Anda di halaman 1dari 23

Dedy Anggara Putra (201310340311017)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tugas Besar Bangunan Air merupakan salah satu tugas besar dari lima tugas
besar yang diwajibkan di Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Malang. Secara umum hal hal yang melatarbelakangi dari diadakannya tugas besar
adalah sebagai syarat untuk melakukan Praktek Kerja Nyata. Hal tersebut dapat
menjadikan motivator bagi kita semua untuk terus belajar secara mendalam.
Jika dalam penanganan tugas tugas besar kurang efektif maka, para
Mahasiswa akan kewalahan ketika menghadapi lapangan karena kurangnya
pengalaman dalam mengerjakan sebuah sistem irigasi. Dengan adanya tugas besar ini
diharapkan terbentuk insan insan akademis yang mampu bersaing dalam ilmu teknik
sipil sehingga dalam menapaki era globalisasi yang makin global kita tidak akan
ketinggalan teknologi dari Negara lain.

1.2. Maksud dan Tujuan


Dengan diadakannya Tugas Besar Bangunan Air yang telah dilaksanakan ini
dimaksudkan agar mahasiswa memiliki gambaran tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan perencanaan sistem irigasi yang meliputi berbagai macam
perencanaan bangunan irigasi.
Sedangkan tujuan diadakannya Tugas Besar Bangunan Air adalah untuk
mempelajari cara perencanaan sistem irigasi sesuai dengan standard Direktorat
Jendral Pengairan.

1.3. Manfaat
Tugas Besar Bangunan Air bermanfaat sebagai modal untuk menghadapi
lapangan dan sebagai penunjang dalam perkuliahan. Sehingga dengan adanya tugas
besar ini diharapkan nantinya bila menghadapi lapangan sudah terbiasa.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kebutuhan Air Sawah Untuk Padi


2.1.1. Umum
Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut :
1. Penyiapan lahan
2. Penggunaan konsumtif
3. Perkolasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan air
5. Curah hujan efektif
Kebutuhan total air sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan
bersih air sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif. Kebutuhan air
sawah dinyatakan dalam mm/hari atau l/dt/hari. Tidak disediakan kelonggaran untuk
efisiensi irigasi di jaringan tersier dan utama. Efisisensi juga memperhitungkan
kebutuhan pengambilan irigasi (m3/dt).

2.1.2. Penyiapan Lahan


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor faktor penting yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
a. Jangka waktu penyiapan lahan
Faktor faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu
penyiapan lahan adalah :
- Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap
tanah
- Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu
untuk menanam padi sawah dan padi lading kedua
Faktor faktor tersebut saling berkaitan. Kondisi social budaya yang ada
di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan
untuk persiapan lahan. Untuk daerah daerah proyek baru, jangka waktu
penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 15 bulan untuk


menyelesaikan persiapan lahan di seluruh petak tersier.
Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan
mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan.
Perlu diingat bahwa transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin
sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberpa bagian petak tersier dimana
pengolahan lahan sudah selesai.
b. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan berdasarkan kedalaman serta prioritas tanah di sawah. Rumus berikut
dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan :
( Sa S b ) . N . d
PWR= +Pd + Fi
104

dimana :
PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm
Sa = derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai, %
Sb = derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, %
N = porositas tanah dalam % pada harga rata rata untuk kedalaman
tanah
d = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
Fi = kehilangan air di sawah setelah satu hari
Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak retak kebutuhan air untuk
penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan
pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak aka nada lapisan air yang
tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah
50 mm. secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi
250 mm untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi
selesai.
Bila lahan telah dibiarkan berat selama jangka waktu yang lama (25 bulan
atau lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300
mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi
(penanaman).

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Untuk tanah tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga
harga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah daerah
dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil
hasil penyiapan di lapangan.
Walaupun pada mulanya tanah tanah ringan mempunyai laju perkolasi
tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun.
Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri sebelum harga harga
kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut ketentutan di atas.
Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga harga kebutuhan
air diatas.
c. Kebutuhan air selama penyiapan lahan
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode
tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam t/dt selama periode penyiapan
lahan dan menghasilkan rumus berikut :
k
Me
R= k
( e 1)

dimana :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan mm/hr
M = kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = E0 + P, mm/hr
E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ET0 selama penyiapan lahan, mm/hr
P = perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni
200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan diatas

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Tabel 2.1. Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan

E+P T = 30 hari T = 45 hari


mm/hari S = 250 S = 300 S = 250 S = 300
5.0 11.1 12.7 8.4 9.5
5.5 11.4 13.0 8.8 9.8
6.0 11.7 13.3 9.1 10.1
6.5 12.0 13.6 9.5 10.4
7.0 12.3 13.9 9.8 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8.0 13.0 14.5 10.5 11.4
8.5 13.3 14.8 10.8 11.8
9.0 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14.0 15.5 11.6 12.5
10.0 14.3 15.8 12.0 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11.0 15.0 16.5 12.8 13.5

2.1.3. Penggunaan Konsumtif


Penggunaan konsumtif digunakan rumus rumus sebagai berikut :
ETc = kc x ET0
dimana :
ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
ET0 = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari
kc = koefisien tanaman
a. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang
dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek, ET0 adalah kondisi evaporasi
berdasarkan keadaan keadaan meteorology seperti :
- Temperatur
- Sinar matahari (radiasi)
- Kelembaban
- Angin
Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus rumus teoritis empiris
dengan mempertimbangkan faktor faktor meteorology diatas.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Bila evaporasi dapat diukur di stasiun agrometeorologi, maka biasanya


digunakan pan A. harga harga pan evaporasi (Epan) dikonversi ke dalam angka
angka ET0 dengan menerapkan faktor pan Kp antara 0,65 dan 0,85 bergantung
kepada kecepatan angin, kelembaban relatif serta elevasi.
Harga harga faktor pan mungkin sangat bervariasi tergantung kepada
lamanya angin bertiup, vegetasi di daerah sekitar dan lokasi pan. Evaporasi pan
diukur secara harian, demikian pula harga harga ET0.
Untuk perhitungan evaporasi, dianjurkanuntuk menggunakan rumus
Penman yang sudah dimodifikasi. Temperatur, kelembaban, angin, dan sinar
matahari (radiasi) merupakan parameter dalam rumus tersebut. Data data yang
diukur secara harian pada stasiun stasiun (agro) meteorology dan rata rata
sesduah jangka waktu 10 hari atau sebulan untuk perhitungan ET 0 dengan rumus
Penman.
Untuk rumus Penman yang sudah dimodifikasi ada dua metode yang bisa
digunakan :
- Metode Nedco/Prosida. Lihat terbitan Dirjen Pengairan Bina Program PSA
010, 1985.
- Metode FAO lebih umum dipakai dan dijelaskan dalam terbitan FAO : Corp
Water Requirement, 1975.
Harga harga ET0 dari rumus Penman menunjuk pada tanaman acuan
apabila digunakan albedo 0,25 (rerumputan pendek). Koefisien koefisien
tanaman yang dipakai untuk perhitungan ET0 harus berdasarkan pada ET0 ini
dengan albedo 0,25.
Seandainya data data meteorologi untuk daerah tersebut tidak tersedia
maka, harga harga ET0 boleh diambil sesuai dengan daerah disebelahnya.
Keadaan keadaan meteorologi hendaknya diperiksa dengan seksama agar
transposisi data demikian dapat dijamin keandalannya. Keadaan keadaan
temperatur, kelembaban, angin, dan sinar matahari diperbandingkan.
Penggunaan konsumtif dihitung secara tengah bulanan, demikian pula
harga harga evapotranspirasi acuan. Setiap jangka waktu setengah bulan harga
ET0 ditetapkan dengan analisis frekuensi. Untuk ini distribusi normal akan
diasumsikan.
b. Koefisien Tanaman

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Harga harga koefisien tanaman padi yang diberikan pada tabel 2.2 akan
dipakai.

