Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian

2.1.1 Geomorfologi

Lokasi penelitian termasuk dalam lembar Pangkajene dan Watampone bagian

Barat, Sulawesi. Dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris pegunungan yang

memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisah oleh lembar sungai

Walanae.

Pegunungan barat melebar di bagian selatan dan menyempit dibagian utara.

Puncak tertinggi 1694 meter dengan ketinggian rata-rata 1500 meter. Pembentuknya

sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan dibeberapa tempat di lereng

timur terdapat topografi karts yang merupakan pencermin adanya batugamping.

Diantara topografi karst di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk

oleh Pra Tersier. Pegunungan ini di bagian barat daya dibatasi oleh daratan

Pangkajene, Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran sekitarnya.

2.1.2 Stratigrafi

Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung ,lanau, lumpur, pasir

dan kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat

mengandung sisa kerang dan batugamping koral.

6
7

Qac : Endapan Undak; kerikil, pasir, dan lempung membentuk daratan rendah

bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara

morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda.

Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan

gunungapi; batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan

batulempung; konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara;

berwarna putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras

kuat dan sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm. tufanya

berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak

mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt

dengan ukuran antara 2 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan

mengandung pecahan koral dan mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan

napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan

batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-Miosen Akhir (N.9-N.15)pada

lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar 5.000 meter, menindih tidak

selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa (Tem), mendatar

berangsur-angsur berubah menjadi bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw),

diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit.

Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan

sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus

hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung

mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit

dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan


8

berlubang-lubang, diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit;

berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan

basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur

8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru

menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung Moluska

dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir

gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil

foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan

umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.

Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai

fasies gunungapi Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi

Camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat,

setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan

tidak kurang dari 4.000 meter.

Temt : Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan

berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenitberwarna

putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal

Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen,

setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran.

Berdasarkan kandungan fosilnya kisaran umur Eosen Awal-Miosen Tengah. Dengan

lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga dalam dan lagoon. Tebal
9

Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan

Mallawa dan tertindih tidak selaras dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas,

dan sctock batuan beku yang bersusunan basalt, trakit diorit

Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan

sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih

banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian

bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin

banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian

terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan

kelabu tua sampai kelabu kehijauan.

Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan

mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m 1,0

m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan

Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.

Kompleks Basement : Kompleks basement terdiri atas dua satuan batuan

berdasarkan proses pembentukanya, antara lain :

a. Satuan Sekis (Batuan Malihan)

Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara megaskopis

terlihat mineral-mineral diantaranya glaikopan, garnet, epidot, mika dan klorit.

Batuan malihan ini umumnya berpandanan miring ke arah Timur-Laut, sebagian

besar trebreksikan dan tersesarnaikan kea rah Barat-daya, satuan ini tebalnya tidak
10

kurang dari 2000 meter dan bersentuhan dengan sebagian batuan disekitarnya.

Penarikan kalium/argon diperoleh umur 111 juta tahun (Obradovich, 1974).

b. Satuan Ultrabasa

Peridotit, sebagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai

kehitaman, sebagian besar terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik kea rah Barat-

daya. Pada bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis dan beberapa tempat

mengandung lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan

mempunyai sentuhan sesar dengan batuan disekitarnya.

c. Satuan intrusi Trakit

Terobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan

fenokris sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda. Di Tanete

Riaja Trakit menerobos batugamping formasi Tonasa dan di Utara Soppeng

menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium/Argon trakit

menghasilkan umur 10,9 juta tahun.

Gambar 2.1 Peta Geologi Sulawesi bagian Barat dan Selatan (Sukamto, 1982).
11

2.1.3 Struktur Geologi

Batuan tua yang masih dapat diuketahui kedudukan stratigrafi dan

tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak
12

selaras oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh

batuan yang lebih mudah. Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam

sistem busur-palung pada zaman kapur Akhir.

Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen

Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta

batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan

hanya berlangsung selama awal Eosen

Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung

sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu

itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan

dengan adanya pengendapan. Proses tewktonik di bagian barat ini berlangsung

sampai Miosen Awal. Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh

tektonik yang menyebabkan tewrjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian

terjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae

di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan sesar Soppeng.

Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh

sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar

utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah

kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini mengakibatkan

pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-kapur Akhir.

Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat

yang berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar terjadi oleh

gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar


13

Gambar 2.2 Peta Struktur Geologi Regional Pulau Sulawesi (Sukamto&


Simandjuntak, 1983).

