Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan

Ikatan Apoteker Indonesia 2016


e-ISSN : 2541-0474

EVALUASI PENGGUNAAN ALBUMIN PADA PASIEN LUKA BAKAR


DI RSUD DR. SOETOMO

Suharjono1*, Sakinah Annura1, Iswinarno Doso Saputro2, dan Dwi Rahayu Rusiani3
1
Departemen Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2
Departemen Ilmu Bedah Plastik, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

*Corresponding author email: shj_ms_id@yahoo.com

Abstrak
Latar belakang: Luka bakar dapat menyebabkan hilangnya barier kulit, sehingga berakibat hilangnya cairan albumin
yang melewati kulit yang rusak. Hilangnya albumin akan menimbulkan perubahan tekanan onkotik dan mempengaruhi
penyembuhan luka bakar tersebut. Untuk mengatasi kondisi tersebut, asupan albumin sangat diperlukan untuk
meningkatkan kadar albumin dalam tubuh.
Tujuan: Penelitian ini untuk mngevaluasi penggunaan albumin dan mengidentifikasi problem terkait obat pada pasein
luka bakar akibat dari perubahan kadar albumin.
Metode: Metode penelitian observasional secara retrospektif di Ruang Rekam Medik RSUD Dr. Soetomo
menggunakan Rekam Medik pada periode 1 Januari -31 Desember 2014 dengan analisis, pendekatan deskriptif .
Hasil penelitian: Diperoleh 26 pasien luka bakar yang menerima terapi albumin, pasien laki-laki 69,2% dan
perempuan 30,8%, serta umur dengan pasien terbanyak adalah 20 sampai 59 tahun (76,9%). Etiologi luka bakar pasien
terbanyak disebabkan oleh sumber termis (81%), listrik (15%), dan bahan kimia (4%). Albumin yang digunakan
albumin 20% 100 mL dengan dosis 20 gram dan diberikan secara infusi drip. Kenaikan kadar albumin rata-rata adalah
0,83 g/dL. Selain peningkatan, terdapat pula beberapa pasien yang justru mengalami penurunan kadar albumin setelah
pemberian terapi. Dari 26 pasien, terdapat 12 pasien yang mengalami rata-rata penurunan sebesar 0,68 g/dL Selain
itu, tidak ada problem yang terkait penggunaan obat dengan rendahnya kadar albumin.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan albumin 20 % yang paling banyak digunakan dan tidak ditemukan problem
terkait obat dengan rendahnya kadar albumin
Kata kunci: albumin, luka bakar. dosis regimen, DRP

1. PENDAHULUAN perpindahan protein plasma, air, dan elektrolit


Ditinjau dari penyebabnya, cedera luka dari intravaskular menuju interstisial yang terjadi
bakar disebabkan oleh api 40%, air panas 30%, dalam 24-36 jam pasca trauma3. Perpindahan
listrik 4%, bahan kimia 3%, dan sisanya oleh cairan yang berlangsung terus-menerus ini akan
sumber panas yang lain seperti sinar UV, laser, berdampak pada penurunan volume cairan
dan lain-lain1. Di Unit Luka Bakar RSUD Dr. intravaskular dan albumin intravaskular yang
Soetomo Surabaya, jumlah kasus yang dirawat diikuti dengan penurunan tekanan onkotik.
selama satu tahun (Januari-Desember 2000) Berpindahnya cairan dari intravaskular ke
adalah sebanyak 106 kasus atau 48,4% dari interstisial dan keseimbangan tekanan onkotik
seluruh penderita luka bakar yang dirawat (219 sangat dipengaruhi oleh kadar albumin dalam
pasien), jumlah kematian akibat luka bakar plasma. Pada keadaan dimana kadar albumin
sebanyak 28 pasien atau sekitar 26,4 % dari dalam plasma menurun, transfusi albumin
seluruh penderita luka bakar2. Pasien yang menjadi salah satu pilihan tatalaksana yang telah
mengalami luka bakar, khususnya luka bakar dipakai selama lebih dari 60 tahun. Albumin
berat/mayor akan kehilangan barier kulit sebagai serum biasanya digunakan sebagai parameter
akibat kontak dengan burning agent. Hal ini lama penyembuhan luka sebab kadar albumin di
akan menyebabkan pasien mengalami kondisi bawah 3 g/dL mempunyai hubungan secara
inflamasi sehingga meningkatkan resiko signifikan dengan lamanya penyembuhan luka,
terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler. seperti luka pasca operasi4. Namun albumin
Peningkatan permeabilitas kapiler dapat dalam pengaturan klinis terus menjadi
mengakibatkan ekstravasasi cairan atau pertimbangan disebabkan karena penggunaannya
92
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

membutuhkan biaya yang relatif tinggi dan 2.4. Analisis Data


dilakukan pembatasan penggunaan berdasarkan Data yang telah dikumpulkan dianalisa
tingkat keparahan serta rendahnya kadar albumin secara deskriptif dalam bentuk tabel, narasi, atau
pasien5. Penelitian ini dilakukan untuk grafik meliputi : 1. Profil pasien yang terdiri dari
mengevaluasi pola pemberian albumin pada umur, jenis kelamin, diagnosa, data klinik, dan
pasien luka bakar dan Drug Related Problem, data laboraturium. 2. Profil atau gambaran pola
sehingga dapat meningkatkan jaminan penggunaan albumin pada pasien luka bakar.
keberhasilan terapi serta memberikan manfaat Hasil analisis profil penggunaan albumin yang
untuk pasien, para klinisi, dan pihak rumah sakit. meliputi dosis, frekuensi pemberian, dan
outcome disajikan dalam bentuk tabel, diagram,
2. BAHAN DAN METODE dan uraian serta DRP.
2.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian 3. HASIL PENELITIAN DAN
observasional deskriptif dengan pengumpulan PEMBAHASAN
data secara retrospektif. Dalam penelitian ini Dari penelitian di RSUD Dr. Soetomo
peneliti tidak melakukan suatu tindakan atau Surabaya yang dilakukan pada periode 1 Maret -
perlakuan khusus terhadap pasien. Sudah 31 Juli 2015, diperoleh data pasien yang
mendapat persetujuan Komite Etik RSUD Dr memenuhi kriteria inklusi penelitian berjumlah
Soetomo Surabaya. 26 pasien dari 94 populasi pasien luka bakar
2.2. Tempat dan Waktu Penelitian yang menjalani perawatan di Unit Luka Bakar
Tempat penelitian di Ruang Rekam GBPT(Gedung Bedah Pusat Terpadu) RSUD
Medik RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Dr. Soetomo Surabaya selama periode 1 Januari
Pengambilan data penelitian dilakukan mulai 1 31 Desember 2014. Data distribusi jenis
Maret - 31 Juli 2015. kelamin, usia, dan jenis jaminan kesehatan
2.3. Sampel Penelitian dibutuhkan untuk menunjang teori yang
Sampel penelitian adalah rekam medik mengatakan bahwa puncak kejadian luka bakar
pasien luka bakar di RSUD dr. Soetomo, terjadi pada usia produktif (25-35 tahun) dan
Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi berikut biasanya merupakan luka bakar di tempat kerja6.
: Pasien yang didiagnosis mengalami luka bakar Hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap
pada periode waktu 1 Januari - 31 Desember populasi penelitian sudah sesuai dengan teori,
2014 dan yang mendapatkan terapi infus dimana jenis kelamin terbanyak yang menderita
albumin. Sedang Kriteria Eksklusinya adalah kejadian luka bakar adalah laki-laki (69,2%)
Rekam Medik pasien luka bakar yang juga pada usia antara 20-59 tahun (76,9%). Jenis
pasien sirosis hepatik. Rekam Medik pasien luka jaminan kesehatan yang digunakan oleh sebagian
bakar yang dikontraindikasikan mendapat terapi besar pasien adalah BPJS yaitu sebesar 53,8%.
albumin dan Data Rekam Medik pasien tidak Data demografi pasien disajikan dalam Tabel 1.
lengkap.

Tabel 1 Data Demografi Pasien Luka Bakar Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Jenis
Jaminan Kesehatan

Karakteristik Pasien Jumlah Pasien Presentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 18 69,2
Perempuan 8 30,8
Total Pasien 26 100
Usia Pasien
Anak (0-19 Tahun) 5 19,2
Dewasa (20-59 Tahun) 20 76,9
Usia Lanjut (>60 Tahun) 1 3,9
Total Pasien 26 100
Jenis Jaminan Kesehatan
BPJS 14 53,8
Non BPJS 12 46,2

93
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

Berdasarkan penyebab, luka bakar termis merupakan penyebab luka bakar terbesar
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas yang terjadi karena penggunaan alat pemanas
yang terdiri atas Luka Bakar Suhu Tinggi yang tidak tepat atau dapat terjadi akibat
(Thermal Burn) seperti Api, Gas, Cairan, Bahan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan api6.
padat (Solid) ; Luka Bakar Bahan Kimia Pada populasi penelitian ini, didapatkan
(Chemical Burn) ; Luka Bakar Sengatan Listrik penyebab luka bakar terbanyak adalah sumber
(Electrical Burn) ; dan Luka Bakar Radiasi termal yaitu sebesar 80,8%. Hasil tersebut
(Radiation Injury)2. Luka bakar akibat sumber ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Data Distribusi Pasien Berdasarkan Etiologi Luka Bakar

Pasien luka bakar memiliki interval bulan. Hal ini disebabkan karena mudahnya
waktu perawatan yang berbeda-beda. Apabila terjadi komplikasi. Selain itu, luka bakar
pasien telah mengalami luka bakar berat, maka mempunyai dampak langsung terhadap
pasien dapat dirawat mulai dari 1 hingga 6 perubahan lokal maupun sistemik tubuh yang
bulan7. Interval waktu lama perawatan pasien tidak terjadi pada kebanyakan luka lain, sehingga
luka bakar bervariasi antara 7 hari hingga lebih luka bakar dapat menyebabkan keadaan syok,
dari 20 hari. Sebanyak 57,7% populasi penelitian mempengaruhi respon metabolik dan stres, serta
mendapatkan perawatan antara 10 hingga 20 hari redistribusi cairan intra maupun ekstraseluler
di Unit Luka Bakar GBPT RSUD Dr. Soetomo, yang mengakibatkan waktu pemulihan menjadi
Surabaya. Marzoeki, 2008 mengatakan apabila lebih lama8,9. Berikut data lama perawatan
pasien telah mengalami luka bakar berat, maka pasien luka bakar yang mendapat terapi albumin
lama perawatannya dapat mencapai 1 hingga 6 disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Data Lama Perawatan Pasien Luka Bakar

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 159 digunakan di Unit Luka Bakar GBPT RSUD Dr.
tahun 2014 (10), terdapat 3 jenis cairan albumin, Soetomo Surabaya adalah albumin 20% dan
yaitu albumin 5%, 20%, dan 25%. Albumin yang albumin 25% dengan volume masing-masing
94
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

100 mL. Meskipun demikian, albumin 20% tingkat keparahan serta rendahnya kadar albumin
merupakan jenis albumin terbanyak yang pasien4.
digunakan, yaitu sebesar 96% ((Gambar 3). Cara pemberian albumin adalah secara
Dosis pemberian albumin yang diterima infusi drip. Durasi pemberian albumin tidak
pasien adalah 20 gram per botol pada setiap boleh lebih dari 4 jam setelah kemasan dibuka12.
pemberian. Menurut Keputusan Dirjen Binfar Durasi pemberian ini berkaitan dengan stabilitas
dan Alkes No. HK.02.03/III/1346/2014 sediaan albumin yang mudah terkoagulasi oleh
mengenai pedoman penerapan Formularium panas12. Berdasarkan data DMK, tidak terdapat
Nasional, untuk albumin 20% maksimal catatan mengenai kecepatan tetesan pada
pemberian 100 mL per hari. Penggunaan pemberian albumin. Namun albumin disarankan
albumin dapat diulang setiap 1 sampai 2 hari11. untuk diberikan dengan laju infusi tidak lebih
Hal ini dikarenakan penggunaan albumin dalam dari 2 mL/menit (100 ml dalam 4 jam) sebab laju
pengaturan klinis terus menjadi pertimbangan yang lebih cepat dapat menyebabkan penurunan
disebabkan karena penggunaannya tiba-tiba pada tekanan darah, utamanya pada
membutuhkan biaya yang relatif tinggi dan pasien geriatri dengan risiko gagal jantung
dilakukan pembatasan penggunaan berdasarkan kongestif11,12. Kecepatan drip yang disarankan
adalah 20 tetes/menit12.

