PENYUSUN:
Sari Fatimah, S.Kp., M.Kes. NIDN: 0001115106
Suryani, MHSc.,PhD. NIDN: 0002026805
Nursiswati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB NIDN: 0005067804
UNIVERSITAS PADJADJARAN
0
RINGKASAN
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit di mana sel-sel abnormal
membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar
ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem limfe. Kanker payudara merupakan salah
satu kanker yang banyak terjadi di Indonesia. Kanker menimbulkan berbagai tanda dan gejala
yang mengamcam penurunan kualitas hidup pasien. Self-efficacy dan kemampuan pasien
melaksanakan tindakan dalam mengurangi gejala penyakitnya sangat mempengaruhi kualitas
hidup pasien. Penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara kualitas hidup
dengan self-efficacy dan mood. Sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa self-efficacy
dan depresi merupakan prediktor yang signifikan terhadap kualitas hidup pada pasien.
Self-efficacy adalah persepsi atau keyakinan tentang kemampuan diri sendiri. Self-
efficacy merupakan dasar dari setiap keputusan untuk bertindak dan didefinisikan sebagai
persepsi dari kemampuan diri untuk melaksanakan perilaku dalam mencapai hasil yang
ditunjuk seperti manajemen gejala.
Pada pasien kanker, faktor internal memberikan peran penting dalam keberhasilan
pasien untuk mengatasi gejala yang muncul salah satunya sebagai akibat dari pengobatan
kanker. Faktor internal ini berkaitan dengan manajemen diri yang didalamnya terdapat poin
keyakinan diri atau self-efficacy. Self-efficacy yang tinggi pada pasien kanker dapat
membantu meningkatkan keberhasilan intervensi karena pasien dapat bekerja sama dengan
baik dalam proses pengobatan sehingga pasien dapat mengelola dan menangani gejala yang
muncul selama proses pengobatan. Self-efficacy menjadi faktor sentral dan persuasif bagi
pasien dalam menentukan tindakan yang dipilih, tingkat usaha yang diberikan, dan ketekunan
dalam menghadapi kesulitan sehingga hal ini juga dapat membantu meningkatkan kualitas
hidup pasien.
1
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar Self-Efficacy Pada Pasien Kanker.
Buku ajar ini merupakan pengembangan dari kegiatan penelitian penulis yang berjudul
Hubungan antara Self-efficacy dan Tindakan Penanganan Mukositis, Mual Muntah Serta
Kelelahan Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Di Poliklinik Onkologi Rumah
Sakit Hasan SadikinBandung.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Unit Kemoterapi
Poli Onkologi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, dan atas bantuan dari Bidang Diklit, dan
Komite Etik, serta LPPM Unpad dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemristek-
DIKTI yang telah membantu memfasilitasi proses pembuatan buku ini.
Penulis mengharapkan, dengan adanya buku ini, dapat membantu banyak pihak yang
salah satunya mahasiswa dalam mengidentifikasi dan memberikan intervensi keperawatan
yang tepat terkait dampak self-efficacy dan tindakan penanganan mukositis, mual muntah
serta kelelahan terhadap kualitas hidup.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. KANKER PAYUDARA
BAB 3.SELF-EFFICACY PADA PASIEN KANKER
Meningkatkan Self-efficacy pada pasien Kanker
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
LAMPIRAN 1: INSTRUMEN PENGUKURAN SELF-EFFICACY
LAMPIRAN 2: INSTRUMEN QoL
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
samping diantaranya yaitu rasa lelah, gangguan usus dan rongga mulut, gangguan sumsum
tulang, gangguan pada kulit, kemandulan, gangguan menstruasi dan menopause, keluhan
pada mata, kelainan kulit, gangguan fungsi hati atau ginjal, serta penyimpangan otot dan
jantung (Jong, 2002). Radioterapi atau terapi radiasi memiliki efek samping diantaranya
adalah kerusakan pada kulit sekitar tumor, kelelahan, anoreksia, supresi sumsum tulang
seperti hipopituitarisme, esofagitis, batuk, pneumonitis radiasi, mual, muntah, serta diare
(Otto, 2003).
