YUDHI PRAMADIANSYAH
(1006665145)
E-mail : yudhi.pramadiansyah@ui.ac.id
Abstrak
Maraknya fenomena tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak menjadi salah satu bentuk bukti
bagaimana televisi dapat membentuk perilaku khalayaknya. Fenomena ini sangat memprihatinkan karena
mengakibatkan jatuhnya banyak korban, contohnya korban meninggal akibat sering menonton tayangan
mengandung kekerasan. Jatuhnya korban ini juga yang termasuk dalam perilaku kejahatan oleh anak, karena
telah menimbulkan korban terhadap orang lain. Oleh karena itu,dalam makalah ini akan dibahas bagaimana
televisi membentuk perilaku kekerasan. Metode yang digunakan adalah studi literatur, yakni menggunakan studi
kepustakaan. Dengan menggunakan teori kultivasi, dapat diketahui bahwa semakin sering anak menghabiskan
waktu untuk menonton televisi, semakin kuat pula kecenderungan untuk menyamakan realita di televisi dengan
realita sosial. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi
dapat membuat anak-anak akhirnya meniru tayangan tersebut.
The rise of violence phenomenon that committed by children is one form of evidence to see how television can
shape the behavior of the audience. This phenomenon is very alarming because it led to the downfall of many
victims, for example, the victim died as a result of watching violent show on television. The casualties also
included in criminal behavior by children, because it has caused the victim to others. Therefore, this paper will
discuss how the television form violent behavior. The method used is the study of literature, the use of library
research. By using cultivation theory, it is known that the more time children spend watching television, the
stronger the tendency to equate reality in television with the social reality. So it can be concluded that the the
television show which contain elements of violence can make children eventually emulate those impressions.
Untuk itu tayangan televisi harus diatur karena mempengaruhi sikap dan perilaku
khalayak khususnya bagi yang belum memiliki referensi yang kuat, yakni anak-anak dan
remaja. Terlebih karena televisi bersifat audio visual sinematografis yang memiliki dampak
besar terhadap perilaku khalayaknya seperti pengaruh jarum suntik terhadap manusia (Dede
Mulkan, 2011). Banyaknya acara yang ditayangkan oleh televisi mulai dari infotainment,
Padahal seharusnya media massa televisi mempunyai fungsi utama yang selalu harus
diperhatikan yaitu fungsi informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan
nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru. Namun jika
dilihat kenyataannya sekarang ini, acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan
rekreatif saja, sedangkan fungsi edukatif yang merupakan fungsi yang sangat penting untuk
disampaikan, sangat sedikit sekali disajikan di pertelevisian Indonesia. Hal ini bisa kita lihat
dari susunan acara-acara televisi, kebanyakan hanya acara-acara sinetron dan infotainment
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah studi literatur, yakni melalui studi kepustakaan.
Setelah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang
KERANGKA TEORI
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan,
jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang
radio (Kamus Internasional Populer: 196). Televisi sama halnya dengan media massa lainnya
yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat
kabar, radio, atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan
rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah,
rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain. Yang
dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan
gambar hidup bersama suara melalui kabel. Sistem ini menggunakan peralatan yang
mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali
ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.
Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat
dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Apa yang
kita saksikan pada layar televisi, semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua
unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan
gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi getaran-getaran listrik, getaran-
getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar mengubah getaran getaran-getaran
listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini
ditangkap oleh satelit. Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan
sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.
a. Tujuan
b. Fungsi
Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan
oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan
sebagainya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 54
berbunyi penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan
dan hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan
keamanan. Sebenarnya televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi rekreatif, fungsi
edukatif dan fungsi informatif. Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan
yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya
lewat tayangan yang ditampilkan. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita
sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk
memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan
menonton televisi akan menambahkan wawasan.
Televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat dan unsur positif yang
berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif maupun psikomotor
(Mansur,1993:28). Namun tergantung pada acara yang ditayangkan televisi. Manfaat yang
bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan
keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog, wawancara dan
sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan sikap
Analisis Kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksikan dan menjelaskan formasi
dan pembentukan jangka panjang dari presepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia
sebagai akibat dari konsumsi akan pesan-pesan media. Dalam teori ini dinyatakan bahwa
komunikasi massa, terutama televisi mengkultivasi keyakinan tertentu mengenai kenyataan
yang di anggap umum oleh konsumen komunikasi massa. Seperti yang diungkapkan oleh
Gerbner bahwa apa yang kita ketahui atau kita pikir kita ketahui, sebenarnya tidak pernah
kita alami sendiri secara pribadi. Kita mengetahuinya melalui cerita-cerita yang kita lihat dan
dengar di media.
Menurut teori kultivasi, ketika televisi menggambarkan suatu hal atau cerita, maka
yang akan lebih ditekankan adalah bagaimana cara untuk menyalurkan suatu sistem dan
kesatuan pesan yang sama secara berulang-ulang. Televisi membuat masyarakat memberikan
perhatiannya paada isi atau pesan yang ditampilkan, seolah-olah televisi berusaha
memberikan kepercayaan (Windahl, Signitizer & Olson, 1992). Jadi dengan secara tidak
langsung cara berpikir dan pandangan kita terhadap sesuatu akan dipengaruhi oleh tayangan
yang ada di televisi.
Hasil dari Analisis Kultivasi adalah Indeks Dunia yang Kejam Gerbner, Gross,
Morgan, dan Signorielli terdiri atas 3 pernyataan, yaitu:
Fokus utama dalam penulisan makalah ini adalah anak-anak, karena anak menjadi hal
yang perlu untuk diutamakan, mengingat anak-anak adalah makhluk yang belum dapat
membedakan mana yang baik dan buruk. Anak-anak cenderung menganggap apa yang
tampak di televisi sebagai sesuatu yang nyata dan benar adanya. Anak-anak belum dapat
berpikir kritis, hingga mereka cenderung menerima nilai apa saja yang ditawarkan oleh
PEMBAHASAN
Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk
memenuhi tuntutan zaman sekarang. Dibandingkan dengan media massa yang lain televisi
memiliki beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran
yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu pemberitaan dan informasi yang
sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan
pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan.
Kekhawatiran akan pengaruh kekerasan di televisi kepada anak menjadi hal yang
perlu untuk diutamakan, mengingat anak-anak adalah makhluk yang belum dapat
membedakan mana yang baik dan buruk. Anak-anak cenderung menganggap apa yang
tampak di televisi sebagai sesuatu yang nyata dan benar adanya. Anak-anak belum dapat
berpikir kritis, hingga mereka cenderung menerima nilai apa saja yang ditawarkan oleh
televisi. Beberapa penelitian pun menunjukan adanya relasi yang kuat antara kekerasan di
televisi dengan perkembangan anak, baik dari sisi pengetahuan, sikap dan perilakunya. Hal
ini menandakan, kekerasan dalam tayangan televisi adalah hal yang patut untuk diperhatikan
dan menjadi penting demi tumbuh kembang anak-anak di Indonesia.
No Nama Tayangan
1 Tom and Jerry
2 Naruto
3 Spongebob
4 Tendangan Si Madun
5 Opera Van Java
6 Smack Down
7 Bima Satria Garuda
Salah satu tayangan yang yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tayangan
Opera Van Java. Kita bisa lihat ciri khas tayangan ini adalah penggunaan stereofom untuk
properti tayangan ini. Properti ini digunakan mereka untuk memancing gelak tawa para
penontonnya, bisa dengan cara menjatuhkan pemain lawannya hingga terjatuh dari atas.
Kemudian terdapat ucapan-ucapan kasar atau kata-kata tidak lazim yang sering diucapkan
oleh pemeran-pemeran Opera Van Java. Walaupun hal tersebut dianggap lucu sama
penonton, hal itu tentu saja membuat anak-anak yang menonton meniru dan melakukan apa
yang ia lihat dari televisi.
Tayangan lain yang juga turut menarik perhatian anak-anak adalah smackdown. Sebut
saja tayangan smackdown yang sempat menggegerkan sejumlah pihak, khususnya orang tua
beberapa tahun ke belakang. Smackdown merupakan tayangan gulat pura-pura yang didirikan
pada 29 april 1999 di Amerika Serikat. Smackdown pun pernah mempertarungkan petinju
Muhammad Ali dengan pegulat Jepang, Antonio Inoki. Sehingga hal itu membuktikan bahwa
tayangan smackdown merupakan acara yang penuh dengan sandiwara di atas ring.
Perilaku imitative atau meniru sangat menonjol pada anak-anak. Permasalahan ini
diperparah karena kemampuan berpikir anak-anak yang masih sederhana. Maka cenderung
berfikir apa yang ada di televisi adalah yang sebenarnya. Anak-anak masih sulit membedakan
antara yang fiktif dan nyata. Anak-anak juga masih sulit membedakan antara yang baik sesuai
norma dan etika, agama dan hukum. Dampak lainnya anak menjadi penakut dan semakin
sulit mempercayai orang lain. Dampak pemerhati, anak kurang peduli terhadap kesulitan
orang lain. Dampak nafsu adalah meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau
melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan dan juga diperparah lagi karena
dalam adegan smackdown tidak jarang ditemui adegan saling memaki. Karena pada dasarnya
tontonan ini merupakan tontonan yang paling banyak adegan mengumpat, memaki dan saling
pukul. Maka jikalau anak-anak menonton adegan ini maka secara lambat laun rusaklah moral
anak tersebut.
Jatuhnya korban ini juga membuktikan teori analisis kultivasi oleh George Gerbner
yang mengatakan bahwa dampak dari melihat tayangan kekerasan di televisi dalam jangka
waktu yang cukup panjang (empat jam atau lebih dalam sehari) dapat menyebabkan pemirsa
melihat keseluruhan dunia ini lebih penuh bahaya daripada melihat dalam jangka waktu yang
pendek (dua hingga kurang dari empat jam sehari). Gerbner mengatakan bahwa salah satu
bentuk infasi televisi terhadap kehidupan manusia khususnya anak-anak adalah anak-anak
yang tergolong memiliki kebiasaan menonton televisi menyetujui bahwa hampir selalu benar
untuk memukul orang lain jika mereka marah kepada orang lain dengan alasan yang tepat.
Jatuhnya korban ini juga yang termasuk dalam perilaku kejahatan oleh anak, karena telah
menimbulkan korban terhadap orang lain. Jika dikaitkan dengan analisis kultivasi, maka
televisi merupakan sistem pusat dari penceritaan (story telling), melalui tayangan-
Dalam teori analisis kultivasi, televisi mempunyai efek jangka panjang yang
walaupun kecil, perlahan dan tidak langsung, akan tetapi memiliki sifat kumulatif dan nyata,
dimana tayangan yang disuguhkan televisi akan masuk ke dalam memori otak yang suatu saat
nanti bisa teraplikasikan secara nyata. Pengaruh tersebut bisa mempengaruhi aspek sikap
(attitude) dan perilaku (behaviour). Terlebih, buat penonton anak-anak, yang pada umumnya
sangat dekat dengan televisi di jam prime time dan hari libur, memiliki durasi lebih dari 4
jam, yang dimana pemikiran mereka akan sejalan dengan akan apa yang ia tonton, dan
sewaktu-waktu bisa ia aplikasikan di dunia nyata. Sebut saja ketika anak menonton tayangan
seperti Opera Van Java atau Naruto yang sarat akan kekerasan. Mereka menganggap
kekerasan yang terdapat dalam tayangan tersebut merupakan suatu hal yang lumrah
dilakukan oleh siapa saja, mengingat tayangan Opera Van Java adalah tayangan yang
mempunyai titik kelucuan ketika terdapat adegan memukul dengan menggunakan properti.
