Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK

II ( KELAS B
)
KLASIFIKASI
JARINGAN IRIGASI
METODE OBSERVASI DAN WAWANCARA
LAPORAN PENINJAUAN
KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI SAWAH
( DESA KUPRIK )

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2017

Page 22
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan penelitian dalam bentuk tulisan walaupun isinya sangat
sederhana. Laporan ini merupakan isi penelitian yang dilakukan tim penyusun
secara berkelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah IRIGASI.

Adapun penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari serta


mempelajari kemampuan dan kelayakan Klasifikasi Jaringan Irigasi yang ada di
Kota Merauke Papua khususnya di Desa Kuprik.

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan yang bisa didapat, hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon
maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri terhadap segala
saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis.

Akhir kata semoga isi dari Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas. Amin!

Merauke, 19 April 2017

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul .... i

Kata Pengantar 1

Daftar Isi .. 2
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang .. 3
Rumusan Masalah . 5
Tujuan .... 5
BAB II Tinjauan Pustaka
Sistem Irigasi . 6
Sistem dan Klasifikasi Jaringan 8
Cara Pembersihan Air Irigasi 10
BAB III Hasil dan Pembahasan
Waktu dan Pelaksanaan 13
Alat ... 13
Metode dan Prosedur Penelitian 13
BAB IV Penutup
Kesimpulan 15
Saran .. 16
Daftar Pustaka 17
Dokumentasi . 18
Lembar Asistensi Kelompok ... 19
BAB I
PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG

Bangunan dan saluran irigasi dikenal sejak zaman prasejarah, dibuktikan


oleh peninggalan sejarah, baik nasional/dunia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa sumber makanan nabati yang disediakan alam sudah tidak mencukupi
kebutuhan. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas
yang dapat dicapai di bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam,
fisika dan hidro-lika meliputi statika dan dinamika benda cair.
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat berkepentingan terhadap
keberadaan air untuk menunjang sektor pertanian dengan memanfaatkan air
dalam jaringan irigasi. Dengan demikian pembangunan saluran irigasi sangat
diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air
di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air
permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan
cara yang efektif dan ekonomis.
Irigasi merupakan suatu usaha teknis untuk mengontrol kandungan air
pada tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh secara
baik. Dimana usaha teknis yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan
prasarana irigasi untuk membawa, membagi air secara teratur dengan jumlah
yang cukup, waktu yang tepat ke petak irigasi untuk selanjutnya diberikan dan
dipergunakan oleh tanaman.
Merauke merupakan wilayah dengan tanah yang termasuk baik dalam
Melalakukan system pertanian. Hal ini dilihat dari struktur tanah kota Merauke
yang sebagian besar adalah tanah rawa. Walaupun sudah terbilang dengan
kategori baik dalam tanah, akan tetapi system peraiaran dan irigasi persawahan
belum terkoordinir dengan baik. Hal ini bisa kita lihat dari hasil peninjauan
kelompok kami yakni : tidak baiknya air yang tersedia untuk system irigasi
persawahan, pintu air yang tidak berkerja sebagaimana dengan fungsinya dan
masih banyak hal-hal yang lainnya yang membuat system irigasi yang ada di
Kota Merauke khususnya di Desa Kuprik terlihat sederhana.
Berkenan dengan uraian diatas, dan permasalahan yang ada di kota
Merauke yaitu kurangnya perhatian pemerintah akan system Irigasi yang ada,
maka kami menyusun Laporan Peninjauan Klasifikasi Jaringan Irigasi
Sawah (Desa Kuprik) dengan maksud dan tujuan untuk mempelajari
kelayakan system dan klasifikasi jaringan irigasi yang ada di kota merauke
khususnya di Desa Kuprik.
I.II. RUMUSAN MASALAH

Dari penelitian ini dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah system irigasi yang ada di Desa Kuprik merupakan Irigasi Teknis,
Irigasi Semi-Teknis, dan Sederhana?

2. Apakah system irigasi ini memeberikan kehidupan kepada masyarakat


petani pemilik?

I.III. TUJUAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari dan mengetahui system irigasi yang digunakan di


persawahan Desa Kuprik.

2. Mengevaluasi kemampuan bangunan Irigasi dalam mengatur debit air dan


efisiensi.

3. Menambah wawasan mahasiswa terhadap mata kuliah Irigasi dan sebagai


materi tambahan untuk kelancaran Tugas Besar Irigasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM IRIGASI
Irigasi merupakan suatu usaha teknis untuk mengontrol kandungan air
pada tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh secara
baik. Dimana usaha teknis yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan
prasarana irigasi untuk membawa, membagi air secara teratur dengan jumlah
yang cukup, waktu yang tepat ke petak irigasi untuk selanjutnya diberikan dan
dipergunakan oleh tanaman.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :

1. Irigasi Gravitasi

Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air.