Diagnosa dan pengobatan kanker dapat mempengaruhi psikologis, seksual, fungsi,
serta berhubungan dengan kualitas hidup, hal itu termasuk dalam banyak penelitian sebagai
hasil parameter untuk membandingkan berbagai pengobatan kanker. Dapat dikatakan bahwa
peningkatan kualitas hidup harus menjadi tujuan utama perawatan kanker (K. Hart, et al.,
2003). Seiring dengan peningkatan kasus tersebut, perhatian telah semakin diarahkan untuk
pengobatan dan segala sesuatu yang terkait dengan efek pada kesehatan mereka yang
berhubungan dengan kualitas hidup (HRQoL) (S.H.Ahn,et.al.,2006).
Tindakan perawat dalam quality of care pasien yang mengalami dampak kanker dan
dampak tindakan kemoterapi dan radioterapi penting dalam mencapai kualitas perawatan
pasien kanker. Tindakan keperawatan dilaksanakan dan diajarkan pada pasien khususnya
dalam mengatasi masalah utama pada kanker yang meliputi nyeri, limfedema, mukositis,
mual muntah dan kelelahan. Tindakan untuk mengatasi mukositis adalah menghindari
makanan pedas, kumur dengan cairan Natrium dan Peroxide setiap 12 jam, dan menghindari
mouthwash yang mengandung alkohol. Tindakan untuk mengatasi mual muntah meliputi
menganjurkan makan dalam jumlah sedikit, makan apa yang menarik untuk pasien, minum
banyak cairan, menghindari bau yang tidak menyenangkan, meningkatkan kenyamanan
pasien, dan menganjurkan teknik relaksasi. Adapun tindakan untuk mengatasi kelelahan
terdiri dari latihan bergerak dengan bantuan dan menjaga keseimbangan tubuh saat
beraktivitas.
Secara keseluruhan kualitas perawatan pasien akan berpengaruh terhadap pencapaian
status fisik pasien dan akan menentukan kualitas hidup pasien. Kualitas hidup adalah persepsi
individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai dimana
mereka tinggal, dan berhubungan dengan tujuan hidup, harapan, standar, dan fokus hidup
(WHO, 1993 dalam King dan Hinds,1998). Kesesuaian antara keadaan hidup sekarang
dengan tujuan hidup, harapan, standar dan perhatian akan menimbulkan perasaan puas dan
sebaliknya bila terjadi ketidaksesuaian maka akan menimbulkan perasaan tidak puas.
Kepuasan hidup merupakan barometer penting dalam menentukan kualitas hidup (Zhan, et.
6
al., 1992). European Organization for Research and Treatment of Cancer mendefinisikan
kualitas hidup berhubungan dengan status kesehatan pasien yang dikaitkan dengan adanya
dampak diagnosa dan gejala-gejala dari pengobatan yang berpengaruh terhadap status
fungsional pasien sehingga mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan
(EORTC, 1993).
Kualitas hidup yang tidak memuaskan menggambarkan status kehidupan yang tidak
baik. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah timbulnya
penyakit (Panopalis, et al., 2008). Kualitas hidup terdiri dari beberapa domain termasuk
fungsi fisik, dukungan kesejahteraan psikologis (seperti tingkat kecemasan dan depresi), dan
sosial (Perry, et al., 2007). Penelitian yang sudah berlangsung lama yang dilakukan oleh
Ganz, kualitas hidup mencakup aspek fisik (kelelahan, nyeri), psikologis (ketidakpastian,
depresi), sosial (stres perkawinan), fungsional (diskriminasi dalam pekerjaan), dan aspek
spiritual (pandangan hidup) (Ganz et al., 2002). Status fungsional menurut EORTC dibagi
menjadi sembilan domain yaitu fungsi fisik, fungsi peran, fungsi emosional, fungsi sosial,
fungsi kognitif, body image, fungsi seksual, kepuasan seksual, dan perspektif masa depan
(EORTC,1993). Dimensi kualitas hidup walaupun masih menjadi kontroversi diantara para
ahli, namun banyak ahli yang setuju bahwa ada empat sampai lima dimensi yang telah
diterima secara umum untuk kualitas hidup (King & Hinds,1998).
Penelitian tentang kualitas hidup pada pasien kanker payudara yang mempengaruhi
status fungsional diantaranya adalah kekhawatiran tentang seksualitas seringkali sangat
mengkhawatirkan bagi pasien dengan kanker payudara. Selain citra tubuh, beberapa
perawatan untuk kanker payudara, seperti kemoterapi, dapat mengubah kadar hormon wanita
dan dapat mengurangi minat atau respon seksual. Hal ini sangat sulit apabila pasien mengidap
kanker payudara pada usia antara 20 sampai 30 tahun (The National Cancer Institute,2009).
Penilaian kualitas hidup dapat digunakan dalam diagnosis, memprediksi prognosis,
penilaian, pemantauan pasien, pengambilan keputusan klinis, komunikasi, dan pengobatan.
Kegunaan lainnya juga untuk merancang intervensi, mengalokasikan sumber daya dan upaya
penelitian selanjutnya (Goodwin, et al., 2003). Langkah-langkah pengkajian kualitas hidup
juga dapat digunakan untuk memantau perkembangan penyakit (survival) atau respon
terhadap pengobatan (toksisitas dan efek samping) (Donaldson., et al., 2004).
Persepsi seseorang tentang kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
yang mempengaruhi persepsi kualitas hidup adalah: usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan,
status pernikahan, lama penyakit, status kesehatan, dukungan sosial, kepuasan pasien selama
perawatan kesehatan, biaya yang dikeluarkan secara langsung dan tidak langsung, aktivitas
7
penyakit, kerusakan organ akibat penyakit yang dialami, dan transportasi ke tempat
pelayanan (Panopalis, et al., 2008).
Kualitas hidup ditentukan pula oleh beberapa faktor lain seperti self-efficacy, mood
atau depresi. Penelitian oleh Cunningham et al. (1991) terhadap 273 orang pasien kanker
menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara kualitas hidup dengan self-efficacy dan
mood. Sedangkan penelitian Tsay dan Healstead (2002) menunjukkan bahwa self-efficacy
dan depresi merupakan prediktor yang signifikan terhadap kualitas hidup pada pasien dengan
hemodialisis. Penelitian lain yang melihat hubungan antara kualitas hidup dan self-efficacy
menunjukkan self-efficacy berhubungan erat dengan quality of life measures dan depression
pada pasien paska stroke (Smith, Johnston, dan Allen, 2000).
Self-efficacy adalah persepsi atau keyakinan tentang kemampuan diri sendiri. Bandura
(1991) (dalam Davis, et al., 2000) menyatakan bahwa self-efficacy adalah kepercayaan
seseorang bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas pada sebuah tingkat tertentu, yang
mempengaruhi aktifitas pribadi terhadap pencapaian tujuan. Pasien dengan self-efficacy
tinggi akan yakin melakukan tindakan penanganan mukositis, mual muntah, dan kelelahan
atas dasar kemampuannya sendiri dan komitmen untuk mencapai tujuan dari tindakan yang
mereka lakukan.
8
1.2. Keterkaitan topik dengan asuhan keperawatan pasien Kanker
Status Fungsional :
Kanker Payudara dan Pengobatannya Fungsi fisik
Kualitas Hidup secara keseluruhan
peran
sosial
kognitif
emosional
body image
fungsi seksual
kepuasan seksual
Tinggi Rendah
perspektif masa depan
9
BAB 2
10
menimbulkan kongestif pembuluh getah bening yang membuat gambaran kulit mirip dengan
kulit jeruk (peau d orange) yang lambat laun dapat terjadi ulserasi pada kulit.
Pertumbuhan karsinoma bervariasi dari yang lambat sampai yang sangat cepat. Para
pakar juga menyimpulkan bahwa karsinoma payudara secara klinik tumbuh laten dan bahkan
ada yang mengalami regresi. Hal ini bergantung pada daya tahan tubuh penderita dan
perilaku tumor. Daya penderita biasanya didukung oleh jaringan limfoid. Defek reaksi
imunologik ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tumor. Pertumbuhan subtipe karsinoma
payudara tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Perpaduan kedua faktor ini
penting dalam menentukan derajat keganasan ataupun prognosis. Ukuran tumor merupakan
parameter untuk evaluasi tumor. Semakin besar tumor prognosis semakin buruk (Smeltzer &
Bare, 2002).
11
dan hormonal, dan pada stadium lanjut setelah dioperasi harapan hidup pasien paling lama
adalah empat tahun.
Radioterapi dan operasi adalah jenis pengobatan yang bersifat penyembuhan lokal dan
regional, tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal. Prosedur yang
paling sering digunakan untuk penatalaksanaan terapi lokal adalah mastektomi dengan atau
tanpa rekontruksi dan bedah penyelamatan payudara yang dikombinasi dengan terapi radiasi.
Sedangkan kemoterapi adalah pengobatan yang bersifat penyembuhan tingkat sistemik yang
mencakup seluruh organ (Smeltzer & Bare, 2002).
12
2.3. Self-efficacy
Pengaruh self-efficacy diarahkan ke dalam empat proses psikologis yaitu: Pertama
adalah proses kognitif. Semakin kuat keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki individu,
maka semakin yakin ia untuk membuat tujuan dan berkomitmen tinggi untuk mencapainya.
Individu dengan self-efficacy rendah, biasanya hanya melihat kegagalan dan mempersiapkan
berbagai alasan mengapa ia tidak perlu bersusah payah mengejar tujuannya.
Kedua merupakan proses motivasi. Individu dengan self-efficacy yang rendah setiap
menghadapi hambatan akan mengurangi usahanya dan lebih cepat menyerah. Sebaliknya,
individu dengan self-efficacy tinggi akan melipatgandakan usahanya ketika menghadapi
hambatan dan ketika ia gagal dalam mencapai tujuannya.
Ketiga adalah proses afektif. Individu yang yakin bahwa ia mampu mengatasi situasi
sulit tidak akan membiarkan pikiran-pikiran negatif mengganggunya dan tetap fokus pada hal
yang ingin ia capai. Sementara orang yang merasa terancam oleh situasi yang sulit dan
merasa tidak mampu mengatasinya akan mengalami kecemasan yang tinggi.
Keempat adalah proses seleksi. Orang cenderung menghindari kegiatan dan situasi
yang menurutnya tidak dapat dihadapinya, sehingga ia tidak akan mengikuti kegiatan dan
situasi yang menurutnya tidak dapat dihadapinya dan tidak mengikuti kegiatan yang beresiko.
Individu dengan self-efficacy tinggi tidak hanya menyukai aktivitas yang menantang dan
lebih sulit, tetapi juga menunjukkan kekuatan yang lebih tinggi dalam melaksanakan aktivitas
tesebut (Bandura, 1997). Self-efficacy diperoleh melalui salah satu atau kombinasi dari
sumber-sumber: pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan fisiologis
dan emosional.
13
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang Hubungan antara Self-efficacy dan tindakan penanganan
Mukositis, Mual Muntah serta Kelelahan dengan kualitas hidup Pasien Kanker
karakteristik responden, perilaku dalam mengatasi mucositis, fatigue dan mual muntah, serta
tingkat self-efficacy dalam mengatasi fatigue dan mual muntah pada pasien kemoterapi di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Hasil Penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien Kemoterapi di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 (n=54)
14
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Lama Kanker
- < 1 tahun 9 16,7 %
- 1-5 tahun 39 72,2 %
- 5-10 tahun 6 11,1 %
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu 35
orang (64,8%) berusia antara 41 tahun sampai dengan 60 tahun, tidak bekerja (93%), dan
telah menderita kanker payudara selama antara 1 sampai 5 tahun yaitu 39 orang (72,2%).
1.1.2. Self-efficacy
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui secara keseluruhan responden memiliki self-
efficacy rendah dalam melakukan tindakan untuk mengatasi mukositis, mual muntah
dan kelelahan akibat kemoterapi.
15
BAB 4
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Akin, S., Can, G., Durna, Z., & Aydiner, A. (2008). The quality of life and self-efficacy of
Turkish breast cancer patients undergoing chemotherapy [abstract]. Eur J Oncol Nurs ,
449-456. (diakses tanggal 2 Januari 2014)
_______. (2013). Chemotherapy side effect worksheet:
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@nho/documents/document/acsq-
009502.pdf. (diakses tanggal 2 Januari 2014)
Andersen, C., Adamsen, L., Moeller, T., Midtgaard, J., Quist, M., Tveteraas, A et al. (2006).
