Kket
Kket
PENDAHULUAN
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetrik terbanyak pada tahun
2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya
dengan proporsi 47,3 %, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus dengan
proporsi 31,5%. Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang
berakhir abortus, dan sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam
kehamilan dilaporkan disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
3
Table 1. Faktor resiko kehamilan ektopik
Definite
PID
Previous EP
Any tubal surgery or sterilization procedure
Endometriosis
Infertility
Probable
IUD
Superovulating agents
Pergonal
Clomiphene citrate
a. Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba
fallopi. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba (95%).
Konseptus dapat berimplantasi pada ampulla (55%), isthmus (25%),
fimbrial (17%), ataupun pada interstisial (2%) dari.Tuba fallopi
mempunyai kemampuan untuk berkembang yang terbatas, sehingga
sebagian besar akan pecah (ruptur) pada umur kehamilan 35-40 hari.
4
lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya
mengalami ruptur pada tahap awal.
g. Kehamilan intraligamenter
5
j. Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat
pada tuba dan sebagian pada jaringan ovarium.
2.5 Patofisiologi
c. Kegagalan kontrasepsi
6
Insiden kehamilan ektopik berkurang karena kontrasepsi mengurangi insidensi
kehamilan. Akan tetapi dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden
kehamilan ektopik apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi.
2.6 Diagnosis
A. Anamnesis
7
Symptom Patients with Symptom
Amenorrhea 75-95%
Pada kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak (akut) tidak sulit.
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat atau ganggua
siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan tenesmus, disertai
perdarahan pervaginam. Yang menonjol penderita tampak kesakitan, pucat,
ditemukan tanda-tanda syok dan adanya darah dalam rongga perut. Pada
pemeriksaan ginekologi ditemukan serviks nyeri goyang dan kavum Douglas
yang menonjol dan nyeri raba. Pada KET jenis atipik gejala tidak khas.
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan penunjang
8
1. Laboratorium
2. Kuldosintesis
9
kasus. Komplikasi yang dapat terjadi adalah perforasi usus yang
sebelumnya telah membentuk perlengketan dengan kavum Dauglas.
Pada uterus letak retrofleksi dapat tertusuk jarum, dan menimbulkan
hematoperitoneum, jika di USG dapat memberikan gambaran KET.
3. Ultrasonografi
4. Kuret endometrium
10
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik.
Biasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amenorea terjadi
perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping
uterus, sehingga dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan
disfungsional. Tapi ditemukan perubahan yang dapat terjadi pada
endometrium yaitu reaksi Arias-Stella perlu dipikirkan adanya
kehamilan ektopik. Pada reaksi Arias-Stella, endometrium menunjukkan
adanya sel-sel kelenjar membesar dan hiperkromatik, dengan mitosis,
sitoplasma menunjukan vakuolisasi, dan batas antara sel-sel menjadi
kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon
yang berlebihan dan ditemukan dalam endometrium yang berubah
menjadi desidua, harus menimbulkan kewaspadaan kearah adanya
kehamilan dan khususnya kehamilan ektopik.
5. Laparoskopi
Penyakit ini umumnya ditandai dengan nyeri perut bagian bawah kanan
(tergantung letak appendiks), leukositosis, demam sesuai keadaan infeksi
(biasanya > 38 0C) dapat disertai mual muntah yang sebelumnya tidak ada. Pada
appendisitis infiltrat (kronik) eksaserbasi akut kadang-kadang dijumpai massa
nyeri tekan, terfiksir. Demikian pula pada appendisitis abses dapat dijumpai pula
massa karena timbunan pus, konsistensi lunak, sering disertai demam yang cukup
lama ( 7hari), dan leukositosis yang bermakna.
Penyakit radang panggul adalah suatu istilah untuk suatu peradangan akut,
subakut, residif dan kronis dari tuba, ovarium dan jaringan sekitarnya. Pada
salfingitis akut, melalui anamnesis penderita mengeluh adanya nyeri perut bagian
bawah dan daerah pelvik, kadang-kadang juga mengeluh mengeluarkan cairan
pervagina. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, nyeri tekan perut
bagian bawah, nyeri tekan dan goyang genitalia interna, daerah adneksa kadang-
kadang teraba kaku. Sedangkan pada pemeriksaan sel darah putih adanya
peningkatan dengan kecenderungan bergeser ke kiri, dalam sediaan pus serviks
dapat ditemukan adanya kuman diplokokus atau lekosit polimorponuklear. Tidak
11
semua terjadi peningkatan lekosit, 70% salfingitis yang disebabkan oleh C.
Trachomatis dengan lekosit normal.
2.8 Tatalaksana
Terapi medikamentosa dan penatalaksanaan bedah
b.
