Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah TEKNOLOGI LIMBAH DI INDUSTRI
PT.KAHATEX dengan baik. Dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen
Manajemen Limbah yang telah memberikan tugas ini serta kepada teman-teman yang telah
senantiasa memberi bantuan.

Di dalam makalah ini memuat tentang proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
di industri PT.Kahatex. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf
bila dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan tata penulisan ataupun materi yang penulis
sampaikan.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka dari
itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi memperbaiki pembuatan makalah dikemudian
hari.

Bandung, 4 Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................3


1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................3
1.3 TUJUAN....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IPAL................................................................................................5


2.2 PROSES IPAL DI PT.KAHATEX...........................................................................5
2.3 TAMBAHAN..........................................................................................................13
2.4 KEUNGGULAN IPAL DI PT.KAHATEX............................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................15
3.2 SARAN...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PT KAHATEX , perusahaan tekstil terpadu besar di Indonesia, berasal dari asal-usul,


membuat keripik poliester, serat poliester, benang, kain, pakaian dan kaus kaki dalam
pengaturan terpadu vertikal. Didirikan pada tahun 1979 sebagai rumah merajut cum Dye
house oleh Mr. LH Song , Ketua Perusahaan.

Sejak saat itu tumbuh dalam ukuran dan tinggi menjadi salah satu kompleks tekstil
terpadu terbesar di negara ini, dengan banyaknya tanaman yang tersebar di wilayah
seluas lebih dari 155 hektar (1.550.000 sq.m) di lokasi pabriknya di Cijerah - Bandung,
Rancaekek- Sumedang, dan Solokan Jeruk - Majalaya, dengan jumlah pekerja lebih dari
48.000.

Perusahaan ini memiliki sejarah panjang pertumbuhan yang mendorong dirinya sendiri
dengan selera makan modernisasi dan ekspansi yang hampir tak terpuaskan. Merangkul
teknologi baru, meningkatkan yang sudah ada, menambahkan produk baru ke dalam
portofolio, dan komitmen terhadap kualitas merupakan inti dari filosofi perusahaannya.
Perusahaan telah mendapatkan Oko-Tex Standard 100, yang merupakan dukungan yang
jelas atas komitmennya terhadap kualitas.

Dalam prosesnya sebagai perusahaan tekstil di Indonesia, bukan hanya produk yang
dihasilkan, namun setiap industri khususnya industri tekstil selalu ada buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi atau disebut dengan waste (Limbah), limbah ini
akan sangat mencemari lingkungan, untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat
limbah, tentu harus ada penanganan khusus pada limbah salahsatu nya yaitu IPAL
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan IPAL ?

2. Bagaimana pengelolaan Limbah yang ada di PT.Kahatex ?


3. Apa keunggulan IPAL di PT.Kahatex ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian IPAL.

2. Mengetahui pengelolaan Limbah yang ada di PT.Kahatex.

3. Mengetahui keunggulan IPAL di PT.Kahatex.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IPAL

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah
sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air
sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Tujuan IPAL
yaitu untuk menyaring dan membersihkan air yang sudah tercemar dari baik domestik
maupun bahan kimia industri. Fungsi dari IPAL mencakup:

Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida,
dan sebagainya dari lingkungan pertanian.

Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah
rumah tangga lainnya.

Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas manufaktur
sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas pertambangan.

2.2 PROSES IPAL DI PT.KAHATEX

Pada industri tekstil PT.Kahatex ini mempunya tiga unit instalasi pengolahan air limbah
(IPAL). IPAL pertama (unit 1) didirikan pada tahun 1992 dengan kapasitas (volume) sebesar
3000 m3/hari, IPAL kedua (unit 2) didirikan pada tahun 1994 dengan kapasitas (volume)
sebesar 6000 m3/hari, sedangkan IPAL ketiga (unit 3) didirikan pada tahun 1997-1998 dengan
kapasitas (volume) sebesar 27.000 m3/hari. Outlet atau keluaran akhir dari air limbah ini dari
IPAL 1 dan IPAL 2 disalurkan ke IPAL 3.

Proses dari setiap IPAL yang terpasang kecenderungan sama, yaitu air limbah akan melalui
proses Equalisasi & Netralisasi, Cooling Tower (pendingin), Aerasi, Sedimentasi, Effluent
Kimia. Dan pada IPAL 3 terdapat proses Lamela pada proses Pretreatment nya. Berikut akan
dibahas satu persatu proses IPAL nya:
A. Equalisasi

Setelah bak input terisi oleh air limbah, maka secara perlahan air limbah disalurkan
menuju bak equalisasi yang mempunyai kapasitas sampai 60.000 liter air limbah, sebelum
memasuki bak equalisasi, air limbah sebelumnya melalui proses screening sistem yang
kedua yang bertujuan untuk memisahkan air limbah dari padatan yang terikut.

Proses equalisasi ini mempunyai tujuan untuk meminimumkan dan mengendalikan


fluktuasi aliran limbah cair baik kualitas maupun kuantitas yang berbeda dan meng-
homogenkan konsentrasi limbah cair dalam bak equalisasi, dan di bak equalisasi dipasang
2 buah motor aerator yang berguna untuk mencegah pembusukan, juga untuk mengaduk
limbah cair sehingga limbah bersifat homogen dan juga supaya tidak terjadi pengen-
dapan.

Equalisasi pada Pengolahan Limbah Cair

Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengoiahan tetapi merupakan suatu cara atau
teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari
bak equalisasi adalah adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya
seperti flow, level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan, dsb.

Kegunaan dari equalisasi adalah :

1. Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses
treatment.

2. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading
pada sistem pengolahan biologi.

3. Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi.

4. Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dsb) untuk meminimalkan kebutuhan


chemical pada proses koagulasi dan flokulasi.

B. Netralisasi
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang bersifat asam
(Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air
maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara
biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa dilakukan sebelum
atau sesudah proses equalisasi.

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan secara


biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 8,5, karena sebagian besar
microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga
akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral.

Limbah cair dari industri umumnya bersifat asam sehingga diperlukan proses kimia
netralasi limbah cair. Untuk proses netralisasi ditambahkan bahan kimia basa dan
bahan kimia basa yaitu coustik soda sebagai basa dan asam sulfat sebagai asam. Di
bak netralisasi terdapat sebuah pH analyzer yang bertujuan untuk mengontrol pH.
Dan di bak netralisasi dilengkapi dengan dossing pump yang berfungsi memompa
asam sulfat atau coustik soda secara otomatis karena bekerjanya dikontrol oleh
pH analyzer karena pada saat limbah cair mempunyai sifat asam, maka dossing
pump memompa coustik soda ke bak netralisasi begitu pun sebaliknya, sehingga di
bak netralisasi ini diusahakan pHnya mencapai ambang pH netral yaitu 6,5 7,5 .

C. Cooling Tower (Pendingin)

Cooling Tower atau Pendingin adalah alat penghilang panas yang digunakan untuk
memindahkan kalor buangan ke atmosfer. Mendara pendingin dapat menggunakan
penguapan air atau hanya menggunakan udara saja untuk mendinginkannya
(Memakai Fan).

Pada IPAL 3 terdapat 7 (tujuh) unit Cooling Tower dengan kapasitas yang sama, dan
berfungsi untuk menurunkan panas air limbah, yang diturunkan panasnya sekitar 10-
120C. Dan selanjutnya masuk ke bak Aerasi

D. Aerasi

Aerasi adalah suatu proses penambahan udara/oksigen dalam air dengan membawa
air dan udara ke dalam kontak yang dekat, dengan cara menyemprotkan air ke udara
(air ke dalam udara) atau dengan memberikan gelembung-gelembung halus udara dan
membiarkannya naik melalui air (udara ke dalam air). Sumber lain menjelaskan
bahwa aerasi adalah suatu proses atau usaha dalam menambahkan konsentrasi oksigen
yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan
dapat berjalan dengan baik. Dalam melakukan proses Aerasi ini perlu menggunakan
alat yang dinamakan aerator.

Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses
pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok
bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya.
Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-
bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam
penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk
proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses
oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau.

Bak aerasi pada IPAL 3 mempunyai panjang 148m, lebar 65m, dan kedalaman 4m.
Fungsi dari proses ini yaitu memperkembang biakkan bakteri.

Macam macam Metoda Pada Aerasi


1. Aerator Air Terjun(Waterfall Aerator)
2. Cascade Aerator
3. Sumberged Cascade Aerator
4. Multiple Plat From Aerator
5. Spray Aerator
6. Aerator GelembungUdara (Bubble Aerator)
E. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair
oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses
Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel
padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.

Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan.
Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal
(primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian
akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary
sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan
mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana
lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.

Sedimen dari limbah cair mengandung bahan bahan organik yang akan mengalami
proses dekomposisi, pada proses tersebut akan timbul formasi gas seperti carbon
dioxida, methane, dlsb. Gas tersebut terperangkap dalam partikel lumpur dimana
sevvaktu gas naik keatas akan mengangkat pule partikel lumpur tersebut, proses ini
selain menimbulkan efek turbulensi juga akan merusak sedimen yang telah terbentuk.
Pada Septic-tank, Imhoff-tank dan Baffle-reactor, konstruksinya didesain sedemikian
rupa guna menghindari efek dari timbulnya gas supaya tidak mengaduk/merusak
partikel padatan yang sudah mapan (settle) didasar tangki, sedangkan pada UASB
(Uplift Anaerobic Sludge Blanket)justru menggunakan efek dari proses tersebut untuk
mengaduk aduk partikel lumpur supaya terjadi kondisi seimbang antara gaya berat
dan gaya angkat pada partikel lumpur, sehingga partikel lumpur tersebut melayang-
layang/mubal mubal.

Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas, kondisi lumpur tersebut disebut sudah
stabil dan akan menetap secara permanen pada dasar tangki, sehingga sering juga
proses sedimentasi dalam waktu yang cukup lama disebut dengan proses Stabilisasi.
Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu tertentu(desludging-interval)
merupakan parameter penting dalam perencanaan pengolahan limbah dengan proses
sedimentasi dan stabilisasi lumpur.
F. Pretreatment IPAL 3

1. DAF (Dissolved Air Floatation)

Dissolved air flotation atau lebih dikenal dengan singkatan DAF merupakan metode
untuk memisahkan zat atau bahan pencemar dari air dengan menggunakan metode
bantuan gelembung udara.

Metode DAF terutama berguna untuk memisahkan partikel yang berdiameter kecil,
misalnya gelembung-gelembung minyak yang terdispersi di dalam air. Dalam kondisi
demikian, penggunaan alat pemisah yang mengandalkan gaya gravitasi seperti API
separator, dianggap sudah tidak efisien lagi. Hal ini karena partikel minyak yang
terdispersi terlalu kecil sehingga waktu yang dibutuhkan oleh partikel tersebut naik ke
permukaan memakan waktu yang sangat lama.

Prinsip kerja metode dissolved air flotation:

Pertama, air limbah yang mengandung minyak terdispersi atau partikel padat dengan
massa jenis lebih ringan daripada air masuk ke dalam tangki flotation. Selanjutnya, udara
dialirkan ke dalam tangki pencampur udara dan air (saturation tank). Air yang berasal dari
bak proses selanjutnya didaur ulang dengan menggunakan pompa yang dialirkan ke
dalam tanki saturasi untuk dicampur dengan udara. Sumber udara yang diinjeksikan ke
dalam tangki saturasi berasal dari kompresor. Udara yang telah dicampur dengan air
selanjutnya dialirkan ke dalam bak proses melalui pipa yang diletakkan di dasar bak
proses. Gelembung-gelembung udara berukuran sangat kecil akan keluar dan bergerak
menuju permukaan air. Bersamaan dengan itu, gelembung-gelembung minyak akan
melekat pada gelembung udara tersebut untuk kemudian bergerak bersama-sama ke
permukaan air. Pergerakan gelembung udara menuju permukaan air lebih cepat daripada
partikel minyak terdispersi yang berukuran sangat kecil. Hal ini karena massa jenis udara
yang lebih kecil daripada minyak. Dengan demikian, selisih massa jenis udara dengan air
semakin besar, yang berakibat gaya dorong ke atas (buoyancy effect) dari air akan
semakin besar. Secara praktis, penggunaan prinsip tersebut sangat bermanfaat dalam
mengurangi rentang waktu untuk memisahkan partikel minyak dari air.

Efektivitas metode dissolved air flotation (DAF)


Pada prinsipnya, proses pemisahan zat yang tersuspensi di dalam air menggunakan
metode DAF efisien digunakan untuk partikel dengan specific gravity yang kurang atau
mendekati 1. Specific gravity merupakan angka yang diperoleh dengan membandingkan
massa jenis suatu zat dengan air. Dalam fenomena zat yang tersuspensi tersebut memiliki
massa jenis yang kurang atau sama dengan
massa jenis air. Dengan demikian, partikel
akan memiliki kecenderungan untuk
mengapung pada permukaan air. Partikel jenis
ini di antaranya adalah minyak, alga, lemak,
gemuk, dan lain-lain.

Sementara itu, jika partikel yang tersuspensi


memiliki massa jenis yang lebih besar
daripada air, dengan kata lain specific gravity-
nya lebih besar dari angka 1, metode DAF
tidak cocok digunakan. Sebagai gantinya,
proses pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan tangki sedimentasi. Pada proses
ini, zat yang tersuspensi karena memiliki massa jenis yang lebih tinggi daripada air,
memiliki kecenderungan untuk mengendap akibat gaya gravitasi yang bekerja. Sehingga,
partikel akan terakumulasi di dasar tangki

2. Proses Lamela

Clarifier Lamella adalah tangki clarifier yang berfungsi untuk memisahkan kotoran atau
partikel dengan menggunakan lamella. Lamella ini disusun secara sejajar dengan sudut
kemiringan 60C yang berfungsi untuk membentuk ruangan atau sel-sel sedimentasi yang
terpisah di tiap pasang plat yang saling berdekatan. Teknologi Lamella Clarifier ini
umumnya digunakan untuk pengolahan air limbah. Proses yang terjadi pada Lamella
Crafier Tank adalah proses pemisahan antara lumpur dengan air hasil pengolahan dengan
cara mengalirkan air melewati lamella plate. Tangki Clarifier Lamella ini terbuat dari
bahan material carbon steel yang sudah di epoxy coated. Di dalam Clarifier Lamella Tank
ini terdiri dari beberapa sekat ruang untuk pencampuran dan flokulasi dan juga sudah
dilengkapi dengan static mixer
G. Effluent Akhir

Unit Sewage and Effluent Water Treatment dirancang untuk system waste water treatment
yang bertujuan memproses buangan seluruh kegiatan dari unit proses dan area
pertangkian dalam batas-batas effluent yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini
sebesar 600m3/jam dimana kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180
mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas.

Unit penjernian buangan air ini memiliki beberapa proses, yaitu:

1. Proses fisik

Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan secara fisik.
Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam buangan air hanya
diperbolehkan 25 ppm.

2. Proses kimia

Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan penolong seperti koagulan, flokulan,
penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk menetralkan zat kimia
berbahaya dalam air limbah. Senyawa yang tidak diinginkan diikat menjadi padat dalam
bentuk endapan lumpur yang selanjutnya dikeringkan.

3. Proses mikrobiologi

Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama dan hanya dapat
mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung senyawa logam berbahaya. Pada
dasarnya proses ini memanfatkan mahluk hidup(mikroba) untuk mengolah bahan organik.

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Tujuannya untuk
mengumpulkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak mengendap serta
menstabikan senyawa-senyawa organic. Sebagai pengolahan sekunder, penglahan secara
biologi dipandang sebagai pengolahan ynag paling murah dan efisien. Dalam beberapa
dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan limbah secara biologi dengan
segala modifikasinya.

Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi adalah
eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-senyawa polutan dalam
air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan berubah menjadi
senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil
perubahan tersebut sangat tergantung pada kondisi lingkungan saat berlangsungnya
proses pengolahan limbah. Oleh karena itu, eksolitasi kemampuan mikroba untuk
mengubah senyawa polutan biasanya dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi
lingkungan untuk pertumbuhan mikroba sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.

H. Mesin Screw Press

Sludge atau lumpur yang sudah terkumpul dari semua proses, dimasukan kepada Mesin
Screw Press.

Screw press adalah alat pengolah lumpur industri dengan kadar padatan kering 30-70%
atau kandungan air 30-70%. Mesin Pengolahan lumpur memiliki Prinsip Fungsional
diantaranya Lapisan spacer, tetap dan bergerak cicin membangun slinder dewatering
pindah cincin, yang sedikit lebih kecil dari diameter luar sekrup dan sedikit lebih sempit
dari spacer, terletak antara cincin tetap. Tepi sekrup mendorong cincin ini bergerak dalam
gerakan melingkar terus menerus. Cincin bergerak terus bersih lumpur dari kesenjangan,
mencegah penyumbatan dan mengurangi penggunaan air pembilas.

Apabila lumpur yang akan diolah berasal dari campuran lumpur kimia-fisika dengan
lumpur biologi, maka perlu ditambahkan cation polimer atau polielektrolit (PE),
sebaliknya apabila hanya berasal dari lumpur kimia-fisika tanpa penambahan cation
polimer atau polielektrolit (PE), dengan pemakaian umumnya sekitar 1-2 ppm.

Besarnya tekanan yang dihasilkan tergantung dari pengaturan perbedaan jarak antara
puncak ulir tekan sepanjang poros dengan kekuatan tekan flange penahan yang ditentukan
oleh kondisi dan jumlah pegas yang digunakan

Alat screw press sangat hemat energi. Penggunaan alat screw press makin banyak
diterapkan di industri tekstil.

Lumpur yang dihasilkan oleh mesin screw di PT.Kahatex ini sekitar 20-25 ton/hari

2.3 TAMBAHAN

Alat monitoring:

a. pH meter: untuk mengukur pH air limbah, sebelum air limbah diproses, pHnya sekitar
10-11, setelah diproses dengan penambahan asam sulfat pH air limbahnya menjadi 7-
8 (netral).
b. Flow meter: debit air dari mulai masuk proses sampai akhir
Selain itu terdapat indikator penentu kualitas air limbahnya, yaitu terdapat kolam ikan yang
terletak disamping effluent akhir. Kolam ikan ini merupakan indikator bahwa air limbah
sudah bersih, jika sudah sesuai standar, maka ikan di dalamnya tidak akan mati, sebaliknya
jika baku mutu air tidak sesuai ikan di dalamnya akan mati.

Laboratorium

a. Pengujian pH: selain dengan menggunakan alat pH meter, dilakukan juga

pengujian pH manual di laboratorium setiap 2 jam sekali setiap hari.


b. Pengujian COD: COD adalah banyaknya oksigen yang digunakan untuk

megoksidasi materi organik limbah dengan K2Cr2O7. Nilai COD selalu


lebih tinggi dari BOD (perairan yang baik memiliki BOD 1-2ppm).
c. Pengujian Sulfida

2.4 KEUNGGULAN IPAL DI PT.KAHATEX


a. Dikontrol oleh BBPK (Balai Besar Pulp dan Kertas) dan Sucofindo, dilakukan secara
berkala yaitu 1 bulan sekali.
b. Setiap tahun selalu upgrade dengan kata lain, selalu ada alat yang diganti untuk
menjaga kondisi lingkungan agar lebih baik.
c. Menginvestasikan dana sebesar 20 milyar untuk pergantian alat seperti difuser,
cooling tower, penambahan mesin screw press dari satu menjadi tiga unit.
d. Menambah alat monitoring limbah seperti pH control, Flow meter.
e. Terdapat indikator tambahan berupa kolam ikan
2.5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
- Tujuan IPAL yaitu untuk menyaring dan membersihkan air yang sudah tercemar dari
baik domestik maupun bahan kimia industri.
- Proses dari setiap IPAL yang terpasang kecenderungan sama, yaitu air limbah akan
melalui proses Equalisasi & Netralisasi, Cooling Tower (pendingin), Aerasi,
Sedimentasi, Effluent Kimia.
- Terdapat alat monitoring diantaranya pH control, flow meter.
- Dilakukan pengujian pH, COD, sulfida
- Terdapat indikator tambahan yaitu kolam ikan

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. -. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Dari


id.wikipedia.org/wiki/Instalasi_pengolahan_air_limbah

Dillah. 2015. Manfaat Instalasi Pengolahan Air Limbah. Dari


ptwlk.blogspot.com/2015/05/manfaat-dan-instalasi-pengolahan-air

Nusageni. 2017. Dissolved Air Flotation. Dari nusageni.blogspot.co.id/2017/01/dissolved-air-


flotation

-. -. Clarifier Lamella. Dari warungkopi.okezone.com/thread/458026/clarifier-lamella


Setyowati Rahayu, Suparni. 2009. Sedimentasi. Dari http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/sedimentasi-pengendapan-pada-
pengolahan-limbah-cair/

-. 2010. Pengolahan Limbah. Dari http://letshare17.blogspot.co.id/2010/12/bab-iv-


pengolahan-limbah-pertamina.html

Anda mungkin juga menyukai