Anda di halaman 1dari 35

BUKU AJAR

SELF EFFICACY PADA PASIEN KANKER

PENYUSUN:
Sari Fatimah, S.Kp., M.Kes. NIDN: 0001115106
Suryani, MHSc.,PhD. NIDN: 0002026805
Nursiswati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB NIDN: 0005067804

UNIVERSITAS PADJADJARAN

0
RINGKASAN

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit di mana sel-sel abnormal
membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar
ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem limfe. Kanker payudara merupakan salah
satu kanker yang banyak terjadi di Indonesia. Kanker menimbulkan berbagai tanda dan gejala
yang mengamcam penurunan kualitas hidup pasien. Self-efficacy dan kemampuan pasien
melaksanakan tindakan dalam mengurangi gejala penyakitnya sangat mempengaruhi kualitas
hidup pasien. Penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara kualitas hidup
dengan self-efficacy dan mood. Sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa self-efficacy
dan depresi merupakan prediktor yang signifikan terhadap kualitas hidup pada pasien.
Self-efficacy adalah persepsi atau keyakinan tentang kemampuan diri sendiri. Self-
efficacy merupakan dasar dari setiap keputusan untuk bertindak dan didefinisikan sebagai
persepsi dari kemampuan diri untuk melaksanakan perilaku dalam mencapai hasil yang
ditunjuk seperti manajemen gejala.
Pada pasien kanker, faktor internal memberikan peran penting dalam keberhasilan
pasien untuk mengatasi gejala yang muncul salah satunya sebagai akibat dari pengobatan
kanker. Faktor internal ini berkaitan dengan manajemen diri yang didalamnya terdapat poin
keyakinan diri atau self-efficacy. Self-efficacy yang tinggi pada pasien kanker dapat
membantu meningkatkan keberhasilan intervensi karena pasien dapat bekerja sama dengan
baik dalam proses pengobatan sehingga pasien dapat mengelola dan menangani gejala yang
muncul selama proses pengobatan. Self-efficacy menjadi faktor sentral dan persuasif bagi
pasien dalam menentukan tindakan yang dipilih, tingkat usaha yang diberikan, dan ketekunan
dalam menghadapi kesulitan sehingga hal ini juga dapat membantu meningkatkan kualitas
hidup pasien.

Kata Kunci : self-efficacy, kualitas hidup, kanker payudara

1
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar Self-Efficacy Pada Pasien Kanker.
Buku ajar ini merupakan pengembangan dari kegiatan penelitian penulis yang berjudul
Hubungan antara Self-efficacy dan Tindakan Penanganan Mukositis, Mual Muntah Serta
Kelelahan Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Di Poliklinik Onkologi Rumah
Sakit Hasan SadikinBandung.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Unit Kemoterapi
Poli Onkologi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, dan atas bantuan dari Bidang Diklit, dan
Komite Etik, serta LPPM Unpad dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemristek-
DIKTI yang telah membantu memfasilitasi proses pembuatan buku ini.

Penulis mengharapkan, dengan adanya buku ini, dapat membantu banyak pihak yang
salah satunya mahasiswa dalam mengidentifikasi dan memberikan intervensi keperawatan
yang tepat terkait dampak self-efficacy dan tindakan penanganan mukositis, mual muntah
serta kelelahan terhadap kualitas hidup.

Bandung, April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. KANKER PAYUDARA
BAB 3.SELF-EFFICACY PADA PASIEN KANKER
Meningkatkan Self-efficacy pada pasien Kanker
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
LAMPIRAN 1: INSTRUMEN PENGUKURAN SELF-EFFICACY
LAMPIRAN 2: INSTRUMEN QoL

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit yang mengancam dan sering mematikan. Kanker
merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali,
serta mengancam nyawa individu penderitanya (Baradero, 2008). Dari seluruh penjuru dunia,
lima penyakit kanker yang menyebabkan kematian adalah kanker paru-paru, kanker rahim,
kanker hati, kanker usus, dan kanker payudara. Kanker adalah istilah yang digunakan untuk
penyakit di mana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan
lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem limfe
(The National Cancer Centre, 2009).
Kasus kanker payudara di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebanyak 207.090 pada
wanita dan sebanyak 1970 kasus kanker payudara pada pria, angka kematian akibat kanker
payudara tercatat sebanyak 39.840 orang wanita dan 390 orang laki-laki (The National
Cancer Institute, 2009). Kasus kanker dan kanker payudara di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung setiap bulan terus meningkat. Berdasarkan rekam medik di Poliklinik Bedah
didapatkan data pada bulan September terdapat 950 orang pasien kanker, oktober 1249 orang,
dan november 1195 orang. Jumlah pasien kanker payudara di RSHS sebanyak 160 orang
pada bulan september, 183 orang pada bulan oktober dan 180 orang pada bulan november
(Rekam Medik Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung).
Pengobatan kanker dipilih berdasarkan stadium dari penyakit. Pada stadium I
biasanya pengobatan yang dipilih berupa operasi dan kemoterapi. Pada stadium II dilakukan
operasi dilanjutkan kemoterapi ditambah dengan terapi hormon. Kanker stadium III diobati
dengan operasi dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah dengan radiasi. Kanker stadium IV
diobati dengan kemoterapi yang dilanjutkan terapi radiasi dan terapi hormon. Untuk kanker
stadium yang sudah lanjut, biasanya pengobatan yang dilakukan hanya untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita karena harapan hidup untuk penderita paling lama empat tahun
(Smeltzer and Bare, 2008).
Pengobatan yang dijalani pasien kanker mempunyai efek samping yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Operasi memiliki efek samping diantaranya yaitu
pembengkakan, kehilangan tenaga atau kekuatan, persendian kaku, mati rasa, perasaan gatal-
gatal, perdarahan, infeksi, serta pembekuan darah (Bohme, 2001). Kemoterapi memiliki efek

5
samping diantaranya yaitu rasa lelah, gangguan usus dan rongga mulut, gangguan sumsum
tulang, gangguan pada kulit, kemandulan, gangguan menstruasi dan menopause, keluhan
pada mata, kelainan kulit, gangguan fungsi hati atau ginjal, serta penyimpangan otot dan
jantung (Jong, 2002). Radioterapi atau terapi radiasi memiliki efek samping diantaranya
adalah kerusakan pada kulit sekitar tumor, kelelahan, anoreksia, supresi sumsum tulang
seperti hipopituitarisme, esofagitis, batuk, pneumonitis radiasi, mual, muntah, serta diare
(Otto, 2003).
Diagnosa dan pengobatan kanker dapat mempengaruhi psikologis, seksual, fungsi,
serta berhubungan dengan kualitas hidup, hal itu termasuk dalam banyak penelitian sebagai
hasil parameter untuk membandingkan berbagai pengobatan kanker. Dapat dikatakan bahwa
peningkatan kualitas hidup harus menjadi tujuan utama perawatan kanker (K. Hart, et al.,
2003). Seiring dengan peningkatan kasus tersebut, perhatian telah semakin diarahkan untuk
pengobatan dan segala sesuatu yang terkait dengan efek pada kesehatan mereka yang
berhubungan dengan kualitas hidup (HRQoL) (S.H.Ahn,et.al.,2006).
Tindakan perawat dalam quality of care pasien yang mengalami dampak kanker dan
dampak tindakan kemoterapi dan radioterapi penting dalam mencapai kualitas perawatan
pasien kanker. Tindakan keperawatan dilaksanakan dan diajarkan pada pasien khususnya
dalam mengatasi masalah utama pada kanker yang meliputi nyeri, limfedema, mukositis,
mual muntah dan kelelahan. Tindakan untuk mengatasi mukositis adalah menghindari
makanan pedas, kumur dengan cairan Natrium dan Peroxide setiap 12 jam, dan menghindari
mouthwash yang mengandung alkohol. Tindakan untuk mengatasi mual muntah meliputi
menganjurkan makan dalam jumlah sedikit, makan apa yang menarik untuk pasien, minum
banyak cairan, menghindari bau yang tidak menyenangkan, meningkatkan kenyamanan
pasien, dan menganjurkan teknik relaksasi. Adapun tindakan untuk mengatasi kelelahan
terdiri dari latihan bergerak dengan bantuan dan menjaga keseimbangan tubuh saat
beraktivitas.
Secara keseluruhan kualitas perawatan pasien akan berpengaruh terhadap pencapaian
status fisik pasien dan akan menentukan kualitas hidup pasien. Kualitas hidup adalah persepsi
individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai dimana
mereka tinggal, dan berhubungan dengan tujuan hidup, harapan, standar, dan fokus hidup
(WHO, 1993 dalam King dan Hinds,1998). Kesesuaian antara keadaan hidup sekarang
dengan tujuan hidup, harapan, standar dan perhatian akan menimbulkan perasaan puas dan
sebaliknya bila terjadi ketidaksesuaian maka akan menimbulkan perasaan tidak puas.
Kepuasan hidup merupakan barometer penting dalam menentukan kualitas hidup (Zhan, et.

6
al., 1992). European Organization for Research and Treatment of Cancer mendefinisikan
kualitas hidup berhubungan dengan status kesehatan pasien yang dikaitkan dengan adanya
dampak diagnosa dan gejala-gejala dari pengobatan yang berpengaruh terhadap status
fungsional pasien sehingga mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan
(EORTC, 1993).
Kualitas hidup yang tidak memuaskan menggambarkan status kehidupan yang tidak
baik. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah timbulnya
penyakit (Panopalis, et al., 2008). Kualitas hidup terdiri dari beberapa domain termasuk
fungsi fisik, dukungan kesejahteraan psikologis (seperti tingkat kecemasan dan depresi), dan
sosial (Perry, et al., 2007). Penelitian yang sudah berlangsung lama yang dilakukan oleh
Ganz, kualitas hidup mencakup aspek fisik (kelelahan, nyeri), psikologis (ketidakpastian,
depresi), sosial (stres perkawinan), fungsional (diskriminasi dalam pekerjaan), dan aspek
spiritual (pandangan hidup) (Ganz et al., 2002). Status fungsional menurut EORTC dibagi
menjadi sembilan domain yaitu fungsi fisik, fungsi peran, fungsi emosional, fungsi sosial,
fungsi kognitif, body image, fungsi seksual, kepuasan seksual, dan perspektif masa depan
(EORTC,1993). Dimensi kualitas hidup walaupun masih menjadi kontroversi diantara para
ahli, namun banyak ahli yang setuju bahwa ada empat sampai lima dimensi yang telah
diterima secara umum untuk kualitas hidup (King & Hinds,1998).
Penelitian tentang kualitas hidup pada pasien kanker payudara yang mempengaruhi
status fungsional diantaranya adalah kekhawatiran tentang seksualitas seringkali sangat
mengkhawatirkan bagi pasien dengan kanker payudara. Selain citra tubuh, beberapa
perawatan untuk kanker payudara, seperti kemoterapi, dapat mengubah kadar hormon wanita
dan dapat mengurangi minat atau respon seksual. Hal ini sangat sulit apabila pasien mengidap
kanker payudara pada usia antara 20 sampai 30 tahun (The National Cancer Institute,2009).
Penilaian kualitas hidup dapat digunakan dalam diagnosis, memprediksi prognosis,
penilaian, pemantauan pasien, pengambilan keputusan klinis, komunikasi, dan pengobatan.
Kegunaan lainnya juga untuk merancang intervensi, mengalokasikan sumber daya dan upaya
penelitian selanjutnya (Goodwin, et al., 2003). Langkah-langkah pengkajian kualitas hidup
juga dapat digunakan untuk memantau perkembangan penyakit (survival) atau respon
terhadap pengobatan (toksisitas dan efek samping) (Donaldson., et al., 2004).
Persepsi seseorang tentang kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
yang mempengaruhi persepsi kualitas hidup adalah: usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan,
status pernikahan, lama penyakit, status kesehatan, dukungan sosial, kepuasan pasien selama
perawatan kesehatan, biaya yang dikeluarkan secara langsung dan tidak langsung, aktivitas

7
penyakit, kerusakan organ akibat penyakit yang dialami, dan transportasi ke tempat
pelayanan (Panopalis, et al., 2008).
Kualitas hidup ditentukan pula oleh beberapa faktor lain seperti self-efficacy, mood
atau depresi. Penelitian oleh Cunningham et al. (1991) terhadap 273 orang pasien kanker
menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara kualitas hidup dengan self-efficacy dan
mood. Sedangkan penelitian Tsay dan Healstead (2002) menunjukkan bahwa self-efficacy
dan depresi merupakan prediktor yang signifikan terhadap kualitas hidup pada pasien dengan
hemodialisis. Penelitian lain yang melihat hubungan antara kualitas hidup dan self-efficacy
menunjukkan self-efficacy berhubungan erat dengan quality of life measures dan depression
pada pasien paska stroke (Smith, Johnston, dan Allen, 2000).
Self-efficacy adalah persepsi atau keyakinan tentang kemampuan diri sendiri. Bandura
(1991) (dalam Davis, et al., 2000) menyatakan bahwa self-efficacy adalah kepercayaan
seseorang bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas pada sebuah tingkat tertentu, yang
mempengaruhi aktifitas pribadi terhadap pencapaian tujuan. Pasien dengan self-efficacy
tinggi akan yakin melakukan tindakan penanganan mukositis, mual muntah, dan kelelahan
atas dasar kemampuannya sendiri dan komitmen untuk mencapai tujuan dari tindakan yang
mereka lakukan.

8
1.2. Keterkaitan topik dengan asuhan keperawatan pasien Kanker

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran Gambaran Self-Efficacy Pasien Kanker Payudara

Gejala yang timbul akibat Self-efficacy dan kemampuan melakukan tindakan


kanker payudara
Data demografi dan latar belakang pasien

Status Fungsional :
Kanker Payudara dan Pengobatannya Fungsi fisik
Kualitas Hidup secara keseluruhan
peran
sosial
kognitif
emosional
body image
fungsi seksual
kepuasan seksual
Tinggi Rendah
perspektif masa depan

Persepsi kualitas hidup pasien

Modifikasi dari EORTC QLQ C30+BR23 (1993)

9
BAB 2

2.1. Kanker Payudara


Kanker payudara adalah penyakit ganas yang diakibatkan oleh sel kanker yang
membentuk sel dalam jaringan payudara (National Breast Cancer Foundation, 2011),
sebagian besar sel kanker dalam payudara menginfiltrasi sel-sel lobulus dan jarang terjadi di
jaringan stroma payudara (Breast Cancer, 2008). Kanker payudara dapat terjadi pada pria
maupun wanita meskipun pada pria jarang terjadi (The National Cancer Institute, 2009).

2.1.1. Faktor Resiko Kanker Payudara


Terdapat beberapa faktor resiko kanker payudara diantaranya adalah :
1) Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
2) Riwayat kanker payudara, wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita kanker,
memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
3) Genetik, terdapat dua varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan suatu gen
suseptibilitas kanker payudara.
4) Menarche dini dan menopause lambat, faktor hormonal sangat berpengaruh besar terhadap
kejadian kanker payudara.
5) Terpapar radiasi, wanita yang pernah menjalani pengobatan radiasi ke daerah dada
(misalnya pengobatan untuk kanker lain) sebelumnya memiliki resiko sangat meningkat
dari kanker payudara.
6) Kesuburan, wanita yang tidak memiliki keturunan atau wanita yang baru memiliki anak
setelah berusia 30 tahun, memiliki resiko sedikit lebih tinggi untuk mengalami kanker
payudara (American Cancer Society, 2010).

2.1.2. Patofisiologi Kanker Payudara


Kanker payudara sebagian besar (95%) merupakan karsinoma. Neoplasma ini 90%
berasal dari epitel duktus laktiferus dan sisanya 10% dari epitel duktus terminal.
Pertumbuhan tumor dimulai pada duktus, kemudian meluas pada jaringan stroma yang
disertai pembentukan jaringan ikat padat, klasifikasi dan reaksi inflamasi. Kemudian tumor
membentuk konfigurasi jari ke arah fasia dan membuat perlengketan, sedangkan ke arah kulit

10
menimbulkan kongestif pembuluh getah bening yang membuat gambaran kulit mirip dengan
kulit jeruk (peau d orange) yang lambat laun dapat terjadi ulserasi pada kulit.
Pertumbuhan karsinoma bervariasi dari yang lambat sampai yang sangat cepat. Para
pakar juga menyimpulkan bahwa karsinoma payudara secara klinik tumbuh laten dan bahkan
ada yang mengalami regresi. Hal ini bergantung pada daya tahan tubuh penderita dan
perilaku tumor. Daya penderita biasanya didukung oleh jaringan limfoid. Defek reaksi
imunologik ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tumor. Pertumbuhan subtipe karsinoma
payudara tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Perpaduan kedua faktor ini
penting dalam menentukan derajat keganasan ataupun prognosis. Ukuran tumor merupakan
parameter untuk evaluasi tumor. Semakin besar tumor prognosis semakin buruk (Smeltzer &
Bare, 2002).

2.1.3. Gambaran Klinis Kanker Payudara


Gejala yang paling sering terjadi pada pasien kanker payudara diantaranya adalah
adanya masa (terutama jika keras, irregular, dan tidak nyeri tekan), penebalan pada payudara
atau daerah aksila, adanya rabas puting payudara (unilateral, persisten, spontan), retraksi atau
inversi puting susu, bentuk payudara yang asimetris, terdapat pengerutan atau pelekukan kulit
di sekitarnya, dan terdapat kulit yang bersisik di sekeliling puting susu.
Gejala penyebaran lokal atau regional pada kanker payudara diantaranya terdapat
kemerahan, ulserasi, edema, perubahan menyerupai peau d orange (seperti kulit jeruk), dan
adanya pembesaran kelenjar getah bening di aksila. Beberapa gejala yang menandakan
adanya metastasis yaitu adanya pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan
servikal, hasil rontgent toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura, peningkatan alkali
fosfatase, kalsium, pindai tulang positif, dan atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran
ke tulang. Tempat yang paling sering mengalami penyebaran jauh atau sistemik adalah
tulang, paru, pleura, hati, dan adrenal. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid,
leptomeningen, mata, perikardium, dan ovarium (Otto, 2003).

2.1.4. Pengobatan Kanker Payudara


Pengobatan kanker payudara yang disepakati oleh ahli kanker di dunia yaitu stadium I
dilakukan operasi dan kemoterapi, stadium II tindakan operasi dilanjutkan dengan
kemoterapi, stadium III dilakukan operasi dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah
radioterapi dan hormonal, stadium IV pengobatan kemoterapi dilanjutkan dengan radioterapi

11
dan hormonal, dan pada stadium lanjut setelah dioperasi harapan hidup pasien paling lama
adalah empat tahun.
Radioterapi dan operasi adalah jenis pengobatan yang bersifat penyembuhan lokal dan
regional, tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal. Prosedur yang
paling sering digunakan untuk penatalaksanaan terapi lokal adalah mastektomi dengan atau
tanpa rekontruksi dan bedah penyelamatan payudara yang dikombinasi dengan terapi radiasi.
Sedangkan kemoterapi adalah pengobatan yang bersifat penyembuhan tingkat sistemik yang
mencakup seluruh organ (Smeltzer & Bare, 2002).

2.1.5. Efek Samping Pengobatan


Operasi memiliki efek samping diantaranya yaitu pembengkakan, kehilangan tenaga
atau kekuatan, persendian kaku, mati rasa, perasaan gatal-gatal, perdarahan, infeksi, serta
pembekuan darah (Bohme, 2001). Kemoterapi memiliki efek samping diantaranya yaitu rasa
lelah, gangguan usus dan rongga mulut, gangguan sumsum tulang, gangguan pada kulit,
kemandulan, gangguan menstruasi dan menopause, keluhan pada mata, kelainan kulit,
gangguan fungsi hati atau ginjal, serta penyimpangan otot dan jantung (Jong, 2002),
sedangkan menurut (Smeltzer & Bare, 2002) efek samping fisik kemoterapi yang umum dari
kemoterapi untuk kanker payudara mencakup mual, muntah, perubahan rasa kecap, alopesia
(rambut rontok), mukositis, dermatitis, keletihan, penurunan berat badan, dan depresi
sumsum tulang. Selain itu, wanita premenstrual yang mendapat kemoterapi dapat mengalami
amenore temporer atau permanen yang mengarah pada sterilitas. Efek samping yang kurang
umum mencakup sistitis hemoragik dan konjungtivitis. Radioterapi atau terapi radiasi
memiliki efek samping diantaranya adalah kerusakan pada kulit sekitar tumor, kelelahan,
anoreksia, supresi sumsum tulang seperti hipopituitarisme, esofagitis, batuk, pneumonitis
radiasi, mual, muntah, serta diare (Otto, 2003).

2.2. Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki ataupun


perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka
tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka
(WHO, 1993 dalam King & Hinds,1998). Hal ini terangkum secara kompleks mencakup
kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada
karakteristik lingkungan mereka.

12
2.3. Self-efficacy
Pengaruh self-efficacy diarahkan ke dalam empat proses psikologis yaitu: Pertama
adalah proses kognitif. Semakin kuat keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki individu,
maka semakin yakin ia untuk membuat tujuan dan berkomitmen tinggi untuk mencapainya.
Individu dengan self-efficacy rendah, biasanya hanya melihat kegagalan dan mempersiapkan
berbagai alasan mengapa ia tidak perlu bersusah payah mengejar tujuannya.
Kedua merupakan proses motivasi. Individu dengan self-efficacy yang rendah setiap
menghadapi hambatan akan mengurangi usahanya dan lebih cepat menyerah. Sebaliknya,
individu dengan self-efficacy tinggi akan melipatgandakan usahanya ketika menghadapi
hambatan dan ketika ia gagal dalam mencapai tujuannya.
Ketiga adalah proses afektif. Individu yang yakin bahwa ia mampu mengatasi situasi
sulit tidak akan membiarkan pikiran-pikiran negatif mengganggunya dan tetap fokus pada hal
yang ingin ia capai. Sementara orang yang merasa terancam oleh situasi yang sulit dan
merasa tidak mampu mengatasinya akan mengalami kecemasan yang tinggi.
Keempat adalah proses seleksi. Orang cenderung menghindari kegiatan dan situasi
yang menurutnya tidak dapat dihadapinya, sehingga ia tidak akan mengikuti kegiatan dan
situasi yang menurutnya tidak dapat dihadapinya dan tidak mengikuti kegiatan yang beresiko.
Individu dengan self-efficacy tinggi tidak hanya menyukai aktivitas yang menantang dan
lebih sulit, tetapi juga menunjukkan kekuatan yang lebih tinggi dalam melaksanakan aktivitas
tesebut (Bandura, 1997). Self-efficacy diperoleh melalui salah satu atau kombinasi dari
sumber-sumber: pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan fisiologis
dan emosional.

13
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang Hubungan antara Self-efficacy dan tindakan penanganan

Mukositis, Mual Muntah serta Kelelahan dengan kualitas hidup Pasien Kanker

Payudara di Poliklinik Onkologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggambarkan

karakteristik responden, perilaku dalam mengatasi mucositis, fatigue dan mual muntah, serta

tingkat self-efficacy dalam mengatasi fatigue dan mual muntah pada pasien kemoterapi di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Hasil Penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

5.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan usia, pendidikan,

pekerjaan, siklus kemoterapi, serta lama kanker.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien Kemoterapi di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 (n=54)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Usia
- 18-40 tahun 7 12,9%
- 41-60 tahun 35 64,8%
- Lebih dari 60 tahun 12 22,3%
Pendidikan
- Tidak Sekolah 7 13%
- Dasar 23 42,6%
- SMP 13 24,1%
- SMA 9 16,7%
- Tinggi 2 3,7%
Pekerjaan
- Bekerja 4 7%
- Tidak Bekerja 50 93%
Siklus Kemoterapi
-3 11 20,4%
-4 14 25,9%
-5 4 7,4%
-6 13 24,1%
- >6 12 22,2%
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

14
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Lama Kanker
- < 1 tahun 9 16,7 %
- 1-5 tahun 39 72,2 %
- 5-10 tahun 6 11,1 %

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu 35
orang (64,8%) berusia antara 41 tahun sampai dengan 60 tahun, tidak bekerja (93%), dan
telah menderita kanker payudara selama antara 1 sampai 5 tahun yaitu 39 orang (72,2%).

1.1.2. Self-efficacy

Setiap responden memiliki tingkat self-efficacy yang berbeda-beda dalam melakukan


tindakan untuk mengatasi fatigue, tabel 5.2 menunjukan nilai self-efficacy responden
dalam melakukan tindakan untuk mengatasi fatigue yang akan menunjukan self-
efficacy responden berada pada kategori rendah atau tinggi.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Self-efficacy Responden Pasien Kemoterapi di RSUP


Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 (n=54)

Self-efficacy Frekuensi (f) Persentase (%)


Rendah 29 54%
Tinggi 25 46%

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui secara keseluruhan responden memiliki self-
efficacy rendah dalam melakukan tindakan untuk mengatasi mukositis, mual muntah
dan kelelahan akibat kemoterapi.

15
BAB 4
KESIMPULAN

1. Self-efficacy rendah berarti keyakinan untuk mengatasi berbagai kesulitan terkait


kesehatannya masih perlu ditingkatkan kembali. Kemampuan mengatasi mucositis
dan mual muntah secara mandiri oleh pasien sangat penting untuk mendapatkan
dukungan pengetahuan dan pendampingan dari tenaga kesehatan.
2. Penelitian selanjutnya terkait upaya peningkatan kualitas hidup berbasis peningkatan
self-efficacy perlu dikembangkan.
3. Pelayanan kesehatan yang komprehensif masih perlu terus didukung dengan
keterlibatan pasien dalam upaya penanganan gejala paska kemoterapi secara mandiri.
Peningkatan pengetahuan, simulasi dan monitoring penanganan yang efektif
diharapkan dapat terus dilaksanakan melalui kerjasama antar tim kesehatan dan
didukung penuh oleh kebijakan rumah sakit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akin, S., Can, G., Durna, Z., & Aydiner, A. (2008). The quality of life and self-efficacy of
Turkish breast cancer patients undergoing chemotherapy [abstract]. Eur J Oncol Nurs ,
449-456. (diakses tanggal 2 Januari 2014)
_______. (2013). Chemotherapy side effect worksheet:
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@nho/documents/document/acsq-
009502.pdf. (diakses tanggal 2 Januari 2014)
Andersen, C., Adamsen, L., Moeller, T., Midtgaard, J., Quist, M., Tveteraas, A et al. (2006).
The effect of a multidimensional exercise programme on symptoms and side-effects
in cancer patients undergoing chemotherapy--the use of semi-structured diaries
[abstract]. Eur J Oncol Nurs, 247-262:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16476570 (diakses tanggal 12 Juni 2014)
Ahles, T.A., Saykin, A.J., Furstenberg, C.T., Cole, B., Mott. L.A., Titus-Ernstoff, L., et al.
2005. Quality of Life of Long Term Survivors of Breast Cancer and Lymphoma
Treated With Standar Dose Chemotherapy or Local Therapy. Journal of Clinical
Oncology,23(19), 4399-4405.
American Cancer Society. 2010. Breast Cancer Overview After Quality of Life. Available
online at http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/OverviewGuide/breast-cancer-
overview-after-quality-of-life diakses pada tanggal 11 Juni 2011
Antara News. 2010. Kejadian Kanker Payudara Masih Tinggi. Available online at
http://www.antaranews.com/berita/1265254914/kejadian-kanker-payudara-masih-
tertinggi diakses tanggal 28 Mei 2011.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, M. F. dkk (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Genekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human
behavior, Vol. 4, 71-81. New York: Academic Press.
_______. (1977). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change.
Psychological Review, 191-215.
Baradero, M. (2008). Klien Kanker: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Barsevick, A. M., Whitmer, K., Sweeney, C., & Nail, L. M. (2002). A pilot study examining
energy conservation for cancer treatment-related fatigue [abstract]. Cancer Nurs ,
333-342: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12394560 (diakses tanggal 27 Februai
2014)
Barsevick, A. M., Newhall, T., & Brown, S. (2008). Management of cancer-related fatigue.
Clin J Oncol Nurs. 21-25.
Bower, J. E., Ganz, P. A., Desmond, K. A., Bernaards, C., Rowland, J. H., Meyerowitz, B. E.,
et al. (2006). Fatigue in long-term breast carsinoma survivors. Wiley Interscience ,
751-758.

17
Bloom, JR., Petersen, DM., Kang, SH., at al. 2007. Multidimensional Quality of Life Among
Long Term (+5 years) Adult Cancer Survivors. Psycho-Oncology; 16:691-706.
Brandberg, Yvonne., et.al. 2008. Psychological Reactions, Quality of Life, and Body Image
After Bilateral Prophylactic Mastectomy in Women At High Risk for Breast Cancer: A
Prospective 1-Year Follow-Up Study. Available online at:
http://jco.ascopubs.org/cgi/content/full/26/24/3943 (diakses tanggal 31 Mei 2011)
Breast Cancer. 2008. What is Breast Cancer. Available online at
http://www.breastcancer.org/symptoms/understand_bc/what_is_bc.jsp diakses tanggal
3 Mei 2011
Curt, G. A., Breitbart, W., Cella, D., Groopman, J. E., Horning, S. J., Itri, L. M., et al. (2000).
Impact of cancer-related fatigue in the lives of patiens: new findings from the fatigue
coalition. The Oncologist , 353-360.
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta : EGC.
Demiralp, M., Oflaz, F., & Komurcu, S. (2009). Effects of relaxation training on sleep quality
and fatigue in patients with breast cancer undergoing adjuvant chemotherapy. Journal
of Clinical Nursing , 1073-1083.
Esther, C. (2010). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC
Engel, J., Kerr., J., Schlesinger, RA., Eckel, R., Sauer., H., Holzel., D. 2003. Predictors of
Quality of Life of Breast Cancer Patients. Acta Oncologica, 42 (7), 710-718.
EORTC Quality of Life Module. EORTC QLQ-BR23 Cancer Module. Available online at
http://groups.eortc.be/qol/downloads/modules/qlq-br23. pdf diakses pada tanggal 11
Maret 2011.
EORTC Quality of Life Module. EORTC QLQ-C30 Cancer Module. Available online at
http://groups.eortc.be/qol/downloads/modules/qlq-c30. pdf diakses pada tanggal 11
Maret 2011.
Gatot, D., Gani, S., Handayani, S. (2009). Apa itu kemoterapi. Divisi Hematologi &
Onkologi Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Medan:
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000146-elective-
oncogen/elo173_slide_apa_itu_kemoterapi.pdf. (diakses tanggal 2 Januari 2014)
Grunberg, S. M., & Ireland, A. (2005). Epidemiology of chemotherapy-induced nausea and
vomiting. Advanced Studies in Nursing , 9-15.
Grunberg, S. M., Deuson, R. R., Marvos, P., Beling, O., Hansen, M., Cruciani, G., et al.
(2004). Incidence of chemotherapy-induced nausea and emesis after modern
antimietics. Wiley Interscience , 2261-2268.
Hartvig, P., Aulin, J., Hugerth, M., Wallenberg, S., & Wagenius, G. (2006). Fatigue in cancer
patients treated with cytotoxic drugs. J Oncol Pharm Practice , 155-164.
Heriyadi, Y. (2010). Dapatkah kemoterapi diberikan satu atau dua kali saja?: http://mimi-
forum.blogspot.com/2010/01/dapatkah-diberikan-hanya-satu-atau-dua.html (diakses
tanggal 3 Januari 2014)

18
Hilarius, D. L., Kloeg, P. H., Wall, E. v., Heuvel, J. J., Gundy, C. M., & Aaronson, N. K.
(2010). Chemotherapy-induced nausea and vomiting in daily clinical practice: a
community hospital-based study. Support Care Cancer , 107-117.
Hofman, M., Ryan, J. L., Moseley, C. D., Pierre, P. J., & Morrow, G. R. (2007). Cancer-
related fatigue: the scale of the problem. The Oncologist , 4-10.
Karagozoglu, S., Tekyasar, F., & Yilmaz, F. A. (2012). Effect of music therapy and guided
visual imagery on chemotherapy-induced anxiety and nausea-vomiting. Journal of
Clinical Nursing , 39-50.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Seminar Sehari dalam Rangka
Memperingati Hari Kanker Sedunia 2013: http://www.depkes.go.id/index.php?
vw=2&id=2233 (diakses tanggal 6 Januari 2014)
Kleinsmith, L. J., Kerrigan, D., Kelly, J., & Hollen, B. (2004). Understanding cancer.
National Cancer Institute:
http://www.cancer.gov/cancertopics/understandingcancer/cancer/AllPages (diakses
tanggal 20 Desember 2013)
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia
Kowalak, J. P. (2012). Buku Ajar Patofisiologi: Jakarta: EGC
Kris, M. G., Hesketh, P. J., Somerfield, M. R., Feyer, P., Clark, R., Koeller, J. M., et al.
(2006). American society of clinical oncology guideline for antimietics in oncology:
update 2006. Journal of Clinical Oncology , 2932-2947.
Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum RR, et al., (2003) editors. Holland-Frei Cancer
Medicine, 6th edition.Hamilton (ON): BC Decker.
Lee, Y.H., Tsai, Y. F., Lai, Y.H., & Tsai, C.M. (2008). Fatigue experience and coping
strategies in Taiwanese lung cancer patients receiving chemotherapy. Journal of
Clinical Nursing , 876-884.
Lenz, E. R., & Baggett, L. M. (2002). Self-Efficacy in Nursing: Research and Measurement
Perspectives, Volume 15. New York: Springer Publishing Company :
http://books.google.co.id/books?
id=J6ujWyh_4_gC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
Lou, Y. (2010). Self-management of cancer treatment-related fatigue, nausea, vomiting and
oral mucositis in Chinese patients. Queensland Unversity of Technology, Thesis
Lubkin, I. M., & Larsen, P. D. (2006). Chronic Illness Impact and Intervention Sixth Edition.
Canada: Jones and Barlett Publishers
Maliski, S. L., Kwan, L., Krupski, T., Fink, A., Orecklin, J. R., & Litwin, M. S. (2004).
Confidence in the ability to communicate with physicians among low-income
patients with prostate cancer [abstract] . Urology , 329-334:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15302489 (diakses tanggal 2 Januari 2014)
Molassiotis, A., Saunders, M. P., Valle, J., Wilson, G., Lorigan, P., Wardles, A., et al. (2008).
A prospevtive observational study of chemotherapy-related nausea and vomiting in
routine pravtice in a UK cancer centre. Support Care Cancer , 201-208.

19
Multinational Association of Supportive Care in Cancer (2011) MASCC/ ESMO Antiemetic
Guideline: http://tinyurl.com/65zwplx (diakses tanggal 4 Januari 2014)
Mustian, K.M., Morrow, G. R., Carroll, J. K., Moseley, C. D. F., Pierre, P. J., Williams, G. C.
(2007). Integrative nonpharmacologic behavioral interventions for the management
of cancer-related fatigue. The Oncologist, 52-67
National Cancer Institute. (2013). Nausea and Vomiting:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/supportivecare/nausea/HealthProfessional/p
age1/AllPages (diakses tanggal 4 Januari 2014)
_______. (2012). Breast Cancer: http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast (diakses
tanggal 4 Januari 2014)
_______. (2011). Chemotherapy drugs and side effects: www.cancer.gov/chemo-side-effects
(diakses tanggal 4 Januari 2014)
_______. (2007). Chemotherapy and you. :
http://www.cancer.gov/cancertopics/chemotherapy-and-you.pdf (diakses tanggal 8
Maret 2014)
National Comprenhensive Cancer Network Panel. (2011). NCCN guidelines verison 1.2011
Cancer-related fatigue
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Osoba, D., Zee, B., Warr, D., Latreille, J., Kaizer, J., & Pater, J. (1997). Effect of
postchemotherapy nausea and vomiting on health-related quality of life. The Quality
of Life and Symptom Control [abstract]. Support Care Cancer , 307-313:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9257427?
dopt=Abstract&holding=f1000,f1000m,isrctn
Otto, S. (2003). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
Paleville, D. T., Topp, R. V., & Swank, A. M. (2007). Effect of aerobic training prior to and
during chemotherapy in a breast cancer patients: a case study. Journal of Strength and
Conditioning Research , 635-637.
Philips, S. M & McAuley, E. (2013). Physical activity and fatigue in breast cancer survivors:
a panel model examining the role of self-efficacy and depression. Cancer Epidemiol
Biomarkers, 773-781
Portenoy, R. K., & Itri, L. M. (1999). Cancer-related fatigue: guidelines for evaluation and
management. The Oncologist, 1-10
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamnetal Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik (edisi 4). Jakarta: EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi (volume 1). Jakarta: EGC.
Prutipinyo, C. (2012). Self-care behaviours of chemotherapy patients. J Med Thai , 30-36.

20
Rao, K. V., & Faso, A. (2012). Review article chemotherapy-induced nausea and vomiting:
optimizing prevention and management. Am Health Drug Benefits , 232-240.
Rasjidi, J. (2010). Perawatan Paliatif Suportif dan Bebas Nyeri pada Kanker. Jakarta: Sagung
Seto.
Schwartzberg, L. S. (2005). Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) causes,
challenges, evaluation and optimizing clinical management. Oncology Research
Network.
Stasi, R., Abriani, L., Beccaglia, P., Terzoli, E., & Amadori, S. (2003). Cancer-related fatigue:
envolving concepts in evaluation and treatment. Cancer , 1786-1801.
Stephan, P. (2013). Anticipatory Nausea and Vomiting - ANV
http://breastcancer.about.com/od/generalsideeffects/p/Anticipatory-: Nausea-And-
Vomiting.htm (diakses tanggal 12 Juni 2014)
Sudiana, K. I. (2008). Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika.
Tierney, A. J., Leonard, R. C., Taylor, J., Closs, S. J., & Rodger, A. (1991). Side effects
expected and experienced by women receiving chemotherapy for breast cancer. BMJ ,
272-273.
Ulbricht, C. (2013). Clinical roundup selected treatment options for chemotherapy-induced
nausea and vomiting. Mary Ann Liebert, INC, 162-163
Wahyuni, C. T. (2012) Gambaran efek samping kemoterapi berbasis antrasiklin pada pasien
kanker payudara di RSUD Soedarso Pontianak.Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura.
Williams, P.D., Lopez, V., Ying., C.S., Piamjariyakul, U., Wenru, W., Hung, G. T., et al.
(2010). Symptom monitoring and self-care practices among oncology adults in
China [abstract]. Cancer Nursing, 184-193:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20357660 (diakses tanggal 4 Januari 2014)
World Cancer Research Fund. (2012). Cancer statistics :
http://www.wcrf.org/cancer_statistics/world_cancer_statistics.php#Both (diakses
tanggal 20 Desember 2013)
World Health Organization. (2012). Globocan 2012: Estimated Cancer Incidence, Mortality
and Prevalence Worldwide in 2012.
Yurtsever. (2007). The experience of fatigue in turkish patients receiving chemotherapy.
Oncology Nursing Forum, 721-728 (diakses tanggal 4 Januari 2014)
Zachariae, R., Paulsen, K., Mehlsen, M., Jensen, A. B., Johansson, A., & Maase, H. V.
(2007). Chemotherapy-induced nausea, vomiting, and fatigue- the role of individual
differences related to sensory perception and autonomic reactivity. Psychotherapy and
Psychosomatics , 376-384.

21
22
LAMPIRAN

23
KUESIONER 1

GAMBARAN PERILAKU DAN TINGKAT SELF-EFFICACY DALAM MENGATASI


FATIGUE DAN MUAL MUNTAH PADA PASIEN KEMOTERAPI
DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PETUNJUK PENGISIAN
Saudara/i diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada

Berilah tanda ceklis () untuk jawaban yang menurut Anda benar

Bila ada yang tidak dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

DATA DEMOGRAFI

1. Kode : . (diisi oleh peneliti)


2. Sudah berapa kali Anda menjalani kemoterapi?
3 kali 5 kali > 6 kali
4 kali 6 kali
3. Jika Anda merasa kelelahan setelah kemoterapi, berilah tanda silang (x) pada jawaban
di bawah ini yang menunjukan kondisi Anda saat merasa kelelahan :
* Masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari

* Hanya bisa berbaring ditempat tidur hampir setengah hari

* Berbaring ditempat tidur seharian penuh


4. Apakah Anda muntahdalam 24 jam setelah kemoterapi? Ya Tidak

5. Jika Ya, berapa kali Anda muntah pada saat itu?

1-2 kali dalam 1 hari 3-5 kali dalam 1 hari >6 kali dalam 1 hari

> 10 kali dalam 1 hari

6. Apakah Anda merasa mual dalam 24 jam setelah kemoterapi? Ya Tidak

24
7. Jika Ya, berilah tanda silang (x) pada jawaban di bawah ini yang menunjukan kondisi
Anda saat merasa mual

* saya masih bisa makan dan/atau minum

* asupan makanan saya menurun, tetapi saya masih bisa makan dan/atau minum

* saya tidak bisa makan dan/atau minum

8. Apakah Anda muntah dalam beberapa hari setelah menjalani kemoterapi? Ya


Tidak

9. Jika Ya, berapa kali Anda muntah pada saat itu?

1-2 kali dalam 1 hari 3-5 kali dalam 1 hari >6 kali dalam 1 hari

> 10 kali dalam 1 hari

10. Apakah Anda merasa mual dalam beberapa hari setelah menjalani kemoterapi?

Ya Tidak

11. Jika Ya, berilah tanda silang (x) pada jawaban di bawah ini yang menunjukan kondisi
Anda saat merasa mual

* saya masih bisa makan dan/atau minum


* asupan makanan saya menurun, tetapi saya masih bisa makan dan/atau minum
* saya tidak bisa makan dan/atau minum

25
Tindakan untuk mengatasi kelelahan
PETUNJUK PENGISIAN :
Pernyataan dibawah ini adalah mengenai tindakan/ kegiatan yang telah Anda lakukan untuk
mengatasi kelelahan. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti lalu pilihlah salah satu jawaban
dengan memberi tanda ceklis
KETERANGAN :
Selalu : dilakukan setiap hari
Sering : dilakukan 5 - 6 kali dalam 1 minggu
Kadang : dilakukan 3 - 4 kali dalam 1 minggu
Jarang : dilakukan 1 - 2 kali dalam 1 minggu
Tidak Pernah : sama sekali tidak pernah dilakukan

NO PERNYATAAN SELALU SERING KADANG JARANG TIDAK


PERNAH

1 Saya tidur lebih awal dari


biasanya

2 Saya bangun lebih lambat


dari biasanya

3 Saya menambah jam tidur


(sebentar) dalam sehari

4 Saya berjalan kaki atau


menambah gerak badan
(misalnya melakukan
pekerjaan rumah tangga)

5 Saya berjalan dipagi hari


untuk mendapat udara segar

6 Saya menonton TV,


mendengarkan musik untuk

26
pengalihan pikiran

7 Saya mendapat pengobatan


(misalnya menggunakan obat
untuk mengurangi rasa lelah)

8 Saya merencanakan kegiatan


harian untuk mengatasi
kelelahan

9 Saya melakukan pijat

27
PETUNJUK PENGISIAN :
Jika Anda menjawab TIDAK PERNAH pada beberapa nomor di halaman sebelumnya, Anda tidak
perlu menjawab penyataan pada nomor yang sama di halaman ini.
Kolom BAGIAN A adalah KESULITAN yang Anda alami dalam melakukan tindakan & Kolom
BAGIAN B adalah KEYAKINAN Anda untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan tindakan.
Lingkarilah Angka antara 1-10 yang menunjukan kesulitan Anda pada kolom BAGIAN
A&Lingkarilah Angka antara 1-10 yang menunjukan keyakinan Anda untuk mengatasi kesulitan dalam
melakukan tindakan pada kolom BAGIAN B

BAGIAN A BAGIAN B

N Tidak Kesulitan Tidak Yakin


PERNYATAAN Sangat Sangat
O
Kesulitan Yakin
Kesulitan Yakin
1 Saya tidur lebih awal dari biasanya 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 7 8 9 10

2 Saya bangun lebih lambat dari 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


biasanya 7 8 9 10 7 8 9 10

3 Saya menambah jam tidur (sebentar) 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


dalam sehari 7 8 9 10 7 8 9 10

4 Saya berjalan kaki atau menambah 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


gerak badan (misalnya melakukan 7 8 9 10 7 8 9 10
pekerjaan rumah tangga)

5 Saya berjalan dipagi hari untuk 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


mendapat udara segar 7 8 9 10 7 8 9 10

6 Saya menonton TV, mendengarkan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


musik untuk pengalihan pikiran 7 8 9 10 7 8 9 10

7 Saya mendapat pengobatan (misalnya 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


menggunakan obat untuk mengurangi 7 8 9 10 7 8 9 10
rasa lelah)

8 Saya merencanakan kegiatan harian 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


untuk mengatasi kelelahan 7 8 9 10 7 8 9 10

9 Saya melakukan pijat 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6


7 8 9 10 7 8 9 10

28
29
Tindakan untuk mengatasi mual & muntah
PETUNJUK PENGISIAN :
Pernyataan dibawah ini mengenai tindakan/ kegiatan yang telah Anda lakukan untuk mengatasi mual &
muntah. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti lalu pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda
ceklis
KETERANGAN :
Selalu : dilakukan setiap hari
Sering : dilakukan 5 - 6 kali dalam 1 minggu
Kadang : dilakukan 3 - 4 kali dalam 1 minggu
Jarang : dilakukan 1 - 2 kali dalam 1 minggu
Tidak Pernah : sama sekali tidak pernah dilakukan

NO PERNYATAAN SELALU SERING KADANG JARAN TIDAK


G PERNAH
1 Saya menggunakan obat anti mual
dengan resep

2 Saya menggunakan obat anti mual


tanpa resep (misalnya membeli
sendiri di apotek/ warung)

3 Saya menarik napas dalam

4 Saya mengonsumsi makanan rasa


mint

5 Saya melakukan relaksasi/ meditasi

6 Saya mengurangi makan

7 Saya menghindari makanan yang


mencolok & aroma tajam

8 Saya makan dengan jumlah sedikit,


dan sering ngemil

9 Saya berjalan-jalan dipagi hari


untuk mendapat udara segar

10 Saya mengonsumsi air jernih/


bersih (misalnya air putih, sup
jernih, jus tanpa bahan tambahan)

30
11 Saya merubah/memodifikasi diet
dalam beberapa cara (misalnya
mengatur jenis makanan)

12 Saya menyibukan diri untuk


menjaga pikiran tetap positif,
misalnya bermain bersama
anak/keluarga, melakukan
pekerjaan rumah tangga

13 Saya mencium aroma jeruk saat


mual

14 Saya menonton TV, mendengarkan


musik untuk pengalihan perhatian

15 Saya mengonsumsi makanan


ringan seperti bubur

16 Saya makan lebih banyak buah-


buahan daripada biasanya

31
32
PENGISIAN :
enjawab TIDAK PERNAH pada beberapa nomor di halaman 4, Anda tidak perlu menjawab penyataan pada nomor yang sama di halaman ini.
IAN A adalah KESULITAN yang Anda alami dalam melakukan tindakan & Kolom BAGIAN B adalah KEYAKINAN Anda untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan tindakan.
Angka antara 1-10 yang menunjukan kesulitan Anda pada kolom BAGIAN A & Lingkarilah Angka antara 1-10 yang menunjukan keyakinan Anda untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan tindakan pada kolom

BAGIAN A BAGIAN B
Tidak Kesulitan Sangat Tidak Yakin Sangat
NO PERNYATAAN
Kesulitan Yakin Yakin
Kesulitan

1 Saya menggunakan obat anti mual dengan resep 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9


10 10
2 Saya menggunakan obat anti mual tanpa resep (misalnya membeli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
sendiri di apotek/ warung) 10 10
3 Saya menarik napas dalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
4 Saya mengonsumsi makanan rasa mint 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
5 Saya melakukan relaksasi/ meditasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
6 Saya mengurangi makan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
7 Saya menghindari makanan yang mencolok & aroma tajam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
8 Saya makan dengan jumlah sedikit, dan sering ngemil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
9 Saya berjalan-jalan dipagi hari untuk mendapat udara segar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
10 Saya mengonsumsi air jernih/ bersih (misalnya air putih, sup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
jernih, jus tanpa bahan tambahan) 10 10
33
11 Saya merubah/memodifikasi diet dalam beberapa cara (misalnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
mengatur jenis makanan) 10 10
12 Saya menyibukan diri untuk menjaga pikiran tetap positif, 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
misalnya bermain bersama anak/keluarga, melakukan pekerjaan 10 10
rumah tangga
13 Saya mencium aroma jeruk saat mual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
14 Saya menonton TV, mendengarkan musik untuk pengalihan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
perhatian 10 10
15 Saya mengonsumsi makanan ringan seperti bubur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10
16 Saya makan lebih banyak buah-buahan daripada biasanya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 10

34

Anda mungkin juga menyukai