Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi masalah


gizi yang cukup besar. Kurang gizi pada balita terjadi karena pada usia tersebut
kebutuhan gizi lebih besar dan balita merupakan tahapan usia yang rawan gizi.
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya angka konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). KEP merupakan salah satu masalah
gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia maupun negara-negara
berkembang lainnya. KEP berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan
intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga berdampak langsung
terhadap kesakitan dan kematian.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus
gizi kurang, di antaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan
13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki
kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka
kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan
gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat
dan tepat.
Masalah gizi juga merupakan salah satu yang tercantum di dalam MDG
(Millenium Development Goals). MDG menegaskan bahwa pada tahun 2015, setiap
negara harus dapat menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi
pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDG
adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan
menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (indikator kelima).
Melihat angka prevalensi gizi buruk dan kurang di Indonesia serta
pengaruhnya yang begitu tinggi dalam tumbuh kembang anak, pemerintah

1
memasukkan program perbaikan gizi ke dalam salah satu program pokok puskesmas.
Berbagai upaya untuk menghadapi permasalahan gizi di Indonesia saat ini antara lain
melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita,
penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akeses dan mutu pelayanan
gizi melalui tata laksana gizi buruk di puskesmas perawatan dan rumah sakit,
penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui keluarga
sadar gizi.
Dari hasil Program Bulan Penimbangan Balita Puskesmas Solokan Jeruk
tahun 2012, ditemukan 0,2% gizi kurang, dan tidak ditemukan anak dengan gizi
buruk. Meskipun persentase gizi kurang tersebut hanya 0,2%, jika tidak ditangani
dengan baik maka status gizi kurang tersebut dapat berkembang menjadi gizi buruk
yang berdampak pada tumbuh kembang anak. Ditambah lagi, berdasarkan pendataan
posyandu terbaru, kini ditemukan beberapa kasus gizi buruk di beberapa RW di
Solokan Jeruk. Masalah gizi ini harus segera ditanggulangi karena memiliki pengaruh
yang sangat besar.

1.2. Tujuan

Tujuan umum pembuatan laporan pencegahan dan penanggulangan gizi buruk


ini adalah untuk mengetahui cara menanggulangi gizi buruk pada anak. Sedangkan
tujuan khususnya yakni adanya perbaikan pada status gizi pada anak dengan gizi
buruk menjadi gizi baik.

2
BAB II
PERMASALAHAN DI KELUARGA, MASYARAKAT, DAN KASUS

2.1 Data Pasien dan Profil Keluarga


2.1.1 Data Pasien
Nama : An. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 21 April 2009
Usia : 4 tahun 3 bulan 2 hari
Alamat : Desa Langensari RW 01, Kec. Solokan Jeruk
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah

2.1.2 Profil Keluarga


Nama orang tua : Bpk. U
Usia : 27 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh
Jaminan :-

2.2 Riwayat Pasien Sekarang


a. Riwayat tumbuh kembang : berjalan (+), berbicara (+) sesuai usia
b. Riwayat nutrisi :
Makanan
Usia ASI/ PASI Buah/biskuit Bubur Nasi Tim
Keluarga
0-2 bulan SF - - - -
2-4 bulan SF - - - -
4-6 bulan SF - - - -
6-9 bulan SF - + - -
9-12 bulan SF + + + -
Hingga Terutama mi
SF - - -
sekarang instant

Kesan nutrisi : kurang dengan kualitas dan kuantitas kurang


c. Riwayat alergi : disangkal

2.3 Riwayat Pasien Dahulu


a. Riwayat persalinan : lahir cukup bulan ditolong bidan dengan BB lahir
2500 gr. Riwayat kontrol saat hamil tidak diketahui. Riwayat konsumsi

3
obat saat hamil tidak diketahui. Riwayat nutrisi saat hamil tidak diketahui.
Pasien dirawat oleh neneknya sejak lahir.
b. Imunisasi dasar : tidak lengkap, BCG (+), DPT 1(+)
2.4 Status Gizi Pasien :
a. BB : 10 kg
b. TB : 91 cm
c. Umur : 51 bulan
d. Z-score (BB/TB) : <-3 SD

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Penegakan diagnosis

Gizi buruk ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antopometri. Anak didiagnosis gizi buruk jika:
a. BB/TB <-3 SD atau <70 % dari median (marasmus)