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Mineral Zirkon

Zirkon (termasuk zirkon eceng gondok atau kuning) adalah mineral milik

kelompok nesosilicates. Nama kimianya adalah zirkonium silikat dan rumus kimia

yang sesuai adalah ZrSiO4. Sebuah rumus empiris umum menunjukkan beberapa

dari berbagai substitusi zirkon adalah (ZR1-y, REEy) (SiO4) 1-x (OH) 4x-y. Zirkon

dalam bentuk silikat mencair dengan unsur-unsur yang tidak kompatibel

terkonsentrasi dan menerima unsur-unsur kuat medan yang tinggi dalam struktur nya.
14

Struktur kristal zirkon adalah sistem kristal tetragonal. Warna alami dari zirkon

bervariasi antara berwarna hijau, kuning-keemasan, merah, coklat, biru, dan.

spesimen tak berwarna yang menunjukkan kualitas permata adalah pengganti populer

untuk berlian; spesimen ini juga dikenal sebagai "berlian Matura".

2.2.2 Karakteristik Mineral Zirkon

Zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium, mangan, dan unsur lainnya

yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi, seperti putih bening hingga kuning,

kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap, sisitim kristal monoklin,

prismatik, dipiramida, dan ditetragonal, kilap lilin sampai logam, belahan sempurna

tidak beraturan, kekerasan 6,5 7,5, berat jenis 4,6 5,8, indeks refraksi 1,92 2,19,

hilang pijar 0,1%, dan titik lebur 2.500oC.

Batu yang tergolong dalam batu zirkon akan berubah-ubah warnanya jika

dipanaskan. Batu zirkon yang berwarna biru pucat dinamakan starlites dan yang

berwarna merah kecoklatan disebut hyacinth. Adapun karakteristik fisik mineral

zirkon, yaitu

1. Berwarna warna coklat, merah, kuning, hijau, biru, hitam, dan tidak berwarna.

2. Berkilap tidak fleksible.

3. Sifat terhadap cahaya adalah transparan ke tembus cahaya.

4. Bersudut empat sistem hablur; 4/m 2/m 2/m Crystal Habits: dipyramidal dan

seperti prisma/aneka warna.

5. Perpecahan tak jelas di dua arah, seperti prisma/aneka warna.

6. Belahan Hardness yang tidak seimbang adalah 7.5


15

7. Specific Gravity adalah 4.6-4.7 Associated Mineral Streak yang putih albite, biotit,

akik merah tua, xenotime dan monazite.

8. Karakteristik yang lain adalah kadang-kadang kristal berpijar dan yang lebih gelap

mungkin (adalah) radioaktif dalam kaitan takmurnian dari unsur-unsur bumi

yang jarang. Indeks biasnya adalah 1.92 2.

Kegunaan zircon sangat bervariasi, baik sebagai mineral industri (non-logam),

maupun mineral logam. Pasaran zircon dunia sebagian besar digunakan sebagai

mineral industri, yaitu untuk pasir cetak (foundri), bata tahan api (refraktor), keramik

dan gelas, kimia zirconium, dan lain-lain.

2.2.3 Struktur Geologi

Struktur geologi yang terbentuk setelah batuan terbentuk, merupakan hasil

deformasi akibat gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu yang panjang.

Deformasi pada batuan dan kulit bumi dapat berlangsung baik secara sementara

ataupun secara menerus.Struktur-struktur yang dihasilkan dapat berupa lipatan (fold),

kekar (joint), sesar (fault), foliasi (foliation), dan liniasi (lineation). Kehadiran kekar,

sesar dan foliasi pada batuan bisa memperlemah kekuatan (strength) batuan,

sedangkan pergeseran sesar (tektonik) dapat menimbulkan gempa bumi, tsunami,

ataupun perubahan topografi sehingga suatu daerah pantai bisa tenggelam ataupun di

tempat lain terjadi tanah longsor yang bisa membentuk bendung alam suatu aliran

sungai sehingga mengakibatkan banjir. Itu semua merupakan proses alam biasa,

tetapi jika sudah ada unsur manusia di dalamnya, termasuk infrastruktur, maka hal

tersebut akan menjadi bencana alam.


16

2.2.3.1 Lipatan

Lipatan adalah bentuk lengkung suatu benda yang pipih/lempeng, dapat

disebabkan oleh 2 macam mekanisme, yaitu buckling (melipat) dan bending

(melengkung), (Asikin, 1978, dalam Jurnal Geologi 2010). Pelipatan akan terjadi

apabila struktur batuan pada suatu daerah mengalami suatu tekanan yang lemah

namun berlangsung lama dan belum melampaui titik patah batuan sehingga hanya

membentuk lipatan. Kerutan atau lipatan bumi ini yang nantinya menjadi

pegunungan. Bagian puncak suatu lipatan disebut dengan antiklin, sedangkan

lembahnya disebut dengan sinklin daerah lembah (sinklinal) yang sangat luas

dinamakan geosinklinal.