Pembedahan radikal5,7,8
12
5) pasien meminta dilakukan sterilisasi
8) kehamilan heterotopik
BAB III
13
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 28 tahun
No. MR : 14.14.16
Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan mengaku sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) tidak menstruasi lagi. Pasien mengecek kehamilan dengan alat tes
kehamilan dan hasilnya positif. Pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan
nyeri dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang tidur, nyeri disertai keluar
darah dari kemaluan berwarna kecoklatan. Kemudian pasien pergi ke
bidan namun oleh bidan pasien dinyatakan hanya gangguan pencernaan.
Sejak 9 jam SMRS, pasien mengeluh nyeri perut bertambah hebat, nyeri
perut dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri dirasakan menjalar sampai
ke bawah. Setelah itu pasien memutuskan pergi ke poliklinik kebidanan
RSUD Mukomuko, dilakukan USG dan kemudian langsung dikirim ke
IGD RSUD Mukomuko
14
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
Riwayat Obstetri : Pasien hamil anak ke-2, G2P1A0, anak pertama lahir
normal di Bidan, BL 3100 gram. Saat ini anak pasien berusia 2 tahun.
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan
hipertensi, Riwayat alergi obat tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign :
Suhu : 36,8 C
Antropometri : BB : 69kg
15
: TB : 158cm
Thorak :
Paru :
Jantung
Abdomen
16
Perkusi : timpani
Status Ginekologis
Periksa dalam : Mukosa vagina licin, portio lunak, OUE tertutup, nyeri
goyang portio (+), Cavum Douglas menonjol
Pemeriksaan Laboratorium
Ht 28 % 38-44 %
Bleeding Time
Clothing Time
HbSag -
antiHIV -
Urin lengkap
pH 7,0
17
Glukosa Negatif Negatif
Urobilinogen 1 0,1-1
Sedimen urin
Working Diagnosis
Tatalaksana
- R/ Laparatomi cito
- Observasi TVI, perdarahan
- IVFD RL 20 gtt/i
- Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV
- Persiapan operasi (alat, izin, obat, darah)
BAB IV
RESUME
18
Ny S, 28 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 20 Desember 2016,
datang dengan keluhan nyeri perut sebelah kiri yang dirasakan tiba-tiba, disertai
keluar darah dari kemaluan berwarna kecoklatan. Semkain lama nyeri perut kanan
dirasakan bertambah hebat, nyeri perut dirasakan seperti diremas-remas dan
menjalar sampai ke bawah.
19
Penatalaksanaan kasus secara umum adalah dengan restorasi cairan tubuh
dengan Ringer Laktat (RL) 20 gtt/menit, pemberian antibiotic cefotaxime 2x1 gr
untuk mencegah infeksi. Karena kasus ini sudah memasuki kehamilan ektopik
terganggu, maka perlu dilakukan tindakan bedah secepat mungkin. Tindakan
pembedahan berupa pembedahan radikal berupa salpingektomi dengan
laparotomi. Salpingektomi dilakukan pada keadaan-keadaan berikut: 1) kehamilan
ektopik mengalami rupture atau terganggu, 2) pasien tidak menginginkan fertilitas
pasca operatif, 3) terjadi kegagalan sterilisasi, 4) telah dilakukan rekonstruksi atau
manipulasi tuba sebelumnya, 5) pasien meminta sterilisasi, 6) perdarahan
berlanjut pascasalpingotomi, 7) kehamilan tuba berulang, 8) kehamilan
heterotopik, dan 9) massa gestasi lebih dari 5 cm.
Prognosis ibu quo ad vitam and functionam dubia. Sebagian wanita setelah
mengalami kehamilan ektopik pada satu tuba, dapat mengalami kehamilan
ektopik lagi pada tuba yang lain. Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat
mempengaruhi fertilitas wanita. Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu
terdapat 50-60% kemungkinan wanita steril. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan antara 0-14,6%.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Wiknjosastro, H., 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
2. Pritchard, Donald, Gant., 1991.Obstetri Williams Edisi 17. Airlangga
University Press, Surabaya.
3. Lindarnakis, NM., 1998. Obstetrics & Gynecology. Digging up the Bones,
Singapore.
4. Manuaba, IBG., 1999. Operasi Kebidanan, Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Dokter Umum. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Setiawan, Y., 2008. Kehamilan Ektopik. http://www.Siaksoft.com/
kehamilan/Ektopik. Diakses pada tanggal 04 Januari 2017.
6. Marpaung, C., 2007. Karakteristik Ibu Penderita Kehamilan Ektopik
Terganggu di RS St. Elisabeth Medan tahun 1999-2006. Skripsi FKM-
USU.
7. Arnolu, RI., 2005. Risk Factors for Ectopic Pregnancy in Logos, Nigeria,
1999. Jurnal Obtetricia et Gynecologica Scandinavica, Vol 84, No 2, hal
184-188.
8. Guyton A, Hall J. Circulatory Shock and Physiology of Its Treatment
(Chapter 24). Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia,
Pensylvania: Saunders; 2010. p. 273-84
21