Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai bumi,

lapisanlapisan batuan penyusun kerak bumi, serta aspekaspek yang

berhubungan dengan bumi. Di dalam kerak bumi terdapat bermacam-macam jenis

batuan, diantaranya batuan beku, sedimen, maupun metamorf. Selain itu, geologi

dapat berarti pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan bumi serta

makhluk yang pernah ada dan hidup di permukaan bumi.

Sedimentologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai

Batuan sedimen,cara terbentuknya,lingkungan terbentuknya,proses dan faktor-

faktor yang berperan dan komponen-komponen pada batuan sedimen. Sedimentasi

adalah proses penimbunan atau terakumulasinya partikel atau komponen sedimen

dalam suatu tempat yang biasanya berbentuk cekungan dengan mengalami

beberapa proses terlebih dahulu.

Pada praktikum sedimentologi acara volumetrik untuk mengetahui kondisi

transportasi dari material sedimen dapat dilakukan dengan menerapkan hukum

Archimedes. Untuk mengetahui lebih lanjut maka diadakan praktikum acara

volumetrik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari diadakannya praktikum smear slide adalah untuk

mengenalkan kepada praktikan kenampakan optik dari material material


sedimen, sedangkan tujuan dari diadakannya praktikum acara ini diantaranya

sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian analisa volumetrik.

2. Mengetahui proses terendapkannya material sedimen.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum berlangsung,

diantaranya :

1. Mikroskop

2. Sampel

3. Penuntun praktikum sedimentologi Universitas Hasanuddin

4. LKP (Lembar Kerja Praktikum)

5. Lap kasar

6. Lap halus

7. ATM (Alat Tulis Menulis)

8. Pensil warna

9. Kerta A4s secukupnya


1.4 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum volumetrik pada dasarnya adalah untuk

mengetahui massa jenis dan berat jenis material sedimen, sehingga berat material

sedimen tidak akan berpengaruh terhadap berat jenis dan massa jenis material

sedimen.

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah:


1.
Siapkan tabung ukur dan isi air 15 cm3
2.
Siapkan Material Sedimen yang telah dipisahkan berukuran 2 mm, 1 mm, 0,5

mm, 0,25 mm, 0,125 mm, 0,063 mm, dan Pan.


3.
Timbang tiap materal sedimen dengan timbangan digital tidak lebih 100 gr
4.
Tiap Material sedimen dengan ukuran butir berbeda dimasukkan kedalam

tabung ukur
5.
Siapkan air sekitar 1.050 mL untuk 7 kali percobaan dengan ukuran butir

material yang berbeda.


6.
Masukkan air kedalam tabung ukur sebanyak 150 ml untuk setiap percobaan.
7.
Amati volume awal fluida

8.
Amati Volume Akhir Fluida
9.
Kemudian catat perubahan tinggi air pada tabung ukur dan catat selisih tinggi

air sebelum dan sesudah diberikan material sedimen pada LKP.


10.
Kemudian Setelah mendapatkan data dari hasil percobaan, lakukan

pengolahan data-data lainnya dengan rumus yang telah disediakan untuk

menunjang hasil akhir yang dibutuhkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sedimentasi

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan

oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua

batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan

menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat

lain akan berbeda. Berikut adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan

berdasarkan tenaga pengangkutnya.

2.1.1 Pengendapan oleh Air Sungai

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam

hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan

delta.

A. Meander

Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena

adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian

hulu. Pada bagian hulu, volume airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil.

Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling

mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada

bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya lambat, sehingga

membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam

maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akan terjadi pengikisan,
sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan.

Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

B. Oxbow lake

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan

dan pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi

secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah

dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai mati.

C. Tanggul alam

Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan

alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air

sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap

terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan

sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada

bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.

Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen

yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua,

arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh

bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.

D. Delta

Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya

terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-

bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya,

terbentuk suatu dataran di tepi sungai.


Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai.

Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk.

Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai

sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut

merupakan tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil

pengerjaan alam.

2.1.2 Pengendapan oleh Air Laut

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.

Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil

pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang

pantai.

Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya

terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat

bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.

Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi

perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut

yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan

material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas

permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus

berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati

teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split

terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk

tombolo.
2.1.3 Pengendapan oleh Angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang

alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).

Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin

yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara

bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

2.2 Analisa Volumetrik

Analisa volumetrik merupakan analisa kuntitatif yang dilakukan dengan jalan

mengukur volume larutan atau fluida yang telah dilakukan untuk mengetahui nilai

volume material yang akan diteliti. Dari perbandingan massa dan volume maka

dapat dihasilkan nilai densitas sebagai parameter untuk mengetahui kondisi

transportasi dari material sedimen. Metode analisa volumetrik dapat dilakukan

dengan menerapkan hukum Archimedes.

2.3 Hukum Archimedes

Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan

mendapat gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang

dipindahkannya

Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda

yang diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan diangkat di

darat. Jadi, telah jelas bahwa berat benda seakan berkurang bila benda

dimasukkan ke dalam air. Hal itu karena adanya gaya ke atas yang ditimbulkan

oleh air dan diterima benda. Dengan demikian maka resultan gaya antara gaya
berat dengan gaya ke atas merupakan berat benda dalam air. Selanjutnya berat

disebut dengan berat semu yaitu berat benda tidak sebenarnya karena benda

berada dalam zat cair. Benda dalam air diberi simbol WS.

Hubungan antara berat benda di udara (W), gaya ke atas (Fa) dan berat semu

(Ws) adalah:

Ws = W-Fa

dengan:

Ws = berat benda dalam zat cair (Kgm/s2)

W = berat benda sebenarnya (Kgm/s2)

Fa = gaya apung (N)

dan besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan sebagai berikut :

Fa = cair Vb g

Dengan:

cair = massa jenis zat cair (kg/m3)

Vb = volume benda yang tercelup (m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

2.4 Benda Dalam Hukum Archimedes

Bila benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada 3 kemungkinan yang

terjadi yaitu tenggelam, melayang, dan terapung.

1. Benda Tenggelam

Benda disebut tenggelam dalam zat cair apabila posisi benda selalu terletak

pada dasar tempat zat cair berada.


Gambar 2.1 Posisi Benda Tenggelam

Pada benda tenggelam terdapat tiga gaya yaitu :

W = gaya berat benda

Fa = gaya Archimedes

N = gaya normal bidang

Dalam keadaan seimbang maka W = N + Fa sehingga :

W > Fa

m . g > ZC . Vb . g

b . Vb . g > ZC . Vb . g

b > zc

b = massa jenis benda

ZC = massa jenis zat cair

2. Benda Melayang

Benda melayang dalam zat cair apabila posisi benda di bawah permukaan zat

cair dan di atas dasar tempat zat cair berada.


Gambar 2.2 Posisi Benda Melayang

Pada benda melayang terdapat dua gaya yaitu: Fa dan W. Dalam keadaan

seimbang maka :

W = Fa

b . Vb . g = ZC . Vb . g

b = zc

3. Benda Terapung

Benda terapung dalam zat cair apabila posisi benda sebagian muncul

dipermukaan zat cair dan sebagian terbenam dalam zat cair.

Gambar 2.3 Posisi Benda Terapung


Pada benda terapung terdapat dua gaya yaitu : Fa dan W. Dalam keadaan

seimbang maka :

W = Fa

b . Vb . g = ZC . V2 . g

b . Vb = ZC . V2

karena Vb > V2 maka : b < ZC

2.5 Mekanisme Transportasi

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut

cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan

karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena

bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka

susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan

semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami

penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin

banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak

disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang

dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya

patahan.

Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari media transportasi, sifat

material, sifat fisik dari campuran media transportasi dan material, dan gaya yang

menyebabkan transportasi. Dua sifat yang mempengaruhi media untuk

mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis dan kekentalan media. Berat jenis
media akan mempengaruhi gerakan media, terutama cairan.Sedangkan kekentalan

akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.

Transport sedimen secara mekanik terbagi menjadi beberapa cara diataranya:

1. Suspended load transport

Mekanisme transport dimana partikel-partikel hasil pemecahan batuan

terbawa bersama air secara keseluruhan.Ukuran partikel yang dibawa bergantung

pada kecepatan arus itu sendiri.Semakin besar arus maka ukuran butir partikel

lebih besar. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material partikel halus saja

yang dapat diangkut suspensi.

Sifat dan struktur sedimen yang dihasilkan pengendapan suspensi ini adalah

mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak

mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai pemilahan butir yang

buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah

menyentuh dasar aliran.

2. Bed load transport

Merupakan mekanisme transport dimana partikel yang lebih kasar dan padat

bergerak sepanjang dasar perairan baik secara menggelinding, bergeser maupun

meloncat-loncat akibat pengaruh tumbukan diantara partikel dan turbulensi tetapi

partikel tersebut selalu kembali ke dasar. Mekanisme transpor dapat berubah dari

suspended load menjadi bed load dan sebaliknya karena adanya perubahan

kecepatan aliran.
3. Saltation

Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen

berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan

mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada

mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam

membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau

mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi

dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi

suatu batuan sedimen.

2.6 Mekanisme Gerakan Sedimen

Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa, baik

berupa cairan maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung

(rolling), menggeser (bouncing) dan larutan (suspension).

Gambar 2.4 Ragam gerakan sedimen dalam media cairan dan angin
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapan kesimpulan dari praktikum acara volumetrik adalah sebagai

berikut:

1. Analisa volumetrik merupakan analisa kuntitatif yang dilakukan dengan

jalan mengukur volume larutan atau fluida yang telah dilakukan untuk

mengetahui nilai volume material yang akan diteliti.

2. Sedimen-sedimen yang ada terangkut.. Di cekungan sedimen sangat besar

terendapkan dan karena bentuknya yang cekung maka sulit sedimen

tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin

banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami

penurunan dan semakin banyak sedimen yang terendapkan.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum sedimentologi kedepannya adalah agar alat

untuk praktikum digandakan supaya mempermudah praktikan saat praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya , rizky.2013. http://adityaaaaaarizky.blogspot.co.id/2013/03/proses-

terjadinya-sedimentasi.html , diakses pada pukul 23.00 WITA tanggal 24

april 2016

Anonymous.2014. http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-sedimentasi-

macam-macam-sedimentasi.html, diakses pada pukul 11.00 WITA tanggal

28 april 2016

Anonymous. http://fisikazone.com/hukum-archimedes/, diakses pada pukul 13.00

WITA tanggal 24 april 2016

Anonymous.https://www.academia.edu/11144273/Mekanisme_Transportasi_Sedi

mentasi, diakses pada pukul 13.10 WITA tanggal 24 april 2016

Anonymous.2010. http://jurnal-geologi.blogspot.co.id/2010/02/transportasi-

sedimen_23.html, , diakses pada pukul 13.00 WITA tanggal 28 april 2016

Anonymous.2010.http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.co.id/2010/12/m

ekanisme-transportasi-sedimen.html, diakses pada pukul 13.00 WITA

tanggal 28 april 2016

Anda mungkin juga menyukai