Gambar 2.3. Model Lipatan Antiklin dan Sinklin

2.2.3.2 Kekar

Struktur kekar (joint) adalah merupakan struktur belahan, rekahan tanpa

mengalami pergeseran (displacement). Dalam mempelajari kekar perlu diperhatikan

antara lain: ukuran kekar, kerapatan, arah dan jurus kekar, kedudukan kekar dengan

struktur lainnya dan tahap struktur kekar terhadap struktur di sekitarnya. Apabila data
17

kekar sudah didapat kemudian dipilah-pilah selanjutnya diplot dalam diagram roset,

kipas, batang atau diagram kontur.

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk kekar tarik, gerus, hibrid, serta sesar turun, naik dan sesar
Kekargeser
secara umum dibedakan menjadi empat (McClay, 1987), yaitu kekar

tarik (rekahan yang membuka akibat gaya ekstensi yang berarah tegak lurus terhadap

arah rekahan), kekar gerus (biasanya berpasangan merupakan suatu set dan lurus,

terdapat pergeseran yang diakibatkan oleh gaya kompresi), kekar hibrid

(berkenampakan sebagai kekar gerus yang membuka, kombinasi antara kekar gerus

dan kekar tarik), dan kekar tarik tak beraturan (arah kekar tak beraturan, sering

merupakan akibat hydraulic fracturing).

2.2.3.3. Sesar

Sesar (fault) yang dikenal juga sebagai patahan adalah bidang rekahan yang

disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan

lainnya, jarak pergeseran tersebut hanya beberapa millimeter hingga puluhan

kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa


18

centimeter hingga puluhan kilometer (Billing (1959), dalam Jurnal Geologi 2010).

Berkaitan dengan dinamika kerak bumi dan rentang waktu geologi yang panjang,

kehadiran sesar dapat dibedakan menjadi sesar mati dan sesar aktif. Sesar mati adalah

sesar yang sudah tidak (akan) bergerak lagi, sedangkan sesar aktif adalah sesar yang

pernah bergeser selama 11.000 tahun terakhir dan berpotensi akan bergerak di waktu

yang akan datang (Yeats, Sieh & Allen, 1997, dalam Erwan 2010).

Gambar 2.5 .Kenampakan bentuk sesar (fault) serta bagian-bagian dari


sesar (Simpson, (1968), dalam Erwan, 2010).
Berdasarkan kinematikanya, secara garis besar, dibedakan menjadi sesar

turun, sesar naik, dan sesar geser. Sesar yang dimaksud adalah pergeseran yang

disebabkan oleh gaya tektonik (gambar 2.7). Dalam penelitian ini yang akan

dijelaskan yaitu mengenai sesar geser (strike-slip fault).

Sesar Geser (Strike-slip Fault)


19

Sesar Geser (Strike-slip Fault adalah sesar terbentuk akibat pelepasan tegasan

secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan pemendekan pada arah

sumbu tegasan normal terbesar (Mc Clay, 1996).

Dalam Ragan (1968) disebutkan bahwa patahan dan lipatan selalu ditemukan

bersamaan. Dispesifikkan hubungan antara patahan dan lipatan bervariasi, terbagi

atas dua yaitu:

1. Patahan dapat berupa hasil dari pembentukan lipatan, terjadi akibat

pergerakan deformasi batuan yang berlangsung terus menerus.


2. Yang kedua, dan biasanya dilapangan hal ini umum ditemukan yaitu lipatan

yang terbentuk akibat adanya patahan. Selama adanya pergeseran satu blok

batuan terhadap blok batuan lainnya akan menyebabkan efek perubahan

terhadap blok batuan itu sendiri.

Pembentukan sesar geser pada kenyataannya tidak merupakan suatu garis lurus,

tetapi akan terdapat beberapa lekukan pada zona sesar tersebut, pada daerah inilah

yang kemudian akan membentuk sesar naik (restraining) atau sesar turun (releasing)

sebagai struktur ikutan dari sesar geser tersebut (Robert J. T, & Eldridge M. M,

1992).

Gaya yang bekerja dalam satu titik (Diagram Mohr, dalam Robert & Eldridge,

1992) akan menghasilkan gaya kompresi,dimana gaya utama maksimum horizontal,

gaya utama minimum vertical akan membentuk sesar naik, gaya utama maksimum

vertical akan membentuk sesar turun, serta gaya utama maksimum horizontal, gaya

utama minimum horizontal akan membentuk sesar geser.


20

Gambar 2.6. Mekanisme pembentukan struktur geologi (Diagram Mohr, dalam


Robert & Eldridge, 1992).

Anda mungkin juga menyukai