The effect of a multidimensional exercise programme on symptoms and side-effects
in cancer patients undergoing chemotherapy--the use of semi-structured diaries
[abstract]. Eur J Oncol Nurs, 247-262:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16476570 (diakses tanggal 12 Juni 2014)
Ahles, T.A., Saykin, A.J., Furstenberg, C.T., Cole, B., Mott. L.A., Titus-Ernstoff, L., et al.
2005. Quality of Life of Long Term Survivors of Breast Cancer and Lymphoma
Treated With Standar Dose Chemotherapy or Local Therapy. Journal of Clinical
Oncology,23(19), 4399-4405.
American Cancer Society. 2010. Breast Cancer Overview After Quality of Life. Available
online at http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/OverviewGuide/breast-cancer-
overview-after-quality-of-life diakses pada tanggal 11 Juni 2011
Antara News. 2010. Kejadian Kanker Payudara Masih Tinggi. Available online at
http://www.antaranews.com/berita/1265254914/kejadian-kanker-payudara-masih-
tertinggi diakses tanggal 28 Mei 2011.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, M. F. dkk (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Genekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human
behavior, Vol. 4, 71-81. New York: Academic Press.
_______. (1977). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change.
Psychological Review, 191-215.
Baradero, M. (2008). Klien Kanker: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Barsevick, A. M., Whitmer, K., Sweeney, C., & Nail, L. M. (2002). A pilot study examining
energy conservation for cancer treatment-related fatigue [abstract]. Cancer Nurs ,
333-342: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12394560 (diakses tanggal 27 Februai
2014)
Barsevick, A. M., Newhall, T., & Brown, S. (2008). Management of cancer-related fatigue.
Clin J Oncol Nurs. 21-25.
Bower, J. E., Ganz, P. A., Desmond, K. A., Bernaards, C., Rowland, J. H., Meyerowitz, B. E.,
et al. (2006). Fatigue in long-term breast carsinoma survivors. Wiley Interscience ,
751-758.
17
Bloom, JR., Petersen, DM., Kang, SH., at al. 2007. Multidimensional Quality of Life Among
Long Term (+5 years) Adult Cancer Survivors. Psycho-Oncology; 16:691-706.
Brandberg, Yvonne., et.al. 2008. Psychological Reactions, Quality of Life, and Body Image
After Bilateral Prophylactic Mastectomy in Women At High Risk for Breast Cancer: A
Prospective 1-Year Follow-Up Study. Available online at:
http://jco.ascopubs.org/cgi/content/full/26/24/3943 (diakses tanggal 31 Mei 2011)
Breast Cancer. 2008. What is Breast Cancer. Available online at
http://www.breastcancer.org/symptoms/understand_bc/what_is_bc.jsp diakses tanggal
3 Mei 2011
Curt, G. A., Breitbart, W., Cella, D., Groopman, J. E., Horning, S. J., Itri, L. M., et al. (2000).
Impact of cancer-related fatigue in the lives of patiens: new findings from the fatigue
coalition. The Oncologist , 353-360.
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta : EGC.
Demiralp, M., Oflaz, F., & Komurcu, S. (2009). Effects of relaxation training on sleep quality
and fatigue in patients with breast cancer undergoing adjuvant chemotherapy. Journal
of Clinical Nursing , 1073-1083.
Esther, C. (2010). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC
Engel, J., Kerr., J., Schlesinger, RA., Eckel, R., Sauer., H., Holzel., D. 2003. Predictors of
Quality of Life of Breast Cancer Patients. Acta Oncologica, 42 (7), 710-718.
EORTC Quality of Life Module. EORTC QLQ-BR23 Cancer Module. Available online at
http://groups.eortc.be/qol/downloads/modules/qlq-br23. pdf diakses pada tanggal 11
Maret 2011.
EORTC Quality of Life Module. EORTC QLQ-C30 Cancer Module. Available online at
http://groups.eortc.be/qol/downloads/modules/qlq-c30. pdf diakses pada tanggal 11
Maret 2011.
Gatot, D., Gani, S., Handayani, S. (2009). Apa itu kemoterapi. Divisi Hematologi &
Onkologi Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Medan:
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000146-elective-
oncogen/elo173_slide_apa_itu_kemoterapi.pdf. (diakses tanggal 2 Januari 2014)
Grunberg, S. M., & Ireland, A. (2005). Epidemiology of chemotherapy-induced nausea and
vomiting. Advanced Studies in Nursing , 9-15.
Grunberg, S. M., Deuson, R. R., Marvos, P., Beling, O., Hansen, M., Cruciani, G., et al.
(2004). Incidence of chemotherapy-induced nausea and emesis after modern
antimietics. Wiley Interscience , 2261-2268.
Hartvig, P., Aulin, J., Hugerth, M., Wallenberg, S., & Wagenius, G. (2006). Fatigue in cancer
patients treated with cytotoxic drugs. J Oncol Pharm Practice , 155-164.
Heriyadi, Y. (2010). Dapatkah kemoterapi diberikan satu atau dua kali saja?: http://mimi-
forum.blogspot.com/2010/01/dapatkah-diberikan-hanya-satu-atau-dua.html (diakses
tanggal 3 Januari 2014)
18
Hilarius, D. L., Kloeg, P. H., Wall, E. v., Heuvel, J. J., Gundy, C. M., & Aaronson, N. K.
(2010). Chemotherapy-induced nausea and vomiting in daily clinical practice: a
community hospital-based study. Support Care Cancer , 107-117.
Hofman, M., Ryan, J. L., Moseley, C. D., Pierre, P. J., & Morrow, G. R. (2007). Cancer-
related fatigue: the scale of the problem. The Oncologist , 4-10.
Karagozoglu, S., Tekyasar, F., & Yilmaz, F. A. (2012). Effect of music therapy and guided
visual imagery on chemotherapy-induced anxiety and nausea-vomiting. Journal of
Clinical Nursing , 39-50.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Seminar Sehari dalam Rangka
Memperingati Hari Kanker Sedunia 2013: http://www.depkes.go.id/index.php?
vw=2&id=2233 (diakses tanggal 6 Januari 2014)
Kleinsmith, L. J., Kerrigan, D., Kelly, J., & Hollen, B. (2004). Understanding cancer.
National Cancer Institute:
http://www.cancer.gov/cancertopics/understandingcancer/cancer/AllPages (diakses
tanggal 20 Desember 2013)
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia
Kowalak, J. P. (2012). Buku Ajar Patofisiologi: Jakarta: EGC
Kris, M. G., Hesketh, P. J., Somerfield, M. R., Feyer, P., Clark, R., Koeller, J. M., et al.
(2006). American society of clinical oncology guideline for antimietics in oncology:
update 2006. Journal of Clinical Oncology , 2932-2947.
Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum RR, et al., (2003) editors. Holland-Frei Cancer
Medicine, 6th edition.Hamilton (ON): BC Decker.
Lee, Y.H., Tsai, Y. F., Lai, Y.H., & Tsai, C.M. (2008). Fatigue experience and coping
strategies in Taiwanese lung cancer patients receiving chemotherapy. Journal of
Clinical Nursing , 876-884.
Lenz, E. R., & Baggett, L. M. (2002). Self-Efficacy in Nursing: Research and Measurement
Perspectives, Volume 15. New York: Springer Publishing Company :
http://books.google.co.id/books?
id=J6ujWyh_4_gC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
Lou, Y. (2010). Self-management of cancer treatment-related fatigue, nausea, vomiting and
oral mucositis in Chinese patients. Queensland Unversity of Technology, Thesis
Lubkin, I. M., & Larsen, P. D. (2006). Chronic Illness Impact and Intervention Sixth Edition.
Canada: Jones and Barlett Publishers
Maliski, S. L., Kwan, L., Krupski, T., Fink, A., Orecklin, J. R., & Litwin, M. S. (2004).
Confidence in the ability to communicate with physicians among low-income
patients with prostate cancer [abstract] . Urology , 329-334:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15302489 (diakses tanggal 2 Januari 2014)
Molassiotis, A., Saunders, M. P., Valle, J., Wilson, G., Lorigan, P., Wardles, A., et al. (2008).
A prospevtive observational study of chemotherapy-related nausea and vomiting in
routine pravtice in a UK cancer centre. Support Care Cancer , 201-208.
19
Multinational Association of Supportive Care in Cancer (2011) MASCC/ ESMO Antiemetic
Guideline: http://tinyurl.com/65zwplx (diakses tanggal 4 Januari 2014)
Mustian, K.M., Morrow, G. R., Carroll, J. K., Moseley, C. D. F., Pierre, P. J., Williams, G. C.
(2007). Integrative nonpharmacologic behavioral interventions for the management
of cancer-related fatigue. The Oncologist, 52-67
National Cancer Institute. (2013). Nausea and Vomiting:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/supportivecare/nausea/HealthProfessional/p
age1/AllPages (diakses tanggal 4 Januari 2014)
_______. (2012). Breast Cancer: http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast (diakses
tanggal 4 Januari 2014)
_______. (2011). Chemotherapy drugs and side effects: www.cancer.gov/chemo-side-effects
(diakses tanggal 4 Januari 2014)
_______. (2007). Chemotherapy and you. :
http://www.cancer.gov/cancertopics/chemotherapy-and-you.pdf (diakses tanggal 8
Maret 2014)
National Comprenhensive Cancer Network Panel. (2011). NCCN guidelines verison 1.2011
Cancer-related fatigue
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Osoba, D., Zee, B., Warr, D., Latreille, J., Kaizer, J., & Pater, J. (1997). Effect of
postchemotherapy nausea and vomiting on health-related quality of life. The Quality
of Life and Symptom Control [abstract]. Support Care Cancer , 307-313:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9257427?
dopt=Abstract&holding=f1000,f1000m,isrctn
Otto, S. (2003). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
Paleville, D. T., Topp, R. V., & Swank, A. M. (2007). Effect of aerobic training prior to and
during chemotherapy in a breast cancer patients: a case study. Journal of Strength and
Conditioning Research , 635-637.
Philips, S. M & McAuley, E. (2013). Physical activity and fatigue in breast cancer survivors:
a panel model examining the role of self-efficacy and depression. Cancer Epidemiol
Biomarkers, 773-781
Portenoy, R. K., & Itri, L. M. (1999). Cancer-related fatigue: guidelines for evaluation and
management. The Oncologist, 1-10
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamnetal Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik (edisi 4). Jakarta: EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi (volume 1). Jakarta: EGC.
Prutipinyo, C. (2012). Self-care behaviours of chemotherapy patients. J Med Thai , 30-36.
20
Rao, K. V., & Faso, A. (2012). Review article chemotherapy-induced nausea and vomiting:
optimizing prevention and management. Am Health Drug Benefits , 232-240.
Rasjidi, J. (2010). Perawatan Paliatif Suportif dan Bebas Nyeri pada Kanker. Jakarta: Sagung
Seto.
Schwartzberg, L. S. (2005). Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) causes,
challenges, evaluation and optimizing clinical management. Oncology Research
Network.
Stasi, R., Abriani, L., Beccaglia, P., Terzoli, E., & Amadori, S. (2003). Cancer-related fatigue:
envolving concepts in evaluation and treatment. Cancer , 1786-1801.
Stephan, P. (2013). Anticipatory Nausea and Vomiting - ANV
http://breastcancer.about.com/od/generalsideeffects/p/Anticipatory-: Nausea-And-
Vomiting.htm (diakses tanggal 12 Juni 2014)
Sudiana, K. I. (2008). Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika.
Tierney, A. J., Leonard, R. C., Taylor, J., Closs, S. J., & Rodger, A. (1991). Side effects
expected and experienced by women receiving chemotherapy for breast cancer. BMJ ,
272-273.
Ulbricht, C. (2013). Clinical roundup selected treatment options for chemotherapy-induced
nausea and vomiting. Mary Ann Liebert, INC, 162-163
Wahyuni, C. T. (2012) Gambaran efek samping kemoterapi berbasis antrasiklin pada pasien
kanker payudara di RSUD Soedarso Pontianak.Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura.
Williams, P.D., Lopez, V., Ying., C.S., Piamjariyakul, U., Wenru, W., Hung, G. T., et al.
(2010). Symptom monitoring and self-care practices among oncology adults in
China [abstract]. Cancer Nursing, 184-193:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20357660 (diakses tanggal 4 Januari 2014)
World Cancer Research Fund. (2012). Cancer statistics :
http://www.wcrf.org/cancer_statistics/world_cancer_statistics.php#Both (diakses
tanggal 20 Desember 2013)
World Health Organization. (2012). Globocan 2012: Estimated Cancer Incidence, Mortality
and Prevalence Worldwide in 2012.
Yurtsever. (2007). The experience of fatigue in turkish patients receiving chemotherapy.
Oncology Nursing Forum, 721-728 (diakses tanggal 4 Januari 2014)
Zachariae, R., Paulsen, K., Mehlsen, M., Jensen, A. B., Johansson, A., & Maase, H. V.
(2007). Chemotherapy-induced nausea, vomiting, and fatigue- the role of individual
differences related to sensory perception and autonomic reactivity. Psychotherapy and
Psychosomatics , 376-384.
21
22
LAMPIRAN
23
KUESIONER 1
PETUNJUK PENGISIAN
Saudara/i diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada
DATA DEMOGRAFI
1-2 kali dalam 1 hari 3-5 kali dalam 1 hari >6 kali dalam 1 hari
24
7. Jika Ya, berilah tanda silang (x) pada jawaban di bawah ini yang menunjukan kondisi
Anda saat merasa mual
* asupan makanan saya menurun, tetapi saya masih bisa makan dan/atau minum
1-2 kali dalam 1 hari 3-5 kali dalam 1 hari >6 kali dalam 1 hari
10. Apakah Anda merasa mual dalam beberapa hari setelah menjalani kemoterapi?
Ya Tidak
11. Jika Ya, berilah tanda silang (x) pada jawaban di bawah ini yang menunjukan kondisi
Anda saat merasa mual
25
Tindakan untuk mengatasi kelelahan
PETUNJUK PENGISIAN :
Pernyataan dibawah ini adalah mengenai tindakan/ kegiatan yang telah Anda lakukan untuk
mengatasi kelelahan. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti lalu pilihlah salah satu jawaban
dengan memberi tanda ceklis
KETERANGAN :
Selalu : dilakukan setiap hari
Sering : dilakukan 5 - 6 kali dalam 1 minggu
Kadang : dilakukan 3 - 4 kali dalam 1 minggu
Jarang : dilakukan 1 - 2 kali dalam 1 minggu
Tidak Pernah : sama sekali tidak pernah dilakukan
26
pengalihan pikiran
27
PETUNJUK PENGISIAN :
Jika Anda menjawab TIDAK PERNAH pada beberapa nomor di halaman sebelumnya, Anda tidak
perlu menjawab penyataan pada nomor yang sama di halaman ini.
Kolom BAGIAN A adalah KESULITAN yang Anda alami dalam melakukan tindakan & Kolom
BAGIAN B adalah KEYAKINAN Anda untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan tindakan.
Lingkarilah Angka antara 1-10 yang menunjukan kesulitan Anda pada kolom BAGIAN
A&Lingkarilah Angka antara 1-10 yang menunjukan keyakinan Anda untuk mengatasi kesulitan dalam
melakukan tindakan pada kolom BAGIAN B
BAGIAN A BAGIAN B
28
29
Tindakan untuk mengatasi mual & muntah
PETUNJUK PENGISIAN :
Pernyataan dibawah ini mengenai tindakan/ kegiatan yang telah Anda lakukan untuk mengatasi mual &
muntah. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti lalu pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda
ceklis
KETERANGAN :
Selalu : dilakukan setiap hari
Sering : dilakukan 5 - 6 kali dalam 1 minggu
Kadang : dilakukan 3 - 4 kali dalam 1 minggu
Jarang : dilakukan 1 - 2 kali dalam 1 minggu
Tidak Pernah : sama sekali tidak pernah dilakukan
30
11 Saya merubah/memodifikasi diet
dalam beberapa cara (misalnya
mengatur jenis makanan)
31
32
PENGISIAN :
enjawab TIDAK PERNAH pada beberapa nomor di halaman 4, Anda tidak perlu menjawab penyataan pada nomor yang sama di halaman ini.
IAN A adalah KESULITAN yang Anda alami dalam melakukan tindakan & Kolom BAGIAN B adalah KEYAKINAN Anda untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan tindakan.
Angka antara 1-10 yang menunjukan kesulitan Anda pada kolom BAGIAN A & Lingkarilah Angka antara 1-10 yang menunjukan keyakinan Anda untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan tindakan pada kolom
BAGIAN A BAGIAN B
Tidak Kesulitan Sangat Tidak Yakin Sangat
NO PERNYATAAN
Kesulitan Yakin Yakin
Kesulitan
34