Bentuk rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk
mengalirkan air sampah ke petak sawah.

2. Irigasi Bawah Tanah

Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi petak
sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga air akan
sampai ke akar tanaman.

3. Irigasi Siraman

Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan


bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena
dapat dikontrol dengan sangat mudah.

4. Irigasi Tetesan

Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/ disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk
mengalirkan air.

Bangunan dan saluran irigasi dikenal sejak zaman prasejarah, dibuktikan


oleh peninggalan sejarah, baik nasional/dunia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa sumber makanan nabati yang disediakan alam sudah tidak mencukupi
kebutuhan. Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir
melalui saluran-saluran secara alami ke tempat yang lebih rendah.

Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang


dapat dicapai di bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, fisika
dan hidro-lika meliputi statika dan dinamika benda cair.

Tidak semua air cocok untuk kebutuhan air irigasi.

Air yang kurang baik umumnya mengandung :

(a). bahan kimia beracun bagi tumbuhan/orang yang makan hasil tanaman itu;

(b). bahan kimia yang bereaksi dengan tanah kurang baik;

(c). tingkat keasaman air (pH);

(d). tingkat kegaraman air;

(e). bakteri yang membahayakan orang/ternak.

Parameter yang mempengaruhi kualitas air irigasi untuk tanaman adalah :

a) Salinitas

Masalah salinitas terjadi jika kuantitas garam pada air irigasi cukup besar
sehingga akumulasi garam di daerah perakaran tanaman sedemikian rupa
sehingga tanaman tidak mampu mengisap air (lengas) tanah di daerah perakaran

Penurunan isapan air oleh akar menyebabkan terganggunya pertumbuhan


tanaman, gejalanya : kekurangan air (tanaman layu).

Tanaman mengisap sebagian besar air dari bagian atas zone perakaran, sehingga
kondisi salinitas sangat berpengaruh di bawah zone perakaran.

b) Permeabilitas

Laju infiltrasi akan berkurang akibat kandungan garam


tertentu/kekurangan garam tertentu dalam air irigasi. Faktor yang berpengaruh

kandungan Na relatif terhadap Ca dan Mg,


kandungan bikarbonat dan karbonat, dan
total kandungan garam dalam air.
c) Toksisitas
Toksisitas atau keracunan terhadap Boron (B), Chlorida (Cl) dan Natrium
(Na)

d) Masalah lain
Masalah lain dalam air irigasi : pertumbuhan terlalu cepat, tergenang, dan
perlambatan pematangan akibat kandungan Nitrogen berlebih. Bercak
putih pada daun dan buah akibat kandungan berlebih Bicarbonate
dalam irigasi curah dan pH abnormal.

B. SISTEM DAN KLASIFIKASI JARINGAN

Irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

Irigasi Sistem Gravitasi

Irigasi gravitasi adalah sistem irigasi yang telah lama dikenal dan
diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Pada sistem ini, sumber air diambil
dari air permukaan (sungai, waduk dan danau di dataran tinggi).
Pengaturan dan pembagian air dilakukan secara gravitatif.

Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi pompa bisa dipertimbangkan, jika pengambilan secara


gravitatif tidak layak secara ekonomi/teknik. Cara ini membutuhkan
modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air
diambil dari sungai, danau atau rawa.
Irigasi Pasang-surut

Sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan


pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut.

Klasifikasi jaringan irigasi ditinjau dari cara pengaturan dan pengukuran


aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :

1) Jaringan Irigasi Sederhana


Pada jenis ini, pembagian air tidak diukur/diatur sehingga air lebih
akan mengalir ke sal. pembuang. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam.
Maka hampir tidak sulit untuk pembagian air.
Jaringan jenis ini mudah diorganisir namun memiliki kelemahan
sbb :
a) Pemborosan air, karena umumnya jaringan terletak di daerah
yang tinggi, sehingga air yang mengalir tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur.
b) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak
biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan
pengambilan sendiri-sendiri.
c) Bangunan penangkap air bukan bangunan tetap atau
permanen, maka umurnya pendek.

2) Jaringan Irigasi Semi Teknis


Jenis ini, bangunan utama terletak di sungai lengkap dengan pintu
pengambilan tanpa bangunan pengukur. Sistim pembagian air
serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai
untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada daerah
layanan jaringan sederhana.
3) Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip irigasi teknis : pemisahan antara saluran
pembawa dan pembuang. Saluran pembawa dan pembuang
bekerja sesuai fungsinya. Saluran pembawa mengalirkan air ke
sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari
sawah. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan ini,
petak tersier terdiri dari sawah seluas : 50 s/d 100 ha, kadang-
kadang sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan saluran
pembuang tersier dan kuarter.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran
aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara
efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat
saja maka akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit
di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan
yang lebih murah.
Secara singkat klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut :

C.

CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI

Mengalirkan/membagi air irigasi, dengan 4 cara yaitu sebagai berikut :

1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu memberikan air


melalui permukaan tanah.

2. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, yaitu memberikan


air menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau berlubang-lubang,
yang ditanam 30 - 100 cm di bawah permukaan tanah.

3. Pemberian air irigasi dengan pancaran, yaitu cara memberikan air dalam
bentuk pancaran suatu pipa berlubang yang tetap atau berputar pada
sumbu vertikal. Air dialirkan ke dalam pipa dan areal diairi dengan cara
pancaran seperti pemancaran pada waktu hujan.

4. Pemberian air dengan cara tetesan, yaitu pemberian air melalui pipa, di
mana pada tempat-tempat tertentu diberi perlengkapan untuk keluarnya
air agar menetes pada tanah.

Cara pemberian air irigasi ini tergantung pada kondisi tanah, topografi,
ketersediaan air , jenis tanaman, iklim, kebiasaan petani, dan sebagainya. Cara
pemberian air irigasi yang termasuk dalam cara pemberian air lewat permukaan,
antara lain :

Wild flooding
Wild flooding adalah air digenangkan pada suatu daerah yang luas pada
waktu banjir cukup tinggi sehingga cukup sempurna pembasahannya; cara
ini cocok jika cadangan/ketersediaan air cukup.
Free flooding
Free flooding adalah daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa
bagian/petak; air dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah.
Check flooding
Check flooding adalah air dari tempat pengambilan (sumber air)
dimasukkan ke dalam selokan, untuk kemudian dialirkan pada petak-
petak yang kecil; keuntungannya air tidak dialirkan pada daerah yang
sudah diairi.
Border strip method
Border strip method adalah daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang
kecil dengan galangan berukuran 10 x 100 m sampai 20 x 300 m; air
dialirkan ke dalam tiap petak melalui pintu-pintu.
Zig-zig method
Zig-zig method adalah daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak
berbentuk jajaran atau persegi panjang; tiap petak dibagi lagi dengan
bantuan galangan dan air mengalir melingkar sebelum mencapai lubang
pengeluaran.

Bazin method
Bazin method digunakan pada kebun buah-buahan. Tiap bazin dibangun
mengelilingi pohon dan air dimasukkan ke dalamnya melalui selokan
lapangan seperti pada chek flooding.
Furrow method
Furrow method digunakan pada perkebunan bawang dan kentang serta
buah-buahan lainnya. Tumbuhan ditanam pada tanah gundukan yang
paralel dan diairi melalui lembah di antara gundukan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan hasil dari peninjauan kelompok kami
terhadap Irigasi yang ada di persawahan Desa Kuprik.

A. Waktu pelaksanaan dan Tempat

Penelitian dilakukan dua (2) kali, yaitu :

1. Sabtu, 25 Maret 2017


2. Sabtu, 01 April 2017

Dan lokasi tempat penelitian yang kami lakukan adalah Daerah


Persawahan yang ada di Desa Kuprik ( Kampung Sidomulyo).

B. Alat

Adapaun alat - alat yang kami gunakan untuk membantu kelancaran


peninjauan kelompok kami, adalah sebagai berikut :

1. Meteran
2. Kamera
3. Alat-alat Tulis
C. Metode dan Prosedur Penelitian
Metode yang kami lakukan adalah OBSERVASI atau
pengamatan secara langsung. Metode ini adalah dimana kelompok kami
datang langsung ke lokasi survey dan melakukan peninjauan serta
wawancara secara langsung terhadap pemilik sawah. Pengolahan data
kami lakukan di salah satu rumah teman kami.

Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa langkah kerja, yaitu :
1. Penentuan lokasi oleh dosen pengampuh mata kuliah Irigasi yaitu
Bapak Drs. Abner Doloksaribu, MT. dengan meninjau dan
menimbang lokasi, kami mendapatkan Lokasi Desa Kuprik,
Kampung Sidomulyo.
2. Pada hari Sabtu, 25 April 2017, kami mendatangi lokasi observasi
dengan maksud untuk mengamati secara langsung dan mencari
data-data sesuai dengan arahan dari Dosen.
3. Menurut Klasifikasi Jaringannya, sawah yang kami tinjau adalah
jenis Irigasi Sederhana ( Tabel 3.1). Adapun data yang kami
dapatkan adalah sebagai berikut:
Irigasi memiliki beberapa bangunan utama yang
bersifat sementara.
Kemampuan bangunan Irigasi dalam mengukur dan
mengatur debit air masih termasuk dalam kategori
jelek dikarenakan tidak adanya pintu air dan saluran
pembagi yang permanent.
Jaringan saluran irigasi dan pembuang masih menjadi
satu.
Irigasi ini belum mempunyai jaringan yang terpisah,
jadi belum ada petak tersier.
Efisiensi dan pemakaian air tidak dapat dipastikan
karena jaringan irigasi merupakan irigasi
penampungan air hujan dan menggunakan pompa
untuk menyalurkan air.
Ukuran Jaringan irigasi adalah dibawah 500 Ha yaitu
hanya berkisar 1,5 Ha 2 Ha.