Tabel 2.2. Harga harga koefisien tanaman padi


Nedco/Prosida Nedco/Prosida
Bulan
Varietas Biasa Varietas Unggul Varietas Biasa Varietas Unggul
0.50 1.20 1.20 1.10 1.10
1.00 1.20 1.27 1.10 1.10
1.50 1.32 1.33 1.10 1.05
2.00 1.40 1.30 1.10 1.05
2.50 1.35 1.30 1.10 0.95
3.00 1.24 0.00 1.05 0.00
3.50 1.12 0.95
4.00 0.00 0.00

2.1.4. Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat sifat tanah. Pada tanah tanah
lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi
dapat mencapai 1 3 mm/hari. Pada tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih
tinggi.
Dari hasil hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapt
ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi
muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air
melalui tanggul sawah.

2.1.5. Pergantian Lapisan Air


a. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air
menurut kebutuhan.
b. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali,
masing masing 50 mm (atau 33 mm/hr selama setengah bulan) selama
sebulan dan dua bulan setelah transplantasi

2.1.6. Curah Hujan Efektif


Untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah
hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

1
Re =0,7 x R (setengah bulanan)
5

dimana :
Re = curah hujan efektif, mm/hari
R (setengah bulanan) = curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode
ulang 5 tahun, /mm

2.2. Jaringan Irigasi


2.2.1. Umum
Uraian fungsional umum mengenai unsur unsur jaringan akan merupakan
bimbingan bagi para perekayasa dalam menyingkapkan perencanaan tata letak dan
jaringan irigasi. Bangunan dibagi bagi menurut fungsinya dan akan dijelaskan juga
pemakaiannya. Rekomendasi mengenai pemilihan tipe tipe banunan pengukur dan
pengatur.

2.2.2. Peta Ikhtisar


Peta ikhtisar adalah cara bagaimana berbagai bagian dari suatu bagian dari
suatu jaringan irigasi saling dihubung dihubungkan. Peta ikhtisar dapat disajikan
pada petak tata letak.
Peta ikhtisar proyek irigasi tersebut memperlihatkan :
- Bangunan bangunan utama
- Jaringan dan trase saluran irigasi
- Jaringan dan trase saluran pembuang
- Petak petak primer, sekunder, dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas batas daerah irigasi
- Jaringan dan tarse jalan
- Daerah daerah yang tidak diairi (misal : desa desa)
- Daerah daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek terlalu tinggi)
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis
garis kontur dengan skala 1 : 25000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut peta petak,

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1 : 5000, dan untuk petak tersier 1 :
5000 atau 1 : 2000.
2.2.2.1. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak
tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur dengan
bangunan sadap (offtake) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan salurannya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan, dibawah bimbingan
pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Petak tersier kelewat
besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor
faktor pentingnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan
topografi. Di daerah daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal adalah
antara 50 100 ha, kadang kadang sampai 150 ha.
Petak tersier harus mempunyai batas batas yang jelas seperti
misalnya parit, jalan, batas desa dan sesar modern (terrain fault).
Petak tersier dibagi menjadi petak petak kuerter, masing masing
seluas kurang lebih 8 15 ha.
Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak tersier
sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah
pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 m, tetapi dalam
kenyataan kadang kadang panjang saluran ini mencapai 2500 m. Panjang
saluran kuarter lebih baik dibawah 500 m, tetapi prakteknya kadang kadang
sampai 800 m.
2.2.2.2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas batas petak sekunder pada umunya berupa tanda tanda
topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder
bisa berbeda beda tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering
terletak di punggung medan, mengairi kedua sisi saluran hingga saluran
pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncanakan

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih
rendah.
2.2.2.3. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu aliran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air biasanya sungai. Proyek
proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini mwnghasilkan dua
petak primer.
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran
primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang
berdekatan harus dilayani langsung dari primer.

