Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Peran Koramil dalam proses pemberdayaan wilayah pertahanan sangat

strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

Indonesia yang menganut sistem pertahanan semesta sesuai yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Sistem

pertahanan ini telah memberikan harapan baru bagi sistem pertahanan negara di

Indonesia, karena secara substansial undang-undang tersebut mengamanatkan

kepada seluruh komponen bangsa untuk ikut berpatisipasi aktif dalam proses

mewujudkan pertahanan negara yang tangguh dengan menempatkan TNI sebagai

komponen utama dengan dibantu oleh komponen cadangan dan komponen

pendukung (Analis Sistem Pertahanan Keamanan Negara, 2001:5).

Koramil adalah satuan kewilayahan yang mempersiapkan pertahanan

wilayah dengan tugasnya antara lain: menyelenggarakan pembinaan teritorial,

pembinaan satuan dan menyiapkan perlawanan rakyat secara terus menerus di

wilayahnya untuk menciptakan ketahanan suatu wilayah. Pengejewantahan

Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta) dilaksanakan oleh TNI AD melalui

pelaksanaan Pemberdayaan wilayah pertahanan darat yang implementasinya di

lapangan dilaksanakan oleh satuan Komando kewilayahan melalui kegiatan

Pembinaan Teritorial yang diarahkan kepada pembinaan geografi, demografi dan

kondisi sosial untuk disiapkan menjadi Ruang, Alat dan Kondisi Juang yang

1
2

tangguh serta mewujudkan Kemanunggalan TNI Rakyat sebagai roh-nya TNI

AD. Penyelenggaraan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di darat yang

dilaksanakan ini merupakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkaitan

dengan perencanaan, pembinaan, pengembangan pengarahan dan pengendalian

serta pemanfaatan semua potensi nasional yang ada di wilayah untuk menjadi

suatu kekuatan kewilayahan yang tangguh guna mendukung kepentingan

pertahanan (Naskah Petunjuk TNI tentang Pemberdayaan Wilayah Pertahanan,

2005:9).

Peran Koramil masih perlu terus dioptimalkan mulai dari perencanaan

pemberdayaan wilayah pertahanan sampai dengan pelaksanaannya yang dilakukan

oleh Komando Teritorial sebagai bagian dari penyusunan rencana pembangunan

pertahanan nasional, perlu diatur dalam pembangunan nasional yang difasilitasi

oleh pemerintah daerah setempat. Agar kemampuan koramil dalam pemberdayaan

wilayah pertahanan mencapai kondisi yang diharapkan, maka konsekuensi yang

perlu ditempuh adalah menjabarkan konsep pertahanan semesta dan melakukan

pelatihan dasar wajib militer bagi komponen cadangan dan komponen pendukung

sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UU RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 7 Ayat 2).

Fakta menunjukkan bahwa saat ini satuan teritorial masih terdapat banyak

kelemahan dalam melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan sehingga

menyebabkan belum optimalnya peran koramil dalam melakukan pemberdayaan

wilayah pertahanan yang merupakan salah satu strategi untuk mendukung tugas

TNI dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Walaupun komando teritorial


3

telah melaksanakan upaya pemberdayaan wilayah dengan melaksanakan upaya

deteksi dini, cegah dan tangkal sedini mungkin terhadap berbagai perkembangan

situasi tentang Ipoleksosbud, hukum, keamanan dan pertahanan yang dapat

mengancam kedaulatan serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), namun peran komando teritorial saat ini belum maksimal dalam

memberdayakan wilayah untuk kekuatan pertahanan wilayah (Sistem Pertahanan

dan Keamanan Negara, 2001:216).

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002

tentang Pertahanan Negara. Kondisi koramil dapat diidentifikasikan berdasarkan

pencapaian sasaran tugas baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam

mendukung sistem pertahanan negara maka Komando kewilayahan harus

diarahkan untuk mampu melaksanakan fungsinya secara optimal, sehingga akan

memudahkan bagi Komando kewilayahan dalam mengambil langkah-langkah

dalam mengoptimalisasi peran koramil untuk meningkatkan pemberdayaan

wilayah pertahanan (Pedoman Komando Kewilayahan, 2005:93).

Dalam rangka mewujudkan Sistem Pertahanan Negara terutama dalam

pemberdayaan wilayah pertahanan Koramil belum dapat dilaksanakan secara

optimal, hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari yang kurang

fokus sehingga perlu dilakukan penelitian secara komprehensif. Komando

kewilayahan di dalam melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan masih

mengalami banyak kendala dan hambatan (Buku Petunjuk Lapangan tentang

Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, 2005:2).


4

Tugas Komando Kewilayahan yang lebih besar adalah membantu

pemerintah dalam menyiapkan pertahanan negara dengan sistem pertahanan

semesta dan menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib sesuai

yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dengan mendata potensi sumber daya manusia di wilayah yang memenuhi

kriteria sebagai komponen cadangan, melakukan perekrutan, merencanakan waktu

latihan dasar kemiliteran, mengorganisasikan dan memberdayakan sebagai

kekuatan serta melakukan pelatihan penyegaran dalam rangka pemeliharaan dan

meningkatkan kemampuan dan kekuatan pertahanan wilayah.

Komando kewilayahan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan

pembinaan teritorial di daerah koramil, juga mendapat tugas untuk mendeteksi,

mencegah, dan menanggulangi ancaman musuh seperti infiltrasi, pendaratan

musuh maupun pendudukan oleh musuh. Dengan seluruh kekuatannya koramil

dapat menggalang masyarakat guna mendapat dukungan dari rakyat dan seluruh

komponen untuk menghadapi tantangan dan meniadakan ancaman tersebut,

Koramil juga memiliki jaringan kerjasama dan koordinasi kegiatan intelijen antar

instansi, untuk dapat saling memberikan informasi dan menganalisa situasi

melalui pertemuan dan rapat berkala, mekanisme ini harus ditingkatkan agar dapat

memberikan suatu kemampuan daya tangkal terhadap segala bentuk ancaman.

Tugas koramil dalam memaksimalkan tugas untuk pemberdayaan wilayah

pertahanan, menyusun rencana pemberdayaan wilayah dalam jangka panjang yang

disesuaikan dengan rencana strategis yang meliputi operasi militer selain perang

dan operasi militer untuk perang. Mengkomunikasikan kepada komponen


5

masyarakat dan instansi terkait tentang rencana pemberdayaan wilayah

pertahanan. Mengajukan dan memaparkan kepada pihak pemerintah daerah

setempat tentang rencana pemberdayaan potensi wilayah pada forum rapat

koordinasi pembangunan daerah guna memperoleh kesepakatan berdasarkan skala

prioritas dalam pembangunan daerah dengan mengedepankan aspek kesejahteraan

dan aspek pertahanan wilayah.

Berangkat dari permasalahan tersebut di atas dan untuk mendukung

pelaksanaan pertahanan negara, maka perlu adanya upaya nyata oleh koramil

sebagai ujung tombak TNI-AD dalam rangka mendukung dan melaksanakan

pemberdayaan wilayah pertahanan. Oleh karena itu koramil sebagai satuan

teritorial dalam mendukung tugas pokok TNI-AD perlu dikaji peran dan tugasnya

dalam pemberdayaan wilayah pertahanan guna memperkokoh ketahanan wilayah

dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas,

maka permasalahan pokok penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pemberdayaan wilayah pertahanan di koramil.

b. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Koramil dalam

pemberdayaan wilayah pertahanan?

c. Bagaimana optimalisasi Peran Koramil dalam Pemberdayaan wilayah

pertahanan dalam memperkokoh ketahanan wilayah?


6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian ini bertujuan:

a. Untuk menganalisis peran koramil dalam melakukan pemberdayaan

wilayah pertahanan.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh koramil

dalam melakukan pemberdayaan wilayah pertahanan.

c. Untuk menganalisis secara lebih mendalam upaya optimalisasi peran koramil

dan implikasinya terhadap ketahanan wilayah.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

berbagai dunia akademik pada umumnya, yang kemudian dapat dipergunakan

sebagai acuan dalam pengembangan Peranti Lunak (Penak) Doktrin TNI AD

sesuai dengan tingkatannya. Terutama menyiapkan buku-buku petunjuk tentang

pedoman pemberdayaan wilayah pertahanan.

b. Untuk meningkatkan sumber daya prajurit, kepentingan pendidikan dan

latihan serta penguasaan teritorial pada satuan di jajaran TNI AD, sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan pemberdayaan

wilayah pertahanan.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk

meningkatkan ketahanan wilayah.


7

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan pemberdayaan wilayah pertahanan

sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Berdasarkan naskah penelitian yang ada selama ini, terutama penelitian tentang

pemberdayaan wilayah pertahanan dalam kaitannya dengan penyiapan pertahanan

wilayah dengan studi kasus di Koramil.

Penelitian yang pernah dilakukan tentang pemberdayaan yang berkaitan

dengan pertahanan negara dilakukan oleh Sakti (2008), Pemberdayaan komando

kewilayahan pada strata komando teritoral dikembangkan dan diselenggarakan

secara bersama antara pemerintah dalam hal ini Kabupaten Bandung dan Bandung

Barat serta Kota Cimahi dengan Tentara Nasional Indonesia dalam hal ini melalui

program pembinaan teritorial yang menghasilkan kekuatan wilayah pertahanan

dalam menghadapi setiap hakikat ancaman.

Menurut hasil penelitian Gede Suardana tentang Optimalisasi Peran

Komando Kewilayahan. Penelitian tersebut di atas menjelaskan bahwa untuk

meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan tidak hanya dilakukan oleh TNI

saja, namun harus didukung oleh instansi terkait yang didukung oleh masyarakat

umumnya.

Menurut hasil penelitian Budi Santoso tentang peran pembinaan teritorial

(2010:47) dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada peran pembinaan

teritorial melalui peningkatan berbagai aspek, baik itu aspek geografi, demografi,

sumber kekayaan alam dan aspek Ipoleksosbud Hankam serta menyiapkan

pelatihan dasar militer sebagai komponen candangan dan komponen pendukung.


8

Peneliti mengatakan bahwa pertahanan negara tidak hanya dilakukan oleh TNI

saja, namun didukung oleh komponen pendukung dan komponen cadangan serta

kemampuan potensi nasional lainnya. Oleh sebab itu pembinaan sumber daya

wilayah harus dilakukan secara terpadu, profesional, efektif dan modern dalam

rangka mendukung sistem pertahanan negara yaitu sistem pertahanan semesta.

1.6 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari 6 (enam) Bab, dan masing-masing bab merupakan satu

kesatuan yang saling terkait untuk mengungkap permasalahan secara

komprehensif. Secara rinci sistematika penulisan tesis ini sebagai berikut:

Pada BAB I adalah Bab Pengantar yang akan menjelaskan secara deskriptif

latar belakang permasalahan, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistimatika penulisan.

Pada BAB II akan diuraikan tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode

penelitian, yang akan menguraikan dan mendeskriptifkan tinjauan pustaka yang

dikutip dari berbagai pendapat para pakar yang relevan dengan penelitian,

kemudian bab ini juga akan menguraikan berbagai landasan teori yang dijadikan

sebagai bahan analisis antara lain teori optimalisasi, teori pemberdayaan, teori

peran, teori wilayah pertahanan dan teori ketahanan wilayah, sedangkan bagian

akhir bab ini juga akan menguraikan tentang metode penelitian.

Pada BAB III menguraikan tentang profil wilayah Koramil Cibinong dan

Wilayah Koramil Citeureup yang berisikan tentang kondisi geografi, demografi,


9

sumber kekayaan alam, kondisi idiologi, politik, ekonomi, kondisi sosial budaya

dan pertahanan keamanan.

Pada BAB IV menguraikan tentang kendala dalam pemberdayaan wilayah

pertahanan yang dilaksanakan di wilayah Koramil Cibinong dan Koramil

Citeureup yang berisikan tentang peran pemberdayaan wilayah pertahanan dan

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, baik dalam perencanaan,

pelaksanaan dan akuntabilias anggaran, komando pengendalian dan dukungan

masyarakat.

Pada BAB V menguraikan tentang optimalisasi peran Koramil dalam

mengembangkan pemberdayaan wilayah pertahanan guna memperoleh ketahanan

wilayah.

Pada BAB VI tentang Kesimpulan dan saran hasil penelitian di wilayah

Koramil Cibinong dan Koramil Citeureup dalam pemberdayaan wilayah

pertahanan guna memperkokoh ketahanan wilayah.

Anda mungkin juga menyukai