Istilah2 Instrument

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Istilah-Istilah Penting Dalam Ilmu Instrumentasi

Dalam ilmu instrumentasi, ada beberapa istilah yang lazim dipakai dalam kaitannya dengan
sistim pembacaan alat-alat ukur instrumentasi, tulisan ini akan membahas pengertian istilah-
istilah tersebut untuk membantu anda yang tertarik belajar ilmu instrumentasi agar bisa
memahaminya dengan mudah.

1. Zero, Span Dan Range.

Istilah zero dipakai untuk menyatakan titik baca terendah daripada sebuah alat ukur. Contohnya,
sebuah pressure gauge memiliki skala dari 0 Bar sampai dengan 100 Bar maka titik 0 (nol) itu
yang disebut Zero, tetapi tidak berarti zero harus 0 (nol), untuk sebuah thermometer dengan unit
Fahrenheit yang mempunyai skala dari 32 derajat Fahrenheit sampai dengan 132 derajat
Fahrenheit maka zeronya adalah 32.

Span dipakai untuk menyatakan jarak antara titik baca minimum dan titik baca maksimurn. Pada
contoh thermometer di atas, span adalah 132F dikurangi 32F sama dengan 100F
Range dipakai untuk menyatakan batas-batas daerah kerja. Pada contoh termometer di atas,
range termometer itu dikatakan 32F 132F, jadi dengan menyebutkan range berarti harus
menyebutkan angka pada dua titik yang ada di skala baca yaitu angka pada titik baca terendah
dan angka pada titik baca tertinggi.

Dalam praktek seringkali istilah Span dirancukan sebagai pembacaan angka pada titik tertinggi
seperti pada thermometer yang memiliki range 32F 132F tidak jarang yang beranggapan
kalau span nya adalah 132 jadi harap ketika menerima informasi span sebaiknya diikuti dengan
menanyakan juga berapa range nya agar tidak terjadi kesalahan pahaman.

2. Accuracy

Accuracy, atau dalam bahasa Indonesia seringkali diterjemahkan menjadi akurasi, ketelitian, atau
keakuratan , adalah ketepatan suatu alat ukur dalam memberikan hasil bacaan. Besaran ini
menunjukkan banyaknya penyimpangan yang terjadi pad a sebuah alat ukur, atau sistem
pengukuran.

Ada beberapa cara untuk menyatakan accuracy:

2.1 Dalam variabel pengukurannya.

Misalnya, sebuah pressure gauge dengan skala 0 Bar 100 Bar, disebutkan mempunyai accuracy
1Bar, bila pressure gauge tersebut menunjukkan tekanan 50Bar sementara tekanan yang
sebenarnya berkisar antara 49 Bar dan 51 Bar.
2.2 Dalam persentasi span. Sebuah pressure gauge memiliki range 300 psi dan accuracy 0,5 %
span. Artinya, pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada pressure gauge dapat
menyimpang sampai 0,50% x 300 psi = 1,5 psi. Jadi, kalau jarum pada skala pressure gauge
menunjuk pada angka 200 psi, tekanan atau pressure yang sebenarnya berkisar antara 198,5
sampai 201,5 psi.

2.3 Dalam persentasi terhadap skala maksimum. Istilah skala maksimum merupakan terjemahan
bebas dari istilah full scale (disingkat FS). Sebuah voltmeter dikatakan mempunyai ketelitian 1%
FS, artinya kalau meter diletakkan pada skala baca maksimum 200 volt, ketelitian di range itu
adalah 2 volt. Kalau diletakkan di skala baca 1000 volt, ketelian di range itu adalah 10 volt.

2.4 Dalam persentasi pembacaan. Ketelitian dalam hal ini tergantung pada hasil pembacaan.
Sebuah level transmitter dikatakan memiliki accuracy 0,5% output. Range transmitter tersebut,
misalnya 0-100 cm. Pada waktu transmitter menunjukkan sinyal 40% atau 40cm, level yang
sebenarnya berkisar antara 39,8 cm sampai 40,2 cm, ada kecenderungan keadaan sebenarnya
kurang 0,2 atau lebih 0,2 adapun nilai 0,2 ini diperoleh dari perhitungan 0,5% X 40 = 0,2, contoh
lainnya pada waktu transmitter menunjukkan 60% atau 60 cm, level yang sebenarnya berkisar
antara 59,7 cm sampai 60,3 cm, nilai kurang lebih 0,3 ini diperoleh dari hasil pengalian angka
accuracy 0,5% dengan angkayang ditunjukkan alat instrumentasi tersebut.

3. Reliability dan Repeatability

Selain istilah accuracy ada istilah lain yang lebih penting yaitu reliability atau keandalan kerja
suatu unit instrumentasi. Sayangnya istilah reliability ini tidak bisa dinyatakan dalam bentuk
angka-angka seperti menyatakan accuracy. Keandalan kerja sifatnya sangat relatif dan tidak
dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan nyata. Oleh karena itu, ukuran keandalan kerja sifatnya
selalu kualitatif. Suatu instrumen dikatakan tidak reliable atau tidak handal apabila ia mudah
rusak, atau hasil pembacaannya sering menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan.
Repeatability adalah kemampuan suatu unit instrument atau sistem pengukuran untuk
mendapatkan hasil baca yang sama pada beberapa kali pengukuran besaran process yang
sama.
Tidak seperti kata reliability, kata repeatability dapat dinyatakan secara nyata dan kuantitatif
dalam bentuk angka. Sebuah voltmeter digital dikatakan mempunyai repeatability 0,2%, bila dari
be berapa kali pengukuran tegangan 100 V, dihasilkan bacaan antara 99,8 volt sampai 100,2 volt.

4. Hysteresis

Gejala hysteresis pada sebuah alat instrumentasi dapat dilihat pada waktu alat beroperasi secara
dua arah. Contoh sederhana mari kita perhatikan kerja sebuah pressure gauge yang mengukur
tekanan tidak stabil pada suatu tabung, misalnya ketika didalam tabung tekanan naik dari 10 Bar
menjadi 25 Bar, lalu jarum penunjuk pada pressre gauge terhenti di angka 24 Bar, jadi
ketinggalan 1 Bar dari tekanan yang sebenarnya, hal sebaliknya terjadi ketika tekanan dalam
tabung menurun misalnya dari 50 Bar ke 10Bar, jarum penunjuk pada pressure gauge yang
seharusnya bergerak turun sampai angka 10Bar terhenti pada angka 11Bar, ketinggalan 1 Bar
dari tekanan yang sesungguhnya, Gejala pressure gauge ketinggalan 1 Bar dari pressure yang
sesungguhnya inilah yang disebut Hysterisis, jadi sesungguhnya hysterisis merupakan error dari
suatu alat, tetapi dalam batasan tertentu error ini dapat diterima hanya saja besarnya harus
diketahui dan dicantumkan pada keterangan spesifikasi alat. Gejala hysterisis lebih banyak
terjadi pada alat instrument yang memiliki komponen mekanis seperti thermometer mekanis,
pressure gauge, pressure switch, dan kontrol valve.

5. Dead Band

Dead band adalah gejala yang terjadi pada alat instrumentasi yang memerlukan reset misalnya
pada alat instrumentasi switch, seperti pressure switch, temperature switch, flow switch dan level
switch. Untuk menjelaskan istilah dead band ini mari kita ambil contoh cara kerja temperature
switch pada sebuah kulkas. Misalnya switch disetel pada setting 7C, pada waktu temperatur
naik dari 0C sampai 6,9C switch masih belum bekerja dan begitu temperature mencapai 7C
tepat kontak daripada switch otomatis berpindah dari posisi open ke posisi close sehingga
serentak akan memerintahkan komponen-komponen yang berhubungan dengan sistim pendingin
untuk bekerja, dalam hal ini kompressor akan hidup untuk mengalirkan freon, dengan bekerjanya
komponen pendingin maka temperature akan bergerak turun dari 7C sampai pada suatu keadaan
dimana kontak daripada switch kembali berpindah dari posisi close ke posisi open dan
menghentikan kerja dari komponen sistim pendingin atau menghentikan kerja
kompressor.seandainya terjadinya perpindahan posisi temperature switch itu pada suhu 2C
maka jarak antara 7C ke 2C itu yang disebut dead band atau back lash.

6. Kalibrasi

Istilah Kalibrasi berasal dari bahasa Inggris Calibration, padanan kata yang sesuai dalam bahasa
Indonesia adalah tera atau peneraan tetapi pemakaian kata kalibrasi lebih sering dipakai dan
terasa lebih umum. Kegiatan kalibrasi dilakukan dalam upaya memelihara keakuratan alat
instrumentasi baik alat instrumentasi yang berfungsi sebagai alat ukur seperti pressure gauge,
transmitter, analyser, thermometer dan lain-lain maupun alat instrumentasi dalam category
pengatur seperti control valve, heater, burner, controller dan lain-lain. Adapun metode calibrasi
sangat beragam tergantung dari type instrumentasinya, tetapi prinsif dasarnya sama yaitu dalam
upaya menjaga keakuratan alat, menhilangkan atau meminimalisir faktor-faktor yang
menyebabkan penyimpangan sehingga kerja alat tetap berada dalam batas standarisasi yang
ditentukan. Oleh karena kalibrasi membutuhkan standar berarti ada proses membandingkan
dalam hal ini, alat yang dibutuhkan untuk membandingkan tersebut dikenal dengan nama
Calibrator. Calibrator adalah alat yang sudah diketahui kehandalannya, bukti keakuratannya
disahkan oleh lembaga yang berwenang seperti untuk di Indonesia oleh PT SUCOPINDO, KAN
( Komite Akreditasi Nasional), TV NORD INDONESIA, Dinas Metrologi (KIM-LIPI) dan
lain-lain atau kalau di luar negeri ada badan yang mendapat hak untuk mengeluarkan serifikat
tanda validasi Calibrator misalnya UKAS (United Kingdom Accreditation Services), NIS (The
National Institute of Standards and Technology), NIC (National Instruments Corporation) dan
lain-lain.

7. Error

Sebagaimana kita ketahui error bermakna penyimpangan, kata error dipakai juga dalam
instrumentasi untuk menyatakan besarnya perbedaan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh
sebuah alat instrumentasi dibanding dengan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh alat
instrumentasi standard ( calibrator), misalnya sebuah pointer pressure gauge menunjuk pada
angka 100 Bar ketika pada keadaan tersebut pointer pressure gauge standar menunjuk pada
angka 100,2 Bar ini artinya ada error sebesar +0,2 Bar. Ungkapan error ini menjadi istilah yang
sangat lazim dan sering di sebut-sebut ketika Operator terlibat dalam pekerjaannya di lapangan
atau ketika teknisi instrument melakukan kegiatan kalibrasi.

Anda mungkin juga menyukai