Anda di halaman 1dari 10

ANATOMI DAN FISIOLOGI secara anatomis knee joint dibentuk oleh

tibia bagian proximal,"femur bagian distal dan patella. knee joint


terdiri dari tiga bagian persendian medial dan lateral antara
condylefemur dan tibia serta persendian intermediate antara patela
dan femur. femur distal terdiri dari medialcondyle dan lateral
condyle, femoraltrochlear groove dan intercondylar notcth. Ligamen
tersebut melewati anterior, medial dan distal sendi dari femur ke
tibia. ligamen berputar atas diri membentuk spiral sedikit luar
(lateral), melewati bawah ligamentum trans & erse meniscal di
ujung tibialisnya. beberapa fasikula mungkin menyatu dengan
perlekatan anterior dengan meniskus lateral. ikatan tibialis lebih
lebar dan lebih kuat dari perlekatan femoralis. A. Ligamentum Intra
Capsular Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra
capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi.
Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior
sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting
karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae. 1.
Anterior Cruciate Ligament ACL istilah cruciate berasal dari kata
crux yang artinya (menyilang) dan crucial (sangat penting). Cruciate
ligament saling bersilangan satu sama yang lain. Menyerupai huruf
X. ACL adalah stabelizer untuk knee joint pada aktivitas pivot. ACL
mula berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi, berukuran
sebesar jari kita dan panjangnya rata-rata 38 mm dan lebar rata-
rata 10mm, dan dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar
226kg. Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior
tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk
melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis
femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan
akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ini tidak hanya
mencegah anterior translasi dari tibia pada femur tetapi juga
memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga
mencegah kemungkinan untuk patologi meniscal. Ini terdiri dari dua
bundel, sebuah bundel anteromedial, yang ketat di fleksi, dan
bundel posterolateral, yang lebih cembung dan ketat dalam
ekstensi. Suplai vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate middle,
serta dari difusi melalui sheath sinovial nya . persarafan dari ACL
terdiri dari mechanoreceptors berasal dari saraf tibialis dan
memberikan kontribusi untuk proprioseptifnya, serabut rasa nyeri
dalam ACL yang hampir tidak ada, ini menjelaskan mengapa ada
rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut sebelum
pengembangan hemarthrosis yang menyakitkan. 2. Posterior
Cruciate Ligament Ligamentum cruciatum posterior melekat pada
area intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas, depan dan
medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral
condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila
lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut
dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang
dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi
untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut
dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior akan
mencegah tibiae tertarik ke posterior. B. Ligamentum Extracapsular
1. Ligamentum Patellae Melekat (diatas) pada tepi bawah patella
dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae.
Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari
bagian pusat tendon bersama m.quadriceps femoris. Dipisahkan
dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan
dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. 2. Ligamentum
Collaterale Fibulare Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di
bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat
pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi
melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga
dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. Poplitei. 3.
Ligamentum Collaterale Tibiae Ligamentum ini berbentuk seperti
pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus
medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul
sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. 4.
Ligamentum Popliteum Obliquum Merupakan ligamentum yang kuat,
terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya
membentang secara oblique ke medial dan bawah. 5. Ligamentum
Transversum Genu Ligamentum ini terletak membentang paling
depan pada dua meniscus, terdiri dari jaringan connective, kadang-
kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya,
sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang. C. Cartilago
Semilunaris (Meniscus) Cartilago semilunaris adalah lamella
fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan melintang
berbentuk segitiga. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam
fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris
yang cekung. D. Capsula Articularis Capsula articularis terletak pada
permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan didepan
menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas
tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose
membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari
ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae
menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat
pada ligamentum cruciatum anterior. Selanjutnya capsula articularis
ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai
suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum
posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis
membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang
terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk
suatu synovial villi. Plica synovialis patellaris, membentang pada
bagian belakang yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum
sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa
intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang
lebar pada synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi
menjadi dua bagian, berhubungan dengan dua pasang condylus
femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping
berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus
tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago,
dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh
cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo
infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago,
selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.
Persyarafan Sendi Lutut Persarafan pada sendi lutut adalah melalui
cabang - cabang dari nervus yang mensarafi otot-otot di sekitar
sendi dan berfungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut.
Sehingga sendi lutut disarafi oleh : 1. N. femoralis 2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis 4. N. Tibialis Suflai Darah Suplai darah
pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar
sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending
genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal
dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang
ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut
mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena
femoralis. Sistem Limfe system limfe pada sendi lutut terutama
terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous. Kemudian
selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal
superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymph
node popliteal, dimana aliran limfe berjalan sepanjang vena
femoralis menuju deep inguinal lymph node. II. KONSEP DASAR A.
Pengertian Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture
adalah robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan
tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah. ACL menjaga
kestabilan lutut. B. Etiologi Diperkirakan bahwa 70 persen dari
cedera acl terjadi melalui mekanisme non kontak sementara 30
persen adalah hasil dari kontak langsung dengan pemain lain atau
object. Mekanisme cedera sering dikaitkan dengan perlambatan
diikuti dengan pemotongan, berputar atau side stepping
manuver , pendaratan canggung atau out of control play.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah
kemungkinan penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL
menjadi lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada
orang tua dari usia 40 tahun. C. Manifestasi Klinis 1. Pasien selalu
merasa atau mendengar bunyi pop di lutut pada saat cedera
yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau
pendaratan dari melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi ).
Ketidakstabilan mendadak di lutut (Lutut terasa goyah) hal ini bisa
terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah pukulan
langsung ke sisi lutut. 2. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut. 3.
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera
(Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya merupakan tanda
cedera lutut serius). D. Klasifikasi Tingkat keparahan cedera ligamen
dinilai sebagai : 1. GRADE 1 : Dengan nyeri ringan dan bengkak
tetapi tidak ada perpanjangan permanen atau kerusakan pada
ligamen. 2. GRADE II : Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula)
dan diperpanjang. Ada rasa sakit umumnya lebih dan bengkak dan
sering memar. Ligament biasanya akan sembuh tanpa operasi.
Ligament akan memiliki beberapa kelemahan (yaitu membuka)
dibandingkan dengan normal tetapi sendi akan sembuh dan
biasanya dapat berfungsi normal dengan sedikit ketidakstabilan. 3.
GRADE III : Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua.
Sering kali ada rasa sakit yang relatife sedikit. Namun, sendi sangat
tidak stabil, dan menahan seringkali sangat sulit bahkan dengan
tongkat sekalipun. Lutut akan terlepas atau buckle . Sering
memar disekitar lutut, operasi seringkali diperlukan untuk
perbaikan. E. Patofisiologi ACL seperti semua ligament lain, terdiri
dari tipe 1 kolagen. Ultrastruktur ligament adalah sangat mirip
dengan tendon, tetapi serat didalam ligament lebih berfariasi dan
memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai
darah dari lokasi insersinya. vaskularisasi dalam ligament adalah
seragam, dan ligament masing-masing berisi mechanoreceptors dan
ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam menstabilkan
sendi. Avulsi ligamen pada umumnya terjadi diantara lapisan
fibrocartilage tidak bermineral dan yang bermineral. Rupture ACL
yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi
terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral
lateral yang berputar. ACL menerima suplai darah kaya, terutama
dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL pecah, haemarthrosis
biasanya berkembang dengan cepat. F. Penatalaksanaan
Penanganan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan
pasien. Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktifitas
olahraga dan perlu dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi
individu yang lebih tua, dengan aktifitas yang lebih sederhana
biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke kehidupan yang
sederhana. Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat
berjalan seperti biasa. Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh.
Pada perkembangannya pasien akan merasakan bahwa lututnya
tidak stabil, gampang goyang dan sering timbul nyeri.
Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi
Arthroscopy agar pasien dapat pulih seperti sedia kala dengan insisi
yang kecil. Operasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari
artroskopi adalah kurang invasive, kurang nyeri, masa rawat inap
lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat. G. Komplikasi
Komplikasi kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka,
operasi menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan
daya gerakan . III. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengakjian
merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan
utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara
lengakap dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan
masalah keperawatan yang dihadapi klien. 1. Pengkajian umum : a.
Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi b. Identitas
penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat c. Alasan masuk rumah sakit 2. Data riwayat kesehatan a.
Riwayat kesehatan dahulu b. Riwayat kesehatan sekarang Perlu
diketahui: 1) Lamanya sakit Lamanya klien menderita sakit kronik /
akut 2) Factor pencetus Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri,
sters, posisi, aktifitas tertentu c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
atau kronis. 3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum b. TTV c. Tingkat
kesadaran d. Rambut dan hygiene kepala. e. Mata Pemeriksaan
mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil f. Gigi dan
mulut Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna
lidah, peradangan pada tonsil. g. Leher h. Dada / thorak i.
Cardiovaskuler Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien
dan gangguan irama jantung j. Pencernaan/Abdomen Ada luka,
memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus k. Genitalia
Kebersihan dan keluhan lainnya l. Ekstremitas Pembengkakan,
fraktur, kemerahan, dan lain-lain. m. Aktifitas sehari-hari n. Data
social ekonomi Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan
social dan hubungan dengan keluarga o. Data psikologis Kesadaran
emosional pasien p. Data spiritual Data diketahui, apakah
pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan
kesehatan. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri b.d agen injury 2.
Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan tungkai
bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat 3. Resiko
infeksi b.d prosedur invasif 4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan: gangguan metabolisme sel, kehilangan integritas struktur
tulang 5. Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik,
perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi. C.
Intervensi keperawatan No Diagnosa Rencana keperawatan Tujuan
dan KH Intervensi 1 Nyeri b.d agen injury Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami nyeri dengan kriteria hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri) 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi. 2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan. 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan. 4. Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri speerti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan. 5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan. 6.
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi: napas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat atau dingin. 7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri. 8. Tingkatkan istirahat 9. Berikan informasi
tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 10.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali 2 Resiko tinggi trauma b.d ketidakmampuan
mengerakkan tungkai bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi
yang adekuat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien tidak mengalami trauma dengan criteria hasil: 1. Pasien
bebas dari trauma fisik 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien. 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
teradahulu pasien 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya. 4.
Memasang side rail tempat tidur. 5. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih. 6. Menempatkan saklar lampu yang
mudah dijangkau pasien. 7. Membatasi pengunjung. 8. Control
lingkungan dari kebisingan. 9. Berikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga tau pengunjung adnaya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit 3 Resiko infeksi b.d prosedur invasif Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak
mengalami infeksi dengan criteria hasil : 1. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi. 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi. 3. Jumlah leukosit dalam batas normal. 4.
Menunjukkan perilaku hidup sehat Status imun, gastrointestinal,
Genitourinaria dalam batas normal 1. Pertahankan teknik aseptic 2.
Batasi pengunjung bila perlu 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawata 4. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung 5. Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum 6. Gunakan kateter intermitten
untuk menurunkan infeksi kandung kemih 7. Tingkatkan intake
nutrisi 8. Berikan terapi antibiotic 9. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local 10. Pertahankan teknik isolasi 11. Inspeksi kulit
dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase. 12.
Dorong masukan cairan 13. Dorong istirahat 14. Ajarkan
pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 15. Kaji suhu badan
pada pasien neutropenia setiap 4 jam. 4 Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan: gangguan metabolisme sel, kehilangan
integritas struktur tulang Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan criteria
hasil: 1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 2. Mengerti tujuan
dan peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah 4.
Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi 1.
Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan 3. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat dan cegah terhadap cedera 4. Ajarkan pasien
atau tenaga kesehatan tentang teknik ambulasi 5. Kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi 6. Latih pasien dalam pememnuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan 7. Dampingi
dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs
ps. 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan 9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
5 . Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik,
perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi. Setelah
dilakukan asuhan selama 3x24 jam kecemasan klien teratasi dengan
criteria hasil: 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas 2. Vital sign dalam batas normal 3. Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut 5. Berikan informasi factual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis 6. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien 7. Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi 8. Dengarkan dengan penuh
perhatian 9. Identifikasi tingkat kecemasan 10. Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Daftar pustaka
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret
Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia,Jakarta, EGC Anderson
Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. Dorland, 1994.
kamus kedokteran. Jakarta. EGC hinchliff, sue. 1999. kamus
keperawatan. Edisi 17. Jakarta EGC. Muttaqin, A. 2011. Buku
saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta LAPORAN
PENDAHULUAN ACL RUPTURE (RUPTURE ANTERIOR CRUCIATE
LIGAMENT) DI RUANG BEDAH 6 RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA
PUSAT Disusun Oleh : Siti Hayuni : 1410721037 Program Studi
Profesi Ners Fakultas lmu-ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai