagih,
sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan sebaliknya, jika
perusahaan menggunakan kebijakan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan
lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan
membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih
kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu
investasi yang besar. Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash
discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan
membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih
besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.

E. Penilaian Resiko Kredit / Analisis Rasio Kredit


Menurut Undang- undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, pengertian Kredit adalah
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

1. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur kredit, yaitu :

5
a. Pihak terkait
b. Kepercayaan
c. Kesepakatan
d. Jangka waktu
e. Resiko
f. Balas jasa

2. Jenis-Jenis Kredit
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai
berikut :
a. Dilihat dari segi kegunaanya
1) Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik
baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun
pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih
lama.

2) Kredit modal kerja


Diguanakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai
contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau
biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

b. Dilihat dari segi tujuan kredit


1) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atas produksi atau investasi. kredit
ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk
membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan
menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau
kredit industri lainnya.
2) Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai
oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil
pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.
6
3) Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1) Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan
ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
2) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya
untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan
kambing.
3) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang
waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit untuk investasi jangka
panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif
seperti kredit perumahan.
d. Dilihat dari segi jaminan
1) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang
berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan
akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
2) Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit
jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik
si calon debitur selama ini.
e. Dilihat dari segi sektor usaha
1) Kredit pertanian
Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.
Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
2) Kredit peternakan

7
Dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang
kambing atau sapi.
3) Kredit industri
Yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.
4) Kredit pertambangan
Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti
tambang emas, minyak atau timah.
5) Kredit pendidikan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan
atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswanya.
6) Kredit profesi
Diberikan kepada para professional seperti, dosen, dokter, atau pengacara.
7) Kredit perumahan
Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
8) Dan sektor-sektor lainnya.

3. Tujuan Pemberian Kredit


Terdapat dua tujuan yang saling berkaitan dari kredit, yaitu:
a. Profitability
Tujuan untuk memperoleh hasil kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga
yang harus dibayar oleh debitur. Dalam hal ini bank hanya akan menyalurkan kredit kepada
usaha yang diyakini mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dalam
faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga
unsur keuntungan (profitability) suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan.
b. Safety
Keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin
sehingga tujuan profitability dapat benar -benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Tujuan
kredit dilihat menurut pelaku utama yang terlibat dalam pemberian kredit.
1) Bank
a) Penerimaan bunga yang merupakan sumber pendapatan terbesar.
b) Memberikan pelayanan kepada nasabah
c) Merupakan media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan

8
2) Nasabah (pengusaha)
a) Dapat mengembangkan usaha nasabah
b) Meningkatkan kinerja perusahaan
c) Merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahaan

3) Negara
a) Merupakan salah satu sarana dalam memacu pembangunan
b) Meningkatkan arus dana dan jumlah uang beredar
c) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
d) Meningkatkan pendapatan Negara dari pajak
e) Meningkatkan dan menghemat devisa Negara
f) Meningkatkan jumlah barang dan jasa

4. Fungsi Kredit
Adapun fungsi kredit, yaitu :
1) Meningkatkan utility (Daya guna) dari modal/uang
2) Meningkatkan utility (Daya guna) dari suatu barang
3) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4) Menimbulkan gairah berusaha masyarakat
5) Sebagai alat stabilisasi ekonomi
6) Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan ekonomi internasional

5. Prinsi Pemberian Kredit Sehat


Sebagai salah satu bahan pertimbangan dapat tidaknya kepada seseorang nasabah
diberikan kredit, bank mempunyai kriteria -kriteria yang dikenal sebagai prinsif 5/6 Cs, yaitu
sebagai berikut:
a. Character
Suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari
pihak -pihak bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak maupun sifat-sifat pribadi
yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan
pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Oleh karenanya bank harus melakukan penelitian sebagai berikut :
1) Teliti riwayat hidup calon debitur
2) Teliti reputasi calon debitur tersebut dilingkungan usahanya
9
3) Meminta informati dari bank sebanyak-banyaknya
4) Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon debitur berada
5) Apakah calon debitur suka judi
6) Apakah memiliki hobi foya-foya

b. Capital
Hal ini berkaitan dengan jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.
Makin besar modal sendiri dalam perusahaan tentu semakin tinggi kesungguhan calon
nasabah dalam menjalankan usahanya dan bagi bank penambahan modal kerja akan merasa
lebih yakin. Kemampuan modal sendiri akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah
mendapatkan goncangan dari luar. Dalam praktek kemampuan capital ini dimanifestasikan
dalam bentuk kewajiban.

Untuk menyediakan self financing yang sebaiknya jumlahnya lebih besar dari kredit
yang dimintakan kepada bank. Bentuk dari self financing ini dapat berupa uang tunai, tanah,
bangunan, mesin dan lain-lain. Sedangkan untuk perorangan dapat dilihat dari daftar
kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi hutang-hutangnya.
c. Capacity
Kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan usahanya guna
memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui
sejauh manakah dari hasil usaha yang diperolehnya tersebut, peminjam mampu untuk
mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya (ability to pay) tepat waktunya sesuai yang
telah disepakati. Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan
antara lain:
1) Pendekatan historis yaitu, menilai past performance, apakah menunjukkan
perkembangan dari waktu ke waktu.
2) Pendekatan financial yaitu, dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan
Laba/Rugi untuk beberapa periode terakhir, dalam mengukur solvabilitas, likuiditas
dan rentabilitas, serta tingkat resiko usaha.
3) Pendekatan educational, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal
ini sangat penting untuk perusahaan -perusahaaan yang menghendaki keahlian
teknologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalisme tinggi seperti
rumah sakit, dan biro konsultan.

10
4) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon debitur mempunyai kapasitas
untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit
dengan bank.
5) Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan keterampilan nasabah
melaksanakan fungsi -fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.
6) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam
mengelola factor-faktor produksi seperti tenaga tenaga kerja, sumber bahan baku,
peralatan/mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada
kemampuan merebut pasar.
d. Collateral
Resiko pemberian kredit dapat dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan meminta
collateral yang baik kepada nasabah, yaitu barang-barang yang diserahkan oleh peminjam
sebagai jaminan atas kredit yang akan diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank
untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban financial oleh debitur kepada bank.
Penilaian terhadap barang jaminan ini meliputi jenis dan macam barang, lokasinya, bukti
pemilikan dan status hukumnya. Pada hakekatnya bentuk jaminan tidak hanya yang
berbentuk kebendaan, tetapi juga jaminan yang tidak berwujud kebendaan seperti jaminan
pribadi (borgtoach), letter of guarantee, letter of comfort dan avalist.

e. Condition of economy
Yaitu situasi dan kondisi politik, social, ekonomi, budaya yang
mempengaruhikeadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinan dapat
mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur.
Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut perlu diadakan penelitian mengenai
hal-hal antara lain:
1) Keadaan konjungtur ekonomi
2) Peraturan -peraturan Pemerintah
3) Situasi dan perekonomian dunia
4) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran
5) Kondisi ekonomi yang sangat perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a) Pemasaran : kebutuhan, daya beli masayarakat,luas pasar, perubahan mode, bentuk
persaingan, peranan barang substitusi dan lain-lain.

11
b) Teknis Produksi : perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku, cara penjualan
dengan system cash atau kredit
c) Peraturan Pemerintah : kemungkinan pengaruhnya terhadap produk yang dihasilkan

f. Constraint
Yaitu, batasan, hambatan yang tidak memungkinkan suatu jenis bisnis untuk
dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang
disekitarnya banyak bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bara.

F. Kebijakan Pencegahan Resiko Kredit


Kebijakan pencegahan resiko kredit dapat kita pahami melalui langkah-langkah
berikut ini:
1. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas
dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. misalnya resiko ditetapkan
10% dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan Rp 100.000
dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp 50.000, maka tambahan keuntungannya
adalah sebesar Rp 40.000(100.000 - 50.000 - (10% x 100.000).
2. Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas
dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan soliditas (tingkat kepercayaan
pihak luar terhadap suatu perusahaan), yaitu soliditas komersiil adalah kejujuran
debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya, solidits
finansiil adalah memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya
tepat pada waktunya, soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari
debitur/direkturnya.
3. Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis
umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
4. Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasarkan sejarah kredit dapat ditentukan
pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Pemahaman masing-masing jenis usaha yang akan dibiayai dengan kredit, hal ini
dapat dimengerti bahwa dimasyarakat terdapat ribuan usaha yang mengandung
permasalahan yang satu sama lainnya jelas berbeda, sedangkan di lain pihak aparat
perbankan tetap dituntut untuk selalu akrab dengan permasalahan-permasalahan
tersebut.
2) Masalah perkreditan bersifat Kasuasistis artinya masalah yang ada pada satudebitur
akan berbeda dengan debitur lainnya, dari kondisi ini maka aparat perbankan harus
mempunyai daya analistis yang cukup tajam dan secara cepat harus mampu pula
mengadakan identifikasi dari permasalahan yang dihadapi para nasabahnya.
3) Dalam kegiatan perkreditan banyak tersangkut dengan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah maupun kebijakan-kebijakan
pemerintah yang sering berubah dari suatu periode ke periode yang lainnya.

B. Saran
Saran saya, yaitu sebaiknya perusahaan harus mempertimbangkan sebaik mungkin
kebijakan yang diambil untuk masa depan perusahaan. Perusahaan harus mampu
menganalisis kebaikan dan keburukan yang akan ditanggung oleh perusahaan.

13

Anda mungkin juga menyukai