Belum lagi Naruto yang di dalamnya terdapat adegan pukulan dan jurus-jurus ninja yang
sarat akan kontak fisik. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap persepsi bahwa tindakan itu
merupakan tindakan yang tak hanya wajar dilakukan di dalam televisi, melainkan hal yang
wajar dilakukan di dunia nyata. Proses seperti ini sangat mudah sekali ditemukan di
kehidupan saat ini, mengingat tayangan televisi anak akan kekerasan sangat mudah ditemui
di kala Minggu, hari anak-anak menonton televisi dari pagi.
Kemudian, tayangan tersebut tak hanya berisi kekerasan berupa kontak fisik semata,
melainkan kekerasan verbal. Caci maki yang terdapat dalam tayangan menjadi nilai jual yang
seakan-akan harus ada di dalam tayangan yang biasa ditonton anak-anak. Dalam Opera Van
Java, lontaran-lontaran kasar pun tak terelakan, mengingat hal tersebut merupakan hal yang
memancing gelak tawa. Hingga pada akhirnya tayangan tersebut dilihat seakan-akan kurang
bila tak ada cacian seperti itu. Kemudian dalam tayangan Spongebob, seringkali terlontar
sapaan hai bodoh. Sapaan seperti ini tentu sangat berbahaya bagi efek jangka panjang si
anak, khususnya dari segi sapaan terhadap teman bermainnya yang saat ini terbilang kasar,
dimana sering kita lihat anak kecil yang mencela temannya dengan sebutan bego , bodoh,
tolol, dan sapaan kasar lainnya. Dengan demikian, tayangan seperti ini perlu untuk menjadi
sorotan, mengingat tayangan ini memiliki intesitas penayangan yang rutin dan dekat dengan
anak-anak.
SARAN
Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiwa atau peneliti yang ingin melakukan
penelitian serupa atau melakukan penelitian lanjutan atas topik yang sama. Penulis berharap
agar topik ini dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat menimbulkan rasa keingintahuan
untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan cara mengadakan wawancara yang lebih
mendalam dengan pihak yang terkait guna untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak
lagi sehingga dapat disampaikan kepada semua pihak.
Makalah ini juga diharapkan dapat berguna bagi orang tua sebagai agen sosialisasi
primer yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan perilaku anak-anak. Setiap orang tua
dapat mengontrol tontonan anaknya agar anak tersebut menonton tayangan yang pantas
ditonton seusia mereka, untuk itu orang tua juga dapat memberikan saran dan kritik kepada
acara tv tersebut agar tidak berdampak negatif bagi anak-anaknya. pemerintah juga memiliki
peran penting dalam pertelevisian Indonesia sebagai pengontrol dan dapat menyaring acara-
Waruwu, F. Tayangan Kekerasan di Tv dan Dampaknya pada Anak. Dalam S.D. Gunarsa
(Ed.), Dari Anak sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Gunung Mulia.
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2007. Introduction Communication Theory: Analysis and
Application Third Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Media Online
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/
http://edukasiana.com/?p=244
http://news.detik.com/read/2013/04/25/154218/2230463/10/kpi-naruto-dan-sponge-bob-
mengandung-kekerasan?9922032]
http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/10/31/pengaruh-tayangan-televisi-mario-
teguh-golden-ways-terhadap-semangat-belajar-mahasiswa-606690.html
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/30/mm1zge-tayangan-kekerasan-
pengaruhi-karakter-anak
http://buser.liputan6.com/read/133104/Smack.Down.Merenggut.Nyawa.Reza
http://www.erlangga.co.id/pendidikan/7106-bahaya-belajar-sendiri.html
Jurnal Online
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123936-SK%20001%2009%20Has%20p%20-
%20Pengaruh%20terpaan-Literatur.doc.pdf