2.3. Saluran Pasangan


2.3.1. Kegunaan Saluran Pasangan
Saluran pasang (lining) dimaksudkan untuk :
- Mencegah kehilangan air akibat rembesan
- Mencegah gerusan dan erosi
- Mencegah merajalelanya tumbuhan air
- Mengurangi biaya pemeliharaan
- Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
- Tanah yang dibebaskan lebih kecil
Tanda tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah
besar dapat dilihat dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan cara pemboran dan
penggalian sumuran uji di alur saluran akan lebih banyak memberikan infprmasi
mengenai kemungkinan terjadinya rembesan. Pasangan mungkin hanya diperlukan
untuk ruas ruas saluran yang panjangnya terbatas.
Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz (USER)

S=0,035 C
Q
v

dimana :
S = kehilangan akibat rembesan, m3/detik per km panjang saluran
Q = debit m3/detik

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

v = kecepatan, m/detik
C = koefisien tanah rembesan, m/hari
0,035 = faktor konstanta, mm/km
Harga harga C dapat diambil seperti pada tabel 2.3

Tabel 2.3. Harga harga Koefisien Tanah Rembesan C


Jenis Tanah Harga C, m/hari
Kerikil sementasi dan lapisan penahan (hardpan)
Dengan geluh pasiran 0.10
Lempung dengan geluh lempungan 0.12
Geluh pasiran 0.20
Abu vulkanik 0.21
Pasir dan abu vulkanik atau lempung 0.37
Lempung pasiran dengan batu 0.51
Batu pasiran dan kerikilan 0.67

2.3.2. Jenis jenis Pasangan


Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran (lihat FAO kratz,
1997). Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada tiga bahan yang dianjurkan
pemakaiannya :
- Pasangan batu
- Beton
- Tanah
Pembuatan pasangan dari bahan bahan lain tidak dianjurkan, dengan alsan
sulitnya memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan
kelemahan kelemahan bahan itu sendiri.
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk
perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian
rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul.
Tersedianya bahan di dekat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang
penting dalam pemilihan jenis pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada
umumnya dianjurkan pemakaian pasangan batu. Pasangan dari batu merah mungkin
bisa juga dipakai.
Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat
mengeluarkan bahan bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan
berat pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke atas.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Tebal minimum untuk pasangan batu diambil 30 cm. Untuk beton tumbuk
tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang dikonstruksi dengan baik
(sampai dengan 6 m3/detik), dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal
minimum pasangan beton bertulang adalah 7 cm. Untuk pasangan semen tanah atau
semen tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan
15 cm untuk saluran yang lebih besar.
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk
talut saluran. Stabilitas pasangan permukaan keras hendaknya dicek untuk mengetahui
tekanan air tanah di balik pasangan. Jika stabilitas pasangan terganggu (pembuang),
maka sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat konstruksi pembebas tekanan
(lubang pembuang). Selanjutnya lihat Bagian KP 04, Bangunan.

2.3.3. Perencanaan Hidrolis


2.3.3.1. Kecepatan Maksimum
Kecepatan kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut
dianjurkan pemakaiannya :
- Pasangan batu : 2 m/dt
- Pasangan beton : 3 m/dt
- Pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diizinkan
Kecepatan maksimum yang diizinkan juga akan menentukan kecepatan
rencana untuk dasar saluran tanah dengan pasangan campuran. Prosedur
perencanaan saluran untuk saluran dengan pasangan tanah adalah sama
dengan prosedur perencanaan saluran tanah.
Perhitungan bilangan Froude adalah penting apabila dipertimbangkan
pemakaian kecepatan aliran dan kemiringan saluran yang tinggi. Untuk aliran
yang stabil, bilangan Froude harus kurang dari 0,55 untuk aliran subkritis, atau
lebih dari 1,4 untuk aliran superkritis.
Saluran dengan bilangan Froude antar 0,55 dan 1,4 dapat memiliki
pola aliran dengan gelombang tegak (muka air gelombang, yang akan merusak
kemiringan talut). Harga harga k untuk saluran ini dapat menyebabkan
bilangan Froude mendekati satu. Oleh karena itu, kisaran 0,55 1,4 adalah
relatif besar.
Untuk perencanaan saluran dengan kemiringan yang teratur, bilangan
Froude akan kurang dari 0,3 dan dengan demikian di bawah 0,55.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Apabila terjadi aliran subkritis, bangunan diperhitungkan sebagai got


miring. Bilangan Froude untuk saluran ditentukan sebagai :

F=v ( 2m+m+nn ) 12
dimana :
F = bilangan Froude
v = kecepatan aliran, m/dt
w = lebar pada permukaan air, m
A = luas potongan melintang basah, m3
g = percepatan gravitasi, m/dt ( 9,8)
m = kemiringan talut saluran, 1 vert = m hor
n = perbandingan lebar dasar/kedalaman air

2.3.3.2. Koefisien Kekasaran


Koefisien kekasaran Stickler k (m1/3/dt) yang dianjurkan pemakaiannya
adalah :
- Pasangan batu = 60
- Pasangan beton = 70
- Pasangan tanah = 35 45
Harga harga unutk pasangan keras akan dicapai jika pasangan itu
dikonstruksi dengan baik.
Harga harga untuk pasangan tanah mirip harga harga untuk saluran
tanah dengan variasi variasi seperti yang dibicarakan pada pasal 3.2.
Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam bahan
pasangan, kekasaran masing masing permukaan akan berbeda beda
(bervariasi). Koefisien kekasaran campuran dihitung dengan rumus berikut :
n
k =p
2
3 (
1 )
p 1+ n 2
k 1,5
1

3

dimana :
k = koefisien kekasaran Strickler untuk potongan melintang, m1/3/dt
P = keliling basah, m
Pi = keliling basah bagian I dari potongan melintang, m

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Ki = koefisien kekasaran bagian I dari potongan melintang, m1/3/dt

2.3.3.3. Perencanaan Untuk Aliran Subkritis


Perencanaan hidrolis mengikuti prosedur yang sama seperti pada
perencanaan saluran tanpa pasangan. Saluran pasangan batu dan beton
mempunyai koefisien Stickler yang lebih tinggi. Akibatnya potongan
melintang untuk saluran saluran tanpa pasangan ini akan lebih kecil daripada
potongan melintang untuk tanah dengan kapasitas debit yang sama.
Ruas saluran pasangan direncana menurut kriteria angkutan sedimen,
dan dengan demikian mengikuti I/R konstan, kedalaman air untuk saluran
pasangan sama dengan kedalaman air saluran tanpa pasangan. Lebar dasar
lebih kecil daripada lebar dasar untuk saluran tanpa pasangan, karena harga
koefisien Stickler yang lebih tinggi pada saluran pasangan.
Untuk saluran pasangan, kemiringan talur bisa dibuat lebih curam.
Untuk saluran yang lebih kecil (h < 0,40 m) kemiringan talut dibuat vertikal.
Saluran saluran besar mungkin juga mempunyai kemiringan yang tegak dan
direncanakan sebagai flum.
Untuk saluran yang lebih besar, kemiringan samping minimum 1 : 1
untuk h sampai dengan 0,75 m. Untuk saluran yang lebih besar, harga harga
kemiringan talut pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Harga harga Kemiringan Talut Untuk Saluran Pasangan


Jenis tanah H < 0,75 m 0,75 m < h < 1,5 m
Lempung pasiran
Tanah pasiran kohesif 1 1
Tanah pasiran lepas 1 1,25
Geluh pasiran, Lempung berpori 1 1,5
Tanah gambut lunak 1,25 1,5

Khususnya saluran slauran yang lebih besar, stabilitas talut yang


diberi pasangan harus diperiksa agar tidak terjadi gelincir dan sebagainya.
Tekanan air dari belakang pasangan merupakan faktor penting dalam
keseimbangan ini.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

2.3.3.4. Lengkung Saluran


Jari jari minimum lengkung untuk saluran pasangan diambil tiga kali
lebar permukaan air. Jika dibutuhkan tikungan yang tajam, maka mungkin
diperlukan kincir pengarah (guide vane) agar sebaran aliran di ujung tikungan
itu lebih merata. Kehilangan tinggi energy tambahan juga harus
diperhitungkan.
2.3.3.5. Tinggi Jagaan
Harga harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang
disajikan pada tabel 2.5. Harga harga tersebut diambil dari USBR. Tabel ini
juga menunjukkan tinggi jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul
saluran tanah tanpa pasangan.
Tabel 2.5. Tinggi Jagaan Untuk Saluran Pasangan
Debit, m3/detik Tanggul (F), m Pasangan (F), m
< 0,5 0,40 0,20
0,5 - 1,5 0,50 0,20
1,5 - 5,0 0,60 1,25
5,0 - 10 0,70 0,30
10 - 15 0,85 0,40
> 15 1,00 0,50

2.4. Potongan Saluran


2.4.1. Potongan Melintang Saluran
2.4.1.1. Geometri
Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,
potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik.
Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah
persyaratan pembebasan tanah dan penggalian lebih tinggi dan dengan
demikian biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.

2.4.1.2. Kemiringan Saluran


Harga harga kemiringan minimum untuk berbagai bahan tanah
disajikan pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Kemiringan Minimum Talut Untuk Berbagai Bahan Tanah
Bahan tanah Simbol Kisaran Kemiringan
Batu < 0,25

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Gambut kenyal, lempung kenyal, geluh Pt 12


Tanah lus lempung pasiran, tanah pasiran CL, CH, MH 12
Kohesif SC, SM 1,5 - 2,5
Pasir lanauan SM 23
Gambut lunak Pt 34
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul
harus dibuat sekurang kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus
dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk kemiringan luar, bahu
tanggul (jika perlu) harus terletak di tengah tengah antara bagian atas dan
pangkal tanggul.

2.4.1.3. Lengkung Saluran


Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada :
- Ukuran dan kapasitas saluran
- Jenis tanah
- Kecepatan aliran
Jari jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus
diambil sekurang kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air
rencana.
Jari jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan
harus seperti berikut :
- 3 kali lebar permukaan air untuk saluran saluran kecil (< 0,6
m2/detik) dan sampai dengan
- 7 kali lebar permukaan air untuk saluran saluran yang besar
(> 10 m3/detik)

2.4.1.4. Tinggi Jagaan


Tinggi jagaan berguna untuk :
- Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum
- Mencegah kerusakan tanggul saluran
Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan
sekunder dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang
diperlihatkan tabel 2.7.
Tabel 2.7. Tinggi Jagaan Minimum Untuk Saluran Tanah
Debit, m3/detik Tanggul (F), m

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

< 0,5 0,40


0,5 - 1,5 0,50
1,5 - 5,0 0,60
5,0 - 10 0,75
10 - 15 0,85
> 15 1,00

2.4.1.5. Lebar Tanggul


Untuk tujuan tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan
diperlukan tanggul sepanjang saluran dengan lebar minimum seperti yang
disajikan tabel 2.8.
Tabel 2.8. Lebar Minimum Tanggul
Dengan Jalan Inspeksi
Debit Rencana (m3/detik) Tanpa Jalan Inspeksi (m)
(m)
Q<1 1,00 3,00
1<Q<5 1,50 5,00
10 < Q < 10 2,00 5,00
10 < Q < 15 3,50 5,00
Q > 15 3,50 5,00

Jalan inspeksi terletak di tepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan
sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit
dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perlebaran adalah 5,0 m atau lebih,
dengan lebar perkerasan sekurang kurangnya 3,0 m.

2.4.1.6. Batas Pembebasan Tanah


Selain tanah yang disebarkan untuk pembuatan saluran dan tanah yang
terletak di dalam batas batas pembebasan tanah (BPT) adalah penting untuk
melarang didirikannya bangunan.

2.4.2. Potongan Memanjang Saluran


2.4.2.1. Muka Air Yang Diperlukan
Tinggi muka air yang diperlukan dalam jaringan utama didasarkan
pada tinggi muka air yang diperlukan di sawah sawah yang diairi.
Prosedurnya adalah pertama tama menghitung tinggi muka air yang
diperlukan di bangunan sadap tersier. Lalu seluruh kehilangan di saluran
kuarter dan tersier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air di

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

sawah yang diperlukan dalam petak tersier. Ketinggian ini ditambahkan lagi
dengan kehilangan energy di bangunan sadap tersier dan longgaran
(persediaan0 untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada
tinggi muka air parsial (sebagian).
Longgaran untuk variasi muka air h ditetapkan 0,18h100(0,18 x
kedalaman air rencana); 0,82h100 perkiraan pada 70 persen dari Qrencana.
2.4.2.2. Kemiringan Memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi,
kemiringan akan sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase
yang dipilih. Kemiringan memanjang saluran mempunyai harga maksimum
dan minimum. Usaha pencegahan terjadinya sedimentasi memerlukan
kemiringan memanjang yang minimum. Untuk mencegah terjadinya erosi,
kecepatan maksimum harus dibatasi.
a. Kemiringan minimum
b. Kemiringan maksimum
c. Perencanaan kemiringan maksimum

2.5. Bangunan Pengukur Debit


2.5.1. Alat Ukur Debit Ambang Lebar (Drempel)
Alat ukur ini merupakan bangunan pengukur aliran atas, pola aliran pada alat
ukur debit ambang lebar dapat diselesaikan dengan teori hidrolika sederhana,
sehingga mudah dalam perencanaan dan mudah dalam pelaksanaan.
Perencanaan hidrolik : alat ukur debit ambang lebar dikonstruksi di bagian
belakang pintu pengatur. Persamaan debit aliran di atas ambang lebar dirumuskan :
Q = 1,705 . b. h3/2
dimana :
Q = debit, m3/dt
b = lebar ambang, m
h = tinggi limpahan, m

2.5.2. Alat Ukur Debit Romijn


Alat ukur ini merupakan alat ukur ambang lebar yang dapat digerakkan naik
dan turun untuk mengatur dan mengukur aliran di atas ambang agar dapat mengatur

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

dan mengukur. Alat ukur romijn digabung dengan pintu sorong dan dihubungkan
dengan alat pengangkat.
Persamaan debit aliran di atas romijn dirumuskan sbb :
Q = 1,705 . b. h3/2
dimana :
Q = debit, m3/dt
b = lebar ambang, m
ukuran b : 0,5; 0,6; 0,75; 1,00; 1,5
h = tinggi air, m

2.5.3. Alat Ukur Debit Van Der Gruyter


Alat ukur debit ini digunakan dengan menggunakan pintu sorong, sehingga
dapat mengukur dan mengatur aliran air. Alat ukur ini juga merupakan bangunan
pengukur tipe aliran bawah.
Perencanaan hidrolik van der gruyter dirumuskan sbb :
Q=Cd . b . w . 2 g(h1w)

dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit, Cd = 0,94
b = lebar pintu ukur, m
w = tinggi bukaan pintu ukur, m
g = percepatan gravitasi
h1 = tinggi air di atas ambang, m

2.6. Bangunan Bagi Dan Sadap


2.6.1. Bangunan Sadap Tersier
Bangunan sadap ini merupakan penyadapan dari saluran primer atau saluran
sekunder, untuk memberi air pada petak tersier. Berdasarkan kriteria teknik, luas
petak tersier yang baik antara 50 100 dan maksimum 150 Ha. Sehingga kapasitas
bangun pintu sadap direncanakan untuk debit antara 50 l/dt 250 l/dt.
2.6.2. Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap ini merupakan fasilitas penyadapan dari saluran primer atau
sekunder, untuk memberi air dalam 1 petak sekunder.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Petak sekunder terdiri dari 2 atau lebih petak tersier dengan luasan lebih dari
150 Ha. Kapasitas debit lebih besar dari 250 l/dt.
Bangunan sadap sekunder secara teknis dilengkapi dengan pintu pengatur
debit aliran/penyadapan.

2.6.3. Bangunan Bagi Sadap


Bangunan bagi sadap berfungsi membagi air dari saluran primer atau saluran
sekunder menjadi beberapa saluran sekunder sekaligus untuk penyadapan ke petak
tersier.
Untuk memenuhi fungsinya, bangunan bagi sadap dilengkapi dengan pintu
pengatur dan alat ukur debit. Prinsip prinsip perencanaannya sama dengan bangunan
sadap.

2.7. Bangunan Pelengkap Saluran Pembawa


Pada jaringan irigasi selain bangunan sadap dan bangunan bagi sadap, terdapat
bangunan pelengkap yang berfungsi menunjang kegiatan operasi dan pemeliharaan,
setelah jaringan irigasi selesai dibangun dan selesai dioperasikan, macam macam
saluran pembawa :

2.7.1. Bangunan Gorong gorong


Gorong gorong adalah bangunan yang berfungsi membawa aliran air
melewati bawah jalan. Gorong gorong didesain dengan luas penampang basah lebih
kecil daripada luas penampang basah saluran di bagian hulu dan bagian hilir, sehingga
kecepatan aliran di dalam gorong gorong direncanakan lebih tinggi daripada di
bagian hulu dan hilir.
Perencanaan hidrolik :
- Kecepatan aliran rencana
Kecepatan direncanakan di dalam gorong gorong irigasi diambil
1,50 2,00 m/dt
- Kehilangan energy
Kehilangan tinggi energy untuk gorong gorong pendek (1 < 20
m), dirumuskan :

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Q= . A . 2 gz

dimana :
Q = debit rencana, m3/dt
= koefisien debit
A = luas penampang, m2
g = percepatan gravitasi
z = kehilangan tinggi energy, m
kehilangan tinggi energy untuk gorong gorong panjang (L > n
20 m), dirumuskan :
H = Hmasuk + Hf + Hkeluar
(VaV )2
Hmasuk = mx 2g

2
(V )
Hf = cf x 2 g

(VaV )2
Hk = kx 2g

dimana :
m = koefisien kehilangan energy masuk
va = kecepatan aliran dalam gorong goromg, m/dt
v = kecepatan aliran di saluran, m/dt
cf = koefisien kekasaran
k = koefisien kekasaran striker
L = panjang gorong gorong, m
R = jari jari hidrolik
K = koefisien kehilangan energy keluar
G = percepatan gravitasi

2.7.2. Bangunan Sipon


Sipon adalah saluran yang membawa air melewati bawah saluran lainnya
(biasanya pembuang) atau jalan pada sipon air mengalir karena tekanan.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

2.7.2.1. Kehilangan Tinggi Energi


Kehilangan tinggi energy pada sipon terdiri dari :
o Kehilangan masuk
o Kehilangan akibat gesekan
o Kehilangan pada siku
o Kehilangan keluar

2.7.2.2. Kisi kisi Penyaring


Kisi kisi penyaring harus dipasang pada bukaan/lubang masukan
bangunan dimana benda benda yang menyumbat menimbulkan akibat
akibat yang serius, misalnya pada sipon dan gorong gorong yang panjang.
Kisi kisi penyaring dibuat dari jeruji jeruji baja dan mencakup
seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih karena agar bisa dibersihkan dengan
penggaruk.
Kehilangan tinggi energy pada kisi kisi penyaring dihitung dengan :
v2 4
s
hf =c
2g
dan c=
b ( ) sin
3

dimana :
hf = kehilangan tinggi energy, m
v = kecepatan melalui kisi kisi, m/detik
g = percepatan gravitasi, m/detik2 ( 9,8)
c = koefisien berdasarkan :
= faktor bentuk (2,4 untuk segi empat dan 1,8 untuk
jeruji bulat)
s = tebal jeruji, m
b = jarak bersih antar jeruji, m
= sudut kemiringan dari bidang horizontal

2.7.3. Bangunan Terjun


Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah
lebih curam daripada kemiringan maksimum daluran yang diizinkan. Bangunan
semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing masing memiliki sifat
sifat perencanaan yang khas.

Bangunan Air
Dedy Anggara Putra (201310340311017)

Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran besaran berikut :


H1 = tinggi energy di muka ambang, m
H = perubahan tinggi energy pada bangunan, m
Hd = tinggi energy hilir pada kolam olak, m
q = debit persatuan lebar ambang, m3/detik
g = percepatan gravitasi, m/detik2 ( 9,8)
n = tinggi ambang pada ujung kolam olak, m
Besaran besaran ini dapat digabung untuk membuat perkiraan awal tinggi
bangunan terjun :
Z = (H + Hd) H1
Untuk perkiraan awal Hd, boleh diandaikan bahwa :
Hd 1,67 H1
Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan :
v u = 2 g Z

Dan selanjutnya
q
y u=
vu

Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan


Froude tak berdimensi :
vu
FR u=
g yu

Bangunan Air

Anda mungkin juga menyukai