4
b. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor BB/TB >-3SD
atau marasmik-kwashiokor BB/TB <-3SD)
Apabila BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak
sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak terdapat lemak atau masa otot pada
kedua bahu, lengan, bokong dan paha (baggy pants).
KEP dapat dibagi menjadi 3 derajat :

KEP Ringan KEP Sedang KEP Berat


BB/U) 70-80% baku median BB/U 60-70% baku median BB/U < 60% baku median
WHO-NCHS; dan/atau WHO-NCHS; dan/atau WHO-NCHS; dan/atau
BB/TB) 80-90% baku median BB/TB 70-80% baku median BB/TB < 70% baku median
WHO-NCHS WHO-NCHS WHO-NCHS

3.1.1 Kriteria anak dengan gizi buruk


Gizi buruk dapat dibagi menjadi 2 :
Gizi buruk tanpa komplikasi
o BB/TB : BB/TB: < -3 SD dan/atau;
o Terlihat sangat kurus dan/atau;
o Adanya Edema dan/atau;
o LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan

Pasien gizi buruk tanpa komplikasi dapat rawat jalan.

Gizi buruk dengan komplikasi, bila disertai salah satu atau lebih tanda
berikut :
o Anoreksia
o Pneumonia berat
o Anemia berat
o Dehidrasi berat
o Demam sangat tinggi
o Penurunan kesadaran

Pasien harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

3.1.2 Alur pemeriksaan

5
3.1.3 Status nutrisi
Untuk mengetahui status nutrisi pada anak dapat menggunakan Percent of
Ideal Body Weight (IBW), yang dinyatakan dalam persen (%). IBW adalah berat
ideal anak untuk tinggi actual (ideal weight for actual height). Sedangkan persentasi
IBW dapat dihitung dengan BB (saat diperiksa dibagi) dibagi dengan IBW ,dan
dikalikan dengan 100% (Percent IBW is calculated as (actual weight divided by IBW)
X 100% )
IBW ini sendiri berguna untuk mengklasifikasikan kondisi gizi anak:
120% : obesity
110 -120% : overweight
90-110% : normal
80-90 : mild malnutrition
70-80% : moderate malnutrition
70% :severe malnutrition.

6
3.1.4 Menghitung kebutuhan energi
Untuk menghitung kebutuhan energi pada anak dapat
menggunakan RDA (Recommended Dietary Allowance)

R
A D
A
(k
ca
l/
k
g
W Sedangkan untuk mengejar
t)
pencapaian nutrisi pada anak
1
0- 0 malnutrisi dapat
0- menggunakan rumus:
1 Kcal = RDA (kcal/kg) for
1- 2
0 height age* x Ideal weight
1 (kg)**
4- 0 * Age at which actual
0
9 height is at the 50th %-ile
7- 0 ** Ideal weight for actual
8
0 height
1 M
: 3.2 Penatalaksanaan
6 Gizi Buruk
0-
Tatalaksana anak
7
1 0 dengan gizi buruk dibagi
F menjadi beberapa fase, yaitu
:
5 fase stabilisasi, fase transisi,
0- dan fase rehabilitasi. Ada 10
6
0 hal yang harus dilakukan
M dalam menatalaksana anak
:
5 dengan gizi buruk, yaitu:
0-
6
0
F
:
4
0-
5
7
0
Tabel 1. Kerangka Waktu Manajemen Anak dengan Gizi
Buruk
Stabilisasi Transisi _
Rehabilitasi__
Step Hari 1-2 Hari 3-7
Minggu 2-6
1. Hipoglikemi
2. Hipotermia
3. Dehidrasi
tanpa zat besi dengan zat besi
4. Elektrolit
5. Infeksi
6. Mikronutrien
7. Cautious feeding
8. Mengejar pertumbuhan
9. Stimulasi sensori
10. Persiapan follow-up
a. Hipoglikemi

Semua anak dengan malnutrisi berat beresiko hipoglikemia


(glukosa darah <54mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan
atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Tanda anak
hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan kehilangan kesadaran. Jika fasilitas
setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua
anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia.
Tatalaksana

Segera
beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya
memungkinkan.

