LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah
Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,
sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot
rahimnya dominan ( Manuaba, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang
paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif.
Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
2. Klasifikasi
a. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam kavum uteri. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete
bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal
dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
1 | LP Mioma Uteri
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses di atas.
b. Mioma intramural (mioma intraepitelial)
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi
tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma
yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor
tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di
dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot
rahim dominan).
c. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam
satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik
sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
3. Etiologi
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun
ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2 | LP Mioma Uteri
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
b. Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
Menurut Muzakir (2008) faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah:
1) Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita
menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
2) Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen
endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit (Parker,
2007). Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma
uteri lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase
proliferasi dari siklus menstruasi (Djuwantono, 2004).
3) Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang
mempunyai riwayat keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat
kekuatan ekspresi dari VEGF- (a myoma-related growth factor) dibandingkan
dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma uteri (Parker, 2007).\
4) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim
aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya terjadi peningkatan
3 | LP Mioma Uteri
jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan pprevalensi mioma uteri
(Parker, 2007).
5) Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan prevalensi
atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti
apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri
(Parker, 2007).
6) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus kemungkinan dapat
mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2007).
7) Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2
(dua) kali.
8) Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan
bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen
dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007).
4 | LP Mioma Uteri
Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,
submucous), digolongkan sebagai berikut :
a. Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia. Perdarahan
sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak diketahui benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu telah meluasnya permukaan
endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas miometrium (Manuaba, 2007).
b. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
1) Mioma menyempitkan kanalis servikalis
2) Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga Rahim
3) Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
4) Terjadi degenerasi merah
c. Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.
Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh
darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan
miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro uretre.
d. Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan pors
interstisialis tubae.
e. Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim
melalui plasenta.
f. Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia, desakan
ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
5 | LP Mioma Uteri
5. Pathway
6 | LP Mioma Uteri
6. Komplikasi
a. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
7 | LP Mioma Uteri
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari semua
sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun
tidak membesar, tapi tiba-tiba mengalami pembesaran, apalagi jika hal itu terjadi
sesudah menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses
ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan
nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
c. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada
kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
7. Penatalaksanaan
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor Penanganan mioma
uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif, yaitu dengan cara :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan,
2) Monitor keadaan Hb,
3) Pemberian zat besi,
b. Penggunaan agonis GnRH
c. Penanganan operasi
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah:
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia,
2) Nyeri pelvis yang hebat,
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa),
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin),
5) Pertumbuhan mioma setelah menopaus
6) Infertilitas,
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma.
8 | LP Mioma Uteri
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus.
Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks
uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan
pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
b. Pemeriksaan Fisik
10 | L P M i o m a U t e r i
1) Sistem Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat
terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada
saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien
yang memakai anaestesi general.
2) Sistem Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh
saat operasi, muntah akibat anestesi.
3) Sistem Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumi turun, Lekosit
turun/meningkat, Eritrosit turun.
2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6) ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
7) Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri.
11 | L P M i o m a U t e r i
8) Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
12 | L P M i o m a U t e r i
L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
13 | L P M i o m a U t e r i
DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI (NIC)
TUJUAN (NOC)
KOLABORASI
Nyeri akut berhubungan NOC : Kontrol Nyeri NIC
dengan agen injuri Setelah dilakukan pemberian asuhan
1. Manajemen Nyeri
biologis (kanker serviks) keperawatan selama ..x 24 jam,
dan agen injuri fisik (jika diharapkan respon nyeri pasien dapat Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
dilakukan terapi terkontrol dengan kriteria hasil sebagai lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
pembedahan) berikut : intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
Klien mampu mengenal faktor-faktor Observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari
penyebab nyeri, beratnya ringannya ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur,
nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
bagian tubuh yang nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran.
Klien mampu melakukan tindakan Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal
pertolongan non-analgetik, seperti sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar
napas dalam, relaksasi dan distraksi nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
pemberian, dan benar dokumentasi)
Klien melaporkan gejala-gejala
kepada tim kesehatan Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri
Klien mampu mengontrol nyeri
Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
Ekspresi wajah klien rileks
Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
Klien melaporkan adanya penurunan
nyeri yang telah digunakan
tingkat nyeri dalam rentang sedang
(skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)
Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,
14 | L P M i o m a U t e r i
Klien melaporkan dapat beristirahan berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
dengan nyaman
Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti:
Nadi klien dalam batas normal (80- relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)
100x/menit)
Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
Tekanan darah klien dalam batas respon pasien
normal (120/80 mmHG)
Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
Frekuensi pernafasan klien dalam
Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga
batas normal (12 20 x/menit)
kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
keluhan lain
PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi
selama ......x 24 jam, perawat dapat
meminimalkan komplikasi anemia yang Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi
terjadi dengan kriteria hasil: Monitor hasil pemeriksaan lab untuk pemeriksaan kadar
Konjungtiva merah muda Hb, RBC, Hct
15 | L P M i o m a U t e r i
situasional (histerektomi Setelah dilakukan asuhan keperawatann Menurunkan cemas:
atau kemoterapi), kepada pasien selama ... x 24 jam,
Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien.
ancaman terhadap konsep diharapkan pasien dapat mengkontrol
diri, perubahan dalam cemas dengan kriteria hasil sebagai Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan
status kesehatan, stres berikut: perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan
tindakan
Perawat memonitor tingkat
kecemasan pasien Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
Klien manpu menggunakan strategi Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa
koping yang efektif menimbulkan kecemasan
Klien melaporkan kepada perawat Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang
penurunan kecemasan membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian
16 | L P M i o m a U t e r i
Klien melaporkan kepada perawat yang mengurangi kecemasan pasien
tidur cukup, tidak ada keluhan fisik
akibat kecemasan, dan tidak ada
perilaku yang menunjukkan
kecemasan
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan
Status nutrisi : intake makanan dan 1. Manajemen Nutrisi
tubuh berhubungan
minuman
dengan faktor biologis Kaji adanya alergi makanan
(status hipermatebolik Setelah dilakukan asuhan keperawatann
berkenaan dengan kanker) kepada pasien selama ... x 24 jam, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
dan faktor psikososial diharapkan status nutrisi meliputi intake nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
makanan dan minuman membaik dengan Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein,
kriteria hasil sebagai berikut: karbohidrat, dan vitamin C
Adanya peningkatan berat badan Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk
sesuai dengan tujuan mencegah konstipasi
Klien mampu mengidentifikasi Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
kebutuhan nutrisi
2. Monitoring nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
Tidak terjadi penurunan berat badan dilakukan
yang berarti
Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih selama
makan
17 | L P M i o m a U t e r i
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
18 | L P M i o m a U t e r i
yang berkontribusi dengan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum
penyebaran dan setelah meninggalkan ruangan pasien
Mampu menjelaskan tanda-tanda dan Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
gejala
Gunakan universal precautions
Mampu menjelaskan aktivitas yang
dapat meningkatkan resistensi Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
terhadap infeksi Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan
prinsip septik dan aseptik
Anjurkan istirahat
22 | L P M i o m a U t e r i
10. Discharge Planning
a. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan
pengobatan.
b. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat,
jumlah obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di
rumah.
c. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
d. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
e. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan,
sayur dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika
dilakukan histerektomi.
f. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan
luka pada luka post histerektomi.
g. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi
kemerahan pada luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan
nyeri.
h. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada
pasien
i. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal
yang tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang
tidak tertahan dan keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke
rumah sakit.
j. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-
aktivitas berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.
23 | L P M i o m a U t e r i
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell
Publishing,
Chelmow.D. 2005.
GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.
London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics
and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.
Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,
24 | L P M i o m a U t e r i