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian kami terhadap jaringan irigasi yang
ada di Kampung Sidomulyo, maka kesimpulan yang kami dapatkan
adalah :

1. Irigasi merupakan Irigasi Sederhana dengan menjalankan


system Irigasi Pompa untuk menyalurkan air. System Irigasi
Pompa ini di operasikan dikarenakan pengambilan air secara
gravitatif tidak layak secara ekonomi/teknik. Sumber air
diambil dari drainase yang difungsikan sebagai penampungan
air hujan.
2. Meskipun termasuk dalam kategori Irigasi Sederhana dengan
menggunakan Sistem Irigasi Pompa, Irigasi dari sawah ini
dapat memberikan kehidupan bagi masyarakat petani dan
pemili.
3. Irigasi ini hanya berfungsi jika saluran air menerima atau
menyimpan jumlah air yang banyak dan dapat digunakan untuk
Tahun ke depan. Air yang di tampung didapatkan dari curah
hujan.Irigasi Pompa sangat bergantung pada curah hujan per
tahun. Jika curah hujan sangat kecil maka petani tidak dapat
melakukan penanaman dan pemanenan secara teratur. Curah
hujan yang tinggi juga dapat memberikan dampak yang tidak
baik terhadap sawah dan hasil panen.
4. Walaupun di sawah yang kami tinjau terdapat beberapa
bangunan sekunder, akan tetapi bangunan-bangunan tersebut
tidak berfungsi sebagaimana fungsinya.

B. SARAN
Dari observasi yang dilakukan hendaknya data yang
didapatkan harus lebih sempurna. Bimbingan lebih lanjut mengenai
peneletian selanjutnya juga sangat diperlukan. Saran kami selaku yang
melakukan observasi ialah :
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan kondisi irigasi yang
ada. Perhatian dan bantuan dari pemerintah haruslah sesuatu yang
dapat membantu kelancaran jaringan Irigasi sawah. Kelancaran
Jaringan Irigasi akan membuat hasil persawahan meningkat dan
tentu akan mempengaruhi kestabilan faktor ekonomi Kota
Merauke.
Dalam contoh kasus yang telah kami teliti, ada bangunan irigasi
yang di bangun pemerintah setempat namun tidak berfungsi
sebagaimana dengan maksud dan tujuan bangunan itu sendiri.
Bangunan Sekunder yang dibangun , seharusnya berfungsi sebagai
bangunan pembagi, akan tetapi karena Sawah menggunakan
system Irigasi Pompa maka bantuan dari pemerintah hanyalah sia-
sia. Untuk itu, pemerintah dan petani harusnya menjalin sebuah
komunikasi yang baik agar supaya bantuan tidak salah sasaran dan
bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Data dari penelitian ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
masih ada kekurangan dari data yang kami dapatkan. Untuk itu
kami mengharapkan kepada teman-teman sekalian yang mau
melanjutkan penelitian agar lebih memperhatikan dan
mengevaluasi data yang akan diambil agar supaya penelitian yang
dilakukan bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Materi Pertemuan ke-3 Mata Kuliah Irigasi Sistem dan Klasifikasi


Jaringan Irigasi

Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP.


01-05).
Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Teknik, UGM, Yogyakarta

DOKUMENTASI

Pengambilan Data Jaringan Irigasi Kampung Sidomulyo



Peninjauan Ukuran Jaringan Irigasi


Peninjauan Pintu Air
LEMBAR ASISTENSI

Asistensi Check List


N Nama Kamis / 29 Kamis / 06
Maret 2017 April 2017
Christian Harry
1 Takasaheng Ada Ada

2 Denta Adi Utama Ada Ada


Ferdin Renaldy
3 Deswara Ada Ada
Rian Agustian
4 Rahmat Ada Ada
Hilarius Chandra
5 Kusuma Ada Ada

6 Ramadhan Rahim Ada Ada

7 Karolus Jiwirkaro Ada Tidak Ada

8 Monika Paskalina Tidak Ada Ada

Anda mungkin juga menyukai