Gambar 3. Jenis Albumin pada Pasien Luka Bakar

Terapi albumin pada pasien luka bakar kadar albumin pasien luka bakar yang ekstrem,
diberikan ketika pasien mengalami kondisi tergantung kondisi klinis dan penyakit penyerta
hipoalbumin, yaitu kondisi dimana kadar yang dialami pasien. Selain itu, albumin juga
albumin dalam tubuh <2,5 g/Dl12. Alasan dapat diberikan sebelum dan/atau sesudah
pemberian cairan albumin pada kadar <2,5 g/dL tindakan skin grafting. Tindakan ini dikenal
adalah pada kadar tersebut, kondisi hipoalbumin sebagai tindakan perioperatif4,7,12.
dapat menyebabkan perubahan nonfisiologis Capaian terapi albumin dapat dilihat dari
pada tubuh pasien seperti kebocoran cairan kenaikan kadar albumin serta kondisi luka bakar
menuju interstisiil, perdisposisi terhadap infeksi tiap pasien. Kenaikan kadar albumin dapat
dengan menurunnya fungsi kekebalan tubuh, diketahui dari selisih kadar albumin pre dan
fungsi farmakologi antibiotik khususnya yang albumin post pemberian pada hasil laboratorium
berikatan dengan albumin menjadi tidak stabil, masing-masing pasien. Kadar albumin pre
dan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi adalah kadar albumin terakhir yang diperiksa
dan sepsis. Dari hasil penelitian, teori ini kurang sebelum pemberian albumin, sedangkan kadar
sesuai, karena beberapa pasien yang memiliki albumin post adalah kadar albumin pertama yang
kadar albumin antara 2,5 g/dL sampai 3,0 g/dL diperiksa setelah pemberian albumin.
juga mendapatkan terapi albumin. Kondisi luka Berdasarkan data yang telah diperoleh, seluruh
yang terbuka menyebabkan kadar albumin akan populasi penelitian mengalami kenaikan kadar
sangat mudah mengalami penurunan akibat albumin setelah mendapatkan terapi albumin.
terjadinya ekstravasasi cairan, sehingga Kenaikan kadar albumin berbeda-beda pada
pemberian cairan albumin pada kadar antara 2,5 setiap pasien dikarenakan kebutuhan dosis
3,0 g/dL ditujukan untuk mengatasi penurunan masing-masing pasien berbeda, serta disebabkan

95
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

oleh interval waktu pemeriksaan albumin pre besar kemungkinan terjadinya ekstravasasi
dan albumin post berbeda-beda pula. Pengecekan cairan atau hilangnya kandungan protein plasma
laboratorium kadar albumin pada pasien tidak seperti albumin, air, dan elektrolit dari tubuh.
semuanya segera dilakukan setelah pemberian Hal inilah yang akhirnya menyebabkan kadar
albumin. Hal ini dapat dilakukan 6 jam setelah albumin dalam tubuh mengalami
pemberian infus albumin. Pada populasi penurunan12,13,14. Selain luas area bakar, sepsis
penelitian ini, rata-rata peningkatan kadar dan jenis resusitasi cairan lain yang digunakan
albumin mencapai 0,83 g/dL. serta volume resusitasi cairan lain yang diberikan
Selain terjadi peningkatan, pada sangat mempengaruhi outcome pemberian
beberapa pasien juga terjadi penurunan kadar albumin. Semakin banyak resusitasi cairan yang
albumin. Dari 26 pasien, 12 diantaranya sempat masuk dalam tubuh, maka kadar albumin yang
mengalami penurunan kadar albumin secara diberikan akan mengalami pengenceran,
bermakna setelah pemberian albumin. Rata-rata sehingga efektifitasnya dalam menarik cairan
penurunan kadar albumin pada ke-12 pasien berkurang
tersebut adalah 0,68 g/dL. Terjadinya penurunan Dari 26 pasien, 17 pasien dipulangkan
kadar albumin setelah pemberian cairan albumin dengan kondisi membaik dan 9 pasien
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dinyatakan meninggal (Tabel 2). Status pasien
yaitu kondisi klinis dari setiap pasien luka bakar. yang dipulangkan dilihat dari kondisi klinis
Luas area bakar sangat mempengaruhi ketahanan pasien yang membaik dan luas luka bakar yang
kadar albumin pada tubuh pasien. Semakin luas mengalami penurunan.
bagian tubuh yang terbakar, maka akan semakin

Tabel 2. Data Status Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Luka Bakar yang Mendapat Terapi
Albumin

Status KRS Pasien Jumlah Pasien Persentase (%)


Pulang (Membaik) 17 65
Meninggal 9 35
Total 26 100

Capaian terapi juga dapat dilihat dari bakar pasti mengalami penurunan luas area
kondisi pasien yang digolongkan menjadi dua, tubuh yang terbakar. Penurunan yang dihasilkan
yaitu pasien yang kondisinya membaik atau dapat disebabkan oleh pemberian terapi
dipulangkan dan pasien yang dinyatakan termasuk albumin, pemberian tindakan skin
meninggal. Diantara keduanya, pasien dengan grafting ataupun cuci luka.
kondisi yang membaik atau dipulangkan Selain mendapatkan terapi albumin,
mencapai 69% dari keseluruhan populasi pasien luka bakar di RSUD Dr. Soetomo
penelitian (Tabel 2). Pasien-pasien tersebut Surabaya juga mendapatkan terapi lainnya.
dinyatakan membaik dilihat dari kondisi klinis Beberapa macam terapi yang diberikan
yang stabil dan luas area tubuh yang terbakar diantaranya yaitu pemberian resusitasi cairan
mengalami penurunan. Selain mempengaruhi sebagai salah satu first line therapy, pemberian
kadar albumin dalam tubuh, albumin juga antibiotik, profilaksis stress ulcer, NSAID,
digunakan untuk memperbaiki fungsi sel, analgesik opiat maupun non opiat, serta obat-
utamanya sel yang mengalami kerusakan akibat obat lainnya seperti anti inflamasi, antiemetik,
bahan termis pada kasus luka bakar15. Hal ini antidepresan, diuretik, dan vitamin mineral.
disebabkan karena albumin merupakan salah Tidak hanya terapi farmakologi, pasien
satu protein yang penting dalam proses luka bakar juga menerima terapi non
penyembuhan luka4,15,16. Oleh karena itu, pada farmakologi. Terapi non-farmakologi yang
pasien yang mengalami defisit protein tubuh diterima pasien antara lain makanan yang
mempunyai resiko yang lebih besar terjadinya memiliki asupan protein tinggi seperti putih
penyulit penyembuhan luka dibandingkan telur, susu, pil ikan kutuk, dan melakukan diet
dengan pasien yang tidak mengalami defisit TKTP (Tinggi Kalori dan Tinggi Protein).
protein tubuh 15,17,18.Teori tersebut mendukung Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
hasil pengamatan kondisi pasien luka bakar pada albumin yang terdapat pada ikan gabus memiliki
sampel penelitian dimana seluruh pasien luka kualitas jauh lebih baik dari albumin pada telur
96
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

yang biasa digunakan dalam penyembuhan Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Unair /
pasien pasca bedah. Ikan gabus mengandung RSUD Dr. Soetomo.
protein, 6,2% albumin19, dan mineral Zn, Fe, Cu.
Ekstrak ikan gabus dapat difungsikan untuk DAFTAR PUSTAKA
mempertahankan kadar albumin19. 1. Miller, S. F., Bessey, P., Lentz, C. W., et al..
Dalam penelitian ini, tidak ditemukan National Burn Repository 2007 report: A
masalah terkait penggunaan albumin (DRPs). synopsis of the 2007 call for data. Journal of
Seluruh pasien yang membutuhkan terapi Burn Care & Research, 2008 , 29(6).p.862
albumin sudah mendapatkan albumin sesuai 870.
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak 2. Noer, S.M., Saputro, D.I., and
rumah sakit maupun pihak jaminan kesehatan Perdanakusuma D.S., 2006.Penanganan
pasien. Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University
Infeksi dianggap salah satu komplikasi Press.
yang paling penting dan berpotensi serius pada 3. Smeltzer, S.,. Brunner Suddarth, Buku Ajar
pasien luka bakar. Sebuah laporan dari National Keperawatan Medikal Bedah :Management
Burn Respiratory di Amerika Serikat of Patients with Burn Injury. 2001,Volume 2
menyebutkan bahwa dalam periode 10 tahun Edisi 8.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
terdapat 19.655 kasus komplikasi pada pasien EGC. p 1718-1752.
luka bakar dimana 31% merupakan komplikasi 4. Agung M., Hendro W., 2005. Pengaruh
paru, 17% infeksi luka dan selulitis, dan 15% Kadar Albumin Serum Terhadap Lamanya
disebabkan karena septikemia dan komplikasi Penyembuhan Luka Operasi. Dexa Media
infeksi lainnya20. Salah satu jenis antibiotik yang No. I vol.18.
banyak digunakan pada populasi penelitian ini 5. Boldt, J.. Use of Albumin : an Update.
adalah antibiotik golongan aminoglikosida yaitu British Journal of Anaesthesia. 2010 , 104
amikasin. Antibiotik golongan aminoglikosida (3): 27684.
merupakan antibiotik yang memiliki indeks 6. Brunicardi, F.C., et al.,. Schwartz's
terapi sempit dan bersifat nefrotoksik, sehingga Principles of Surgery. 8th,Edition 2005. New
penggunaan pada pasien dengan kadar albumin York:Edn. McGraw-Hill.
dibawah normal (hipoalbumin) perlu perhatian 7. Moenadjat Y.,. Luka Bakar Masalah dan
khusus. Hal ini disebabkan pada kadar albumin Tatalaksana. 2009 Jakarta : Balai Penerbit
yang rendah dalam tubuh, kadar antibiotik dalam FKUI.
bentuk bebas/tak terionkan mengalami 8. Marzoeki, D/ Buku Ajar Bedah Plastik,
peningkatan, sehingga berpotensi untuk 2006, Airlangga University Press.
memberikan efek toksik bagi tubuh. Selain 9. Cucereanu-Badica, L, Luca-Vasiliu L.,
amikasin, antibiotik golongan aminoglikosida Grintescu L., Lascar I.. The Correlation
lainnya yang diberikan pada pasien luka bakar Between Burn Size and Serum Albumin
adalah gentamisin21,22. Level in The First 48 Hours After Burn
Injury.Jurnal Roman de Anastezie Terapie
4. KESIMPULAN Intensiva, 2013,Vol.20 No.1 p.5-9.
Kesimpulan dari penelitian yang 10. Kepmenkes, 2014. Formularium Nasional
dilakukan secara retrospektif pada pasien luka 11. McEvoy, G. M. et al. AHFS Drug
bakar periode 1 Januari 31 Desember 2014 Information Essentials. 2011Bethesda:
adalah sebagai berikut : American Society of Health-System
a. Jenis albumin yang digunakan terbesar yaitu Pharmacists.
albumin 20% 12. PPARSDS,.Pedoman Penggunaan Albumin
b. Pemberian Albumin sudah sesuai ketentuan Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo
Pedoman Rumah Sakit dan Formularium Surabaya. 2003. ISBN : 979-8865-11-1.
c. Tidak ditemukan masalah-masalah terkait 13. Doweiko J.P., Nompleggi D.J.,. The Role of
penggunaan albumin Albumin in Human Physiology and
Pathophysiology, Part III: Albumin and
UCAPAN TERIMA KASIH Disease States. 1991.Boston :epartment of
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya Medicine, New England Deaconess
disampaikan kepada Direktur RSUD Dr and and
Hospital, Gastroenterology
Soetomo dan Kepala SMF/Departemen Ilmu
Hematology Divisions, Brigham and
Womens Hospital.
97
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

14. Johnson M., Parra A., Garcia R., Barthol Patients. 2003.Am J Kidney Dis p.1200-
C.,.Guidelines For Use of Albumin. 2010. 1211.
University Hospital Consortium 19. Santoso, Agus H., Astawan M., Wresdiyati
15. Utariani A.,. Perubahan Profil Albumin, T. Potensi Ekstrak Ikan Gabus
MMP8, dan Kolagen pada Penyebuhan (Channa Striata) sebagai Stabilisator
Luka Akibat Hipoalbumin. 2008, Surabaya : Albumin, SGOT dan SGPT Tikus yang
Program Pascasarjana Universitas Diinduksi dengan Parasetamol Dosis Toksis.
Airlangga. p. 5-10. Masyarakat. 2008.Supl. 6 Vol. 3, hal. 29
16. Luis A.M.,. Preoperative Evaluation as a 35.
Prognostic Tools for Wound Healing. Acta 20. Hospenthal et al., Burn Wound Infection,
Artrop Siand 2002, 73: p.25-50. 2011.. Diakses dari:
17. Hirsch S. et al.,. Nutrition Status of Surgical http://emedicine.medscape.com/article/2135
Patients and The Relationship of Nutrition 95-medication pada tanggal 1 Agustus 2015
to Post Operative Outcome. J Am Coll 21. Kemenkes RI,.Pedoman Pelayanan
Nutrition. 1992p. 21. Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik.
18. Kaysen G.A et al.,. Longitudinal and Cross- 2011,Jakarta.
sectional Wffect of C-reactive protein, 22. Latenser B.A., et al. National Burn
Equalibrated Normalized Protein Catabolic Respiratory : A Ten Year Review. USA : .
Rate, and Serum Bicarbonat on 2007, University of Iowa Hospitals and
Creatinineand Albumin Levels in Dialysis Clinics.

98

Anda mungkin juga menyukai