Bila
F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan

glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral
melalui NGT.
atau

Lanjutkan Pemantauan
pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal 2
hari
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-

75
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10 % secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT
Beri antibiotik

8
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah
30 menit.
Jika kadar gula darah <54 mg/dl, ulangi pemberian larutan glukosa atau gula
10%.
Jika suhu rektal <35,50C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia
disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran gula darah dan tangani sesuai
keadaan (hipotermia dan hipoglikemia)
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin
atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap
2-3 jam siang malam.

b. Hipotermia
Dikatakan hipotermia bila suhu aksila <35,5oC
Tatalaksana


Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dahulu)

Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut

hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau

lampu Pemantauan
di dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau perut ibunya
(metode kangguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakan lampu pijar 40 W
Ukur suhu
dengan aksila
jarak anak
50 cm setiap
dari jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5 0C
tubuh2 anak.
Berilebih.
atau antibiotik sesuai pedoman.
Jika digunakan pemanas, ukur suhu setiap setengah jam. Hentikan
pemanasan bila suhu mencapai 36,50C.
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari.
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Pencegahan
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin
dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut
Ganti pakaian dan seprei yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap
kering
Hindarkan anak dari suasana dingin
Biarkan anak tidur dengan dipeluk orangtuanya agar tetap hangat terutama di
malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin,
sepanjang hari, siang dan malam.

9
c. Dehidrasi
Cukup sulit menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas anggap dehidrasi ringan.
Tatalaksana


Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat

dengan syok
Beri Resomal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
jika
o Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
o Setelah 2 jam, berikan resomal 5-10 ml kg/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam
o Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang
Pemantauan
keluar dan apakah anak muntah.
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
setiap
Jikamasih
jam diare,
selamaberi
2 ReSoMal
jam pertama.
setiap Kemudian tiap jam
kali diare. Untuk usia sampai 1050-100
<1 tahun: jam
ml setiap
berikutnya. BAB, usia
Waspada 1tahun
terhadap : 100-200
gejala ml setiap
kelebihan cairanBAB.
yang bisa mengakibatkan
gagal jantung dan kematian. Periksa frekuensi napas, frekuensi nadi, frekuensi
miksi dan jumlah produksi urin, serta frekuensi BAB dan muntah. Jika ditemukan
tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi
15x/menit), hentikan pemberian cairan/Resomal segera dan lakukan penilaian
ulang setelah 1 jam
Pencegahan
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
Pemberian F-75 sesegera mungkin

Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap BAB cair3

d. Gangguan keseimbangan elektrolit


Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan
magnesium yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk
memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar
natrium serum mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini.
Jangan obati edema dengan diuretikum.
Tatalaksana
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan
Magnesium yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral Mix yang
ditambahkan dalam F-75, F-100 atau ReSoMal.

10
e. Mengobati infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti
demam, seringkali tidak ada, pada hal infeksi ganda merupakan hal yang sering
terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami
infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.
Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat
Tatalaksana

Antibiotik
spektrum luas
o Jika tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25
mg SMZ+5TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari
o Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan
dengan Pemantauan
Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau

ampisilinJikaoralterdapat
(50 mg/kgBB
anoreksiasetiap 6 jampemberian
setelah selama 5 antibiotik
hari) sehingga total
di atas,
selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari
lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum
selama 7 hari
Vaksinlakukan
membaik, campakpenilaian
jika berumurulang6 bulan dan belum
menyeluruh pernah mendapatkannya, atau
pada anak.
f. jika
Defisiensi zat gizi>9mikro
anak berumur bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9
Berikan
bulan. Tunda setiap hari selama
Tatalaksana
imunisasi 2 minggu:
bila syok.
Multivitamin

Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

Tembaga (0,3 mg Cu/KgBB/hari)

Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah BB naik (mulai fase rehibilitasi)

Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke-1 (kecuali bila telah diberikan
g. Pemberikan makanan
sebelum dirujuk) dengandaridosis 50.000 makanan
IU ( kapsul
awal biru) untuk
Sifat utama pemberian adalah : anak < 6 bulan,
100.000 IU (1 kapsul biru) untuk anak 6-12 bulan, dan 200.000 IU (1 Kapsul
3
merah)
Makanan
untuk anakjumlah
dalam 1-5 tahun.
sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun

rendah laktosa

Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral

Energi 100 kkal/kgBB/hari

Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari
h. Memberikan makanan untuk
Cairan : 130 ml/kgBB/hari tumbuh
(bila edema kejar
berat beri 100 ml/kgBB/hari)
Tanda yang menunjukan bahwa
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi anakpastikan
telah mencapai fase F-75
bahwa jumlah ini
yang
adalah ditentukannafsu
kembalinya harusmakan
dipenuhi.
dan edema minimal atau hilang
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari F-75 ke formula tumbuh
kejar (F-100) :

Ganti F-75 dengan F-100 beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2

hari berturut-turut.

Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian

sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini
terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula
digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga
kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100
Setelah transisi bertahap, beri anak :
11
Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan
anak)
Energi: 150-220 Kal/KgBB/hari
Protein : 4-6 g/KgBB/hari


Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi
pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak
mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-
siap saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi
sebanyak 500 Kal/sachet 92 g dapat dipergunakan pada fase rehabilitasi
Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung
(nadi cepat dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat
(pernapasan naik 5x/ menit dan nadi 25x/menit) dan kenaikan ini menetap selama
2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan
tanda bahaya dan dicari penyebabnya.

Lakukan
segera :
Kurangi volume makanan menjadi 100 ml/KgBB/hari selama 24 jam

Tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya
130 ml/kgBB/hari selama 48 jam beikutnya

Selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana

sebelumnya
i. Penilaian kemajuan
Atasi penyebab
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan
setelah tahap transisi dan mendapat F-100:
Timbang dan catat BB setiap pagi sebelum diberi makan
Hitung dan catat kenaikan BB setiap 3 hari dalam gram/kg/hari
kenaikan BB :
Jika

Kurang (<5 g/kgBB/hari) anak membutuhkan penilaian ulang lengkap

Sedang (5-10 g/kgBB/hari, periksa apakah target asupan terpenuhi, atau

mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi

Baik (>10g/kgBB/hari)
3.3 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Gizi Buruk di
Puskesmas Solokan Jeruk
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pencegahan
dan penanggulangan gizi buruk yaitu :
a. Upaya Preventif:
Mendata semua keluarga yang memiliki ibu hamil, bayi dan anak balita.

12
Melakukan penyuluhan kepada keluarga tersebut mengenai pentingnya
makanan bergizi
Melakukan penyuluhan kepada kelurga tersebut untuk rutin memeriksakan
diri ke bidan dan memeriksakan bayi dan anak balita ke posyandu
Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dasar
b. Upaya Promotif:
Memberitahukan masyarakat mengenai gejala dan tanda malnutrisi
Memberitahukan kepada masyarakat untuk bergerak aktif untuk segera
memberitahukan kader/bidan desa setempat jika ada keluarga yang memiliki
kemungkinan malnutrisi agar dapat diperiksakan ke pelayanan kesehatan
dan mendapatkan penanganan selanjutnya.
c. Upaya Kuratif
Memberikan pelayanan rawat jalan didampingi oleh kader terlatih atau
petugas kesehatan
Memberikan makanan tambahan secara berkala
Pemberian imunisasi dasar dan vitamin A













BAB IV
PELAKSANAAN

Penemuan anak dengan gizi buruk di wilayah Solokan
Jeruk, menggunakan data rutin hasil penimbangan anak di
posyandu, hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan

13
jaringannya, Rumah Sakit dan dokter/bidan praktek swasta), hasil
laporan kader/masyarakat lainnya) dan skrining aktif (operasi
timbang anak).
Pada kasus ini, ditemukan anak dengan gizi buruk tanpa
komplikasi, sehingga masih dapat dilakukan pengobatan rawat
jalan. Adanya perkembangan pada kasus dapat dinilai dari evaluasi
rutin yang dilakukan kader dan bidan desa saat posyandu rutin.





















BAB 5
MONITORING, EVALUASI DAN SARAN


5.1 Monitoring
Cara pemantauan dilakukan berdasarkan :
1) Status gizi
Pengukuran BB setiap minggu, pengukuran TB setiap 1
bulan dilakukan oleh tenaga kesehatan saat posyandu
2) Pemeriksaan Klinis
Diperiksa oleh dokter Puskesmas setiap kali kunjungan.

