BUDIYATI
0906620083
BUDIYATI
0906620083
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang
berjudul: Aplikasi Teori Konservasi Levine Dalam Asuhan Keperawatan
Klien Anak Yang Mengalami Peningkatan Suhu Tubuh di Ruang
Perawatan Penyakit Infeksi Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Program Studi Ners Spesialis Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Pada proses penyusunan karya ilmiah akhir ini, penulis menyadari banyak
mendapat hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak
maka karya ilmiah akhir ini akhirnya dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., sebagai Supervisor Utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan karya ilmiah akhir
ini.
2. Dessie Wanda, S.Kp., MN., sebagai Supervisor yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan berupa masukan dan arahan selama
penyusunan karya ilmiah akhir ini.
3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., selaku Ketua Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Almarhum Ibunda dan Ayah tercinta, slalu teriring doa untuk beliau,
terimakasih atas pengorbanannya selama ini, juga kakak dan adikku yang
selalu mendukung dan mendoakan.
6. Keluargaku tercinta, suamiku Mugi Hartoyo, MN., dan ketiga buah hatiku
Ananda Rifda Fairuz Mumtaz, Shafa Naziiha Mumtaz, dan Faris Syafiq
Falahuddin Mumtaz, terimakasih atas doa, cinta, dukungan dan
pengorbanannya.
vi
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
7. Teman-teman seangkatan tahun 2009, khususnya Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak special thanks for Linda, Ikeu, Ririn, Indah, Sulisna,
Santun, Hartini dan Herni yang selalu memotivasi selama penyusunan karya
ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu
penulis dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah
diberikan. Semoga karya ilmiah akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawata
Depok, 11 Jun
Budiya
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Teori Konservasi Levine Dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Yang Mengalami
Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Perawatan Penyakit Infeksi Gedung A RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta
ABSTRAK
Karya Ilmiah Akhir ini merupakan gambaran pelaksanaan kegiatan praktik keperawatan ners spesialis
anak selama satu tahun yang dimulai dari tanggal 3 Oktober 2011 sampai dengan 20 April 2012 yang
menerapkan peran dan fungsi dari ners spesialis keperawatan anak. Karya Ilmiah Akhir ini memfokuskan
pada aplikasi Teori Konservasi Levine dalam asuhan keperawatan klien anak yang mengalami
peningkatan suhu tubuh di ruang perawatan penyakit infeksi. Pengkajian yang dilakukan meliputi
konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas
sosial. Tropikognosis dan justifikasi yang dirumuskan meliputi dari keempat konservasi tersebut.
Hipotesa, planning dan implementasi disesuaikan dengan konservasi energi, konservasi integritas
struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial. Dari hasil evaluasi didapatkan
bahwa kelima kasus klien terpilih yang mengalami peningkatan suhu tubuh setelah diberikan asuhan
keperawatan, didapatkan hasil 5 klien semuanya terbebas dari demam dan semuanya pulang dengan
kondisi bebas demam. Selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien anak, residen
merekomendasikan untuk menerapkan prinsip caring, atraumatic care, family centered care dan upaya
pencegahan infeksi nosokomial dengan cara bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur dan
standar asuhan keperawatan serta memperhatikan prinsip sterilitas dan teknik aseptik yang dapat
dilakukan dengan tindakan cuci tangan dengan handrub. Sebagai inovator residen melakukan modifikasi
ruang tindakan menjadi ruangan yang bernuansa anak untuk meminimalkan atraumatic care dan residen
juga melakukan discharge planning dimulai dari pasien baru sampai pasien pulang dan membuat media
penkes sebagai media untuk melakukan pendidikan kesehatan pada orang tua dan keluarga pasien.
Kata kunci: Peningkatan Suhu Tubuh, Penyakit Infeksi, Teori Konservasi Levine
ABSTRACK
This final scientific paper is a clinical nursing practice report of pediatrics nurse
rd th
specialist practice that is conducted for one year from 3 October 2011 until 20 April
2012 by applying the role and function of pediatrics nurse specialist. The paper is
focusing on the application of Levines conservation theory into nursing care of
children suffering from hyperthermia in infection ward. The assessment that is
performed including conservation of energy, the structure of conservation integrity,
personal integrity conservation, and social integrity conservation. Tropicognoses and
justification, which are formulated including the fourth areas of conservation.
Hipotesa, plan, and implementation are customized with conservation of energy, the
structure of conservation integrity, personal integrity conservation, and social integrity
conservation. Based on the conducted evaluation, it was resulted that from five chosen
clients who suffering from hypothermia, after receiving nursing care they were recover
from hyperthermia and discharged home with normal body temperature. Moreover, in
providing nursing care to children, resident recommends to apply the principal of
caring, atraumatic care, family centered care and effort preventing nosocomial
infection by working based on standard operating procedure and nursing care standard,
and also applying sterile principal and aseptic technique by washing hand with
handrub. As an innovator, resident modified the intervention room as a child room
with some decorations in order to minimize atraumatic care. The resident was also
made a discharge planning with starting from obtaining new patient until discharging
home, and provided health education for parents and family of clients.
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN .. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.. .. iii
HALAMAN PENGESAHAN . iv
KATA PENGANTAR .................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .. viii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... ix
DAFTAR ISI .. x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR SKEMA .. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan . 9
1.3.Sistematika penulisan... 10
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
2.1.Gambaran kasus... 11
2.2. Tinjauan Teoritis ............................................................................ 17
2.2.1. Meningitis .............................................................................. 17
2.2.2. Demam ................................................................................... 24
2.2.3. Family Centered Care ............................................................ 34
2.3.Integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan 35
2.3.1.Konsep Teori Konservasi Levine ........................................... 35
2.3.2.Proses Keperawatan Dalam Teori Levine .............................. 40
2.3.3.Paradigma Teori Konservasi Levine ...................................... 43
2.4.Aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih................................ 47
2.4.1.Pengkajian .............................................................................. 47
2.4.2. Tropikognosis dan Justifikasi ................................................ 50
2.4.3. Hipotesis Keperawatan .......................................................... 51
2.4.4. Intervensi Keperawatan ......................................................... 53
2.4.5. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 59
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1.Peran Ners Spesialis Keperawatan .................................................. 64
3.1.1.Pelaksana asuhan Keperawatan .............................................. 64
3.1 2. Hubungan terapeutik ............................................................. 66
3.1.3.Advokator .............................................................................. 67
3.1.4.Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan ....................... 67
3.1.5.Pendidikan Kesehatan ............................................................ 67
3.1.6.Dukungan dan Konseling ....................................................... 68
3.1.7.Kolaborator ............................................................................. 68
3.1.8.Pembuat Keputusan Etis ......................................................... 69
3.1.9.Peneliti .................................................................................... 69
3.1.10.Inovator ................................................................................ 69
xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab satu menguraikan tentang latar belakang, tujuan umum dan tujuan khusus
serta sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang
Tahap usia anak merupakan masa hidup seseorang mulai dari konsepsi
sampai awal memasuki usia dewasa. Anak memiliki karakteristik tertentu
dan unik yang berbeda dengan orang dewasa. Tahap usia anak merupakan
periode yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses
pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan anak akan mengalami
berbagai perubahan fisik yang ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh
dan proses perkembangan kemampuan mental intelegensi dan perilaku sosial
anakanak dimana terjadi peningkatan kapasitas untuk berfungsi pada
tingkat yang lebih tinggi (Muscari, 2005).
Sehat dan sakit yang dialami anak adalah akibat dinamika kompleks dan
faktor lingkungan, sosial, budaya, politik dan ekonomi, sehingga tidak ada
intervensi tunggal yang secara sukses memotong siklus morbiditas dan
mortalitas anak. Kualitas hidup anak akan tercapai apabila kesejahteraan
anak terjamin. Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh pola asuh, gaya hidup
pola penyakit, lingkungan dan pelayanan kesehatan (Behrman, & Arvin,
2006). Pelayanan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
klien melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga
klien dapat hidup sehat, produktif dan memiliki kualitas hidup yang optimal.
Hal ini menjadi tanggung jawab perawat untuk menjalankan tugasnya secara
profesional.
Sesuai dengan peran perawat ners spesialis, dalam hal ini residen berusaha
untuk mengembangkan profesionalisme dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, khususnya untuk mengatasi masalah peningkatan
suhu tubuh pada anak dengan penyakit infeksi. Untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan, residen berusaha mengembangkan
asuhan keperawatan yang efektif melalui pendekatan dengan teori
keperawatan. Untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh pada pasien dengan
penyakit infeksi dapat dilakukan intervensi dengan komperehensif dengan
mempertimbangkan penyebab dan akibat dari peningkatan suhu tubuh
tersebut. Pendekatan teori konservasi yang dipelopori oleh Myra Estrin
Levine sesuai untuk mengatasi masalah peningkatan suhu tubuh pada anak
dengan penyakit infeksi.
1.2. Tujuan
BAB II
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
PADA PRAKTIK RESIDENSI
Pada bab 2 ini akan membahas tentang gambaran kasus yang dikelola selama
praktek residensi yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang diambil
sebagai penerapan teori keperawatan, tinjauan teoritis yang terkait dengan kasus
yang dipilih, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan,
dan aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih.
Kasus 1
Anak F ( 4 bulan, 10 hari), laki-laki, masuk ruang infeksi pada tanggal 10 April
2012 dengan diagnosis meningitis bakterialis. Pada saat dilakukan pengkajian
tanggal 10 April 2012, jam 10.00 didapatkan data sebagai berikut keadaan
umum anak lemah, kesadaran compos mentis, anak masih demam naik turun
dengan riwayat kejang sebelumnya. Terpasang infus Kaen IB 8 tetes per menit
pada tangan kiri, terpasang NGT pada lubang hidung kiri. Tanda-tanda vital :
Suhu 39,5< C, nadi 120 x/menit, pernafasan 40 x/menit. Berat badan 6,7
kilogram, Panjang badan 58 centimeter, lingkar kepala 44 centimeter. Ibu
merasa cemas dengan kondisi dan penyakit anaknya.
Masalah Keperawatan yang muncul pada An. F adalah Demam atau peningkatan
suhu tubuh, risiko kejang berulang, risiko gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko kekurangan cairan tubuh, risiko cedera dan cemas pada
orang tua. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada An F adalah:
pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital anak
terutama suhu tubuh, menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis
12
dan menyerap keringat, memberikan kompres hangat, kolaborasi pemberian
antipiretik (paracetamol
syrup), mengobservasi tanda-tanda terjadinya kejang, kolaborasi pemberian
antibiotik dan anti kejang, menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum,
memonitor pemberian cairan dan tanda-tanda dehidrasi, memonitor balance
cairan, memberikan diet susu formula melalui NGT, memasang pengaman pada
tempat tidur klien, dan menjelaskan pada ibu tentang penyakit anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama satu minggu adalah: Keadaan
umum An. F masih lemah, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai
suhu tubuh normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, walaupun
masih sering turun naik, risiko gangguan kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko
kekurangan cairan tubuh tidak terjadi, balance cairan selalu positif, terjadi
kejang pada hari kelima dirawat di ruang infeksi, risiko cedera tidak terjadi, ibu
sudah tahu tentang penyakit anaknya, intervensi dilanjutkan untuk pemeriksaan
lebih lanjut dengan pemeriksaan CT-scan kepala dan direncanakan untuk
dilakukan operasi.
Kasus 2
Anak V (2 tahun, 2 bulan), perempuan, masuk ruang Infeksi pada tanggal 06
Maret 2012 dengan diagnosis sepsis dan cerebral palsy spastik. Saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 12.00 An. V terlihat berbaring
ditempat tidur, tampak lemah, wajah meringis dan ekstremitas spastik. An. V
menangis setiap didekati oleh perawat yang berseragam. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, didapatkan data BB An.M A adalah : 11 kg, TB: 94 cm, LK:
42cm, LD: 40cm, LP: 41cm (BB standar berdasarkan Usia=12 kg, klasifikasi
BB/U adalah 80% BB standar dengan kriteria gizi kurang), TTV (Nadi:
110x/mnt, Nafas:32x/mnt, suhu: 39,6C. An. V terlihat lemah dan pucat,
menangis dan meronta ketika dilakukan pemeriksaan fisik. Frekuensi BAB 2-3
kali sehari, BAK 5-6 kali perhari. Menurut Ibu suhu tubuh An.V cenderung naik
dan hanya turun sedikit dengan minum obat penurun panas. Ibu S mengaku
bingung dengan sakit yang diderita An.V dan tidak tahu kenapa An.V bisa
menderita penyakit seperti ini.
Masalah keperawatan yang muncul pada An. V adalah Demam atau peningkatan
suhu tubuh, risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko kekurangan cairan, risiko cedera, kecemasan anak dan
orang tua, kurang pengetahuan pada orang tua tentang penyakit dan perawatan
anaknya. Intervensi keperawtan yang dilakukan pada An. V adalah pertahankan
suhu lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital anak terutama suhu
tubuh, menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat, memberikan kompres hangat, kolaborasi pemberian antipiretik
(paracetamol syrup), kolaborasi pemberian antibiotik, menganjurkan ibu untuk
memberikan banyak minum, memonitor pemberian cairan dan tanda-tanda
dehidrasi, memonitor balance cairan, memberikan diet susu formula melalui
NGT, memasang pengaman pada tempat tidur klien, dan menjelaskan pada ibu
tentang penyakit anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama dua minggu adalah: Keadaan
umum An. V masih lemah, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai
suhu tubuh normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, walaupun
masih sering turun naik, risiko gangguan kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko
kekurangan cairan tubuh tidak terjadi, balance cairan selalu positif, risiko cedera
tidak terjadi, ibu sudah tahu tentang penyakit anaknya, intervensi dilanjutkan
untuk melatih anak mobilisasi, mengajak anak komunikasi setiap melakukan
tindakan keperawatan, mengajarkan pada orang tua tentang perawatan anak
dirumah. Klien pulang pada tanggal 27 Maret 2012 dengan keadaan umum
sudah stabil, suhu tubuh sudah kembali normal selama 3 hari sebelum pulang.
Kasus 3
Anak R (14 tahun) laki-laki, masuk ruang infeksi tanggal 27 maret 2012 dengan
diagnosi Demam Dengue Grade II. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 28
Maret 2012 pukul 09.00 WIB didapatkan data sebagai berikut: An. R terlihat
lemah, sering mengeluhkan sakit pada perut, wajah meringis dan pucat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan data BB An. R adalah : 50 kg,
TB: 168 cm (BB standar berdasarkan Usia=50 kg, klasifikasi BB/U adalah 83%
BB standar dengan kriteria status gizi normal), TTV (Nadi: 82x/mnt,
Nafas:24x/mnt, suhu: 38,9C.
Masalah keperawatan yang muncul pada An. R adalah Demam atau peningkatan
suhu tubuh, gangguan rasa nyaman nyeri, risiko kurang cairan tubuh, resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kurang
pengetahuan pada orang tua tentang perawatan anaknya. Intervensi keperawatan
yang dilakukan pada An. R adalah pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk,
memonitor tanda-tanda vital anak terutama suhu tubuh, menganjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat, memberikan kompres
hangat, kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol tablet), menganjurkan
untuk banyak minum, mengkaji skala nyeri, membantu anak memberikan posisi
yang nyaman, mengalihkan perhatian anak untuk mengurangi nyeri, kolaborasi
pemberian analgetik, memonitor pemberian cairan dan tanda-tanda dehidrasi,
memonitor balance cairan, memberikan diet nasi 3x sehari ditambah snack 2x
sehari dan minum susu, dan menjelaskan pada ayah tentang penyakit dan
perawatan anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama 5 hari adalah: Keadaan umum
An. R cukup baik, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai suhu tubuh
normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, risiko gangguan
kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko kekurangan cairan tubuh tidak terjadi,
balance cairan selalu positif, ayah sudah tahu tentang penyakit anaknya,
intervensi dilanjutkan dengan pemeriksaan trombosit tiap 8 jam. Klien pulang
pada tanggal 31 Maret 2012 dengan keadaan umum sudah stabil, suhu tubuh
sudah kembali normal selama 2 hari sebelum pulang.
Kasus 4
Anak S (13 tahun), laki-laki, masuk ruang infeksi tanggal 31 maret 2012 dengan
diagnosis Encephalitis Herpes Simpleks. Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 1 April 2012 pukul 09.00 An. S terlihat berbaring ditempat tidur, tampak
gelisah, gerakan tidak terkoordinasi dan bicara meracau. An S tidak
kooperatif dan
cenderung menolak tindakan perawat atau dokter. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, didapatkan data BB An.S adalah : 60 kg, TB: 160 cm, (BB
standar berdasarkan TB=50 kg, klasifikasi BB/TB adalah 110% BB standar
dengan kriteria gizi lebih/obesitas), TTV (Nadi: 120x/mnt, Nafas:24x/mnt, suhu:
39,4C.
Masalah keperawatan yang muncul pada An. S adalah demam atau peningkatan
suhu tubuh, gangguan persepsi sensori, risiko cedera, risiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, cemas pada anak dan orang tua, kurang
pengetahuan orang tua tentang penyakit dan perawatan anaknya. Intervensi yang
dilakukan pada An S adalah pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk,
memonitor tanda-tanda vital anak terutama suhu tubuh, menganjurkan orang tua
untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat, memberikan kompres
hangat, kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol tablet), memasang
pengaman pada tempat tidur pasien, menganjurkan orang tuan untuk tetap
menunggui anaknya, selalu mengajak komunikasi untuk mengetahui apakah
klien masih bicara kacau, memberikan diet nasi 3x sehari ditambah snack 2x
sehari dan minum susu, dan menjelaskan pada ayah tentang penyakit dan
perawatan anaknya.
Kasus 5
Anak I (1 tahun) laki-laki, masuk ruang infeksi dengan diagnosis Diare Acut
Dehidrasi Sedang. Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 April 2012 pukul
16.00 didapatkan data sebagai berikut: Hasil pemeriksaan tanda vital An. I
adalah nadi 154 x/menit, nafas 28 x/menit dan suhu 38,6 C. Pemeriksaan fisik
pada An.I
didapatkan data mulut kering dan pecah-pecah, air mata (+), suara nafas ronchi
(-) bising usus (+/) dan adanya kembung. An.I menangis apabila didekati oleh
perawat dan selalu memanggil ibunya untuk selalu dekat dengannya. Hasil
6 3
pemeriksaan laboratotium (Hb:13gr%, HT:39%, Eritrosit: 4,5x10 /mm ,
3 3 3
Leukosit: 8040/mm , trombosit: 316x10 /mm ).
Berdasarkan hasil pengkajian maka masalah keperawatan yang muncul pada An.
I adalah: demam atau peningkatan suhu tubuh, kekurangan volume cairan: diare,
resiko bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan kecemasan anak. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada An I
adalah pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital
anak terutama suhu tubuh, menganjurkan orang tua untuk memakai pakaian
yang tipis dan menyerap keringat, memberikan kompres hangat, kolaborasi
pemberian antipiretik (paracetamol tablet), menganjurkan pada orang tua untuk
memberikan banyak minum kepadsa anaknya, memonitor pemberian cairan dan
tanda-tanda dehidrasi, memonitor balance cairan, memberikan renalit 35 ml/
tiap kali muntah, 75 ml/ tiap kali mencret, probi (1xsach), zinkid (1x20mg p.o),
melakukan inhalasi 2x/hari (berotec 5 tts + atroven 5 tts + NaCl 3 cc),
memberikan minum hangat, memasang pengaman pada tempat tidur pasien,
menganjurkan orang tua untuk tetap menunggui anaknya, memberikan diet nasi
tim 3x sehari ditambah snack 2x sehari dan minum susu, dan menjelaskan pada
orang tua, tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama 3 hari adalah: Keadaan umum
An. I baik, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai suhu tubuh
normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, risiko gangguan
kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko kekurangan cairan tubuh tidak terjadi,
balance cairan selalu positif, bersihan jalan nafas kembali efektif, anak I sudah
tidak rewel dan tidak takut dengan perawat, orang sudah tahu tentang penyakit
anaknya, intervensi dilanjutkan dengan mengajarkan pada orang tua tentang
perawatan anaknya dirumah. Klien pulang pada tanggal 17 April 2012 dengan
keadaan umum sudah stabil, suhu tubuh sudah kembali normal dan sudah tidak
diare.
2.2. Tinjauan Teoritis
Pada tinjauan teoritis akan dipaparkan tentang teori dan konsep yang terkait
dengan demam atau peningkatan suhu tubuh pada anak dengan penyakit
infeksi dan konsep penyakit meningitis sesuai dengan kasus yang penulis
angkat sebagai kasus utama. Meningitis adalah salah satu jenis penyakit
infeksi pada sistem persarafan.
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Penyakit timbul jika patogen
berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan yang normal.
Penyakit infeksi merupakan kumpulan jenis-jenis penyakit yang mudah
menyerang pada anak-anak khususnya di Indonesia yang disebabkan kuman
atau organisme baik bakteri, virus maupun parasit kedalam tubuh (Widagdo,
2012). Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke
orang lain. Penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagious.
Penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak adalah pneumonia, gizi
buruk, atresia bilier, demam berdarah dengue, meningitis, encephalitis,
striktur esofagus, kejang demam dan thypoid.
2.2.1. Meningitis
Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau
semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum
tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa,
disebabkan oleh bakteri spesifik/non spesifik atau virus (Saharso,
2006; Speer, 2008; Widagdo, 2012). Meningitis sering didahului oleh
infeksi pernafasan, tenggorok atau tanda dan gejala flulike. Sejumlah
kuman Neisseria meningitidis merupakan penyebab meningitis yang
paling sering. Meningitis bakterial merupakan infeksi susunan saraf
pusat (SSP) terutama menyerang anak usia kurang dari 2 tahun
dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan (Novariani,
Herini & Patria, 2008; Alam, 2011). Meningitis bakteri adalah infeksi
akut yang mengenai selaput meningeal yang dapat disebabkan
oleh berbagai
mikroorganisme dengan ditandai oleh adanya gejala spesifik dari
susunan saraf pusat (SSP) yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang
meningeal, gejala peningkatan tekanan intrakranial (TIK), dan gejala
defisit neurologi (Widagdo, 2012). Penyakit ini mempunyai insidens
tertinggi pada anak usia dibawah 5 tahun, dengan puncak insidensi
pada usia 3-5 bulan. Bentuk meningitis yang berat, yaitu
meningokoksemia yang memiliki serangan cepat dan menyebabkan
kematian. Tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi, menggigil
dan timbul ruam pada kulit (Speer, 2008). Gejala klinis pada neonatus
adalah gejala tidak khas, panas , Anak tampak malas, lemah, tidak
mau minum, muntah, dan kesadaran menurun, ubun-ubun besar
kadang-kadang cembung, pernafasan tidak teratur. Pada anak umur 2
bulan 2 tahun: gambaran klasik (-), hanya panas, muntah, gelisah,
kejang berulang, hadang- kadang high pitched cry. Pada anak umur
> 2 tahun: panas, menggigil, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan
kesadaran, tanda- tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda
Brudzinski dan Kernig (+) (Saharso, 2006; Kim, 2010; Widagdo,
2012).
2012).
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan meliputi fungsi neurologis yaitu kejang-
kejang, peningkatan tekanan intra kranial (TIK), mata terbenam
(setting-sun- sign), kekakuan kuduk, tanda kernig positif, tanda
brudzinski positif, reaktifitas pupil menurun, iritabilitas, opistotonus,
sakit kepala, tangisan dengan nada tinggi (melengking). Pada sistem
respirasi dikaji apakah baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit
tenggorok, atau tanda dan gejala flulike. Sistem gastrointestinal
ditanyakan apakah anak muntah. Pada sistem integumen perlu dikaji
apakah ubun-ubun menonjol, adanya petekie, ekstremitas dingin,
adanya ruam, sianosis dan demam (Speer, 2008).
b. Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan serebrum yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra kranial.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan gangguan
perfusi jaringan akan berkurang atau hilang.
Hasil yang diharapkan: Anak tidak menunjukkan tanda
peningkatan tekanan intra kranial.
Intervensi:
a) Kaji status neurologis anak setiap 2-4 jam, catat tanda letargi,
penonjolan ubun-ubun (pada bayi), perubahan pupil dan
kejang-kejang.
b) Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian dinas.
c) Pantau tanda vital setiap 2-4 jam.
d) Catat kualitas dan nada tangisan anak.
Rasional:
a) Pengkajian status neurologis yang sering digunakan sebagai
dasar mengidentifikasi tanda-tanda dini peningkatan TIK.
b) Peningkatan volume cairan akan meningkatkan TIK.
c) Perubahan tanda-tanda vital yang disertai dengan peningkatan
TIK
d) Tangisan bernada tinggi menunjukkan peningkatan TIK.
2.2.2. Demam
a. Pengertian
Demam adalah peningkatan set point sehingga pengaturan suhu
tubuh lebih tinggi dan dapat didefinisikan secara mutlak sebagai
suhu tubuh diatas 38C (Hockenbery & Wilson, 2009). Demam
meupakan indikator klinis yang merupakan bagian dari respon
tubuh (host response) terhadap infeksi. Selain itu demam
merupakan respon umum dari sepsis pada klien dengan kondisi
kritis (Ryan &Levy, 2003). Demam (pireksia) adalah keadaan
suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh Interleukin-
1 (IL-1) (Soedarmo, Garna, Hadinegoro & Satari, 2012).
Demam merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh
dalam menghadapi berbagai mikroorganisme patogen termasuk
virus dan bakteri dengan cara menghambat replikasi
mikroorganisme dan membantu proses fagositosis/aktifitas
bakterisida (Tatro, 2000; Widagdo, 2012).
b. Etiologi Demam
Demam disebabkan oleh pirogen seperti bakteri, virus, dan
jamur (Soedarmo, Gama, Hadinegoro & Satari, 2012).
Kebanyakan demam pada anak-anak disebabkan oleh virus,
terjadi relatif singkat dan memiliki konsekuensi yang terbatas
(Hockenberry & Wilson, 2009). Pirogen adalah suatu zat yang
menyebabkan demam, terdapat dua jenis pirogen yaitu: (1)
pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan
untuk merangsang IL- 1, misalnya pathogen, endotoksin dari
bakteri baik gram negatif maupun gram positif, kompleks
antigen/antibody; dan (2) pirogen endogen berasal dari dalam
tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam
dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus,
misalnya interleukin-1, tumor nekrosis factor (TNF), dan
interferon (Soedarmo, Gama, hadinegoro & Satari, 2012;
Widagdo, 2012).
c. Fisiologi demam
Substansi yang dapat menyebabkan demam adalah pirogen yang
bisa berasal dari luar seperti pirogen, bakteri, komplek antigen
antibody atau dari dalam seperti interaksi interleukin dan
interferon. Masuknya pirogen menyebabkan kerusakan pada
jaringan dan merangsang aktivitas monosit. Monosit
memproduksi endogenous: interleukin dan interferon yang
menstimulasi produksi prostaglandin E 2 sehingga dibawa ke
hipotalamus dengan akibat peningkatan pada set poin
temperature tubuh (Broom, 2007; Soedarmo, 2012).
Kejang demam sering terjadi pada 10% dari anak umur antara 9
bulan-5 tahun dengan onset reratanya adalah usia14-18 bulan,
dengan angka kejadian sekitar 3-4 %, serta prognosisnya baik.
Setiap anak dengan kejang demam perlu diperiksa secara
seksama untuk mencari bila terjadi sepsis, meningitis bakteri
atau penyakit serius lainnya. Selain terkait dengan umur, kejang
demam terjadi
dalam beberapa anggota keluarga, dan terdapat peta kromosom
19p dab 8q 13-21 dan diwariskan dengan pola dominan
autosom. Sampai umur 5 tahun anak yang mengalami kejang
demam adalah sebanyak 0,5%-10%, dominan pada anak laki-
laki, umurnya terutama adalah 3 bulan 5 tahun (Widagdo,
2012).
f. Penanganan demam
Penanganan demam tergantung pada respon anak terhadap
demam bukan pada suhu. Beberapa diantaranya adalah
memaksimalkan manfaat dari demam, meningkatkan
kenyamanan, mencegah dehidrasi, meningkatkan energi,
membantu penyembuhan, menjaga anak jika terjadi demam, dan
informasi pada orangtua tentang penanganan demam (Purssell
2000; Joana Bridge Institute 2001; Soedarmo, Garna,
Hadinegoro & Satari, 2012).
Tubuh DEMAM
Aktivasi
Fagosit Mononuklear
Terbentuk sitokin pirogen: Interleukin 1 (IL-1), IL-6, Tumor Nekrosis Factor (TNF), Gamma
Pirogen berikatan dengan reseptor di nukleus pre optik pada hipothalamus anterior: kadar prostalglandin meningkat, Set p
a. Wholism
Definisi sehat yang wholism (menyeluruh) adalah yang
bersumber dari yang dikemukakan oleh Anglo-Saxon dan
sebagian dari teori Erikson yang mengatakan bahwa sehat adalah
sesuatu yang bersifat organik, mengalami perubahan/kemajuan,
saling menguntungkan antara perbedaan fungsi bagian yang ada
didalam tubuh, bersifat terbuka dan saling mempengaruhi dengan
lingkungan sekitar. Integritas diartikan sebagai keutuhan individu,
integritas menekankan bahwa respon terhadap tantangan
lingkungan merupakan satu kesatuan yang ditunjukkan dalam
satu respon. Demam merupakan salah satu mekanisme tubuh
untuk melindungi bagian tubuh yang lain terhadap sistem
pertahanan tubuh, sehingga tubuh terlindung dari bahaya akibat
adanya antigen yang masuk kedalam tubuh. Hal ini timbul karena
tubuh merupakan satu kesatuan, sehingga gangguan pada suatu
begian tubuh mempengaruhi fungsi alat tubuh yang lain (Tomey
& Alligood, 2006; Alligood, 2010).
b. Adaptasi
Adaptasi adalah proses perubahan agar individu dapat
mempertahankan integritas dalam lingkungannya. Lingkungan
terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal
merupakan aspek fisiologi dan patofisiologi. Pada kondisi
demam, lingkungan internal yang mempengaruhi suhu tubuh
adalah perubahan pada sistem sensory di hipotalamus.
Sedangkan
lingkungan eksternal terdiri dari tiga bagian yaitu: perseptual,
operasional dan konseptual. Perseptual merupakan aspek yang
dapat dirasakan dan diinterpretasikan oleh organ sensori,
misalnya suhu ruangan yang terasa panas. Operasional terdiri dari
sesuatu yang mempengaruhi fisik individu tetapi tidak dapat
dilihat secara langsung, misalnya terinfeksi oleh mikroorganisme.
Konseptual berarti bahwa lingkungan terbentuk dari aspek
kultural, spiritual, budaya dan sejarah. Lingkungan akan
mempengaruhi derajat demam karena perpindahan panas akan
terjadi dari tubuh ke lingkungan atau dari lingkungan ke tubuh
(Tomey & Alligood, 2006; Alligood, 2010).
c. Konservasi
Konservasi berasal dari bahasa latin conservation yang berarti
menjaga bersama-sama. Konservasi adalah menggambarkan
suatu sistem yang kompleks agar mampu melanjutkan fungsi
ketika terdapat beberapa ancaman. Dengan konservasi, manusia
mampu melawan rintangan dan beradaptasi yang sesuai dengan
pertahanan
mereka yang unik. Tujuan dari konservasi adalah sehat dan kuat
melawan ketidakmampuan. Peran perawat adalah untuk
mempertahankan konservasi dan integritas pada smua situasi.
Model interaksi danintervensi keperawatan ditujukan untuk
peningkatan kemampuan adaptasi dan mempertahankan
kesehatan secara keseluruhan (wholism) (Tomey & Alligood,
2006; Alligood, 2010).
1) Konservasi energi
Individu membutuhkan keseimbangan energi agar dapat
mempertahankan aktivitas kehidupan. Sakit dan penuaan
menyebabkan perubahan energi. Kemampuan individu
tergantung pada ketersediaan perawatan yang dapat
membantu menurunkan tingkat kebutuhan energi. Disinilah
peran dari intervensi keperawatan. Pada kondisi demam,
terjadi peningkatan kebutuhan energi seiring dengan
peningkatan metabolisme (Alligood, 2010).
c. Hipotesis
Hipotesis keperawatan didasarkan pada rumusan masalah yang
sudah ditentukan sebelumnya, perawat berusaha mencari validasi
pada klien tentang masalah yang diasuh. Perawat melakukan
hipotesis terhadap masalah dan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut (Alligood, 2010). Hipotesis merupakan inti dari rencana
keperawatan
c. Kesehatan
Sehat dipengaruhi secara sosial dengan kemampuan untuk berfungsi
secara normal dengan cara yang layak. Kelompok sosial adalah
faktor yang ikut menentukan (predeterminan) kesehatan manusia.
Sehat tidak hanya bebas dari kondisi patologis. Sehat berarti juga
kembali pada diri sendiri, individu bebas dan mampu untuk
mengejar hal yang diinginkan dalam konteks yang bersumber dari
diri sendiri. Menurut Levine, hal penting untuk diingat bahwa sehat
juga dipengaruhi oleh kultural. Secara individu, tingkat
kesehatannya akanberubah sepanjang waktu (Tomey & Alligood,
2006).
d. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai konteks diman individu hidup.
Individu akan berpartisipasi aktif dalam lingkungannya. Levine
menekankan pentingnya lingkungan internal dan eksternal
mempengaruhi intervensi keperawatan untuk mendukung proses
adaptasi. Adaptasi merupakan proses akomodasi antara lingkungan
internal dan eksternal, begitu juga halnya dengan masalah demam
(Tomey & Alligood, 2006).
Skema 2.2. Integrasi Teori Konservasi Levine dan Konsep Keperawatan
dalam Proses Keperawatan Klien Anak Dengan Peningkatan Suhu
Tubuh (Demam) Pada Penyakit Infeksi
Justifikasi masalah;
Tropikognosis Demam, Pireksia
Pemberian antipiretik
Hipotesis Tindakan cooling therapy
Mengatur suhu lingkungan tetap sejuk
Kolaborasi pemberian antibiotik
Intervensi dan ImplementasiBerikan hidrasi
(Hipotesis atau cairan sesuai kebutuhan tubuh
Testing)
Kolaborasi pemberian nutrisi yang sesuai untuk menunjang proses penyembuhan
Proses Adaptasi
Evaluasi Keperawatan
Wholeness
Respon Organismik
2 Konservasi energi:
10.30 1. Mengkaji kebutuhan nutrisi anak
2. Mengkaji asupan nurisi anak
3. Mengkaji adanya mual dan muntah
4. Menganjurkan ibu untuk tetap
11.30 memberikan diet Susu Formula 8 x 120 cc
sesuai program
5. Menimbang berat badan anak
3 Integritas Personal:
10.00 1. Mengkaji penyebab kecemasan anak dan
orang tua
2. Menjelaskan tentang prosedur yang akan
dilakukan pada anak dan aturan di ruang
rawat
10.30 3. Memberikan dukungan dan penguatan
terhadap perilaku anak dan orang tua yang
positif, seperti berbicara dan menyentuh
anak.
4. Memberikan dukungan secara emosional
pada anak dan orang tua selama menjalani
rawat inap di rumah sakit
11.00 5. Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua
tentang penyakit dan perawatan anaknya
6. Menjelaskan kondisi penyakit dan
perawatan anaknya
2 Konservasi energi:
09.00 1. Mendengarkan bising usus (bising usus
normal: 3x/menit).
10.00 2. Menimbang berat badan (BB=6,8kg)
3. Mencatat kalori yang
masuk (susu formula
habis,).
4. Menganjurkan ibu untuk membujuk anak
makan sesuai dengan diet yang
13.00 diprogramkan
5. Menilai hasil laborat (HB;11,9gr%).
3 Integritas personal:
09.30 1. Mengkaji tingkat kecemasan anak,
keluarga dan penyebabnya
(cemas ringan, sehubungan dengan
hospitalisasi dan ketidakpastian tentang
penyakit).
10.00 2. Menempatkan anak pada ruangan yang
tenang
3. Memberikan stimulasi sensorik dan
pengalihan yaitu mengajak anak bermain
10.30 4. Menganjurkan dan memotivasi orang tua
untuk terlibat dalam perawatan anak di
rumah sakit
5. Menganjurkan orang tua untuk menemani
anak sesering mungkin.
4 Integritas personal:
10.00 1. Mengkaji tingkat pengetahuan ibu tentang
penyakit anak dan perawatannya
(Ibu menyatakan bingung dengan penyakit
anaknya).
10.30 2. Mendiskusikan bersama ibu tentang
demam, penyebab dan cara perawatannya
serta cara memeriksa suhu pada anak.
3. Memberikan kesempatan kepada Ibu untuk
bertanya
11.00 4. Menjelaskan tentang kemungkinan
penyakit anak, dan kemungkinan tindakan
apa saja yang akan dilakukan pada anak
11.30 5. Menjelaskan kondisi penyakit dan
perawatan anaknya
12.00 6. Mengajarkan pada orang tua cara
memberikan obat per oral pada anak
7. Mengajarkan pada orang tua cara
memberikan kompres hangat pada anak
8. Menjelaskan pada orang tua tentang
pentingnya memberikan minum pada anak
13.00 9. Mengajarkan keluarga cara mencuci
tangan untuk menghindari kontaminasi
10. Melibatkan orang tua dalam perawatan
anaknya dan memberikan reinforcement
positif ketika orang tua berhasil
melakukannya.
3 Integritas personal
09.00 1. Mengajak anak bermain
Mengkomunikasikan tindakan kepada
anak walaupun anak belum memahaminya.
09.30 2. Menyentuh dan menggendong anak.
Hari/tanggal: Senin, 16 April 2012
Tanggal/ No Implementasi Paraf
Jam DP
16-04-2012 1 Konservasi energi:
09.00 1. Mengkaji suhu tubuh (38,2C)
2. Menilai dan mengkaji status hidrasi anak
terutama turgor kulit
(tidak ada tanda-tanda hidrasi dan turgor
baik)
10.00 3. Menjelaskan tentang demam dan
kemungkinan penyebabnya pada anak.
4. Mengatur suhu lingkungan
5. Mengajarkan ibu cara memantau suhu
12.00 tubuh anak
6. Menganjurkan ibu untuk mengenakan
pakaian yang tipis dan menyerap keringat
pada anak.
13.30 7. Mencek hasil pemeriksaan laboratorium
untuk mengidentifikasi kemungkina
3
penyebab demam (Leukosit: 11,85 x 10 ul:
normal).
2 Konservasi energi:
09.30 1. Mendengarkan bising usus (bising usus
normal: 3x/menit).
2. Menimbang berat badan (BB=6,8kg)
10.00 3. Mencatat kalori yang
masuk (susu formula
13.00 habis,).
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan anak
minum susu formula sesuai dengan diet
13.30 yang diprogramkan
3 5. Menilaipersonal:
Integritas hasil laborat (HB;11,9gr%).
09.30 1. Menempatkan anak pada ruangan yang
tenang
10.00 2. Memberikan stimulasi sensorik dan
pengalihan yaitu mengajak anak bermain
10.30 3. Menganjurkan dan memotivasi orang tua
untuk terlibat dalam perawatan anak di
rumah sakit
11.00 4. Menganjurkan orang tua untuk menemani
anak sesering mungkin
.
4 Integritas personal:
09.30 1. Mendiskusikan bersama ibu tentang
demam, penyebab dan cara perawatannya
serta cara memeriksa suhu pada anak.
10.00 2. Memberikan kesempatan kepada Ibu untuk
bertanya
3. Menjelaskan tentang kemungkinan
penyakit anak, dan kemungkinan tindakan
apa saja yang akan dilakukan pada anak
10.30 4. Mengajarkan keluarga cara mencuci
tangan untuk menghindari kontaminasi
5. Melibatkan orang tua dalam perawatan
11.00 anaknya dan memberikan reinforcement
positif ketika orang tua berhasil
melakukannya.
2 Subjektif:
10.30 Ibu mengatakan bahwa anak sudah bisa
minum susu yang disediakan rumah sakit
Objektif:
Minum susu habis
Tidak muntah
Analisis:
Nutrisi terpenuhi sebagian
Perencanaan:
1. Auskultasi bising usus
2. Timbang berat badan
3. Monitor/catat kalori yang masuk
6
0
13.30 4 Subjektif:
Ibu mengatakan bahwa informasi yang
diberikan sangat bermanfaat dan menjadi
lebih mengetahui tentang penyakit
anaknya serta sudah mulai bisa merawat
anak sehubungan dengan penyakitnya.
Objektif:
Ibu dapat menyebutkan kembali tentang
penyebab demam
Ibu dapat memeriksa suhu anak dan
memberikan tindakan kenyamanan pada
anak ketika anak demam.
Ibu mengajak anak bermain di luar
ruangan dan memeluk anak.
Analisis:
Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
meningkat.
Perencanaan:
Evaluasi kesiapan orang tua dalam perawatan
anak dirumah (discharge planning) pada saat
klien akan dipulangkan.
12.00 3 Subjektif:
Ibu mengatakan An. F sudah tidak
menangis lagi bila dilakukan pemeriksaan.
Objektif:
Anak sudah mulai mau dilakukan
pemeriksaan dan bermain dengan perawat.
Analisis:
Rasa cemas teratasi.
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan.
Peran ners spesialis keperawatan anak menurut Potts dan Mandleco (2007),
dibagi dalam peran primer, peran sekunder, peran praktisioner dan peran
keahlian. Peran primer meliputi pelaksana asuhan keperawatan, advokat,
pendidik, peneliti dan manajer atau leader. Peran sekunder juga sebagai
koordinator, kolaborator, komunikator dan konsultan. Peran praktisioner sebagai
koordinator perawatan klinik, manager perawatan dan perawat klinik. Peran
terakhir merupakan peran keahlian sebagai perawat praktisioner, perawat
spesialis klinik dan manajer kasus. Kompetensi Ners Spesialis Keperawatan
Anak akan dijelaskan berdasarkan peran ners spesialis keperawatan anak secara
mandiri yang meliputi membina hubungan terapeutik, advokasi atau caring
keluarga, pencegahan penyakit atau promosi kesehatan, pendidikan kesehatan,
dukungan atau konseling, peran restoratif, koordinasi atau kolaborasi,
pengambilan keputusan etis, riset dan perencanaan pelayanan kesehatan (Wong,
Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).
Standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang ners spesialis telah ditentukan
oleh organisasi keperawatan. Standar kompetensi perawat adalah ukuran atau
patokan yang disepakati tentang kemampuan seseorang yang dapat diobservasi
mencakup atas pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja yang ditetapkan. Standar dari
kompetensi ners spesialis keperawatan merefleksikan kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh seorang ners spesialis keperawatan. Ranah dan unit
kompetensi perawat meliputi praktik profesional yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat secara aspek etik dan legal, memberikan asuhan dan
manajemen asuhan keperawatan serta mengembangkan profesionalisme dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan (PP
PPNI, 2010).
64
3.1.7. Kolabolator
Residen dalam memberikan perawatan kepada klien selalu
bekerjasama didalam tim, berkolaborasi dan berkoordinasi dengan
tim kesehatan yang lain, yaitu dengan dokter, ahli gizi, bagian
farmasi, bagian laboratorium dan radiologi serta penunjang yang
lain. Dalam memberikan asuhan keperawatan residen selalu
bekerjasama dengan anak dan keluarga, berkolaborasi dalam
mengkaji kebutuhan dan masalah, dan menyusun rencana intervensi
sehingga dapat menemukan dengan benar kebutuhan dan masalah
yang muncul pada
anak. Residen sering melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat pada klien dan ahli gizi terkait dengan diet yang
diberikan kepada klien.
3.1.9. Peneliti
Selama melaksanakan praktik residensi, residen juga melakukan
proses penelitian dalam melakukan inovasi di ruang perawatan.
Dimulai dari mengkaji, menemukan masalah, menyusun rencana
intervensi, implementasi dan evaluasi serta tindak lanjut. Selain itu
residen juga menerapkan evidence based practice (EBP) dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitian terbaru dalam mengatasi
masalah pada klien.
3.1.10. Inovator
Sebagai inovator residen melaksanakan fungsi membuat suatu
perubahan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Pada
7
0
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang penerapan teori Konservasi Levine dalam
asuhan keperawatan pada klien anak dengan peningkatan suhu tubuh dan
Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam pencapaian target kompetensi pada
penanganan kasus peningkatan suhu tubuh pada klien anak di ruang penyakit
infeksi.
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian komprehensif dilakukan berdasarkan prinsip konservasi dalam
teori konservasi Levine. Pengkajian tersebut meliputi respon adaptasi anak
dan keluarga terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Masalah internal yang terjadi pada kasus anak dengan peningkatan suhu
tubuh adalah adanya proses inflamasi. Pengkajian keperawatan dilakukan
secara menyeluruh, namun difokuskan pada masalah utama, yaitu
peningkatan suhu tubuh dan masalah lain yang kemungkinan terkait
dengan masalah utama. Masalah yang mungkin terkait dapat merupakan
penyebab terjadinya peningkatan suhu tubuh maupun yang timbul sebagai
akibat peningkatan suhu tubuh.
Pengukuran suhu tubuh idealnya dilakukan dengan teknik yang benar pada
lokasi yang tepat sehingga dapat menggambarkan suhu inti tubuh, Selain
itu temometer yang digunakan sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh
hendaknya diperhatikan keakuratannya. Berdasarkan penelitian, area
pengukuran suhu tubuh yang hampir mendekati gambaran suhu inti tubuh
adalah area rektal (Hockenberry & Wilson, 2009). Suhu anal lebih
mendekati gambaran suhu inti tubuh dibandingkan suhu aksila, namun
perlu dipertimbangkan jika pada saat pengukuran klien mengalami
konstipasi atau diare atau gangguan pada area tersebut, rektum yang penuh
dengan massa feses juga akan mempengaruhi hasil pengukuran suhu pada
area ini.
Kelainan pada darah pada kondisi demam atau peningkatan suhu tubuh
dapat meninmbulkan hemokonsentrasi, hemolisis, DIC dan kelainan
pembentukan darah. Pada saluran gastrointestinal, peningkatan suhu
tubuh dapat mengurangi sekresi getah pencernaan, gangguan enzimatik
di hati yang terjadi setelah hari ketiga dan peningkatan bilirubin serum
(Tumbelaka, Trihono, Kurniati & Widodo, 2005). Hemokonsentrasi
ditemukan pada satu kasus yaitu pada An. R dengan demam berdarah
dengue. Hal ini disebabkan pada anak dengan demam berdarah dengue
terjadi hemokonsentarasi dalam plasma darah.
4.1.3 Hipotesis
Hipotesis keperawatan didasarkan pada rumusan masalah yang sudah
ditentukan sebelumnya, perawat berusaha mencari validasi pada klien
tentang masalah yang diasuh. Perawat melakukan hipotesis terhadap
masalah dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut (Alligood, 2010).
Hipotesis merupakan inti dari rencana keperawatan
Perbedaan hipotesis pada anak dengan kasus demam dengan pada anak
dengan kasus hipertermia adalah tindakan cooling therapy sebagai pilihan
utama untuk menurunkan panas tubuh. Selanjutnya untuk mengatasi
masalah keperawatan yang lain, dapat disesuaikan dengan kondisi klien
tersebut.
a. Intervensi Keperawatan
Kondisi demam dan hipertermia sangat berbeda secara fisiologis,
sehingga membutuhkan intervensi keperawatan yang berbeda (Simon,
2006; Hockenberry & Wilson, 2009). Namun residen harus tetap
berfokus pada tujuan intervensi keperawatan pada klien dengan
peningkatan suhu tubuh yaitu untuk memberikan kenyamanan bagi
klien.
Selain evaluasi suhu tubuh, evaluasi lain terkait masalah yang ditemukan
juga dilakukan. Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi residen melakukan
penilaian terhadap toleransi makan, nafsu makan dan juga berat badan.
Evaluasi terhadap resiko infeksi dilakukan dengan melihat respon
organismik klien berupa penyembuhan luka dan penurunan suhu tubuh.
Mengkaji tingkat nyeri dan kemampuan klien dalam beraktifitas,
sedangkan evaluasi hasil dapat dilakukan terkait dengan kesiapan klien
untuk pulang. Hasil valuasi tidak sama untuk masing-masing klien. Pada
kasus demam ringan, penurunan suhu tubuh setelah pemberian intervensi
dapat terjadi setelah 1 jam pemberian terapi. Akan tetapi pada kasus yang
lain misal pada demam yang disebabkan oleh sepsis penurunan suhu tubuh
sulit dicapai karena masalah organik dan infeksi sistemik ikut
mempengaruhi peningkatan suhu tubuh. Pengembangan teori ini juga
penting dan sesuai dengan konsep pelibatan orang tua (Family Centered
Care) dalam proses perawatan.
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak
F selama 8 hari didapatkan kesimpulan bahwa masalah demam atau
peningkatan suhu tubuh pada anak F dapat diatasi dengan terjadinya
penurunan suhu tubuh pada saat terjadi demam, akan tetapi suhu tubuh
tidak dapat dipertahankan untuk selalu stabil, suhu msih sering naik turun
lagi pada hari berikutnya. Hal ini mungkin disebabkan karena proses
infeksi yang masih belum teratasi. Dengan pemberian antibiotik, anti
inflamasi dan antipiretik diharapkan masalah peningkatan suhu tubuh
dapat teratasi.
Masalah kebutuhan nutrisi teratasi dengan pemberian makanan cair yaitu
susu formula memalui NGT. Risiko kekurangan volume cairan tidak
terjadi yang dibuktikan dengan balance cairan yang selalu positif. Risiko
kejang berulang terjadi pada saat klien mengalami demam, hal ini dapat
diatasi dengan memberikan obat anti kejang. Risiko cedera tidak terjadi
karena klien masih bayi sehingga mobilitas fisik masih terbatas dan tempat
tidur selalu terpasang pengaman atau restrain. Masalah integritas personal
dan sosial tidak terjadi karena klien masih bayi berusia 4 bulan.
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak
V selama 15 hari, didapatkan kesimpulan bahwa masalah demam atau
peningkatan suhu tubuh dapat teratasi yang dibuktikan dengan terjadinya
penurunan suhu pada saat demam, akan tetapi suhu tubuh tidak dapat
dipertahankan untuk tetap stabil, suhu masih sering naik turun dan selalu
diatas 39C. Hal ini mungkin terjadi karena infeksi sudah terjadi infeksi
sistemik karena klien mengalami sepsis. Masalah risiko kekurangan cairan
tidak terjadi, hal ini dapat dilihat dari balance ciran yang selau positif.
Risiko kekurangan nutrisi dapat diatasi dengan pemberian makanan cair
melalui NGT.
Peran sebagai pembina hubungan terapeutik dapat diterima oleh klien dan
keluarga. Karena untuk klien dan keluarga yang mengalami sakit dan
dirawat dirumah sakit, sangat membutuhkan pengetahuan tentang apa yang
harus dilakukan selama mengalami penyakit tersebut serta penerimaan dan
dukungan dri tenaga kesehatan selama menjalani proses perawatan dan
pengobatan.
4.2.1 Dukungan
Dukungan yang diperoleh residen selama praktik residensi berupa
terbukanya kesempatan yang seluas-luasnya untuk mempelajari dan
mengetahui aspek-aspek klinis dan ketrampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan. Lahan praktik juga memberikan kesempatan dan dukungan
bagi residen untuk menerapkan secara langsung keilmuan yang diperoleh
selama perkuliahan. Tempat lahan praktik merupakan rumah sakit pusat
rujukan nasional dari berbagai rumah sakit di jakarta maupun didaerah
atau propinsi, memungkinkan residen untuk banyak belajar tentang
penanganan kasus-kasus yang jarang dan tidak ditemukan pada lahan
praktik lain.
4.2.2 Hambatan
Disisi lain dalam menjalankan proyek inovasi diruangan, residen juga
menemukan beberapa kendala, yaitu tidak semua individu mempunyai
keterbukaan untuk menerima perubahan, kesibukan kepala ruangan,
clinical instuktur dan perawat pelaksana juga menjadi hambatan dalam
pelaksanaan proyek inovasi diruangan. Hal ini merupakan tantangan bagi
residen untuk lebih mengembangkan pola berfikir kritis dalam proses
pencapaian tujuan. Keberhasilan dan kegagalan dalam proses pencapaian
yang telah ditargetkan merupakan pelajaran dapat dijadikan sebagai
pengalaman untuk diterapkan dimasa yang akan datang.
Keterbatasan fasilitas yang ada diruang rawat juga menjadi hambatan bagi
residen dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama
praktik residensi, seperti terbatasnya alat-alat kesehatan untuk melakukan
tindakan keperawatan. Tidak adanya ruangan untuk diskusi mahasiswa
membuat
residen dan teman-teman harus mencari tempat lain apabila melakukan
diskusi dan juga pada saat dilakukan bimbingan dari pembimbing institusi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan rangkuman dari apa yang sudah dipaparkan
pada bab sebelumnya. Rangkuman tersebut dipaparkan dalam bentuk simpulan dan saran
untuk memajukan praktik keperawatan anak pada masa yang akan datang
5.1. Simpulan
1. Aplikasi teori konservasi Levine dalam asuhan keperawatan klien anak yang
mengalami peningkatan suhu tubuh di ruang perawatan penyakit infeksi Gedung A
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dapat diterapkan oleh residen mulai dari
pengkajian meliputi konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi
integritas personal dan konservasi integritas sosial. Dilanjutkan dengan perumusan
masalah keperawatan yang disebut dengan tripokognosis dan justifikasi, kemudian
residen membuat hipotesa dan planning untuk membantu menyelesaikan masalah
klien, langkah terakhir adalah melakukan evaluasi dari pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien anak yang mengalami peningkatan suhu
tubuh.
3. Pencapaian kompetensi dan peran ners spesialis keperawatan anak telah dilakukan
selama menjalani praktik residensi. Ada dukungan dan hambatan yang dialami oleh
residen selama menjalani praktik dan usaha untuk pencapaian kompetensi yang
ditargetkan. Hal tersebut merupakan tantangan dan pengalaman bagi residen untuk
dapat mencari pemecahan masalah.
4. Analisa dari aplikasi teori konservasi Levine dalam asuhan keperawatan klien anak
yang mengalami peningkatan suhu tubuh bahwa teori konservasi Levine
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya hampir semua aspek dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dengan menggunakan teori konservasi Levine
dapat diterapkan pada kasus klien terpilih. Kelemahannya adalah dalam mengkaji
konservasi integritas personal anak usia dibawah satu tahun (bayi) residen
mengalami kesulitan, karena pada bayi masih sulit dinilai integritas personalnya.
5.2. Saran
1. Integrasi model teori konservasi Levine dapat dikembangkan dan diterapkan
selanjutnya untuk asuhan keperawatan, baik pada anak dengan penyakit infeksi
maupun dengan kasus penyakit yang lain.
Alam, A. (2011). Kejadian Meningitis Bakterial Pada Anak Usia 6-18 Bulan
yang Menderita Kejang Demam pertama. Sari Pediatri: Vol 13 (4), 293-
298.
Ball, J.W., & Bindler. R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children (3rd
ed) New Jersey: Pearson Education Inc.
Behrman, E.R., Kliegman, R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak. Vol.
1. Edisi 15. (Penerjemah: Wahab, S., dkk). Jakarta: EGC.
Clinch, J. & Dale, S. (2007). Managing Childhood Fever and Pain: The
Comfort Loop Child Adollesence Phychiatric Mental Health, 1 (1), 1-7.
Crocetti, M., Moghbeli, N., serwint, J. (2001) Fever phobia revisited: Have
parental misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatrics.
107(6), 1241-1246.
Edwards, H., Walsh, A., Courtney, M., Monaghan, S., Wilson, J., Young, J.
(2007) Improving paediatric nurses knowledge and attitudes in childhood
fever management. Journal of Advance Nursing, Feb, 57(3), 257-269.
Hasanah, O., Rustina, Y., & Waluyanti, F.T., (2011). Aplikasi Teori Konservasi
Levine Pada Asuhan Keperawatan Klien Anak Dengan Peningkatan suhu
Tubuh Di Pelayanan Keperawatan Anak. Universitas Indonesia.
Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children.
(8th Edition) St. Louis: Mosby Elsevier.
99
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Joana Briggs Institute for Evidence Base Nursing and Midwifery [JBIEBNM]. (2001).
Management of child with fever. The Joana Briggs Institute for Evidence Base
Nursing and Midwifery, 5(5), 1-6.
Kiekkas, P., Sakkellaropoulos, G.C., Brokalaki, H., Manolis, E., Samios, A.,
Skartsani, C. & Baltopoulos, G.I. (2008). Nursing workload associated
with fever in the general intensive care unit. American Journal of Critical
Care, 17(6), 523-533.
Kim, K.S. (2010). Acute bacterial meningitis in infant and children. Journal of
Lancet Infection Disease (10): 32-42
Kliegman R.M., Jenson H.B., Marcdante, K.J., & Behrman, R.E. (2006).
Essentials of pediatrics. (5th Edition) Philadelphia: Elsevier Saunder.
Kozier, Erb, Berman & Snyder, (2011), Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1, Jakarta: EGC. Penerbit Buku
Kedokteran.
Lauren, M.S., Cohee, L.M.S., Crocetti, M.T., Serwint, J.R., Sabath, B., Kapoor,
S. (2010). Ethnic differences in parental perceptions and management of
childhood fever. Clinical Pediatric, 49(3), 221-227.
Meadow, S.R., & Newell S.J. (2003). Pediatrika. Edisi ketujuh. Alih bahasa:
Hartini K & Rachmawati AD. Jakarta: Erlangga.
Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (2006) Early
school years. Textbook of pediatrics. Tokyo: WB sanders.
Potter & Perry, (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Potts, N.L & Mandleco, B.L (2007), Pediatric Nursing: Caring for Children and
Their Families. Second edition, New York: Thompson Delmar Learning.
Ryan, M & Levy, M.M. (2003), Clinical Review: Fever in Intensive Care Unit
Patient. Critical Care, 7 (3), 221-225
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Kedokteran klinis. Alih
bahasa: Rahmalia A., Jakarta: Erlangga.
Rudolph, A.M. (2006). Buku ajar pediatri. Alih bahasa Wahab, S., Trastotenojo,
M., Pendit, B.U., dkk. Jakarta : EGC.
Sawka, M.N., Mountain, S.J., (2000). Fluid and electrolyte supplementation for
exercise heat stress. American Journal of Clinical Nutrition, 72(2), 564S-
572S.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2007), Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Cetakan
1. Jakarta: EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., & Satari, H.I. (2012), Buku
Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Sumadibrata,M. & Setiati, S. (2006),
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.
Suryati, (2010) Riset kesehatan dasar 2010: Angka Kematian Anak dengan
Penyakit Infeksi. Diperoleh dari http://Kompas.com. Tanggal 20 Februari
2012.
Tomey, A.M. & Alligood, M.R (2006), Nursing Theory: Utilization &
Application : Fourth edition, St. Louis, Missoury: Mosby Elsevier.
101
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Tumbelaka, A.R, Trihono, P.P, Kurniati, N & Widodo, D.P (2005), Penanganan
Demam Pada Anak Secara Profesional. Jakarta. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.
Walsh, A.M., Edwards, H.E., Courtney, M.D., Wilson, J.E., Monaghan, S.J.
(2005). Fever Management: Pediatric nurses knowledge, attitudes and
influencing factors. Journal of Advance Nursing. 49(5), 453-464.
Walsh, A.M., Edwards, H.E., Courtney, M.D., Wilson, J.E., Monaghan, S.J.
(2006). Pediatric fever management: Continuing education for clinical
nurses. Nurse Education Today, 26(1), 71-77.
WHO (2010). Fever: preventing and managing the global epidemic: report of a
WHO Consultation. World Health Organization Technical Report Series i-
xii:1-253. Diunduh dari http://www.euro.who.int/document/E88086.pdf.
diperoleh tanggal 2 Februari 2012.
Wong, D.L., Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar: Keperawatan pediatrik. Edisi 2. (Alih bahasa: Hartono.
A., Kurnianingsih. S., & Setiawan). Jakarta: EGC.
Zommoroddi, A., & Attia, M.W. (2008). Fever: Parental concern. Clinical
Pediatric Emergency Medicine, 9(4), 238-243.
Nama : Budiyati
Riwayat Pendidikan:
Riwayat Pekerjaan:
LAPORAN KASUS
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
An.F.S. belum diberikan makanan tambahan karena usianya baru 4 bulan. Anak
F.S hanya minum ASI, sejak dirawat di rumah sakit anak F.S mendapatkan diet
susu formula 8 x 120 ml. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari, BAK 5-6 kali perhari.
Menurut Ibu suhu tubuh An.F.S cenderung naik turun, suhu turun dengan
Laporan Kasus 1
Residensi II
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran
minum obat penurun panas. Ibu I mengaku bingung dengan sakit yang
1 diderita
An.F.S dan tidak tahu kenapa An.F.S bisa menderita penyakit seperti ini.
Laporan Kasus 2
Residensi II
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
2. Aktivitas dan istirahat
Aktivitas An.F.S semua dilakukan oleh Ibu I. An. F.S berbaring ditempat tidur
terus dengan kondisi lemah, demam naik turun. Anak F.S minum melalui NGT,
untuk BAK dan BAB Ibu I mengenakan pampers pada An.F.S.
C. INTEGRITAS PERSONAL
An.F.S terlihat gelisah apabila didekati oleh perawat dan tenaga kesehatan yang
akan melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An.F.S terlihat tenang berada didekat orang tua dan orang yang dikenalnya (Ibu,
ayah dan budenya).
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan perkembangan:
An.F.S sebelum sakit sudah bisa tengkurap dengan kepala terangkat keatas, bisa
membalikkan badannya dan kembali terlentang, senyum sosial dengan orang yang
mengajaknya bicara atau tersenyum.
3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi BCG (+), Hepatitis B 3x, Polio 3x, DPT 2x.
Ranitidin : 2 x 7 mg IV
Paracetamol : 4 x 120 mg po
Analisis:
Nutrisi terpenuhi
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan
3 Integritas personal: Pukul 16.00:
1. Mengkaji tingkat kecemasan Data subjektif:
anak, keluarga dan Ibu mengatakan
penyebabnya An. F. sudah tidak
(cemas ringan, sehubungan takut melihat perawat
dengan hospitalisasi dan atau tenaga kesehatan
ketidakpastian tentang lainnya, tetapi masih
penyakit). menangis jika
2. Menempatkan anak pada dilakukan
ruangan yang tenang pemeriksaan dan
3. Memberikan stimulasi tindakan.
sensorik dan pengalihan yaitu Data objektif:
mengajak anak bermain dan Anak terlihat memeluk
memberi kesempatan pada ibu dan menangis
anak untuk memegang alat ketika mau dilakukan
pemeriksaan. pemeriksaan suhu.
4. Menganjurkan dan Analisis:
memotivasi orang tua untuk Rasa cemas/ketakutan
terlibat dalam perawatan anak pada anak teratasi
di rumah sakit sebagian.
5. Menganjurkan orang tua Perencanaan:
untuk menemani anak Intervensi dilanjutkan:
sesering mungkin. berikan tindakan
pengalihan ketika
melakukan
pemeriksaan dan
tindakan keberawatan
4. Integritas personal: pada
Pukul anak
17.00:
1. Mengkaji tingkat Data subjektif:
pengetahuan ibu tentang Ibu mengatakan
penyakit anak dan bahwa informasi yang
perawatannya diberikan sangat
(Ibu menyatakan bingung bermanfaat dan
dengan penyakit anaknya). menjadi lebih
2. Mendiskusikan bersama ibu mengetahui tentang
dan nenek tentang demam, penyakit anaknya serta
penyebab dan cara sudah mulai bisa
perawatannya serta cara
memeriksa suhu pada anak. merawat anak
3. Memberikan kesempatan sehubungan dengan
kepada Ibu untuk bertanya penyakitnya.
4. Menjelaskan tentang Data objektif:
kemungkinan penyakit anak, Ibu dapat
dan kemungkinan tindakan menyebutkan kembali
apa saja yang akan dilakukan tentang penyebab
pada anak demam
5. Mengajarkan keluarga cara Ibu dapat memeriksa
mencuci tangan untuk suhu anak dan
menghindari kontaminasi memberikan tindakan
6. Melibatkan orang tua dalam kenyamanan pada
perawatan anaknya dan anak ketika anak
memberikan reinforcement demam.
positif ketika orang tua Ibu mengajak anak
berhasil melakukannya. bermain di luar
ruangan dan memeluk
anak.
Analisis:
Pengetahuan orang tua
tentang penyakit anak
meningkat.
Perencanaan:
Evaluasi kesiapan orang
tua dalam perawatan anak
diruman (discharge
planning) pada saat klien
An.F.S masih demam naik turun, direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi
evakuasi cairan subdural, masih menunggu jawaban dari bagian bedah saraf.
Lampiran
2
LAPORAN KASUS
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
An.V.G. makan 3 kali sehari, ditambah dengan susu formula 3 kali dalam
sehari ( 600cc perhari). Ibu mengatakan semenjak demam dan dirawat di
rumah sakit nafsu makan An.V.G berkurang. Frekuensi BAB 2-3 kali
sehari, BAK 5-6 kali perhari. Menurut Ibu suhu tubuh An.V.G cenderung
Laporan Kasus 1
Residensi II
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran
naik dan hanya turun sedikit dengan minum obat penurun panas.
2 Ibu S
mengaku
Laporan Kasus 2
Residensi II
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
bingung dengan sakit yang diderita An.V.G dan tidak tahu kenapa An.V.G
bisa menderita penyakit seperti ini.
C. INTEGRITAS PERSONAL
An.V.G terlihat menangis dan gelisah apabila didekati oleh perawat dan tenaga
kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An.V.G terlihat tenang berada didekat orang tua dan orang yang dikenalnya
(Ibu, ayah dan neneknya serta teman yang ada diruang rawat).
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan perkembangan:
An.V.G sebelum sakit sudah bisa duduk, berdiri dengan pegangan, mengambil
benda dengan tangan, berceloteh dan mampu mengucapkan dua kata (ma-ma,
pa-pa, ma-mam), Kemampuan sosialisasi baik, dan tersenyum dengan orang
yang dikenal (terdekat)
3. Riwayat
Imunisasi
Imunisasi lengkap
Fisioterapi : 1 x sehari
Inhalasi Nacl 0,9 % 5cc + berotex 5 tts 2 x sehari
Kolaborasi:
2. Konservasi Tujuan: 1. Obat antipiretik:.....
Mandiri:
energi: resiko Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan nutrisi
pemenuhan intervensi keperawatan dan kemampuan makan
nutrisi kurang diharapkan klien
dari kebutuhan Keseimbangan suhu 2. Kaji adanya mual, muntah
tubuh tubuh anak tercapai (masalah penyebab kurang nutrisi)
Kriteria hasil: 3. Auskultasi bising usus
Orang tua 4. Sajikan makanan sedikit tapi sering
5. Berikan diet sesuai jadwal
mengatakan nafsu
6. Berikan makanan sesuai dengan
makan anak
usia dan kemampuan anak
meningkat 7. Timbang berat badan setiap hari
Makan habis 1 porsi 8. Anjurkan untuk menghindari
makanan yang mengiritasi
BB dapat makanan padat
dipertahankan atau 9. Jelaskan fungsi makanan dan
menunjukkan diet pada keluarga
kenaikan 0,5-10 10. Libatkan dan dorong orang tua
untuk menyuapi anak pada saat
kg/minggu
waktu makan
Nilai Kolaborasi:
Laboratorium 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
DBN (Hb:9,6- pemberian diet sesuai kebutuhan dan
13,5gr%, kondisi
protein:5,07-7,8 gr
%, Albumin: 3,9-
3. Integritas 4,5gr%).
Tujuan: Mandiri:
personal: Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
Gangguan rasa intervensi diharapkan: kecemasan/ketakutan anak dan
aman: rasa cemas pada atau keluarga serta penyebab
Cemas/takut 2. Tempatkan anak diruangan
takut pada anak dan
pada anak dan yang tenang
keluarga keluarga dapat teratasi 3. sentuh, gendong dan bicara
Kriteria hasil: pada anak sebanyak mungkin
Orang tua 4. Berikan stimulasi sensorik
mengekspresikan pengalihan yang sesuai
perasaaanya dengan tingkat perkembangan
Anak tampak rileks anak
Tidak takut 5. Berikan dukungan pada keluarga
berinteraksi 6. Libatkan anak dan keluarga dalam
dengan program pengobatan dan
perawat/orang lain perawatan
Anak tidur 7. Anjurkan orang tua untuk
4. Integritas dengan tenang
Tujuan: Mandiri:
personal: Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
Kurang intervensi diharapkan keluarga terhadap penyakit dan
pengetahuan pengetahuan keluarga perawatan anaknya
orang tua 2. Diskusikan bersama keluarga
tentang penyakit dan
tentang penyakit dan perawatan
perawatan anak penyakit anak
meningkat. 3. Berikan kesempatan kepada
kriteria hasil: keluarga untuk menanyakan
Orang tua informasi yang belum jelas
mengatakan dapat 4. Jelaskan tentang penyakit,
memahami penyakit perawatan, pengobatan, mobilisasi
anaknya dan pencegahan
Orang tua 5. Jelaskan tentang
dapat pentingnya kebersihan diri
6. Libatkan dan ajarkan keluarga
menjelaskan
dalam perawatan anaknya
kembali
tentang Kolaborasi:
informasi yang 1. Rujuk pada dokter apabila orang tua
diberikan membutuhkan informasi lengkap
Orang tua tentang penyakit anaknya.
berpartisipasi aktif
dalam perawatan
8. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/ tanggal : Rabu, 14 Maret 2012
No DP Implementasi Evaluasi Paraf
Laporan Kasus 10
Residensi II
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
dilakukan
pemeriksaan dan
bermain dengan
perawat.
Analisis:
Rasa cemas teratasi.
Intervensi dipertahankan.
LAPORAN KASUS
APLIKASI TEORI KONSERVASI ENERGI LEVINE
PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK
DENGAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE II
An. R (14 tahun), dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan utama demam sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun dan tertinggi pada malam
hari. Kejang (-), batuk (-), pilek (-), sakit kepala (+), mual dan muntah. Bak dan
BAB normal, riwayat imunisasi lengkap. Pasien periksa ke RS PMI Bogor, diberi
obat namun tidak turun-turun. Diagnosa medis An. R pada waktu pengkajian
adalah Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) grade II. Saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 28 Maret 2012 pukul 09.00 WIB, An. R terlihat lemah, sering
mengeluhkan sakit pada perut, wajah meringis dan pucat. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, didapatkan data BB An. R adalah : 50 kg, TB: 168 cm (BB
standar berdasarkan Usia=50 kg, klasifikasi BB/U adalah 83% BB standar dengan
kriteria status gizi normal), TTV (Nadi: 82x/mnt, Nafas:24x/mnt, suhu:38,9C.
Fokus pengkajian berdasarkan pendekatan teori Levine didapatkan data berikut
ini:
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
Ayah mengatakan semenjak sakit nafsu makan anak R mulai berkurang.
Anak sering mengeluhkan mual dan kadang-kadang muntah (pada waktu
dirumah). Frekuensi BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali perhari. Menurut
Ayah suhu tubuh An. R naik turun dan hanya turun bila minum obat
penurun panas.
2. Aktivitas dan istirahat
An. R terlihat lemah, sehingga semua aktivitas An. R dibantu oleh Ayah.
Karena mengeluh sakit pada perut, An. R kurang kooperatif dan hanya mau
berkomunikasi dengan Ayahnya. Ayah mengatakan An. R tidak bisa tidur
C. INTEGRITAS PERSONAL
An. R terlihat meringis dan mengeluhkan nyeri. An. R agak pendiam,
kooperatif, hanya mengeluhkan keluhan kepada Ayah dan berkomunikasi
dengan orang yang dikenalnya saja. Namun, An. R terlihat pasrah ketika
perawat melakukan tindakan dan pemeriksaan fisik.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An. R hanya ditemani oleh ayahnya karena ibunya merawat adiknya yang
masih kecil. An. R hanya berbicara kepada Ayahnya.
DATA PENUNJANG
2. Riwayat
Imunisasi
Imunisasi lengkap.
Kolaborasi:
1. Obat antipiretik: parasetamol 3x
250 mg p.o
2. Konservasi Tujuan: Mandiri:
Energi: Anak terlihat nyaman, 1. Kaji skala nyeri.
Gangguan rasa nyeri 2. Kaji dan observasi tanda-tanda vital.
nyaman, nyeri berkurang/hilang 3. Kaji karakteristik, lokasi dan
Kriteria hasil:
sedang Orang tua frekuensi nyeri.
mengatakan 4. Lakukan strategi nonfarmakologi
anak dapat untuk membantu anak mengatasi
beristirahat nyeri (teknik-teknik relaksasi,
tenang pernafasan berirama dan
Ekspresi distraksi).
wajah rileks 5. Libatkan orang tua dalam
Tanda-tanda vital tindakan non farmakologis yang
normal akan dilakukan
6. Bantu anak memilih posisi
yang nyaman
7. Hindari atau kurangi
stimulus eksternal
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan dengan dokter
3. Konservasi Tujuan: pemberian terapi analgetik.
Mandiri:
energy: Keseimbangan cairan 1. Monitor intak dan output
Resiko dan elektrolit adekuat (hitung balance cairan dalam 24
kekurangan Kriteria hasil: jam).
volume cairan Tingkat 2. Kaji TTV, turgor kulit,
kesadaran pengisian kapiler dan membran
meningkat mukosa, edema.
TTV dalam 3. Monitor frekuensi, warna
batas normal dan konsistensi BAB.
Masukan dan 4. Monitor tanda-tanda syok
keluaran (keringat dingin, pucat).
seimbang 5. Observasi adanya perdarahan yang
Turgor kuit elastis, berlebihan, warna dan bau
membran mukosa urin/feses.
lembab, nadi 6. Dorong anak untuk banyak
perifer teraba, minum dengan melibatkan orang
pengisian kapiler 3 tua.
detik 7. Monitor abdomen terhadap
Tidak ada muntah, ketidaknyamanan seperti
tidak ada kembung.
perdarahan, akral Kolaborasi:
hangat dan BB 1. Pemeriksaan laboratorium...
tidak turun. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Konservasi Hasil
Tujuan: 3. Pemberian IVFD sesuai indikasi
Mandiri:
energi: resiko Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan nutrisi
pemenuhan intervensi keperawatan dan kemampuan makan
nutrisi kurang diharapkan klien
dari kebutuhan Keseimbangan suhu 2. Kaji adanya mual, muntah
tubuh tubuh anak tercapai (masalah penyebab kurang nutrisi)
Kriteria hasil: 3. Auskultasi bising usus
Orang tua 4. Sajikan makanan sedikit tapi sering
mengatakan 5. Berikan makanan sesuai dengan
nafsu makan usia dan kemampuan anak
anak meningkat 6. Timbang berat badan setiap hari
Makan habis 1 porsi 7. Anjurkan untuk menghindari
BB dapat makanan yang mengiritasi
dipertahankan dan makanan padat
atau 8. Jelaskan fungsi makanan dan diet
menunjukkan pada keluarga
kenaikan 0,5-10 9. Libatkan dan dorong orang tua untuk
kg/minggu menyuapi anak pada saat waktu
Nilai makan
Laboratorium Kolaborasi:
DBN (Hb:9,6- 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
13,5gr%, pemberian diet sesuai kebutuhan dan
protein:5,07-7,8 gr kondisi
%, Albumin: 3,9-
4,5gr%).
5. Integritas sosial: Tujuan: Mandiri:
Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan intervensi diharapkan keluarga terhadap penyakit dan
orang tua pengetahuan keluarga perawatan anaknya
tentang penyakit dan 2. Diskusikan bersama keluarga
perawatan anak tentang penyakit dan perawatan
meningkat. penyakit anak
kriteria hasil: 3. Berikan kesempatan kepada
Orang tua keluarga untuk menanyakan
mengatakan dapat informasi yang belum jelas
memahami 4. Jelaskan tentang penyakit,
penyakit anaknya perawatan, pengobatan, mobilisasi
Orang tua dapat dan pencegahan
menjelaskan 5. Jelaskan tentang
kembali tentang pentingnya kebersihan diri
informasi yang 6. Libatkan dan ajarkan keluarga
diberikan dalam perawatan anaknya
Orang tua
berpartisipasi aktif Kolaborasi:
dalam perawatan 1. Rujuk pada dokter apabila orang tua
anak di rumah membutuhkan informasi lengkap
sakit tentang penyakit anaknya.
LAPORAN KASUS
APLIKASI TEORI KONSERVASI LEVINE
PADA ASUHAN KEPERAWATANANAK
DENGAN ENCEPHALITIS
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
An.S.H makan 3 kali sehari, ayah mengatakan semenjak demam dan dirawat di
rumah sakit nafsu makan An.S.H berkurang. Frekuensi BAB 1 kali sehari, BAK
5-6 kali perhari. Menurut ayah suhu tubuh An.S.H cenderung naik dan hanya
turun sedikit dengan minum obat penurun panas. Ayah H mengaku bingung
dengan sakit yang diderita An.S.H dan tidak tahu kenapa An.S.H bisa menderita
penyakit seperti ini.
2. Aktivitas dan istirahat
D. INTEGRITAS SOSIAL
An.S.H terlihat tenang berada didekat orang tua dan orang yang dikenalnya ( ayah,
kakak, nenek dan pamannya).
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan perkembangan:
An. S.H sebelum sakit sudah sekolah kelas 2 SMP. Kemampuan sosialisasi baik,
dan tersenyum dengan orang yang dikenal (terdekat)
3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap
Kolaborasi:
1. Obat antipiretik paracetamol
2. Monitor hasil pemeriksaan darah
2. Konservasi Tujuan: dan laboratorium
Mandiri:
energi: resiko Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan nutrisi
pemenuhan intervensi keperawatan dan kemampuan makan
nutrisi kurang diharapkan Kebutuhan klien
dari kebutuhan nutrisi anak tercapai 2. Kaji adanya mual, muntah
tubuh Kriteria hasil: (masalah penyebab kurang nutrisi)
Orang tua 3. Auskultasi bising usus
4. Sajikan makanan sedikit tapi sering
mengatakan
5. Berikan diet sesuai jadwal
nafsu makan 6. Berikan makanan sesuai dengan
anak meningkat usia dan kemampuan anak
Makan habis 7. Timbang berat badan setiap hari
1 porsi 8. Anjurkan untuk menghindari
BB dapat makanan yang mengiritasi
dipertahankan atau dan makanan padat
menunjukkan 9. Jelaskan fungsi makanan dan
kenaikan 0,5-10 diet pada keluarga
kg/minggu 10. Libatkan dan dorong orang tua
Nilai Laboratorium untuk menyuapi anak pada saat
waktu makan
DBN (Hb:9,6- Kolaborasi:
13,5gr%, 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
protein:5,07-7,8 gr pemberian diet sesuai kebutuhan dan
%, Albumin: kondisi
3,9-4,5gr%).
3. Integritas Tujuan: Mandiri:
personal: Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
Gangguan rasa intervensi diharapkan: kecemasan/ketakutan anak dan
aman: rasa cemas pada atau keluarga serta penyebab
Cemas/takut 2. Tempatkan anak diruangan
takut pada anak dan
pada anak dan yang tenang
keluarga keluarga dapat teratasi 3. sentuh, gendong dan bicara
Kriteria hasil: pada anak sebanyak mungkin
Orang tua 4. Berikan stimulasi sensorik
mengekspresikan pengalihan yang sesuai
perasaaanya dengan tingkat perkembangan
Anak tampak rileks anak
Tidak takut 5. Berikan dukungan pada keluarga
berinteraksi 6. Libatkan anak dan keluarga dalam
dengan program pengobatan dan
perawat/orang lain perawatan
Anak tidur 7. Anjurkan orang tua untuk
dengan tenang
4. Integritas Tujuan: Mandiri:
personal: Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
Kurang intervensi diharapkan keluarga terhadap penyakit dan
pengetahuan pengetahuan keluarga perawatan anaknya
orang tua 2. Diskusikan bersama keluarga
tentang penyakit dan
tentang penyakit dan perawatan
perawatan anak penyakit anak
meningkat. 3. Berikan kesempatan kepada
kriteria hasil: keluarga untuk menanyakan
Orang tua informasi yang belum jelas
mengatakan 4. Jelaskan tentang penyakit,
dapat memahami perawatan, pengobatan, mobilisasi
penyakit anaknya dan pencegahan
Orang tua 5. Jelaskan tentang
dapat pentingnya kebersihan diri
6. Libatkan dan ajarkan keluarga
menjelaskan
dalam perawatan anaknya
kembali
tentang Kolaborasi:
informasi yang 1. Rujuk pada dokter apabila orang tua
diberikan membutuhkan informasi lengkap
Orang tua tentang penyakit anaknya.
berpartisipasi aktif
dalam perawatan
anak di rumah
Analisis:
Nutrisi terpenuhi
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan
3 Integritas personal: Pukul 16.00:
1. Mengkaji tingkat kecemasan Data subjektif:
anak, keluarga dan Ayah mengatakan
penyebabnya An.S.H. sudah
(cemas ringan, sehubungan kooperatif jika
dengan hospitalisasi dan dilakukan
ketidakpastian tentang pemeriksaan dan
penyakit). tindakan.
2. Menempatkan anak pada Data objektif:
ruangan yang tenang .
3. Memberikan stimulasi Analisis:
sensorik dan pengalihan yaitu Rasa cemas/ketakutan
mengajak anak bermain dan pada anak teratasi
memberi kesempatan pada sebagian.
anak untuk memegang alat Perencanaan:
pemeriksaan. Intervensi dilanjutkan:
4. Menganjurkan dan berikan tindakan
memotivasi orang tua untuk pengalihan ketika
terlibat dalam perawatan anak melakukan
di rumah sakit pemeriksaan dan
5. Menganjurkan orang tua tindakan keberawatan
untuk menemani anak pada anak
sesering mungkin.
4. Integritas personal: Pukul 17.00:
1. Mengkaji tingkat Data subjektif:
pengetahuan ayah tentang Ayah mengatakan
penyakit anak dan bahwa informasi yang
perawatannya diberikan sangat
(Ayah menyatakan bingung bermanfaat dan
dengan penyakit anaknya). menjadi lebih
2. Mendiskusikan bersama Ayah mengetahui tentang
dan paman tentang demam, penyakit anaknya serta
penyebab dan cara
perawatannya serta cara sudah mulai bisa
memeriksa suhu pada anak. merawat anak
3. Memberikan kesempatan sehubungan dengan
kepada Ayah dan paman penyakitnya.
untuk bertanya Data objektif:
4. Menjelaskan tentang Ayah dapat
kemungkinan penyakit anak, menyebutkan kembali
dan kemungkinan tindakan tentang penyebab
apa saja yang akan dilakukan demam
pada anak Ayah dapat memeriksa
5. Mengajarkan keluarga cara suhu anak dan
mencuci tangan untuk memberikan tindakan
menghindari kontaminasi kenyamanan pada
6. Melibatkan orang tua dalam anak ketika anak
perawatan anaknya dan demam.
memberikan reinforcement Analisis:
positif ketika orang tua Pengetahuan orang tua
berhasil melakukannya. tentang penyakit anak
meningkat.
Perencanaan:
Evaluasi kesiapan orang
tua dalam perawatan anak
diruman (discharge
planning) pada saat klien
akan dipulangkan.
UNIVERSITAS INDONESIA
Pembimbing:
Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., MN
Ibu Ns. Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp. Kep.
An Ibu Ns.Elfi Syahreni. M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns. Dessi Purnamasari, S.Kep.
OLEH:
Budiyati
Indra Tri Astuti
Nunung Nurjanah
Sri Hartini Mardi Asih
A. LATAR BELAKANG
Pada periode segera setelah lahir, seorang anak akan melakukan berbagai
penyesuaian terhadap lingkungan di luar rahim. Namun ternyata, ada
kalanya penyesuaian ini menjadi lebih sulit karena dalam prosesnya dapat
disertai dengan penyakit, kecacatan, infeksi, penyulit saat persalinan, dan
bahkan kelahiran dengan berat lahir rendah (Bobak, Lowdermilk, & Jensen,
2005). Adanya beberapa masalah tersebut menyebabkan bayi terpaksa harus
dirawat di rumah sakit. Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis
utama yang tampak pada bayi dan keluarga karena disfungsi salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi yang lainnya (Friedman, 1998).
Esensi utama dari family centered care adalah perawat harus memberikan
perhatian kepada kebutuhan keluarga dan anak untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dari perawatan anak. Perawat dapat berbagi informasi secara
jujur dengan keluarga sebagai cara untuk memperkuat dan mendayagunakan
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan. Tenaga kesehatan
memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga secara benar
dan tidak memihak. Informasi yang diberikan ini harus jujur, lengkap, benar
dan akurat. Berdasarkan hal tersebut perawat perlu merencanakan suatu
tindakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat bayinya
baik selama dalam perawatan maupun untuk perawatan berkelanjutan atau
ketika sudah di rumah. Perencanaan tersebut dikenal dengan discharge
planning.
Sejalan dengan visi Unit Perinatal RSPAD Gatot Soebroto dimana pelayanan
perinatal resiko tinggi merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
RSPAD Gatot Soebroto Diskesad yang menjadi rumah sakit kebanggaan
prajurit TNI-AD atau warga kesatuan TNI-AD dan masyarakat, maka ruang
rawat peristi dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas asuhan yang dapat
dibanggakan oleh warga kesatuan TNI-AD dan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut kelompok tertarik untuk melakukan proyek inovasi terkait dengan
discharge planning yang bertujuan dapat membantu meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan di ruang rawat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan proyek inovasi keperawatan di
ruang perawatan bayi resiko tinggi RSPAD Gatot Soebroto untuk
mencapai mutu pelayanan asuhan keperawatan yang holistik, terdepan
dan terpercaya.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya kebutuhan inovasi keperawatan yang diperlukan
b. Teridentifikasinya perencanaan kegiatan inovasi keperawatan
c. Teridentifikasinya implementasi aktivitas inovasi keperawatan
d. Teridentifikasinya evaluasi aktivitas inovasi keperawatan yang telah
dilakukan
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan
dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah
actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan
keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji
secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi
pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan
keperawatan. Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien
untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai
anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total
care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan mulai tanggal 3 13 Oktober 2011 dengan 3 cara,
yaitu: observasi, kuesioner dan wawancara. Adapun responden dalam
pengkajian tersebut adalah kepala ruang, seluruh perawat dan keluarga
pasien. Adapun hasil pengkajian selengkapnya adalah sebagai berikut:
Adapun ruang tersebut terdiri dari dua ruang infeksi, satu ruang tindakan,
satu ruang transisi, satu ruang BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), satu
ruang untuk perawatan dengan CPAP (Continous Positive Airway
Pressure), satu pojok laktasi, satu dapur susu sekaligus merupakan dapur
umum, satu ruang ganti perawat, satu gudang yang berfungsi sekaligus
ruang sholat, diantara pojok laktasi dan gudang ada meja yang digunakan
untuk istirahat perawat maupun dokter, satu sekertariat peristi yang
berfungsi juga sebagai ruang pertemuan, satu ruang kepala ruang yang
berbagi dengan ruang dokter konsulen.
2. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang diperoleh data bahwa
struktur organisasi di ruang peristi RSPAD Gatot Soebroto terdiri dari
Kepala Instalasi Rawat Inap (IRNA) Ibu Kolonel Ckm (K) Yoeliasna
Butu, Kepala Sub Instalasi IRNA C Bapak Letkol Ckm dr. Gunawan
Dwi, Sp.OG, K.FER, Kepala Bagian Perawatan (Ka. Bag. Wat) Bapak
Letkol.
3. Tenaga Keperawatan
a. Tenaga keperawatan yang dimiliki sebanyak 24 orang (sudah
termasuk Ka. UR), dengan klasifikasi pendidikan: SPK 2 orang, D3
19 orang, dan S1 Keperawatan 2 orang dan SKM 1 orang. Beberapa
orang perawat sedang melakukan studi lanjut, antara lain yang
berpendidikan SPK melanjukan ke D3 Kebidanan, dan yang
berpendidikan D3 keperawatan melanjutkan pendidikan ke S1
Keperawatan.
4. Pelayanan keperawatan
a. Metode pelayanan keperawatan di ruang Peristi adalah metode tim.
Tim tersebut terbagi menjadi 3 yaitu tim ruang infeksi, tim ruang
transisi, dan tim ruang BBLR dengan masing-masing tim
bertanggung jawab terhadap ruangannya masing-masing.
B. ANALISIS SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Memiliki tenaga keperawatan yang professional dengan kualifikasi
pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 2 orang, SKM 1 orang, dan
DIII 19 orang.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Tingkat ketergantungan pasien tinggi, yaitu tingkat intensive care.
b. Ketidaksesuaian jumlah perawat dengan kebutuhan ketenagaan
(berdasarkan rumus Gillies jumlah perawat seharusnya 42 perawat
jadi kurang 18 perawat) menyebabkan beban kerja perawat menjadi
tinggi.
c. Ketidaksesuaian antara beban kerja perawat menjadi kendala dalam
melakukan discharge planning, developmental care, FCC,
atraumatic care dann PMK
d. Setting ruangan yang belum mendukung untuk pelaksanaan
pendidikan kesehatan, FCC, dan PMK
e. Sarana dan prasarana yang masih terbatas untuk pelaksanaan
discharge planning, developmental care, FCC, atraumatic care,
patient safety dan PMK
3. Opportunity (Peluang)
a. Adanya visi RSPAD Gatot Soebroto menjadi rumah sakit kebanggan
prajurit dan warga TNI
b. Adanya perhatian dari pihak manajemen ruangan (kepala ruangan
dan penanggung jawab asuhan keperawatan) untuk melaksanakan
discharge planning.
4. Threat (Ancaman)
a. Masyakarat semakin kritis menyebabkan tuntutan terhadap kualitas
pelayanan keperawatan semakin meningkat
b. Undang-undang perlindungan konsumen menuntut adanya
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
c. Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi lanjut terhadap
keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan discharge planing
2. Media pendidikan kesehatan (leaf let/ book let) yang tersedia bukan
merupakan leaf let/ book let khusus ruang peristi dan jumlahnya kurang
mencukupi sehingga tidak dapat diberikan kepada keluarga sebagai bekal
pengetahuan ketika dirumah.
2. Jadwal Kegiatan
Adapun untuk jadwal kegiatan proyek inovasi di ruang peristi RSPAD Gatot
Soebroto adalah sebagai berikut:
JADWAL KEGIATAN
OKTOBER 2011
NO KEGIATAN MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU
1 2 3 4
1 Penyusunan instrumen
V
pengkajian
2 Konsultasi Pembimbing V
3 Pengkajian ruangan untuk
V V
proyek inovasi
4 Tabulasi data V
5 Penyusunan proposal V
6 Presentasi hasil pengkajian V
7 Implementasi proyek
V V
inovasi
8 Evaluasi dan presentasi
V
hasil
Bendahara : Nunung
Nurjanah Koordinator Pelaksana: Budiyati
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEGIATAN
A. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan kegiatan mengacu pada rencana kegiatan yang telah disusun
pada bab sebelumnya, setelah mengidentifikasi kebutuhan ruangan dan
issue strategi yang dibutuhkan adalah discharge planning, maka kelompok
membuat formulir discharge planning dan media pendidikan kesehatan
berupa booklet panduan perawatan bayi. Adapun tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah:
1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi formulir discharge planning dan booklet dilakukan
bersamaan dengan kegiatan presentasi proposal yang dilaksanakan pada
hari kamis tanggal 20 Oktober 2011 di ruang Paviliun Imam Sujudi.
Kegiatan dilaksanakan mulai jam 09.00 sampai dengan jam 11.30 yang
dihadiri oleh 47 peserta yang terdiri dari supervisor utama, Kepala
Bagian Keperawatan dan staf, seluruh Kepala Ruangan dan Clinical
Instructur RSPAD Gatot Soebroto, serta perawat ruang Peristi.
B. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Perizinan
Kegiatan paparan hasil pengkajian issue strategi diruangan dan
sosialisasi discharge planning serta booklet didukung penuh dan
difasilitasi oleh Kepala Ruangan Peristi dan Bagian Keperawatan
sehingga memudahkan dalam perizinan kegiatan baik dalam
menentukan waktu dan tempat.
b. Pembuatan Instrumen
Instrumen yang dibuat untuk pengkajian meliputi wawancara dengan
kepala ruangan dan ketua tim, kuesioner untuk perawat dan pasien
2. Evaluasi Hasil
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pelaksanaan proyek
inovasi dapat dijelaskan bahwa perawat yang bekerjasama dalam
implementasi dapat melakukan discharge planning dengan baik, tetapi
masih ada beberapa perawat yang belum bersedia untuk melakukan
implementasi tersebut. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan antara
lain, waktu yang terbatas (4 hari) sehingga implementasi belum optimal
karena perawat yang direkomendasikan ada yang berdinas malam dan
libur sehingga penkes belum dapat dilakukan secara optimal (karena
tidak mungkin dilakukan malam hari), format pengkajian yang tersedia
di rungan belum memuat mengenai pengkajian yang dibutuhkan untuk
perencanaan pemulangan pasien sehingga menyulitkan untuk menuliskan
hasil pengkajian tersebut, ada beberapa perawat yang menganggap ini
adalah tugas mahasiswa sehingga kurang serius dalam melakukan
discharge planning dan lain-lain
A. SIMPULAN
B. SARAN
1. Pengkajian untuk discharge planning sebaiknya dimasukan dalam form
pengkajian dari rumah sakit.
2. Perawat sebaiknya melakukan penerapan form discharge planning sejak
pasien baru masuk sampai dengan pasien pulang.
3. Perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien
sebaiknya melalui beberapa tahapan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan keluarga dalam menyerap atau memahami informasi yang
diberikan.
4. Perawat perlu mendemonstrasikan dalam memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien.
5. Dalam memberikan pendidikan kesehatan perawat sebaiknya dengan
menggunakan media atau booklet sesuai dengan kebutuhan keluarga
pasien.
6. Media pendidikan kesehatan sebaiknya diberikan kepada keluarga
pasien untuk dibawa.
Ball, Jane, dkk. (2003). Pediatric nursing caring for children. Third edition.
New Jersey : Prentis hall, Chicago, IL.
Eichner, J. (2007). Family centered care and the pediatricians role. Journal of
American Academy of Pediatrics, Vol. 112 No.3. Diakses dari
www.aaponline.com pada tanggal 8 September 2009
Nursalam, Rekawati S dan Sri Utami,. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan
anak, Jakarta: Salemba Medika
Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelsein, M.L. & Schwartrz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatric Wong (Andry Hartono, dkk,
penerjemah). Jakarta: EGC.
th
Wong. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatric, (4 Ed, Monica Ester,
penerjemah). Jakarta: EGC.
1. Karakteristik Responden
b. Usia : .........................................
tahun
c.Tingkat pendidikan :
SPK / SPR D3 S1
e. Tugas :
Alternatif
No Pernyat
Jawaban
Benar Salah
aan
1. Discharge planning adalah proses mempersiapkan
pasien dan keluarga untuk meninggalkan satu unit
pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di
2. luar pelayanan
Tujuan kesehatan.
discharge planning adalah menyediakan
informasi tertulis dan verbal kepada keluarga
untuk memenuhi kebutuhan dalam proses
3. pemulangan.
Proses discharge planning melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan
kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan
4. kesehatan kepada pasien.
Discharge planning harus dilakukan saat pasien
mulai dirawat.
Alternatif
No Pernyat
Jawaban
Y Tidak
aan
1. Discharge planning mudah untuk a
2. dilaksanakan.
Pengkajian discharge planning dilakukan
bersamaan dengan pengkajian asuhan
3. keperawatan.discharge planning disesuaikan
Perencanaan
dengan lama hari rawat pasien.
4. Pengisian formulir discharge planning tidak
memakan waktu lama.
5. Formulir discharge planning lebih mudah diisi
dengan menggunakan format daftar centang
6. (checkada
Tidak list)kendala atau hambatan dalam
melakukan dan mendokumentasikan
7. discharge
Media untuk planning.
memberikan pendidikan
kesehatan sangat membantu pelaksanaan
discharge planning.
Pembimbing:
Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., MN
Ibu Ns. Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns.Elfi Syahreni. M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns. Dessi Purnamasari, S.Kep.
OLEH:
Budiyati
Indra Tri Astuti
Nunung Nurjanah
Sri Hartini Mardi Asih
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan proyek inovasi,
dengan topik Discharge Planning sebagai media dalam penerapan pendidikan
kesehatan kepada keluarga dalam mencapai asuhan keperawatan yang holistik
dan berkesinambungan.
Penulis
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................3
C. Manfaat....................................................................................................3
D. Sasaran.....................................................................................................4
A. Pelaksanaan...........................................................................................13
B. Evaluasi.................................................................................................15
C. Pembahasan...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak mempunyai ciri yang khas yaitu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Tumbuh kembang anak adalah proses
pertumbuhan fisik yang ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh dan proses
perkembangan kemampuan mental intelegensi dan perilaku anakanak dimana
terjadi peningkatan kapasitas untuk berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi
(Muscari, 2005). Seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya anak
mengalami suatu rentang sehat dan sakit yang membutuhkan layanan kesehatan
dan keperawatan. Pelayanan keperawatan mulai dari peningkatan status kesehatan,
mempertahankan kesehatan anak dan mengembalikan fungsi kesehatan yang
optimal merupakan lingkup dalam keperawatan anak.
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak
dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa
penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan penuh stress
(Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan krisis
utama yang terjadi pada anak. Hospitalisasi dan kondisi sakit merupakan
pengalaman yang penuh tekanan pada anak-anak, terutama karena terjadi
perpisahan dengan lingkungan normal, orang lain yang berarti, perilaku koping
yang terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter Perry, 2005).
Stres yang dialami oleh anak dan keluarga biasanya disebabkan oleh perubahan
lingkungan yang berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan kontrol tubuh,
ancaman dari penyakit serta adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang
rumah sakit baik dari pengalaman dirawat sebelumnya atau pengalaman orang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat
menimbulkan trauma pada anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
kesehatan baik sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan
lingkungan
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
sosial antara sesama pasien (Supartini, 2004). Perawat mempunyai peran yang
penting dalam mencegah trauma pada anak terhadap tindakan perawatan yang
dilakukan (atraumatic care). Beberapa prinsip yang dapat dilakukan perawat untuk
mencegah trauma pada anak dan keluarga adalah dengan meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah atau
mengurangi cedera, dan memodifikasi lingkungan.
Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap anak kelas II untuk kasus-kasus infeksi
dan non infeksi. Berdasarkan pengamatan, data yang diperoleh secara lisan dari
beberapa sumber di ruang Anggrek , dan data dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan mahasiswa aplikasi anak sebelumnya, ruangan ini membutuhkan
beberapa perubahan untuk dapat memberikan pelayanan paripurna dan
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak. Salah satu perubahan yang
dibutuhkan adalah modifikasi ruang tindakan agar mencerminkan karakteristik
ruang rawat anak.
Ruang tindakan yang ada diruang rawat anak Anggrek belum mencerminkan
karakteristik ruang rawat anak karena semuanya masih bernuansa putih. Tempat
tidur untuk melakukan tindakan beralaskan sprai putih, beberapa trolly untuk tempat
alat- alat juga beralaskan kain atau taplak putih, kotak-kotak tempat penyimpanan
obat pasien juga dialasi dengan potongan kertas putih dan tempat penyimpanan
cairan- cairan infus dialasi dengan koran bekas. Hanya ada satu mainan gantung
yang tidak menimbulkan bunyi diatas tempat tidur diruang tindakan dan cukup
tinggi untuk bisa dijangkau.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Berdasarkan latar belakang di atas, residen bermaksud melakukan inovasi yaitu
modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan karakteristik ruang rawat anak
sehingga dapat meminimalkan trauma pada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya proyek inovasi keperawatan optimalisasi atraumatic care di
Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita Jakarta dengan baik sehingga tercapainya
kualitas asuhan keperawatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi kebutuhan inovasi keperawatan yang diperlukan
di ruang Anggrek.
b. Mampu menyusun rencana kegiatan inovasi keperawatan sesuai dengan
masalah dan kebutuhan ruangan.
c. Mampu melaksanakan kegiatan inovasi keperawatan optimalisasi
pelaksanaan atraumatic care dengan modifikasi ruang tindakan yang
mencerminkan ruang rawat anak untuk mengurangi trauma.
d. Mampu mengevaluasi kegiatan inovasi keperawatan yang telah dilakukan.
e. Mampu merencanakan dan melaksanakan strategi keberlanjutan program
proyek inovasi yang telah disepakati.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pembaharuan
untuk kemajuan pelaksanaan pelayanan Asuhan keperawatan Anak.
2. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan anak yang efektif.
3. Bagi Pasien
Meningkatkan kepuasan dalam penerimaan layanan asuhan keperawatan yang
diberikan pada anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
D. Sasaran
Perawat ruangan, pasien dan keluarga pasien di Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita
Jakarta.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Wong (2005) atraumatic care merupakan kepedulian dari tim kesehatan
melalui intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor yang dialami oleh
anak dan keluarga di rumah sakit baik fisik maupun psikis. Wiggins (1994) dalam
Wong (2005), menjelaskan bahwa stressor lingkungan yang sering dialami oleh anak
adalah lingkungan rumah sakit yang tidak nyaman bagi anak sehingga menimbulkan
stress pada anak selama dirawat di rumah sakit.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
2. Kehilangan kendali
Salah satu faktor yang mempengaruhi stres pada anak yang dirawat adalah faktor
kemampuan mengendalikan diri. Kehilangan kendali akan meningkatkan
persepsi akan adanya ancaman dan dapat mempengaruhi kemampuan koping
anak. Penyebab utama dari kehilangan kendali adalah keterbatasan fisik,
perubahan dari aktivitas rutin dan tingkat ketergantungan anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
langsung Anak memperlihatkan rasa marah dengan membanting mainannya,
memukul anak lain serta tidak kooperatif dengan tindakan keperawatan.
c. Usia sekolah
Anak sering mengekspresikan rasa cemas dengan marah atau perasaan negatif
lainnya seperti mudah tersinggung, menarik diri tidak mau berteman dan
menolak kehadiran saudara kandung.
d. Remaja
Cemas akan perpisahan ditunjukkan dengan takut kehilangan kontak dengan
teman sepermainan dan sulit berpisah dengan orang tua dan suasana rumah
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
D. Prinsip Utama asuhan terapeutik dalam mengurangi trauma
Menurut Supartini (2004) ada beberapa prinsip asuhan terapeutik yang dapat dilakukan
untuk mengurangi trauma pada anak, antara lain:
a. Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan antara anak dengan orang tua
melalui pendekatan family centered care
a. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya.
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan orang tua
agar terlibat dan mampu merawat anaknya.
b. Mencegah dan atau menurunkan cedera fisik maupun psikologis. Rasa nyeri karena
tindakan perlukaan (misalnya injeksi) tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi
dengan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi.
c. Memodifikasi lingkungan fisik rumah sakit, ruang rawat dan ruang tindakan untuk
anak, denganm mendesain seperti rumah yaitu penataan dan dekorasi yang
bernuansa anak (misalnya menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga,
binatang lucu, hiasan dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien
bergambar kartun, dinding berwarna dan penggunaan warna yang cerah diruangan).
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB III
PERENCANAAN
Ruang rawat anak Anggrek sudah memiliki fasilitas yang cukup memadai,
pencahayaan yang cukup melalui jendela kaca yang luas pada setiap ruang rawat
pasien, sirkulasi udara yang cukup baik dengan menggunakan pendingin ruangan
disetiap ruang rawat. Kebersihan terjaga cukup baik, ruangan dibersihkan 3 kali sehari
oleh cleaning service. Pengelolaan sampah sudah dipisahkan antara sampah medis dan
non medis, untuk sampah medis dalam kantong plastik kuning, dan sampah non medis
dalam kantong plastik hitam. Tersedia sarana untuk mencuci tangan yaitu wastafel di
ruang perawat, ruang tindakan dan di setiap ruang rawat pasien, dimana setiap 2 kamar
mempunyai 1 wastafel. Perawatan pasien dengan kasus-kasus infeksi sudah
diupayakan dipisahkan sesuai dengan jenis penyakitnya (ruang untuk kasus diare,
kasus DHF, kasus demam typoid, kasus pernafasan dan kasus-kasus febris). Lokasi
Nurse station berada ditengah- tengah ruang rawat sehingga mudah dijangkau oleh
pasien dan keluarga.
Ruang Anggrek sudah berupaya untuk menerapkan asuhan atraumatic care pada anak.
Ruang tindakan terpisah dengan ruang rawat, yang digunakan untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu terutama yang bersifat invasif seperti pemasangan infus,
pemasangan NGT, mengambil sampel darah dan sebagainya. Namun ruang tindakan
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
yang ada belum mencerminkan ruang rawat anak karena semuanya masih bernuansa
putih-putih yang menyebabkan rasa takut pada anak yang dibawa masuk ke ruang
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
tindakan. Tempat tidur memakai alat tenun warna putih, demikian juga beberapa trolly
tempat alat-alat dialasi dengan alat tenun warna putih, kotak tempat obat pasien diberi
alas potongan kertas warna putih dan tempat menyimpan cairan infus dan alat-alat juga
diberi alas koran bekas. Hanya ada satu mainan gantung diatas tempat tidur diruang
tindakan namun cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh tangan orang dewasa dan tidak
menimbulkan bunyi sehingga sulit untuk dipegang.
B. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
b. Melalui visi dan misi yang jelas, rumah sakit berkomitmen menyelenggarakan
pelayanan kesehatan anak dan bunda yang bermutu.
c. Tersedianya ruangan yang mendukung penerapan atraumatic care.
d. Lingkungan perawatan ruang Anggrek sangat kondusif untuk mendukung
perawatan anak dan memungkinkan untuk dilakukan modifikasi.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Ruangan pasien dan ruang tindakan belum disetting secara optimal sesuai dengan
karakteristik anak.
b. Ruang perawatan sudah diupayakan modifikasi namun masih ada beberapa
gambar yang sudah rusak atau robek.
c. Dinding ruangan, alat tenun, bed, korden berwarna polos (kurang cerah) dan tidak
ada motif yang bernuansa anak.
3. Opportunity (Peluang)
a. Direktur dan seluruh jajaran rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita
berkomitmen untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi
masyarakat.
b. RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit yang terbuka untuk proses berubah.
c. Ada keinginan dari staf ruang Anggrek khususnya dan rumah sakit pada
umumnya untuk melaksanakan atraumatic care dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
4. Threath (Ancaman)
a. Lingkungan rumah sakit yang tidak bernuansa anak merupakan salah satu
stressor yang dapat meninmbulkan trauma pada anak.
b. Memerlukan penyediaan dana dan sarana dalam merealisasikan suatu program
modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan karakteristik ruang rawat anak.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 sampai 22 Februari 2012
dan analisis SWOT diatas, masalah kebutuhan inovasi terkait atraumatic care di ruang
Anggrek yaitu belum optimalnya modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan
karakteristik ruang rawat anak untuk meminimalkan trauma.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
E. Rencana Pelaksanan
3 Evaluasi dan V V V V
pembuatan
laporan
F. Rencana Anggaran
NO NAMA KEGIATAN ANGGARAN
I Persiapan
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB IV
PELAKSANAAN, EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan
Pelaksanaan proyek inovasi modifikasi ruang tindakan di ruang rawat Anggrek
dilakukan melalui tahap-tahap :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan kegiatan presentasi proposal proyek inovasi
yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Februari 2012 pukul 11.00-13.00
WIB diruang bermain atau ruang makan keluarga pasien di ruang Anggrek
RSAB Harapan Kita Jakarta. Presentasi proposal ini dihadiri oleh pembimbing
dari pendidikan, Kepala ruang Anggrek, Clinical Instruktur ruang Anggrek,
perawat ruangan sebanyak 2 orang, staf dari bidang perawatan sebanyak 2
orang dan 7 orang mahasiswa residensi ners spesialis keperawatan anak
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Kegiatan presentasi berjalan
lancar, diawali dengan pembukaan dari pembawa acara, dilanjutkan dengan
paparan proposal hasil pengkajian terkait dengan proyek inovasi yang akan
dilakukan.
Setelah presentasi, dilakukan tanya jawab dan diskusi oleh peserta dan juga
mendapat masukan dari pembimbing pendidikan maupun staf bidang
perawatan. Kemudian disepakati dan disimpulkan bahwa ada 7 (tujuh)
kebutuhan inovasi di ruang Anggrek yang akan diselesaikan oleh 7 orang
mahasiswa residensi keperawatan anak. Masing-masing mahasiswa mempunyai
tanggungjawab untuk menyelesaikan satu kebutuhan inovasi. Penulis sebagai
salh satu mahasiswa residensi yang praktek klinik di ruang Anggrek mendapat
tanggung jawab untuk menyelesaikan kebutuhan inovasi terkait atraumatic care
yaitu modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan karakteristik ruang rawat
anak untuk meminimalkan trauma. Strategi penyelesaian masalah yang
disepakati dan diijinkan oleh bagian infeksi nosokomial bidang perawatan
untuk modifikasi ruang tindakan adalah :
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
a. Mengganti alas tempat tidur dengan perlak bermotif kartun dan berwarna
cerah, bahan mudah untuk dibersihkan dan dapat dicuci dibagian loundry
rumah sakit.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
b. Mengganti alas beberapa trolly, kotak tempat obat dan tempat menyimpan
cairan infus dengan perlak bermotif dan berwarna cerah.
c. Menggantung mainan yang dapat berputar dan berbunyi diatas tempat tidur
di ruang tindakan.
d. Menempel sticker-sticker bergambar kartun di dinding kaca di ruang
tindakan.
Pengadaan sarana untuk modifikasi ruang tindakan dilakukan mulai tanggal 28-
29 Februari 2012. Sarana yang dibutuhkan meliputi alas tempat tidur dan alas
trolly berupa perlak bermotif atau bergambar kartun yang mencerminkan
karakteristik anak, mainan gantung berwarna-warni yang bersuara dan berputar,
sticker-stiker bergambar kartun yang ditempel pada dinding kaca diruang
tindakan.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
B. Evaluasi
1. Hasil wawancara dengan keluarga:
Lima keluarga pasien yang diwawancara setelah dilakukan modifikasi ruang
tindakan menyatakan bahwa modifikasi ruang tindakan bagus dan menarik, baik
alas tempat tidur, trolly, mainan yang digantung dan sticker-sticker bergambar
kartun yang ditempael pada dinding kaca ruang tindakan. Keluarga pasien
mengatakan bahwa ruang tindakan sudah tidak mengesankan seperti di rumah
sakit yang bernuansa putih semua yang menakutkan bagi anak-anak tetapi
tampak lebih cerah dengan alas yang berwarna dan bermotif kartun. Anak-anak
yang dirawat mengatakan senang dengan adanya modifikasi diruang tindakan
sehingga merasa tidak jenuh selama menjalani perawatan di rumah sakit. Orang
tua dari anak yang dirawat juga mengatakan senang dengan adanya modifikasi
diruang tindakan sehingga ketika anak rewel dan menangis bisa untuk
mengalihkan perhatian anak saat dilakukan tindakan.
2. Hasil pengamatan
Evaluasi dilakukan sebelum modifikasi dan setelah dilakukan modifikasi.
Sebelum dilakukan modifikasi ruang tindakan, pasien anak yang akan dilakukan
prosedur diruang tindakan selalu takut dan menangis keras, dan tidak ada mainan
yang dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak dari prosedur tindakan
yang akan dilakukan sehingga anak-anak menjadi trauma ketika masuk di ruang
tindakan. Evaluasi setelah dilakukan modifikasi dimulai hari Senin tanggal 5
Maret 2012 sampai dengan hari kamis tanggal 8 Maret 2012, dengan
mengobservasi beberapa pasien anak yang dilakukan prosedur di ruang tindakan.
Pada awalnya anak-anak perhatiannya teralihkan pada mainan-mainan yang
digantung diatas tempat tidur, anak tampak diam dan tidak menangis dengan
melihat mainan yang berbunyi dan berputar diatas tempat tidur ruang tindakan.
Namun pada saat dilakukan tindakan anak tetap menangis walaupun tidak
sekeras sebelumnya. Setelah dilakukan tindakan anak juga langsung diam dan
kembali tertarik dengan mainan yang ada diruang tindakan.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
C. Pembahasan
Menurut Hidayat (2005) dan Supartini (2004), melalui modifikasi lingkungan fisik
yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman
diliingkungan yang baru. Modifikasi ruang tindakan dapat dilakukan dengan cara
membuat ruang tindakan seperti kamar dirumah. Ruangan tersebut memerlukan
dekorasi yang mencerminkan karakteristik anak, seperti tirai atau korden dan alas
tempat tidur dibuat bermotif kartun yang lucu, binatang atau bunga dan berwarna
cerah, cat dinding ruangan juga berwarna cerah, adanya gambar-gambar kartun yang
menarik dan disukai anak-anak, dan adanya mainan-mainan yang berbunyi yang
dapat menarik perhatian anak-anak.
Residen sudah berusaha untuk melakukan modifikasi ruang tindakan agar tampak
lebih bernuansa anak, walaupun belum semuanya yang ideal bisa dilakukan karena
membutuhkan sumber dana yang cukup besar. Korden ruang tindakan yang idealnya
bermotif dan berwarna cerah, belum dapat diganti mengingat keterbatasan dana.
Demikian juga cat dinding ruangan yang warnanya kurang cerah juga belum dapat
diganti. Residen sudah mengganti alas tempat tidur dan beberapa trolly dengan
perlak bermotif kartun dan berwarna cerah, mengganti alas kotak obat pasien dan
tempat penyimpanan cairan infus dan alat-alat dengan perlak bermotif kartun.
Residen juga telah memasang mainan yang berbunyi dan berputar digantung diatas
tempat tidur di ruang tindakan dan menempel sticker-sticker bergambar di dinding
kaca di ruang tindakan. Modifikasi ruang tindakan sangat diperlukan untuk
mengurangi rasa takut anak ketika masuk ke ruang tindakan dan dapat mengalihkan
perhatian anak ketika akan dilakukan prosedur tindakan.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Dokumentasi Ruang tindakan sebelum modifikasi
a. Tempat tidur
b. Trolly
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
c. Kotak Obat
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Dokumentasi setelah Modifikasi
a. Tempat tidur
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
b. Trolly
c. Kotak obat
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atraumatic care merupakan tindakan yang dapat mengurangi distress fisik pada anak
dan orang tua yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Rumah sakit
merupakan lingkungan yang baru bagi anak sehingga menimbulkan rasa takut, apalagi
hampir semua prosedur tindakan yang dilakukan di rumah sakit menimbulkan rasa
sakit untuk anak. Modifikasi ruang tindakan sangat diperlukan untuk meminimalkan
rasa takut anak ketika masuk diruang tindakan dan dilakukan prosedur tindakan yang
menyakitkan untuk anak. Ruang perawatan anak idealnya mencerminkan karakteristik
anak dalam masa tumbuh kembang sehingga memerlukan dekorasi yang penuh dengan
nuansa anak. Adanya modifikasi ruang tindakan yang bernuansa anak di ruang
Anggrek mendapatkan tanggapan yang positif dari perawat dan keluarga pasien.
Gambar-gambar kartun yang ditempel pada dinding kaca dan mainan yang dapat
berbunyi dan berputar yang digantung diatas tempat tidur diruang tindakan dapat
mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa takut anak ketika akan dilakukan prosedur
tindakan.
B. Saran
Modifikasi ruang tindakan yang telah dilakukan residen adalah merupakan langkah
awal untuk meminimalkan atraumatik care pada anak-anak saat dilakukan tindakan
atau prosedur keperawatan di ruang tindakan. Selain itu, memodifikasi ruang tindakan
juga untuk meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak-anak yang dirawat di rumah
sakit dan memfasilitasi tumbuh kembang anak. Langkah ini masih perlu ditindaklanjuti
dengan bekerja sama dengan petugas cleaning service untuk selalu membersihkan alas
perlak bermotif, mainan gantung, dan sticker-sticker bergambar kartun yang tersedia
secara periodik untuk menghindari infeksi nosokomial.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, dkk. (2010). Laporan proyek di Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita Jakarta.
Tidak dipublikasikan.
th
Hockenberry, Wilson. (2007). Wongs Essentials of Pediatric Nursing. (8 ed.). St.
Louis: Mosby Elseiver
Muscari, Mary E (2005), Panduan belajar: keperawatan pediatrik/ Ed. 3, Jakarta: EGC
Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC
Wong, D.L. (2005), Principle of atraumatic care. Diunduh tanggal 23 Februari 2012 dari
http://mosbydrugconsult.com.
Wong, D.L. (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 1. Jakarta:EGC
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
Pembimbing:
Nani Nurhaeni, S.Kp., MN.
Dessie Wanda, S.Kp., MN.
OLEH:
Budiyati
0906620083
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kegiatan proyek inovasi, dengan
topik Optimalisasi pelaksanaan atraumatic care dengan modifikasi ruang tindakan di
Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita Jakarta. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah praktek klinik khusus dalam keperawatan anak pada residensi II ini.
Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku Supervisor Praktek Klinik di Ruang anggrek
Residensi Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak Pada Program Ners
Spesialis Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu Dessie Wanda, S.Kp., MN,. selaku Supervisor Praktek Klinik di Ruang Anggrek
Residensi Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak Pada Program Ners
Spesialis Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ibu Yanti Riyantini, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An. selaku Pembimbing Klinik pada
Residensi Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak Pada Program Ners
Spesialis Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Ibu Ns. Wastati, S.Kep., selaku Kepala Ruang Anggrek dan Pembimbing Klinik, Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.
5. Teman-teman seangkatan Residensi Keperawatan Anak Angkatan Tahun 2011, terutama
teman-teman dalam kelompok praktek peminatan penyakit infeksi yang saling
membantu dan memberi motivasi selama melaksanakan Residensi Praktek Klinik
Khusus dalam Keperawatan Anak ini.
Semoga laporan hasil proyek inovasi ini dapat dijadikan acuan dan menjadi salah
pedoman dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak.
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................3
C. Manfaat.......................................................................................................................3
D. Sasaran........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22