Anda di halaman 1dari 7

2.2.

Bahan Baku
2.2.1. Minyak jelantah

Minyak jelantah (waste cooking oil) adalah minyak limbah yang berasal dari
jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin
dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah
tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila
ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang
bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia,
menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan
generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak
jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan
manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan bakar
biodisel.

2.2.2. Metanol

Metanol adalah senyawa dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan


bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan dengan
sifat kimianya yang mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun, dengan
bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada etanol) serta bersifat korosi terhadap
beberapa logam, termasuk aluminium..
Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan aditif bagi
pembuatan alkohol untuk penggunaan industry dan bahan bakar, namun metanol
digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dikarenakan metanol tidak mudah
terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanol campuran merupakan bahan bakar dalam
model radio kontrol.
Salah satu kelemahan metanol sebagai bahan bakar adalah Metanol diproduksi
secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap

4
metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan
teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Sifat Fisika methanol dapat dilihat pada tabel 2 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2 : Sifat Fisika Metanol


No Karakteristik Satuan Nilai
1 Massa molar gr/mol 32.04
2 Densitas gr/ cm3 0.7918
3 Titik leleh F -142.9
4 Titik didih F 148.4
5 Viskositas mPas 0.59
6 Momen dipol - 1,69

2.3. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis mengurangi
energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase
yang sama.
Katalis yang digunakan dalam pembuatan Biodiesel ini adalah Natrium
hidroksida (NaOH). NaOH adalah sejenis basa logam kaustik yang terbentuk dari oksida
basa Natrium Oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.

5
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut dalam air dan
akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH.
NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium
hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
deterjen.
Sifat fisika Natrium hidroksida dapat dilihat pada tabel 3 yaitu sebagai berikut :

Tabel 3 : Sifat Fisika Natrium hidroksida


No Karakteristik Satuan Nilai
1 Massa molar gr/mol 40
2 Densitas gr/ cm3 2,1 (padat)
3 Titik leleh C 318 (591 K)
4 Titik didih C/100ml 1390(1663 K)
5 Titik nyala - Tidak mudah terbakar
6 pKa - -2.34
7 Kelarutan dalam air gr 111

6
2.4. Proses Pembuatan Biodiesel

Langkah-langkah dalam proses pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut:


A. Proses Pemurnian Minyak Jelantah
1. Pembuatan arang aktif:
a. Arang batok kelapa ditumbuk, dan disaring menggunakan saringan
kelapa
b. Buat larutan kapur % dengan memasukkan g kapur ke dalam aquadest
c. Arang dimasukkan ke dalam larutan kapur dan dipanaskan sampai
menit
d. Arang disaring dan dikeringkan menggunakan oven/sinar matahari
2. Minyak jelantah disaring untuk memisahkan dengan kotoran padat. Untuk
memudahkan penyaringan, minyak dipanaskan sampai suhu 35oC.
3. Minyak jelantah hasil penyaringan dicampur dengan arang aktif, diaduk-
aduk dan disaring
4. Minyak jelantah dinetralkan dengan memberi larutan NaOH % sebanyak
ml kemudian diaduk. Setelah terbentuk endapan kemudian disaring
B. Proses Transesterifikasi
1. Minyak jelantah hasil pemurnian kemudian dipanaskan sampai suhu
100oC untuk menghilangkan kandungan airnya. Gunakan alat pengaduk
untuk memudahkan penghilangan uap air. Setelah air yang mendidih
dalam minyak mulai hilang, selanjutnya panaskan sampai suhu 130oC
selama 10 menit, dan dinginkan.
2. Titrasi untuk menentukan banyaknya katalis (KOH/NaOH) yang
diperlukan, dengan cara:
a. Siapkan alat titrasi terdiri buret dan gelas piala kecil
b. Siapkan larutan 1 gram KOH/NaOH ke dalam 1 liter air suling (larutan
0,1 % KOH/NaOH)
c. Larutkan 1 ml minyak jelantah ke dalam 10 ml isopropil alkohol,
dipanaskan sambil diaduk sampai campuran jernih

7
d. Tambahkan 2 tetes larutan PP.
e. Isi buret dengan larutan KOH 0,1 %, teteskan larutan tersebut tetes
demi tetes ke dalam larutan minyak jelantah-alkohol-PP, sambil diaduk
sampai larutan berwarna merah muda selama 10 detik
f. Lihat pada buret, volume (ml) larutan 0,1 % KOH yang digunakan, dan
tambahkan 5 maka ketemu jumlah gram KOH yang diperlukan per liter
minyak.
3. Penyiapan kalium/natrium metoksida (K+ / Na+ CH3O-), dengan cara
sebagai berikut:
a. Siapkan metanol, umumnya kebutuhannya adalah 20 % dari volume
minyak jelantah. Apabila ada 100 liter minyak jelantah maka
dibutuhkan 20 liter metanol.
b. KOH/NaOH yang telah ditentukan jumlahnya, dimasukkan ke dalam
methanol/ethanol, dicampur rata sampai terlarut sempurna, dan
terbentuk kalium/natrium metoksida.
c. Hati-hati dengan kalium/natrium metoksida, gunakan masker, jangan
hirup uapnya, dan apabila mengenai kulit menyebabkan kulit terbakar
tanpa terasa karena menyebabkan matirasa. Kalium metoksida, juga
sangat korosif. KOH dapat bereaksi dengan alumunium, tin dan seng,
jadi gunakan wadah dari gelas tahan panas, enamel atau yang terbaik
adalah dari stainless steel.
4. Pemanasan minyak jelantah dan pencampuran dengan kalium/natrium
metoksida, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Minyak jelantah dipanaskan sampai 48-54 oC.
b. Siapkan alat pengaduk dan diatur pada kecepatan penuh.
c. Sambil diaduk, tambahkan kalium/natrium metoksida, dan diaduk terus
antara 50-60 menit.
d. Proses trans-esterifikasi akan menghasilkan metil ester (minyak
biodiesel) dan hasil samping gliserin

8
5. Pendiaman dan pemisahan metil ester (minyak biodiesel) dengan gliserin.
Cara pemisahannya adalah:
a. Proses dibiarkan sampai sempurna sedikitnya 8 jam dan suhu
dipertahankan pada 38 oC.
b. Biodiesel akan berada di bagian atas, dan gliserin ada di bagian bawah
berwarna coklat gelap. Gliserin merupakan cairan kental yang dapat
memadat dibawah suhu 38oC.
c. Alirkan gliserin dengan hati-hati dari bagian bawah reaktor, sehingga
biodiesel dapat dipisahkan kemudian ditempatkan di wadah lain.
d. Apabila gliserin memadat maka dapat dipanaskan kembali agar
mencair.
e. Gliserin masih bercampur dengan sisa reaktan dan alkohol, maka
dinetralisasi menggunakan asam mineral dan dipanaskan pada suhu 66
o
C untuk mengambil kembali alkohol, sehingga diperoleh gliserin
kemurnian tinggi.
6. Hasil biodiesel sering tercampur dengan sabun. Biodiesel dicuci
menggunakan air suling untuk menghilangkan sabun dan sisa-sisa bahan
lain. Proses pencuciannya adalah sebagai berikut:
a. Pada pencucian pertama, biodiesel ditambah sedikit larutan asam asetat,
kemudian diaduk agar terjadi netralisasi.
b. Tuangkan air suling dalam wadah, kemudian dituangi biodiesel yang
akan dicuci, kemudian diaduk.
c. Setelah didiamkan antara 12-24 jam, minyak biodiesel akan terpisah
dengan air pencuci.
d. Minyak yang telah bersih dialirkan untuk memisahkan dengan air yang
mengandung sabun.
e. Proses pencucian ini diulang 2-3 kali, tanpa penambahan asam. Pada
pencucian ketiga, biodiesel hasil pencucian dipanaskan untuk
menghilangkan air yang masih terikut. pH biodiesel hasil pencucian
mempunyai pH 7 (netral).
9
2.5. Reaksi Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada


senyawa ester dengan alkohol. Transesterifikasi adalah tahap konversi dari trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan
produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi
kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan,
karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester
metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).
Reaksinya adalah sebagai berikut :

10

Anda mungkin juga menyukai