Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
KELAS 2A
AKADEMI KEPERAWATAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Kuasa, shalawat dan salam semoga tercurahkan ke Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya. Alhamdulillah atas
rahmat Allah S.W.T kami telah menyelesaikan penyusunan makalah dengan Judul
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Komplikasi Pre Eklamsia dan
Eklamsia.
Kami sadar betul makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan-masukan mengenai
makalah yang kami susun ini agar kami bisa lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Kami akan sangat menerima dengan lapang dada segala kritik dan saran
mengenai makalah yang kami susun ini. Dengan segala kerendahan hati kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
B. Etiologi Eklamsia....................................................................................14
C. Patofisiologi Eklamsia.............................................................................16
E. Komplikasi Eklamsia..............................................................................17
ii
G. Penatalaksanaan Medis Eklamsia............................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pre eklamsia dan eklamsia?
2. Bagaimana etiologi dari pre eklamsia dan eklamsia?
3. Bagaimana patofisiologi dari pre eklamsia dan eklamsia?
4. Apa manifestasi klinis dari pre eklamsia dan eklamsia?
5. Apa saja komplikasi dari pre eklamsia dan eklamsia?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pre eklamsia dan eklamsia?
7. Bagaimana diagnosa dan intervensi pre eklamsia dan eklamsia dalam
asuhan keperawatan?
2
BAB II
3
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-
eklampsia, namun adanya penumpukan cairan secara umum dan
berlebihan di jaringan tubuh harus teteap diwaspadai. Edema dapat
menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Normalnya, wanita hamil
mengalami kenaikan berat badan sekitar 0.5 kg per minggu. Apabila
kenaikan berat badannya lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya
pre-eklampsia.
Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi
eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang atau konvulsi.
Eklampsia dapat menyebabkan terjadinya DIC (Disseminated
intravascular coagulation) yang menyebabkan jejas iskemi pada berbagai
organ, sehingga eklampsia dapat berakibat fatal.
4
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
3. Faktor Perdisposisi Preeklamsi
a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidrocepalus
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun
5
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
6
F. Manifestasi Klinis Pre Eklamsia
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan
akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-
gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di
daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium,
mual atau muntah.
7
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
2. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
8
atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-
kasus yang lebih parah.
2. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan
atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan
penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama
menjadi perhatian.
3. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani
pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh
dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap
kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.
9
1. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR :16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
merupkan indikasi dari PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria)
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan
SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
b. Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :
10
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada
janin
Kriteria Hasil :
1. DJJ ( + ) : 12-12-12
2. Hasil NST :
3. Hasil USG ;
Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur
dan solusio plasenta
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena
hipertensi sehingga timbul IUGR
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
11
Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan
dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon
pasien terhadap nyerinya
2) Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
kooperatif
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS
timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
d. Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang
tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
1. Ibu tampak tenang
2. Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
3. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
2) Jelaskan mekanisme proses persalinan
12
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptive
3) Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
4) Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan
yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa
ketenangan hati
2.2 Eklamsia
A. Pengertian Eklamsia
Eklamsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada
wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria
(Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981). Eklamsi lebih sering
terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri Patologi,R.
Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau
suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis :
163,2001). Eklamsia dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Eklamsia gravidarum (50 %)
Eklamsi (kejang) yang terjadi pada usia kehamilan 28 minggu.
2. Eklamsia parturien (40 %)
Eklamsi (kejang) yang terjadi ketika proses persalinan.
3. Eklamsia puerperium (10 %)
Eklamsi (kejang) yang terjadi pada masa nifas 40 hari setelah
melahirkan.
B. Etiologi Eklamsia
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum
diketahui, tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat
dari penyakit ini, antara lain:
13
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang
lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre
eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin
yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara
imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat
diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim
tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia
terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang
tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia
utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila
memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin
dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi
general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi
selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan
permeabilitas pada membran glumerulus sehingga menyebabkan
proteinuria dan oedem lebih jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal
bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme
oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri
radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan
berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron
rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari
14
elektron lain dari atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada
eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah placenta, karena
placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia.
Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang
banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak
sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan
normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena
kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah,
melindungi pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan
trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam
lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya
peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan
endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu
berupa glumerulus endotheliosis . Gambaran kerusakan endotel
pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre
eklamsia.
C. Patofisiologi Eklamsia
Hipertensi
Perfusi placenta
15
Protein uria
Spasme
hipoxia b/d
menurunnya O2 ke Gawat janin kematian
otak
janin
- BBLR Hipoksia
- Prematur
16
E. Komplikasi Eklamsia
1. Sianosis
2. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
3. Perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
4. Jatuh dan terjadi perlukaan dan fraktur
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Perdarahan atau abrasio retina
7. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan icterus
17
lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after
pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim
biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu
analgesik.( Cunningham, 430)
3. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak
dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan
normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah
dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo,
sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari
ketiga. Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai
hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochia serosa berwarna kekuningan
dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. Lochia alba berwarna
putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
5. Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada
24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
18
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B,
1996: 230)
7. Urin: protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin
8. USG
9. Darah: trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin
Tujuan :
Kriteria hasil :
19
Intervensi :
4) Observasi TTV
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Pemberian oksigen
3) Pemberian saction
20
R : Membersihkan jalan nafas dari secret sisa- sisa kejang
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Observasi TTV
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema,
dan protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya
terjadi dalam trisemster ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu
dan bayi pada masa ante, intra dan post partum. Pre eklamsi merupakan
suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu
ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak
system yang ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia
kehamilan 8-9 bulan. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya keracunan pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit
darah tinggi yang diderita oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut,
22
eklamsia bisa disebabkan juga oleh faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor
trauma atau ketakutan saat kehamilan sebelumnya.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami
tentang penyakit pre-eklampsia dan Eklampsia serta untuk pencegahannya.
Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting
dan diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu
penyakit tersebut beserta asuhan keperawatannya.
Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa makalah ini
sangatlah kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengaharapkan
kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Corwin Elizabeth. 2009. Buku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit UNPAD. Jakarta: EGC
EGC
Myles, Diane M. Fraser, Margaret A.Cooper. Buku ajar bidan.2009. Jakarta: EGC
23