Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN

KOMPLIKASI PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

KELAS 2A

1. Adita Rahman (34403515002) 6. Gina Selfia (34403515057)


2. Ayu Bakta Fauziah (34403515020) 7. Heru Budiana (34403515062)
3. Didah Rosidah (34403515038) 8. M Edin Jaenudin (34403515070)
4. Eggy Maulana P (34403515044) 9. Mila Jamilatus S (34403515077)
5. Faisal Gustaman (34403515051)

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)


Jl. Pasir Gede Raya No.19 Tlp. (0263) 267206 Fax. 270953 Cianjur 43216

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Kuasa, shalawat dan salam semoga tercurahkan ke Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya. Alhamdulillah atas
rahmat Allah S.W.T kami telah menyelesaikan penyusunan makalah dengan Judul
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Komplikasi Pre Eklamsia dan
Eklamsia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


Keperawatan Maternitas, Ibu Reni Rohimah, S.Kep., Ners. yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, kepada orang tua kami yang telah mendukung
baik secara moril maupun materi, dan kepada semua orang yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sadar betul makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan-masukan mengenai
makalah yang kami susun ini agar kami bisa lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Kami akan sangat menerima dengan lapang dada segala kritik dan saran
mengenai makalah yang kami susun ini. Dengan segala kerendahan hati kami
ucapkan terima kasih.

Cianjur, 11 Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA.....................................................3

2.1 Pre Eklamsia............................................................................................3


A. Pengertian Pre Eklamsia............................................................................3

B. Etilogi Pre Eklamsia..................................................................................4

C. Patofisiologi Pre Eklamsia........................................................................5

D. Komplikasi Pre Eklamsia..........................................................................6

E. Klasifikasi Pre Eklamsia...........................................................................6

F. Manifestasi Klinis Pre Eklamsia...............................................................7

G. Pemeriksaan Penunjang Pre Eklamsia......................................................7

H. Penatalaksanaan Medis Pre Eklamsia.......................................................8

I. Diagnosa Keperawatan Pre Eklamsia........................................................9

J. Intervensi Keperawatan Pre Eklamsia.......................................................9


2.2 Eklamsia.................................................................................................13
A. Pengertian Eklamsia................................................................................13

B. Etiologi Eklamsia....................................................................................14

C. Patofisiologi Eklamsia.............................................................................16

D. Manifestasi klinis Eklamsia.....................................................................17

E. Komplikasi Eklamsia..............................................................................17

F. Pemeriksaan Penunjang Eklamsia...........................................................17

ii
G. Penatalaksanaan Medis Eklamsia............................................................19

H. Diagnosa Keperawatan Eklamsia............................................................20

I. Intervensi Keperawatan Pre Eklamsia.....................................................20


BAB III PENUTUP..............................................................................................23

3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang
disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Di
Indonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih
merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang
tinggi. (professor dotor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG).

Tingginya kejadian pre-eklamsia dan eklamsia di negara-negara


berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi
dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal
tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat
penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan
yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya
(Zuhrina, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka
kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian
pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka
kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara
berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas
hal ini, serta sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan Ibu Hamil dengan Preeklamsi dan Eklamsia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pre eklamsia dan eklamsia?
2. Bagaimana etiologi dari pre eklamsia dan eklamsia?
3. Bagaimana patofisiologi dari pre eklamsia dan eklamsia?
4. Apa manifestasi klinis dari pre eklamsia dan eklamsia?
5. Apa saja komplikasi dari pre eklamsia dan eklamsia?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pre eklamsia dan eklamsia?
7. Bagaimana diagnosa dan intervensi pre eklamsia dan eklamsia dalam
asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari pre eklamsia dan eklamsia.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dan patofisiologi dari pre
eklamsia dan eklamsia.
3. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dan komplikasi dari
pre eklamsia dan eklamsia.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari pre eklamsia dan
eklamsia.
5. Untuk mengetahui dan memahami diagnosa dan intervensi pre eklamsia
dan eklamsia dalam asuhan keperawatan.

2
BAB II

PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA

2.1 Pre Eklamsia

A. Pengertian Pre Eklamsia

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita


hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Mansjoer dkk, 2006).
Sebelumnya, edema termasuk ke dalam salah satu kriteria
diagnosis preeklampsia, namun sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam
kriteria diagnosis, karena pada wanita hamil umum ditemukan adanya
edema, terutama di tungkai, karena adanya stasis pembuluh darah.
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda
lain. Kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg dari nilai normal atau
mencapai 140 mmHg, atau kenaikan tekanan diastolik > 15 mmHg atau
mencapai 90 mmHg dapat membantu ditegakkannya diagnosis
hipertensi. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24
jam yang kadarnya melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif
menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1 gram/liter atau lebih dalam urin yang
dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya proteinuria timbul lebih lambat,
sehingga harus dianggap sebagai tanda yang serius.

3
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-
eklampsia, namun adanya penumpukan cairan secara umum dan
berlebihan di jaringan tubuh harus teteap diwaspadai. Edema dapat
menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Normalnya, wanita hamil
mengalami kenaikan berat badan sekitar 0.5 kg per minggu. Apabila
kenaikan berat badannya lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya
pre-eklampsia.
Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi
eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang atau konvulsi.
Eklampsia dapat menyebabkan terjadinya DIC (Disseminated
intravascular coagulation) yang menyebabkan jejas iskemi pada berbagai
organ, sehingga eklampsia dapat berakibat fatal.

B. Etilogi Pre Eklamsia


Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara
pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat
perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai
penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab
primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan
berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.Sebab pre eklamasi belum
diketahui :
1. Vasospasmus menyebabkan :
a. Hypertensi
b. Pada otak (sakit kepala, kejang)
c. Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
d. Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
e. Pada hati (icterus)
f. Pada retina (amourose)
2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu :
a.Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.

4
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
3. Faktor Perdisposisi Preeklamsi
a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidrocepalus
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun

C. Patofisiologi Pre Eklamsia

D. Komplikasi Pre Eklamsia


1. Pada Ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar

5
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.

2. Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

E. Klasifikasi Pre Eklamsia


Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih;
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa
1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1
kg atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau
2 + pada urin kateter atau midstream.
2. Preeklampsia Berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis.

6
F. Manifestasi Klinis Pre Eklamsia
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan
akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-
gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di
daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium,
mual atau muntah.

G. Pemeriksaan Penunjang Pre Eklamsia


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% )
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )
2. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3. Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=
15-45 u/ml )
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat
( N= <31 u/l )
f) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4. Tes kimia darah


Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1. Ultrasonografi

7
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
2. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

H. Penatalaksanaan Medis Pre Eklamsia


Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia
kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
a. Penatalaksanaan di rumah sakit
1) Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk
mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang
pesat
2) Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari
3) Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling
tidak setiap 2 hari
4) Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam
kecuali antara tengah malam dan pagi hari
5) Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit,
dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh
keparahan hipertensi
6) Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik
secara klinis maupun USG
7) Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah
rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan
ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin
intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal

8
atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-
kasus yang lebih parah.
2. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan
atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan
penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama
menjadi perhatian.
3. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani
pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh
dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap
kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.

I. Diagnosa Keperawatan Pre Eklamsia


1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir.
4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang
tidak efektif terhadap proses persalinan

J. Intervensi Keperawatan Pre Eklamsia


a. Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :

9
1. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR :16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
merupkan indikasi dari PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria)
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan
SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang

b. Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :

10
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada
janin
Kriteria Hasil :
1. DJJ ( + ) : 12-12-12
2. Hasil NST :
3. Hasil USG ;
Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur
dan solusio plasenta
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena
hipertensi sehingga timbul IUGR
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

c. Diagnosa keperawatan III :


Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri
dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
1. Ibu mengerti penyebab nyerinya
2. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

11
Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan
dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon
pasien terhadap nyerinya
2) Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
kooperatif
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS
timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

d. Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang
tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
1. Ibu tampak tenang
2. Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
3. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
2) Jelaskan mekanisme proses persalinan

12
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptive
3) Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
4) Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan
yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa
ketenangan hati

2.2 Eklamsia

A. Pengertian Eklamsia
Eklamsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada
wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria
(Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981). Eklamsi lebih sering
terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri Patologi,R.
Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau
suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis :
163,2001). Eklamsia dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Eklamsia gravidarum (50 %)
Eklamsi (kejang) yang terjadi pada usia kehamilan 28 minggu.
2. Eklamsia parturien (40 %)
Eklamsi (kejang) yang terjadi ketika proses persalinan.
3. Eklamsia puerperium (10 %)
Eklamsi (kejang) yang terjadi pada masa nifas 40 hari setelah
melahirkan.

B. Etiologi Eklamsia
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum
diketahui, tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat
dari penyakit ini, antara lain:

13
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang
lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre
eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin
yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara
imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat
diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim
tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia
terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang
tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia
utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila
memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin
dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi
general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi
selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan
permeabilitas pada membran glumerulus sehingga menyebabkan
proteinuria dan oedem lebih jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal
bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme
oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri
radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan
berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron
rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari

14
elektron lain dari atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada
eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah placenta, karena
placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia.
Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang
banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak
sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan
normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena
kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah,
melindungi pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan
trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam
lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya
peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan
endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu
berupa glumerulus endotheliosis . Gambaran kerusakan endotel
pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre
eklamsia.

C. Patofisiologi Eklamsia

Hipertensi

Perfusi placenta

15
Protein uria

Spasme

ginjal Otak Paru Hati uri/placenta


rahim

aliran darah aliran darah aliran pembuluh fungsi jar. Hati PD pe


reflek
ke otak darah

filtrasi odema pe aliran darah


penyempitan
glomelurus odema cerebri decom cordis
nyeri uluh hati perfusi bayi
prematur
protein urin tekanan intrakranial O2 me jaringan
(BBLR) G3 nyaman nyeri
b/d kerusakan (G3 placenta)
sesak kortekx otak
Kejang
(eklamsi) hipoxia G3 pada
janin
( pertumbuhan )

hipoxia b/d
menurunnya O2 ke Gawat janin kematian
otak
janin

- BBLR Hipoksia
- Prematur

Hipotermi Asphiksia (asma)

D. Manifestasi klinis Eklamsia


1. Nadi diatas 120.
2. Suhu diatas 390C.
3. Tensi diatas 160 mmHg.
4. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih.

16
E. Komplikasi Eklamsia
1. Sianosis
2. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
3. Perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
4. Jatuh dan terjadi perlukaan dan fraktur
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Perdarahan atau abrasio retina
7. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan icterus

F. Pemeriksaan Penunjang Eklamsia


1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi
karena adanya:
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh
darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna
untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran
darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
2. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh
2 hari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 hari saja.
Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan
cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan,

17
lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after
pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim
biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu
analgesik.( Cunningham, 430)
3. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak
dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan
normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah
dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo,
sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari
ketiga. Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai
hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochia serosa berwarna kekuningan
dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. Lochia alba berwarna
putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
5. Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada
24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu

18
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B,
1996: 230)
7. Urin: protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin
8. USG
9. Darah: trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin

G. Penatalaksanaan Medis Eklamsia


1. Beri obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka,
sedotan, masker O2 dan tabung O2 )
3. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
4. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
5. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
6. Beri oksigen 4-6 liter / menit

H. Diagnosa Keperawatan Eklamsia


1. Kejang b/d peningkatan tekanan darah

2. G3 hipoxia b/d penurunan O2 ke otak

3. Nyeri uluh hati b/d penurunan jaringan hati

I. Intervensi Keperawatan Pre Eklamsia


1. Gangguan kejang b/d peningkatan tekanan darah

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak kejang lagi

Kriteria hasil :

a. TTV dalam batas normal

b. Keluarga klien mengatakan klien sdah tidak kejang lagi

19
Intervensi :

1) Membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat

R: Mempermudah tindakan keperawatan

2) Jelaskan keadaan klien pada keluarga

R: Keluarga tahu mengenai keadaan klien

3) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian MGSO4 (obat anti


kejang)

R: Kejang dapat berkurang atau berhenti

4) Observasi TTV

R: Memantau keadaan kondisi klien

2. Hipoksia b/d penurunan oksigen ke otak

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan oksigen klien


dapat dipenuhi

Kriteria hasil :

a. Keluarga mengatakan klien sudah mulai sadar

b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

1) Atur posisi klien

R : Mempermudah proses pernafasan dan aliran oksigen ke otak

2) Pemberian oksigen

R : Memenuhi kebutuhan oksigen

3) Pemberian saction

20
R : Membersihkan jalan nafas dari secret sisa- sisa kejang

3. Nyeri uluh hati b/d penurunan jaringan hati

Tujuan :

Setelah tindakan keperawatan dilakukan nyeri dapat berkurang

Kriteria hasil :

a. Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

1) Terangka nyeri yang diderita klien dengan penyebabnya

R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance


mengatasi nyeri

2) Observasi TTV

R : Memantau keadaan atau kondisi kalien

3) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik

R : Dengan pemberian analgetika oral atau sistemik nyeri akan


semakin cepat teratasi

4) Melakukan pendidikan distraksi dan relaksasi kepada klien.

R : klien dapat sedikit melupakan akan nyeri yang diderita

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema,
dan protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya
terjadi dalam trisemster ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu
dan bayi pada masa ante, intra dan post partum. Pre eklamsi merupakan
suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu
ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak
system yang ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia
kehamilan 8-9 bulan. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya keracunan pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit
darah tinggi yang diderita oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut,

22
eklamsia bisa disebabkan juga oleh faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor
trauma atau ketakutan saat kehamilan sebelumnya.

3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami
tentang penyakit pre-eklampsia dan Eklampsia serta untuk pencegahannya.
Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting
dan diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu
penyakit tersebut beserta asuhan keperawatannya.
Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa makalah ini
sangatlah kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengaharapkan
kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Askep Preeklamsia. Diunduh di www.nursingbegin.com tanggal


10 Oktober 2016.

Corwin Elizabeth. 2009. Buku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit UNPAD. Jakarta: EGC

Doenges, M.E.1999.Rencana asuhan perawatan maternal/bayi.edisi 2.Jakarta :

EGC

Hamilton,P.M.1995.Dasar-dasar keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC

Myles, Diane M. Fraser, Margaret A.Cooper. Buku ajar bidan.2009. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai