Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PSIKIATRIK
(Heteroanamnesis : Ibu Pasien)
A. Keluhan Utama
Heteroanamnesis: Gelisah, bicara sembarang dan suka marah-marah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari 6 bersaudara. Pasien memiliki 1 orang
kakak laki-laki, 2 orang adik laki-laki, dan 2 orang adik perempuan.
Dalam keluarga pasien, tidak ada yang memiliki riwayat gangguan yang
sama seperti pasien
Keterangan:
Pohon keluarga : = laki-laki, ayah pasien
= perempuan, pasien
= laki-laki
= perempuan
B. Emosi
Mood : Disforik, yaitu mood yang tidak menyenangkan
Afek : Datar, yaitu tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda
ekspresi affect (suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak).
C. Bicara
Pasien tidak menjawab pertanyaan pemeriksa secara spontan, pasien hanya
berbicara sembarang dengan tetap menjaga jarak dari si pemeriksa dan
menggunakan penekanan-penekanan nada tertentu dalam setiap cerita.
D. Gangguan persepsi
Adanya halusinasi ataupun ilusi sulit dinilai akibat pasien yang tidak
kooperatif.
E. Proses berpikir
Bentuk : Non realisitik
Arus : Tidak relevan/inkoheren
Isi : Pikiran tidak menentu
F. Fungsi kognitif
Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan.
Pasien tamat SD, SMP, dan SMK
Daya Konsentrasi dan Kalkulasi
Tidak terevaluasi karena pasien tidak kooperatif
Orientasi
Tidak terevaluasi karena pasien tidak kooperatif
Memori
Tidak terevaluasi karena pasien tidak kooperatif
Pikiran Abstrak
Tidak di evaluasi
Kemampuan Menolong Diri
Pasien sangat susah mengurus diri, susah untuk mandi, menyisir rambut,
menyikat gigi, dll.
G. Tilikan
Laporan Kasus Kurnia Sari Page 7
Tilikan I, pasien menyangkal dirinya sakit dan tidak merasa sakit sama sekali.
4. Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-) ; Laseque/Kernig (tidak terbatas
/ tidak terbatas) ; Brudzinski I,II,III (-/-/tidak dilakukan).
Saraf Otak
Mata : Pupil bulat, isokor, ODS 4mm, RC (+/+)
GBM : Baik kesegala arah
Wajah : Parese N. Fascialis (-)
Lidah : Letak sentral, Atrofi (-)
Motorik
5 5
V. DIAGNOSA BANDING
Farmakoterapi di IGD:
- Inj. Haloperidol 5 mg (i.m) / 12 jam
- Inj. Diazepam 5 mg (1/2 amp) i.m / 12 jam
Terapi Oral
- Haloperidol 5 mg tablet 2 x 1 mg
- Triheksilpenidil (THP) 2 mg tablet 2 x1 mg
- Diazepam 5 mg 0-1/2-1/2
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad fungsionam : Dubia at bonam
Ad sanationam : Dubia at malam
VIII. DISKUSI/PEMAHAMAN
1. Diagnostik Multiaksial
Aksis I : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman diagnostik :
Psikofarmaka
1. Haloperidol
Sediaan:
Tersedia dalam bentuk tablet 2 5 mg, dalam bentuk ampul 5 mg/cc
Indikasi:
Agitasi psikomotor pada kelainan tingkah laku.
Kontraindikasi:
Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan neurologis dengan gejala
piramidal atau ekstrapiramidal, koma, depresi, susunan saraf pusat,
hipersensitif, anak kurang lebih 3 tahun.
Efek Samping:
Hipertonia otot dan gemetar, tidak bisa istirahat, gerakan mata tak
terkoordinasi, hipotesi ortostatik, galaktore.
Pembahasan:
Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah
optimal response with minimal side effects. Pemilihan jenis obat anti-
psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Karena gejala dominan yang ada pada pasien ini adalah
gejala positif terapi pilihan yang diberikan berupa anti-psikosis tipikal
potensi tinggi yaitu Haloperidol. Dosis haloperidol yang diberikan
yakni 2 x 5 mg per hari. Haloperidol memiliki efek sedatif yang lemah
dan digunakan pada sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif,
hipoaktif, waham, dan halusinasi.
- Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap triheksifenidil atau komponen lain dalam
sediaan, glaukoma sudut tertutup, obstruksi duodenal atau pyloric,
peptic ulcer, obstruksi saluran urin achalasia, myastenia gravis.
- Efek samping:
Mulut kering, penglihatan kabur,pusing, cemas, kostipasi,retensi urin,
takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
Pembahasan:
Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk
mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda
seperti pada pasien ini), suatu obat antikolinergik harus diberikan
bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gejala
gangguan pergerakan akibat medikasi anti-psikosis. Obat pilihan yang
digunakan adalah Trihexylphenidyl (THP). Dosis Trihexylphenidyl
(THP) yang digunakan yakni 1-3 x 2 mg/hari. Profilaksis dengan obat
ini sebenarnya tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi
penyerapan/absorbsi obat anti-psikosis sehingga kadarnya dalam
plasma rendah dan dapat menghalangi manifestasi gejala
psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis anti psikosis
Laporan Kasus Kurnia Sari Page 14
agar tercapai dosis efektif. Namun pada kasus ini karena pasien
memiliki faktor predisposisi terjadinya efek ektrapirammidal (yaitu
usia muda) obat antikolinergik yang diberikan mengikuti algoritma.
3. Diazepam
- Sediaan : Tablet 2 5 mg; Ampul 10 mg/2 cc
- Mekanisme Kerja :
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi
hambatan neuron GABA
- Indikasi :
Gejala sasaran (target syndrome) : sindrom ansietas
- Kontraindikasi :
Pasien dengan hipersensitifitas terhadap benzodiazepine, glaukoma,
myasthenia gravis, chronic pulmonary insufficiency, chronic renal or
hepatic disease.
- Efek Samping :
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotormenurun, kemampuan kognitif melemah)
Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll).
Pembahasan:
Pasein mendapat terapi diazepam bertujuan sebagai anti ansietas.
Selain itu pasien juga mengalami keadaan sulit tidur, dimana efek
samping dari obat ini pasien akan merasa mengantuk, oleh karena itu
dosis dari obat ini diberikan pada siang dan malam hari agar pasien
bisa tidur dengan baik.
Psikoterapi
1. Mendengar dengan baik keluhan pasien
2. Psikoterapi untuk memperkuat fungsi ego dengan psikoterapi suportif
dan agar pasien dapat bersosialisasi.
3. Konseling untuk membantu pasien mengerti dirinya lebih baik agar
dapat mengatasi masalahnya menyesuaikan diri.
Sosioterapi
1. Memberi penjelasan tentang penyakit pasien kepada keluarga, agar
keluarga dapat memahami dan menerima keadaan pasien
2. Edukasi keluarga untuk mendengar curahan hati pasien dan membantu
pasien menyelesaikan masalahnya.
Badan POM RI. Informatorium Obat Nasional Indonesia. 2008. Jakarta : Segung Seto.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. Sinopsis Psikiatri Klinis Edisi 7 Jilid Satu. 2010. Jakarta : EGC.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. 2003.
Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.2007. Jakarta :