Anda di halaman 1dari 13

Pendekatan Diagnosis dan Penatalaksanaan

Pada Wanita Menopause

Disusun oleh :

Sisilia Dina Mariana 102009147

Lion Pamungkas 102009158

Novia Yosephin Nirigi 102011332

Lisa Sari 102012129

Robbiq Firly 102012223

Hilary 102012249

Michael Laban 102012285

Anestesya Monica 102012410

Nur Shahada Binti Kasunadi Natar 102012510

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510

1
Pendahuluan

Setiap manusia akan mengalami proses degenerasi dan menglami beberapa perubahan. Begitu
pun dengan wanita pada usia lanjut akan mengalami suatu proses degenerasi pada sistem
reproduksinya, yang disebut dengan menopause. Menopause merupakan suatu perubahan yang
alamiah dimana siklus menstruasinya berhenti yang dialami setiap wanita yang berusia lanjut.
Menopause adalah periode penting dalam kehidupan seorang perempuan. Dikatakan penting
karena pada periode ini terjadi berbagai perubahan dalam tubuhnya. Perempuan menghabiskan
sepertiga hidupnya pada periode ini. Umur rata-rata perempuan mengalami menopause adalah 51
tahun. Perubahan fisiologis banyak terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause. Perubahan
hormonal yang terjadi pada periode ini melibatkan berbagai sistem dan organ.

Anamnesis
Secara umum anamnesa pada pasien ginekologi sama dengan anamnesa lain dalam
ilmu kedokteran
1 Identitas
- Nama pasien
- Nama suami atau keluarga terdekat
- Alamat
- Agama
- Pendidikan teakhir
- Suku bangsa
2 Keluhan utama
- Adakah keluar cairan dari vagina
- Kalau ada apa warnanya, darah?
- Berapa banyak
- Adakah gatal pada vulva
- Keluhan di daerah abdomen: pembesaran, lokasi, rasa tidak enak atau rasa
nyeri
3 Tentang haid
- Kapan hari pertama haid terakhir
- Menarche umur berapa
- Apakah haid teratur
- Siklus haid
- Berapa lama
- Nyeri haid
- Perdarahan antara haid
4 Tentang kehamilan
- Berapa kali hamil
- Adakah komplikasi pada kehamilanterdahulu
- Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
5 Riwayat perkawinan
- Berapa kali menikah
- Pernikahan sekarang sudah berapa lama
6 Riwayat penyakit pasien

2
- Penyakit berat yang pernah diderita pasien
- Operasi di daerah perut dan alat kandungan
7 Riwayat penyakit keluarga
- Penyakit pada anggota keluarga yang berhubungan dnegan penyakit herediter
8 System lain
- Apakah BAK dan BAB lancar
- Keluhan system lain

Pemeriksaan Fisik

1 Pemeriksaan Luar

Melakukan inspeksi genitalia eksterna pasien. Pasien duduk dengan enak dan lakukan
inspeksi untuk memeriksa mons pubis, labia serta perineum. Pisahkan kedua labia dan lakukan
inspeksi terhadap:

Labia mayora
Klitoris
Meatus uretra
Introitus vagina

Perhatikan setiap inflamasi, ulserasi, pengeluaran sekret, pembengkakan, ataupun


nodulus. Jika terdapat lesi, lakukan palpasi untuk merabanya.1

Jika terdapat riwayat atau terlihat pembengkakan pada labia, periksa keadaan glandula
Bartholininya. Masukkan jari telunjuk anda ke dalam vagina dekat ujung posterior labium mayus.
Secara bergantian, lakukan palpasi pada setiap sisi di anatara jari tangan dan ibu jari untuk meraba
pembengkakan atau nyeri tekan. Perhatikan setiap sekret yang merembas keluar dari muara
(orifisium) duktus kelenjar tersebut. Jika terdapat sekret, lakukan pemeriksaan kulturnya. 1

2 Pemeriksaan dalam
- Menilai penyangga dinding vagina
Saat kedua labia dipisahkan oleh jari tengah dan telunjuk anda, minta pasien untuk
mengejan. Perhatikan setiap tonjolan yang terlihat pada dinding vagina. 1
- Memasang speculum
Pilih spekulum dengan ukuran dan bentuk yang tepat, basahi dahulu dengan air
hangat. Pemakaian bahan pelumas lain dapat menganggu pemeriksaan sitologi dan kultur
bakteri atau virus. Anda dapat memperlebar introitus vagina dengan membasahi salah satu
jari tangan anda dengan air dan kemudian menekan tepi bawah introitus tersebut ke
bawah. Anda mungkin pula ingin mengecek lokasi serviks untuk menentukan sudut
insersi spekulum secara lebih akurat. Tindakan melebarkan introitus akan sangat
memudahkan pemasangan spekulum dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan
tangan lainnya (biasanya yang kiri), masukkan spekulum yang masih dalam posisi

3
menutup itu melewati jari-jari tangan anda dengan sudut yang sedikit ke arah bawah.
Lakukan tindakan ini dnegan hati-hati agar tidak sampai menarik rambut pubis atau
menjepit labia dengan spekulum. Memisahkan labia mayora dengan tangan lainnya dapat
membantu kita menghindari kelalaian ini.1
Dua metode yang membantu anda dalam menghindari penekanan pada uretra sensitif.
(1) Ketika menyisipkan spekulum, pegang alat ini dengan sudut tertentu (2) dorong
spekulum ke dalam agar meluncur di sepanjanag dindin posterior vagina.
Sesudah spekulum masuk ke dalam vagina, keluarkan jari tangan anda dari dalam
introitus. Mungkin anda ingin memindahkan spekulum ke tangan anda untuk lebih
memudahkan manuver alat tesebut dan pengumpulan spesimen yang dikerjakan
selanjutnya. Putar spekulum ke posisi horizontal dengan mempertahankan tekanan pada
bagian posteriornya dan kemudian masukkan hingga kesulurhan panjangnya berada di
dalam vagina. Lakukan tindakan ini dnegan hati-hati agar jangan sampai daun spekulum
tersebut terbuka sebelum waktunya. 1
- Melakukan inspeksi serviks
Buka daun spekulum dengan hati-hati. Putar dan atur posisinya sampai ujung
spekulum mencakup bagian serviks serta membuat terlihat seperti penuh. Atur posisi
cahaya sampai anda dapat melihat serviks dengan jelas. Jika uterus berada dalam posisi
retroversi, serviks akan lebih mengarah ke anterior. Jika anda menghadapi kesulitan
dalam menemukan serviks, tariks edikit spekulum itu dan atur kembali posisinya pada
sudut yang berbeda. Jika terdapat sekret yang menyamarkan penglihatan anda, apus
sekret tersebut dengan hati-hati memakai kapas. 1
Lakukan inspeksi pada servix dan os servisis. Perhatikan warna serviks, posisi,
karakteristik permukaan dan setiap ulserasi, nodulus, massa, perdarahan, dan pengeluaran
secret. Pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan cara mengencangkan skrup
pada ibu jari anda.1
- Melakukan inspeksi vagina
Tarik spekulum keluar dengan perlahan sementara anda tetap mengamati vagina.
ketika spekulum sudah tidak mencakup serviks lagi, kendurkan sekrup pada ibu jari dan
pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan ibu jari tangan anda. Tutup daun
spekulum pada saat anda menariknya keluar dari dalam introitus untuk menghindari
peregangan mukosa yang berlebihan maupun penjepitan mukosa. Pada saat menarik
keluar spekulum, lakukan inspeksi terhadap mukosa vagina dengan memperhatikan
warnanya dan setiap inflamasi, sekret, ulkus, atau massa. 1
- Melakukan pemeriksaan bimanual
Lumasi jari telunjuk dan jari tengah salah satu tangan anda yang sudah mengenakan
sarung tangan karet, dan dari posisi berdiri, masukkan kedua jari tangan tersebut ke dalam
vagina dengan sekali lagi memberikan tekanan yang mula-mula ke arah posterior. Ibu jari
anda harus berada dalam posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking difleksikan
ke arah permukaan palmaris tangan anda. Penekanan perineum ke dalam dengan jari-jari

4
tangan yang difleksikan itu hanya akan menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman dan
memungkinkan anda mengatur jari tangan yang melakukan palpasi tersebut dalam posisi
yang benar. Perhatikan setiap nodularitas atau nyeri tekan pada dinding vagina termasuk
daerah uretra dan kandung kemih di sebelah anterior.1
Melakukan palpasi seviks dan memperhatikan posisi, bentuk, konsistensi, regularitas
mobilitas dan nyeri. Normalnya serviks dapat sedikit digerakkan tanpa menimbulkan rasa
nyeri.1
- Melakukan palpasi uterus
Tempatkan salah satu tangan pada abdomen di sekitar pertengahan garis yang
menghubungkan umbilikus dengan simfisis pubis. Saat anda mengangkat srviks dan
uterus dengan tangan yang ada di dalam pelvis, tekankan tangan anda yang berada di
abdomen ke dalam dan ke bawah dengan mencoba memegang uterus di antara kedua
tangan anda itu. Perhatikan ukuran uterus, bentuk, konsistensi, sera mobilitasnya, dan
temukan setiap nyeri tekan atau massa yang ada. 1
Sekarang, dorong jari tangan anda yang ada di dalam pelvis itu ke dalam forniks
anterior dan lakukan palpasi korpus uteri di antara kedua tangan anda. Pada posisi ini,
jari-jari tangan yang ada dalam pelvis dapat meraba permukaan anterior uterus sementara
jari-jari tangan yang diletakkan pada badomen dapat meraba sebagian permukaan
posterior uterus.1
Jika anda tidak dapat meraba uterus dengan salah satu dari kedua manuver ini,
mungkin uterus tersebut terjungkit ke arah posterior (posisi bergeser ke belakang).
Dorong jari tangan yang ada dalam pelvis itu ke dalam forniks posterior dan raba tonjolan
uterus dengan ujung jari-jari tangan anda. Dinding abdomen yang tebal atau tidak berada
dalam keadaan relaksasi yang baik dapat pula membuat anda tidak bisa meraba uterus
kendati lokasinya di sebelah anterior.
Melakukan palpasi pada setiap ovarium. Tempatkan tangan anda yang berada di
abdomen pada kuadran kanan bawah sementara tangan anda yang berada dalam pelvis
ditempatkan di forniks lateral kanan. Tekanlah tangan yang di abdomen ke dalam dan ke
bawah, mencoba mendorong struktur adneksa ke arah tangangan sedikit menggerakkan
kedua tangan anda, biarkan struktur adneksa ke arah tangan anda yang berada dalam
pelvis. Coba untuk mengenali ovarium yang kanan atau setiap masa adneksa yang ada di
dekatnya. Dengan sedikit menggerakkan kedua tangan anda, biarkan struktur adneksa
menggelincir di antara jari-jari tangan anda jika mungkin dan perhatikan ukuran, bentuk,
konsistensi, mobilitas, serta gejala nyeri tekan. Ulangi prosedur ini pada sisi yang kiri. 1
Ovarium yang normal memberi sedikit rasa nyeri ketika ditekan. Biasanya kedua
ovarium dapat diraba pada wnaita ramping dan rileks, tetapi sulit atau tidak mungkin
diraba pada wanita gemuk dan relaksasinya buruk. 1
- Menilai kekuatan otot-otot pelvis
Tarik sedikit kedua jari tangan anda sampai terlepas dari serviks dan kemudian
regangkan keduanya untuk menyentuh kedua sisi dinding vagina. Minta pasien untuk

5
mengontraksikan otot-ototnya sekuat dan selama mungkin agar menjepit jari-jari tangan
anda. Jepitan yang menekan jari tangan anda dengan kuat, menggerakannya ke atas serta
ke dalam, dan berlangsung selama 3 menit atau lebih, menadakan kekuatan otot yang
penuh.1
- Melakukan pemeriksaan rektovaginal
Tarik jari tangan anda keluar. Lumasi sarung tangan anda sekali lagi jika diperlukan.
Kemudian dengan hati-hati, masukkan kembali jari telunjuk anda ke dalam vagina
sementara jari tengah anda di masukkan ke dalam rektum. Minta pasien untuk mengejan
ketika anda melakukan tindakan ini agar sfingter aninya melemas. Beritahukan kepada
pasien bahwa pemeriksaan ini dapat membuatnya merasa ingin buang air besar tetapi
sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi. Ulangi manuver pemeriksaan bimanual
tersebut dengan memberikan perhatian pada bagian di belakang serviks yang hanya bisa
di akses oleh jari tangan yang ada di dalam rektum.

Palpasi rektovaginal sangat berguna dalam memeriksa uterus yang mengalami pergeseran ke belakang
(retroversi).

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Pap Smear


Pada pasien pascamenopause tidak harus diperiksa pap smear tetapi dalam 2-4 tahun jika hasil
pap smear normal. 2
- Pemeriksaan Mammogram
American Cancer Society mereekomendasikan pada pasien menopause untuk melakukan
pemeriksaan mammogram setiap 2 tahun dimulai dari usia 40 tahun dan setiap tahun mulai usia
50 tahun.2
- Pemeriksaan Laboratorium
o Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita
perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi
menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap
stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan
produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih banyak.
Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada
wanita perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi hampir setiap bulan yang tergantung
pada adanya ovulasi.2
o Pengukuran LH
Pada pasca menopause kadar LH 30-120 IU/ml. Rasio FSH ; LH lebih dari 1. 2
o Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan perimenopause
awal (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause terjaga sedangkan
pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan wanita

6
postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur
dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang
tinggi selama perimenopause.
o Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan balik
negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin
menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar inhibin B
menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan
menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma.
Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi
matang dan sejumlah folikel berkurang karena umur.2

Pemeriksaan kadar HDL, LDL, TG untuk mengetahui resiko terhadap jantung.

Working Diagnosis

Working diagnosis yang dipilih adalah menopause. Menopause merupakan perubahan


alami yang dialami seorang wanita saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut
change of life. Menopause biasa terjadi antara usia 45-55 tahun. Menopause prematur
diartikan sebagai periode menstruasi terakhir, yang terjadi pada wanita dengan usia kurang
dari 45 tahun. Selama menopause, produksi hormon estrogen dan progesterom secara
perlahan berkurang. Gejala-gejala yang dapat timbul adalah hot flashes (kemerahan di
wajah), kulit kemerahan, berat badan bertambah, kembung, perubahan mood, depresi,
menstruasi yang tidak teratur, terasa panas, dan berkeringat serta gangguan tidur. Gejala-
gejala ini dapat timbul 6 tahun sebelum periode menstruasi terakhir dan berlanjut beberapa
tahun setelah periode menstruasi terakhir.1,3

Differential Diagnosis

Kista ovarium4

Kista ovarium adalah kantung yang terisi oleh material liquid atau semiliquid yang muncul di
dalam ovarium. Walaupun penemuan kista ovarium ini sering menimbulkan kekhawatiran karena
sering dianggap sebagai suatu keganasan, namun kebanyakan kista ovarium ini bersifat jinak.

Kebanyakan pasien dengan kista ovarium bersifat asimptomatik, dan ditemukan secara tidak
sengaja saat dilakukan USG atau pemeriksaan pelvis rutin. Beberapa kista, seringkali menimbulkan
gejala berupa:

Sakit atau rasa tidak nyaman di abdomen bawah

7
Keinginan untuk buang air besar
Mikturisi
Siklus menstruasi yang tidak teratur dan perdarahan vaginal yang abnormal
Pubertas prekoks dengan onset dini dari menarche
Rasa perut yang penuh dan kembung

Kanker ovarium5

Kanker ovarium adalah penyebab paling umum dari kematian akibat tumor ginekolog di
amerika serikat. Lesi ganas ovarium termasuk lesi utama muncul dari struktur normal ovarium dan
lesi sekunder kanker yang berasal dari tempat lain di tubuh. Kanker ovarium stadium awal biasanya
nonspesifik dan tidak bergejala. Pasien umumnya merasakan adanya massa di perutnya. Kebanyakan
kasus didiagnosa pada stadium lanjut. Gejala yang timbul antara lain:

Rasa kembung dan tidak nyaman di perut


Penekanan di kandung kemih dan rectum
Konstipasi
Perdarahan vagina
Napas pendek
Keletihan
Penurunan berat badan

Etiologi

Menopause disebabkan oleh hilangnya folikel sejalan pertambahan usia karena atresia
dan ovulasi bulanan. Kehilangan folikel mengakibatkan berkurangnya sekresi estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar estrogen dan progesterone menggangu aksis hormone
hipotalamus-hipofisis-ovarium dan mekanisme umpan balik masih disekresi oleh kelenjar
adrenal dan stroma ovarium. Karena kadar FSH dan LH hipofisis tidak dihambat oleh
mekanisme umpan balik negaif hormon ovarium, kadarnya saat menopause tetap tinggi.
Sumber gonadotropin manusia yang dipergunakan untuk kebutuhan klinis adalah urine dari
wanita menopause.6

Hal-hal yang dapat menyebabkan menopause prematur adalah merokok, histerektomi,


ooforektomi, kelainan autoimun, tinggal di dataran tinggi, dan riwayat kemoterapi, atau
sedang dalam kemoterapi.3

Epidemiologi

8
Umur median pada menopause berkisar antara 45-55 tahun di seluruh dunia, 50-52
tahun pada perempuan kulit putih di negara industri. Umur menopause tidak sama pada
bangsa atau etnis yang berbeda, umumnya ditemukan sedikit lebih dini pada perempuan yang
tinggal di negara berkembang dibandingkan di negara maju.7

Patofisiologi

Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan anatomis pada ovarium
berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel primordial, serta penurunan aktivitas sintesa
hormon steroid. Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium
dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat pascamenopause.

Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hypothalamus,
yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola
hormonal wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya
kadar estrogen di dalam tubuh maka fungsi fisiologis hormon tersebut akan menjadi terganggu.
Perubahan fisiologik sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa
gangguan neurovegetatif, gangguan palkis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid.

Manifestasi Klinis

Pada menopause terdapat beberapa perubahan yang terjadi terkait perubahan fisik dan klinisnya.
Bagi perubahan fisik, yang terjadi adalah perubahan pada traktus reproduktorius, traktus urinarius dan
perubahan pada kelenjar mammae. 8

1 Traktus reproduktorius
Pelebaran rugae vagina, penipisan epithelium, sekviks mengecil dari normal, penghasilan
sekret berkurang sehingga menyebabkan kekeringan, uterus atrofi dan ukuran oviduct dan
ovari yang mengecil
2 Traktus urinarius
Epithelium semakin menipis dan kehilangan tonus sehingga menyebabkan sering kencing
3 Kelenjar mammae
Saiz payudara mengecil

Selain itu dapat juga terjadi beberapa gejala klinis seperti:

Atrofi vaginitis
Hot flushes
Disfungsi organ seksual
Perubahan mood dan depresi
Perubahan pada kulit dan rambut
Insomnia
Sakit kepala

9
Penatalaksanaan

Medika Mentosa

Hormone Replacement Therapy (HRT)


Dapat dilakukan dengan terapi estrogen. Sejauh ini pilihan pengobatan tersebut
merupakan terapi yang paling efektif untuk menghilangkan hot flashes pada menopause.
Tetapi tergantung pada pribadi dan riwayat kesehatan keluarganya, dokter mungkin akan
merekomendasikan estrogen dalam dosis terendah yang diperlukan untuk membantu
meringankan gejala.1
Antidepresan Dosis Rendah
Venlafaxine (Effexor), obat antidepresi yang terkait dengan kelas obat yang disebut
Inhibitor Reuptake Selektif Serotonin (SSRI), telah terbukti menurunkan hot flashes. Selain
SSRI antidepresan lainnya yang dapat meringankan gejala yaitu, termasuk fluoxetine (Prozac,
Sarafem), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa) dan sertraline (Zoloft). 1
Gabapentin
Obat ini disetujui untuk mengobati kejang, tetapi juga telah terbukti secara signifikan
mengurangi hot flushes. 1
Clonidine
Clonidine pil atau patch biasanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi,
secara signifikan dapat mengurangi frekuensi hot flushes, tapi efek samping yang tidak
menyenangkan yang umum.1
Bifosfonat
Obat ini efektif baik mengurangi gangguan tulang dan risiko patah tulang dan telah
menggantikan estrogen sebagai pengobatan utama untuk osteoporosis pada wanita. 1
Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)
SERM adalah kelompok obat yang mencakup raloxifene (Evista). Raloxifene meniru
efek estrogen yang menguntungkan pada kepadatan tulang pada wanita menopause. 1
Vaginal Estrogen
Untuk meringankan kekeringan vagina, estrogen dapat diberikan secara lokal
menggunakan tablet vagina, cincin atau krim. Perawatan ini rilis hanya sejumlah kecil
estrogen yang diserap oleh jaringan vagina. Ini dapat membantu meringankan kekeringan
vagina, rasa tidak nyaman ketika hubungan seksual dan beberapa gejala gangguan BAK. 1

Non Medika Mentosa

Untuk mengatasi perubahan perubahan yang terjadi pada menopause dapat dilakukan dengan
cara:

Kenakan pakaian dan lapisan yang tipis untuk menyesuaikan dengan kondisi hot flush
Atasi insomnia dengan tidur siang serta kurangi konsumsi kafein dan makanan pedas,
terutama pada malam hari.

10
Redakan perubahan mood, irrtitabilitas, dan depresi dengan diet dan latihan teratur.
Aktivitas fisik yang teratur membantu untuk menurunkan berat badan, memperbaiki kualitas
tidur, menguatkan tulang, dan meningkatkan mood. Berjalan cepat, aerobic low impact, dan
menari adalah contoh olahraga yang dapat menguatkan tulang. Cobalah berolahraga dengan
intensitas sedang sekitar 30 menit per hari.
Berikan nutrisi yang cukup karena pada fase menopause terjadi peningkatan risiko
osteoporosis dan penyakit jantung. Karena itu diet yang sehat dengan mengkonsumsi
makanan rendah lemak dan kaya serat seperti buah-buahan, sayuran, dan roti gandum sangat
dianjurkan. Tambahkan makanan yang kaya akan kandungan kalsium atau tambahkan
suplemen kalsium. Hindari alcohol dan kafein yang dapat memicu terjadinya hot flashes. Bila
merokok, usahakan untuk berhenti.

Pencegahan

Menopause tidak dapat dicegah atau ditunda tetapi menopause artifisial dapat dicegah. Dengan
cara tidak merokok atau berhenti merokok dapat menunda usia di mana mulai menopause. Selain itu,
seorang wanita dapat mempertahankan gaya hidup sehat berolahraga, penurunan stres, dan
mengkonsumsi makanan diet sehat dapat membantu meminimalkan dampak gejala menopause. Hal
ini juga penting untuk diingat bahwa dalam waktu kurang lebih lima tahun setelah menopause hot
flushes telah diselesaikan dalam 85-90% wanita.8