5.2 Evaluasi

14
a. Dilakukan selama 6 bulan untuk anak yang mengikuti
program pelayanan anak gizi buruk
b. Evaluasi program satu tahun sekali: mencakup jumlah anak
yang mengikuti program, lulus, Drop Out (DO), dan meninggal

5.3 Saran
a. Disediakannya formulir pencatatan kartu status
b. Setiap keluarga dengan anak gizi buruk diberikan catatan
harian yang diisi oleh kader atau keluarga



15

BAB IV
PELAKSANAAN

16

Gambar 2. Mekanisme Respon Cepat Penanggulangan Gizi
Buruk/Kurang


Pelaksanaan pencegahan gizi buruk yang dapat dilaksanakan di
Puskesmas Solokan Jeruk adalah sebagai berikut.

4.1. Upaya Preventif
Pelatihan kader dan bidan desa mengenai program kesehatan anak di
puskesmas
Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan setiap
berlangsungnya kegiatan posyandu mengenai topik-topik terkait kesehatan
anak seperti:
o Gizi seimbang
o Pemberian ASI dan MP-ASI sesuai usia anak dan kondisi anak
o Pentingnya pengukuran berat dan tinggi badan di posyandu setiap
bulan
o Pentingnya pemberian imunisasi dasar dan vitamin A
Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita
yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang
Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai
gangguan pertumbuhan
Melakukan kunjungan rumah terhadap anak-anak yang KMS nya berada
di garis kuning (gizi kurang) untuk menilai faktor risiko lingkungan

4.2. Upaya Promotif
Mengadakan sosialisasi dan pembekalan kepada para kader dan bidan desa
mengenai gizi buruk dan cara pengenalannya di masyarakat (berdasarkan
klinis dan KMS)
Menyelenggarakan PMT penyuluhan yang dapat dilakukan pada waktu
tertentu pada kegiatan posyandu

17
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai gizi buruk dan mengenali
gejala-gejalanya yang melibatkan tenaga kesehatan dan petugas program
gizi puskesmas
Melatih kader dan bidan desa untuk segera melapor apabila ditemukan
kasus gizi kurang sehingga dapat segera ditatalaksana sebelum menjadi
gizi buruk
Melakukan kunjungan rumah pada anak yang diketahui mengenai gizi
kurang agar dapat diketahui faktor risiko lingkungannya

4.3. Upaya Kuratif
Memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan berada di
pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM) berupa susu, kue, dan
makanan gizi seimbang
Merujuk pasien gizi buruk dengan komplikasi ke rumah sakit agar
mendapat penanganan komprehensif
Melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan
balita dengan riwayat gizi kurang/buruk
Mengaktifkan pusat pemulihan gizi (PPG) sebagai pemekaran posyandu
agar dapat berfungsi sebagai tempat perawatan anak gizi buruk tanpa
penyakit penyulit

18
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI


5.1. Monitoring
Keberhasilan program pencegahan/penanggulangan gizi
buruk dilakukan melalui pemantauan usaha-usaha yang dilakukan
puskesmas terkait gizi buruk oleh tenaga gizi puskesmas. Hal yang
paling sederhana adalah pengawasan pemberian PMT terhadap
anak yang berpotensi menjadi gizi buruk. Diperlukan juga
kunjungan ke rumah anak yang sebelumnya dilaporkan gizi
kurang/gizi buruk untuk menilai status gizinya saat ini.

5.2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan meninjau data pelaporan gizi
kurang/gizi buruk di Puskesmas Solokan Jeruk serta temuan kader
di wilayah jangkauannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Gizi Masyarakat. Respon Cepat Gizi Buruk. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat;
2008.

Behrman, Richard E., MD., et. al. 2000. Nelson Textbook of


Pediatrics 16th ed. Pennsylvania : W. B. Saunders Company.

Management of Severe Malnutrition: A Manual for Physicians and
Other Senior Health Workers. Geneva: World Health Organization; 1999.

Seal, A. Adopting the WHO Growth Standards for Diagnosis and


Classification of Acute Malnutrition in Emergencies: An Assessment of
Resource Implications. London: UCL Centre for International health and
Development, Institute of Child Health.

Walker, W.A., Watkins, J.B., Duggan, C. Nutrition in Pediatrics.


Hamilton: BC Decker Inc; 2003.

WHO Child Growth Standards and the Identification of Severe


Acute Malnutrition in Infants and Children. WHO and UNICEF; 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai