Anda di halaman 1dari 5

CONTINUING PROFESSIONAL

CONTINUING
DEVELOPMENT
PROFESSIONAL CONTINUING
DEVELOPMENTMEDICAL EDUCATION

Akreditasi PP IAI2 SKP

Antikolinesterase untuk Gigitan Ular


dengan Bisa Neurotoksik
Felisitas Farica Sutantoyo, Erik Jaya Gunawan
Dokter Internship RSUD Dr. H. Koesnadi, Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Kasus i itan ular merupakan salah satu pen akit an termasuk dalam da tar neglected tropical disease . Jenis ular an patut
diwaspadai di Indonesia adalah amili Elapidae dan Viperidae. Neurotoksisitas adalah itur kunci beberapa kasus i itan ular amili
Elapidae. Kelemahan neuromuskuler akut den an keterlibatan otot pernapasan adalah e ek klinis bisa neurotoksik an palin
pentin . e ala pola kelemahan keterlibatan pernapasan dan respons terhadap antibisa ular dan antikolinesterase bervariasi
ter antun spesies ular neurotoksisitas dan eo ra . rtikel ini membahas pato siolo i neurotoksisitas bisa ular pada neuromuscular
junction dan tatalaksana kasus i itan ular terutama peran antikolinesterase pada i itan ular den an mani estasi neurotoksik.

Kata kunci: ntikolinesterase i itan ular neurotoksik

ABSTRACT
Snake-bite is one o the diseases included in the list o ne lected tropical disease. he t pe o snakes that warrant concern in Indonesia
are Elapidae and Viperidae. Neurotoxicit is the ke eature o several cases o Elapidae snake bites. cute neuromuscular paral sis with
respirator muscle involvement is the most important neurotoxic e ect. S mptoms pattern o weakness respirator involvement and
response to antivenom and anticholinesterases are varied and depend on the species o snakes t pes o neurotoxicit and eo raphical
variations. his article discusses the pathoph siolo o snake venom neurotoxicit at the neuromuscular unction and mana ement o
snake bite especiall the role o anticholinesterases in snake-bite patients with neurotoxic mani estations. Felisitas Farica Sutantoyo, Erik
Jaya Gunawan. Anticholinesterase for Neurotoxic Snake Bites.

Keywords: nticholinesterase neurotoxic snake-bite

Pendahuluan Epidemiologi amili Elapidae memiliki si at predominan


Kasus keracunan akibat i itan ular berbisa stimasi kasus i itan ular di dunia adalah neurotoksik sedan kan amili Viperidae
merupakan salah satu masalah kesehatan 1.200.000 5.500.000 kasus per tahun. ntuk hematotoksik dan nekrotoksik.3
mas arakat an pentin terutama di ne ara wila ah sia kasus i itan ular berbisa
tropis dan subtropis.1 i itan ular dapat berkisar 12-50 dari total kasus i itan embahasan ini lebih di okuskan pada bisa
men ebabkan kematian dan disabilitas ular. Di sia en ara estimasi umlah neurotoksik dari amili Elapidae.
kronik ba i kelompok usia produkti . kasus i itan ular berbisa sebesar 111.000
ada awal tahun 2009 kasus i itan ular 49 .000 kasus per tahun. Sedan kan Bisa Ular
merupakan pen akit an termasuk dalam estimasi kematian akibat i itan ular di sia isa ular men andun campuran kompleks
neglected tropical disease di . i itan Selatan dan en ara sebesar 90 19.000 en im polipeptida protein nonen imatik
ular u a termasuk pen akit terkait peker- kematian per tahun.1 2 nukleotida dan bahan lainn a seperti nerve
aan seperti petani peker a perkebunan growth factor.4 2
pen embala nela an dan peker a Jenis ular an serin men ebabkan i itan
makanan an berhubun an den an ular. di Indonesia diba i men adi 2 ba ian eberapa enis en im dan toksin polipeptida
n ka mortalitas dan morbiditas i itan abel . an terkandun dalam bisa ular:
ular di sia Selatan dan sia en ara tidak Zinc metalloproteinase haemorrhagins:
dapat dipastikan karena pelaporan an Jenis ular an patut diwaspadai di merusak endotel vaskuler me-
kuran baik dan serin tidak mendapatkan Indonesia adalah amili Elapidae dan n akibatkan perdarahan.
penan anan di asilitas kesehatan.2 Viperidae keduan a ular berbisa. isa Procoagulant enzymes: ban ak ditemukan

Alamat korespondensi email: ejaygun@gmail.com

14 CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Tabel 1. Jenis ular di sebelah arat aris Wallace: ulau Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi dan kepulauan Nusa en ara.2 area spesi k toksin den an reseptor dan
lokasi ikatan toksin den an subunit
Kate ori 1 Highly Medical Elapidae: Bungarus candidus Sumatera dan Jawa Naja sputatrix Jawa dan
Importance serin ditemui dan Kepulauan Nusa en ara Naja sumatrana Sumatera dan Kalimantan reseptor asetilkolin nikotinik.6 -cobratoxin
men akibatkan morbiditas dan Viperidae: Calloselasma rhodostoma Jawa Cryptelytrops albolabris Daboia menun ukkan mekanisme ker a non-
mortalitas an tin i siamensis D. s. limitis dan D. s. sublimitis) depolarisasi kompetiti inhibitor seperti
Kate ori 2 Secondary Medical Elapidae: Bungarus fasciatus, Bungarus flaviceps Sumatera dan Kalimantan
d C. -bun arotoksin han a beker a pada
Importance lebih aran Calliophis bivirgatus Ophiophagus hannah Sumatera Kalimantan dan Jawa postsinaps tidak pada reseptor di presinaps
ditemukan) Viperidae: Cryptelytrops insularis Cryptelytrops purpureomaculatus Sumatera namun terikat secara ireversibel. Candoxin
an terkandun dalam Bungarus candidus,
beker a pada presinaps dan postsinaps
Tabel 2. Jenis ular di sebelah imur aris Wallace: aluku dan apua arat.2 serta terikat secara reversibel.4 6 erbedaan
ikatan reversibel atau ireversibel pentin
Kate ori 1 Elapidae: Acanthophis laevis
dalam terapi. Ikatan reversibel memiliki
Kate ori 2 Elapidae: Acanthophis rugosus Micropechis ikaheka Oxyuranus scutellatus respons terapi lebih baik terhadap
Pseudechis papuanus Pseudechis rossignolii Pseudonaja textilis
antibisa ular dan antikolinesterase. e-
n ebab perbedaan si at tersebut masih
pada amili Viperidae dan seba ian kerusakan u un neuron motorik denervasi membutuhkan penelitian lebih lan ut.4
kecil Elapidae. n im ini menstimulasi dan de enerasi aksonal diikuti reinervasi.4
pemecahan benan brin di aliran ercobaan pada hewan menun ukkan bahwa
darah membuat darah men adi sukar setelah 12 am paparan -bun arotoksin
membeku consumption coagu- men akibatkan denervasi otot. einervasi
lopathy . akan muncul dalam 3-5 hari. ada manusia
Phospholipase A2 (lecithinase): ditemukan onset e ala paralisis ter adi dalam 6 am
pada hampir seluruh enis bisa ular. berlan sun selama 2 hari dan pemulihan
erusak mitokondria eritrosit leukosit un sional membutuhkan -9 hari.5 Ikatan
platelet, sara tepi otot skelet endotel toksin presinaptik di u un neuron bersi at
vaskuler dan membran-membran lain ireversibel sehin a perbaikan klinis kasus
men hasilkan aktivitas neurotoksik ini berlan sun lambat ber antun pada
di presinaps dan memicu pelepasan re enerasi u un neuron dan pembentukan
histamin dan antikoa ulan. N J baru. erapi antibisa ular ataupun
setilkolinesterase: ditemukan pada antikolinesterase tidak e ekti pada kasus
amili Elapidae bukan aktor pen ebab ini.4 5
si at neurotoksisitas .
ialuronidase: menin katkan pen e- Neurotoksin an beker a pada postsinaps
baran bisa ke seluruh arin an. -neurotoksin terikat pada reseptor Gambar 1. okasi tempat ker a neurotoksin bisa ular.4
n im proteolitik: menin katkan asetilkolin tipe nikotinik pada otot. l a- Keteran an:
permeabilitas vaskuler sehin a neurotoksin disebut u a three-finger toxin 1. Protein vesikel sinaps: eta-bun arotoksin
men ebabkan edema munculn a bula karena bentuk molekuln a an men e- Bungarus spp. Taipoxin O. scutellatus .
lebam dan nekrosis di tempat i itan. rupai ari. oksin ini memiliki mekanisme 2. Voltage-gated calcium channels: Calciseptine
oksin polipeptida non-en imatik an ker a seperti d-tubokurarin d C sehin - Dendroaspis spp. eta-bun aratoksin Bunga-
bersi at neurotoksik: -bun arotoksin, a disebut u a kurare-mimetik. d C rus spp. .
-bun arotoksin, cobrotoxin, crotoxin, dan men akibatkan ikatan reversibel blok non- 3. Membran presinaptik:Phospholipase A2.
taipoxin.2 depolarisasi seba ai kompetiti inhibitor dari 4. Reseptor Ach presinaptik: Candoxin Bungarus
asetilkolin dalam ikatan den an reseptor candidus .
Mekanisme Kerja Bisa Ular di asetilkolin tipe nikotinik.4 erbedaan toksin 5. Voltage-gated potassium channels: Dendrotoksins
Neuromuscular Junction (NMJ) ini den an d C adalah a nitas toksin 15-20 Dendroaspis spp .
Secara sederhana blok N J oleh bisa kali lipat lebih kuat sehin a reversibilitas 6. Asetilkolin: terdapat asetilkolinesterase ekso en
ular ter adi melalui 2 mekanisme aitu ikatan toksin den an reseptor lebih an akan melisiskan asetilkolin: bisa ular kobra
mekanisme presinaps dan postsinaps. kecil.6 oksin ini u a men hambat ker a Naja spp. .
Contoh toksin an beker a akti pada reseptor asetilkolin nikotinik pada presinaps . Asetilkolinesterase: terdapat inhibitor endo en
presinaps adalah enis -neurotoksin. ada men hasilkan karakteristik tetanic fade.4 antikolinesterase: Fasiculins Dendroaspis spp. .
Bungarus sp. dinamakan -bun arotoksin. . Reseptor Ach postsinaptik: lpha-bun aratoksin
oksin ini men andun en im phospholipase Si at kelompok -neurotoksin akan berbeda Bungarus spp. Candoxin B. candidus emiopsin
A2 an poten. eta-bun arotoksin pada setiap enis toksin. al ini disebabkan A. feae a lerin T. wagleri .
men akibatkan toksisitas presinaptik an oleh komponen asam amino dan ikatan 9. Voltage-gated sodium channels: Crotamine
ditandai den an vesikel sinaptik berkuran sul da pen usun komponen toksin interaksi (Crotalus spp.).4

CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016 15


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

isa ular men andun campuran Prinsip Tatalaksana Gigitan Ular cepat dan tepat
kompleks en im polipeptida protein u uan umum tatalaksana i itan en enali spesies ular ika mun kin
nonen imatik nukleotida dan bahan ular adalah untuk menetralisir toksin elakukan pemeriksaan penun an
lainn a menimbulkan berba ai macam men uran i an ka kesakitan dan men- emberian antibisa ular
e ek akibat i itan ular.4 ce ah komplikasi. bservasi respons terhadap pemberian
antibisa ular
Manifestasi Klinis Neurotoksin lur an harus dilakukan adalah: erapi suporti dan perawatan luka
erba ai e ala dan tanda sistemik dapat u ukan ke rumah sakit i itan
muncul pada kasus i itan ular. Salah satu- enilaian klinis dan resusitasi den an ehabilitasi serta terapi komplikasi.2
n a adalah e ala neurotoksik.2 3 ani estasi
klinis an serin muncul adalah paralisis
neuromuskuler akut. e alan a adalah ptosis
0-93 kelemahan otot ekstraokular 6 -
2 dan kelemahan otot pernapasan 6 -
2 . Kelemahan otot pernapasan lebih
aran dibandin kan ptosis dan kelemahan
otot ekstraokular.4 ani estasi klinis biasan a
ber alan berurutan dimulai dari kelemahan
otot mata ptosis diplopia dan pen lihatan
kabur diikuti otot-otot bulbar paralisis otot
pernapasan dan paralisis ekstremitas. Di
Sri anka pada 0 kasus i itan ular kobra
Naja naja akan timbul e ala neurotoksik
ptosis o talmople ia 64 dis a ia
13 a al napas 9 . ada i itan common
krait Bungarus caeruleus e ala neurotoksik
dialami 95 pasien dan a al napas pada
64 pasien.

eberapa mani estasi klinis lain adalah


penurunan kesadaran parestesia pe- Gambar 2. tosis bilateral: a i itan Bungarus caeruleus di Sri anka b i itan Russels Viper di Sri anka.2
rubahan sensasi rasa dan bau paralisis
otot wa ah dan otot lain an dipersara
nervus kranialis: suara sen au atau tidak
dapat bersuara re ur itasi melalui hidun
kesulitan untuk menelan ludah.2 ada kasus
i itan Bungarus sp. 64 ter adi perubahan
kesadaran dan 1 koma. Serin ter adi
penurunan kesadaran pada kasus i itan
ular kobra pada anak.4

Selain mani estasi klinis akut dapat ter adi


mani estasi neurolo is tertunda delayed .
ani estasi neurolo is an lebih lan ut
bervariasi antara lain an uan konduksi
sara polineuropati dan beberapa kasus
muncul e ala Guillain Barre Syndrome S .4 Gambar 3. Metode pressure immobilization.2
Studi ell pada 26 kasus asimptomatik Keteran an:
an pernah men alami e ala neurotoksik 1. unakan perban elastik den an lebar 10-15 cm pan an 4 5 meter dari u un ekstremitas an terkena i itan ular.
keracunan akut satu tahun sebelumn a idak perlu membuka celana pan an karena den an ban ak erakan akan menin katkan pen erapan bisa ular.
menun ukkan bahwa bisa neurotoksik ber- 2. erban elastik dipasan tidak terlalu kendor dan tidak terlalu ketat sehin a men hasilkan tekanan 50- 0 mm .
si at sistemik. Sampel penelitian tersebut 3. asan perban hin a se auh mun kin dari i itan misal i itan di kaki pasan perban elastik hin a pan kal paha .
adalah kasus i itan ular pada ekstremitas 4. asan bidai pada kaki untuk men hindari per erakan pada persendian.
in erior namun perubahan neuro siolo is 5. idai dikaitkan den an kaki an sudah diberi perban elastik.
terdeteksi lebih pada ekstremitas 6. i itan di daerah tan an dan len an: pasan perban elastik hin a ke aksila beri bidai hin a ke siku dan per unakan
superior. 4 9 arm sling.

16 CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

an harus dilakukan seba ai pertolon an Dosis antibisa ular untuk dewasa dan anak Cara Pemberian Antikolinesterase
pertama pada korban i itan ular sebelum adalah sama karena bisa ular an masuk ke bat antikolinesterase ensilon test
ke rumah sakit (pre-hospital): dalam tubuh korban an di i it umlahn a sebaikn a diberikan pada setiap pasien
Stabilisasi pasien mana emen C . sama.2 korban i itan ular an neurotoksik.
embatasan per erakan dan imobilisasi ntikolinesterase an dapat diberikan
pada daerah sekitar i itan. lar enis Mekanisme Kerja Antikolinesterase adalah neosti min atau edro onium. kan
Elapidae dapat men ebabkan paralisis setilkolinesterase merupakan en im an tetapi pemberian antikolinesterase tidak
respiratorik ber antun pada kecepatan ber un si men hidrolisis asetilkolin men- menunda pemberian anti-bisa ular atau
pen erapan toksin dari area an di i it. adi asetat dan kolin pada hubun an antara intubasi. ntikolinesterase bukan pen anti
Cara an dian urkan untuk men uran i u un sara koliner ik den an or an e ektor anti-bisa ular. asien harus diobservasi ketat
kecepatan pen erapan toksin adalah atau celah postsinaps.11 setilkolinesterase saat pemberian antikolinesterase.2
metode Pressure immobilization merupakan olon an en im serin-
(Australian Venom Research Unit).2 hidrolase. n im ini memiliki dua ba ian rosedur pemberian:
etode ini dipertahankan hin a sisi akti aitu u us anionik dan u us 1. bservasi awal a ar dapat menilai
sampai di tempat ru ukan. ester.12 Kedua ba ian tersebut merupakan e ektivitas antikolinesterase an di-
Se era ru uk ke tempat pela anan tempat ker a antikolinesterase. berikan.
kesehatan an memadai. 2. Diawali pemberian atropin sul at
Jan an berikan antibisa terlebih Secara umum cara ker a antikolinesterase intravena 0 6 m untuk pasien dewasa 50
dahulu. diba i men adi 2 aitu: /k untuk anak-anak atau pemberian
indari manipulasi daerah i itan 1. Sen awa ammonium kuarterner ber- glycopyrronium intravena dilan utkan pem-
seperti insisi menekan memi at muatan positi berikatan den an u us berian neostigmin bromide atau metilsul at
men unakan tanaman atau bahan anionik men halan i asetilkolin untuk prosti min atau disti min piridosti min
kimia karena dapat men akibatkan berikatan inhibisi kompetiti sederhana . ambenomium den an dosis sesuai
in eksi penin katan absorpsi bisa ular Contohn a: edrophonium tacrine donepe il. intramuskuler den an dosis 0 02 m /k
dan menin katkan risiko perdarahan 2. Sen awa berperan seba ai substrat palsu untuk dewasa 0 04 m /k untuk anak-
lokal.2 atau secara lan sun men eran u us anak. dro onium klorid an bersi at short
ester baik men ubah u us ester secara acting adalah an palin ideal namun lan ka
Rumah Sakit kovalen maupun secara nonkompetiti untuk di Indonesia pemberian secara intravena
emberian antibisa ular sa a tidak dapat mence ah aktivitas hidrolitik lebih lan ut. lambat den an dosis 10 m untuk dewasa
men elamatkan n awa pada i itan ular Contohn a: olon an karbamat neosti min dan 0 25 m /k untuk anak.
neurotoksik. Diperlukan mana emen dan physostigmine dan or ano os at.13 3. asien diobservasi selama 30-60
C D disertai evaluasi tanda s ok a al menit pada pemberian neosti min 10-
napas karena paralisis otot napas henti Inhibisi en im asetilkolinesterase akan 20 menit pada edro onium. mati tanda
napas karena hiperkalemia dan pada memperlambat atau mence ah de radasi perbaikan transmisi neuromuskuler ptosis
pasien an datan terlambat waspadai asetilkolin an berada di sinaps sehin a men hilan dan kapasitas pernapasan
tanda a al in al dan sepsis.2 asetilkolin terakumulasi dan dapat mem- menin kat .
perpan an aktivitas asetilkolin pada 4. ada pasien an memberikan
emberian antibisa ular harus secepat reseptor koliner ik baik di sistem sara pusat respons positi den an pemberian awal
mun kin ika di umpai indikasi.2 nti- maupun peri er.12 Secara armakolo is e ek antikolinesterase dosis dipertahankan:
bisa ular an tersedia di Indonesia an dapat ditimbulkan pada pemberian neosti min metilsul at 0 5-2 5 m tiap 1-3
adalah Serum nti- isa lar olivalen/ antikolinesterase adalah: am hin a dosis maksimal 10 m /24 am
S an e ekti untuk i itan Naja 1. Stimulasi reseptor muskarinik pada untuk dewasa atau 0 01-0 04 m /k tiap 2-4
sputatrix, Bungarus fasciatus, Agkistrodon or an e ektor otonom. am untuk anak-anak secara intramuskuler
rhodostoma.10 ntibisa ular diberikan secara 2. Stimulasi diikuti depresi dan paralisis intravena atau subkutan bersama den an
intravena baik secara bolus lambat mau- pada semua an lion otonom dan otot pemberian atropin sul at untuk memblok
pun melalui in us. 2 Dosis an uran S lurik reseptor asetilkolin tipe nikotinik . e ek sampin muskarinik.2
adalah: 3. Stimulasi namun terkadan muncul
Dosis pertama 2 vial 5 m ditambah- depresi pen aruh reseptor koliner ik di ntikolinesterase merupakan terapi tam-
kan ke dalam larutan siolo is men adi sistem sara pusat.11 bahan dalam tatalaksana i itan ular an
larutan 2 v/v diberikan secara in us men andun neurotoksin. ada laporan
den an kecepatan 40- 0 tetes/menit ada kasus i itan ular e ek antikolines- kasus a al napas akibat i itan ular
diulan 6 am kemudian. terase an diharapkan adalah me- den an bisa neurotoksik pemberian
pabila diperlukan misaln a ika e ala nin katkan waktu akti asetilkolin di antikolinesterase anti-bisa ular dan
tidak berkuran atau bertambah S celah sinaps terutama di N J sehin a mana emen kardio-respirasi an adekuat
dapat terus diberikan setiap 24 am asetilkolin dapat berkompetisi den an memberikan hasil san at baik.14 ada
sampai maksimum 0-100 m .10 ikatan antara toksin dan reseptor. kasus i itan ular Agkistrodon blomhoffi

CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016 17


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

brevicaudus dilaporkan e ala o talmople- post-sinaps. bisa ular dapat menin katkan pen etahuan
ia dan diplopia tidak berkuran den an tena a medis sehin a dapat melakukan
pemberian anti-bisa ular sa a keluhan Simpulan tatalaksana den an lebih baik. en unaan
berkuran setelah pemberian neosti min.15 Kasus i itan ular perlu mendapatkan per- antikolinesterase dapat membantu memper-
Namun pemberian antikolinesterase han a hatian khusus tena a medis di Indonesia. baiki kondisi pasien pada beberapa kasus
berman aat pada toksin an beker a pada emahaman pato siolo i neurotoksin dalam i itan ular an men andun neurotoksin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kasturiratne ickremasin he de Silva N unawardena NK athmeswaran remaratna et al. stimatin the lobal burden o snakebite: literature anal sis dan modellin
based on re ional estimates o envenomin and deaths. oS ed. 200 5 11 : e21 : 1591-604.
2. arrell D . uidelines or the mana ement o snake-bites. orld ealth r ani ation e ional ce or South- ast sia 2010.
3. dukauskien D aranauskien dukauskait . enomous snakebite. edicina Kaunas . 2011 4 : 461- .
4. anawaka K alloo D de Silva J. Neurotoxicit in snakebite the limits o our knowled e. oS Ne l rop Dis. 2013 10 : e2302: 1-1 .
5. rasarnpun S alsh J wad SS arris J . nvenomin bites b kraits: he biolo ical basis o treatment-resistant neuromuscular paral sis. rain 2005 12 : 29 -96.
6. Nirthanan S wee C . hree- n er -neurotoxins and the nicotinic acet lcholine receptor ort ears on. J harmacol Sci. 2004 94: 1-1 .
. NS inistr o ealth. Snakebite and spiderbite clinical mana ement uidelines. 3rd ed. North S dne : NS inistr o ealth 2014.
. riaratnam C Sheri rambepola C heakston D arrell D . S ndromic approach to treatment o snake bite in Sri anka based on results o a prospective national hospital-
based surve o patients envenomed b identi ed snakes. m J rop ed . 2009 1 4 : 25-31.
9. ell DJ i e unasin he D Samarakoon S alipana unasekera S de Silvia et al. Neuroph siolo ical ndin s in patients 1 ear a ter snake bite induced neurotoxicit in Sri anka.
rans Soc rop ed . 2010 104: 351-6. doi: 10.1016/ .trstmh.2009.12.003
10. io arma. Serum anti bisa ular Internet . cited 2015 pril 26 . vailable rom: http://www.bio arma.co.id/ dt port olio pol valent-anti-snake-venom-sera.
11. runton arker K lumenthal DK uxton I . oodman ilmans manual o pharmacolo and therapeutics. S : c raw ill 200 .
12. Colovic Krstic D a arevic- asti D ond ic asic . cet lcholinesterase inhibitors: harmacolo and toxicolo . Curr Neuropharmacol. 2013 11: 315-35.
13. onderlin . Directl and indirectl actin cholinomimetics. In: Crai C Stit el editors. odern pharmacolo with clinical application. 5th ed. oston : ittle rown Co.
199 .
14. rithwis rpan C. Neurotoxic snake bite with respirator ailure. Indian J Crit Care ed. 200 11 3 : 161-4.
15. Sun In CJ oun Suk Kap S Sun C et al. nticholinesterase therap or patients with ophthalmople ia ollowin snake bites: eport o two cases. J Korean ed Sci. 2004
19: 631-3.

18 CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016

Anda mungkin juga menyukai