Komplikasi

1 Osteoporosis
Osteoporosis adalah masalah tulang yang paling menonjol, berkurangnya massa
tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal, menyebabkan peningkatan
kejadian fraktur, dan kejadiannya 4 kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki.
Resiko fraktur akibat osteoporosis akan tergantung pada massa tulang saat menopause
dan kecepatan hilangnya tulang pascamenopause. Setelah menopause kehilangnan massa
tulang trabekuler serta kehilangan massa tulang total 1-1,5% per tahun. Percepatan kehilangan
ini berlangsung menurun selama 5 tahun, tetapi tetap berlanjut sesuai dengan penuaan. Tanda
dan gejala osteoporosis pascamenopause meliputi nyeri punggung; penurunan tinggi badan
dan mobilitas; fraktur pada korpus vertebra, humerus, femur atas, lengan atas sebelah distal,
dan iga.
2 Penyakit Jantung Koroner
Di Amerika Serikat kematian karena penyakit jantung koroner pada perempuan
sekitar 3 kali lipat dari angka kematian karena kanker payudara dan kanker paru. Satu dari
lima perempuan menderita salah satu jenis penyakit jantung atau pembuluh darah. Sebagian
besar penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh aterosklerosis pada pembuluh darah mayor.

11
Faktor-faktor risikonya sama dengan laki-laki, misalnya riwayat kardiovaskuler pada
keluarga, tekanan darah tinggi, merokok, diabetes melitus, profil kolestrol/lipoprotein yang
abnormal, serta obesitas. Mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung koroner telah sangat
berkurang karena perawatan medis dan bedah serta tindakan-tindakan preventif.
Komplikasi ini diatasi dengan pemberian esterogen yang memiliki efek langsung ke
metabolisme lemak dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Dalam hal ini telah
diketahui bahwa trigliserida, HDL, dan lipoprotein merupakan petanda signifikan penyakit
jantung koroner pada wanita.
3 Alzheimer dan Penurunan Kognitif
Efek yang menguntungkan dari esterogen pada kognisi khususnya pada memori
verbal. Akan tetapi, pada perempuan sehat efeknya tidak mengesankan, nilai klinisnya kecil.
Perempuan tiga kali lebih banyak yang menderita Alzheimer dibandingkan laki-laki.
Esterogen mampu melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai mekanisme.
Esterogen melindungi terhadap toksisitas neuron yang diinduksi oksidasi, menurunkan
konsentrasi komponen amiloid P serum (glikoprotein pada pengerutan neurofibriler penderita
Alzheimer), meningkatkan pertumbuhan sinaps dan neuron khusunya densitas spina dendritik,
melindungi terhadap toksisitas serebrovaskuler yang dipicu oleh peptida-peptida aminoid,
memicu pembentukan sinaps serta pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron. 8

Prognosis

Untuk wanita yang mempnyai menopause tetapi tidak mempunyai gejala yang timbul akibat
berkurangnya estrogen umumnya tidak mempunyai masalah. Mereka lazimnya hanya memperlihatkan
gejala dan penyakit yang dihidapi lanjut usia sahaja. Bagi yang mempunyai gejala akibat kekurangan
estrogen, HRT sangat membantu di samping dapat mengelakkan risiko osteoporosis. Namun
sekiranya diberi HRT pada wanita yang tidak memerlukan dapat memberikan efek samping dan
membahayakan kesihatannya.8

Kesimpulan

Menopause merupakan berhentinya menstruasi secara permanen yang berkisar 45-55 tahun
akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium. Maka, berdasarkan scenario ibu 50 tahun haid tidak
teratur sejak 2 bulan dan pendarahan irregular diakibatkan terjadinya menopause.

Daftar Pustaka

1 Bickley L.Buku ajar pemeriksaan & riwayat kesehatan Bates.8 th ed. Jakarta :EGC;2009.h.392-
407.
2 Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi: panduan praktis. 2 nd ed. Jakarta: EGC;
2009.h. 96-106.

12
3 Coney P. Menopause. 7 April 2014. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/264088-overview#aw2aab6b2, 27 Mei 2014.
4 Anwar M. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011.h.106-10.
5 Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. 5 th ed. Jakarta:EGC; 2008.h.
624-6.
6 Sloane E. Anatomi & fisiologi untuk semula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003. h 361.
7 Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2008. h
56-7.
8 Alan H, Decherney, Nathan L. Current diagnosis and treatment of obstetrics and gynecology.
11th ed. USA:McGraw Hill;2013. H.945-75

13

Anda mungkin juga menyukai