PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan selalu akan
menghasilkan produk akhir (barang/jasa). Dalam proses menghasilkan produk/jasa
tentunya tidak terlepas dari rencana strategis yang harus dikomunikasikan dan
dilaknsanakan oleh orang-orang yang harus melaksanakan rencana strategis tersebut.
Namun persiapan rencana strategis yang banyak menggunakan sumber daya baik waktu,
uang dan energi hanya terbuang sia-sia karena tidak adanya alat komunikasi antara
manajemen dan karyawan yang akan melaksanakan rencana bisnis strategis itu. Model
baju rencana bisnis yang indah, desain tas sekolah yang memikat menunjukkan
persiapan rencana bisnis yang profesional, tetapi kebanyakan rencana bisnis tersebut
tidak berdampak bagi orang-orang yang harus melaksankan rencana-rencana bisnis
tersebut. Pertanyaan yang timbul dalam fenomena tersebut adalah mengapa rencana
bisnis strategis banyak yang gagal? Menurut Evans (2002) dalam Balanced Scorecard
Collaborative bahwa terdapat faktor penghambat dalam implementasi rencana strategis
yaitu:
1. Hambatan visi (vision barrier) tidak banyak orang dalam organisasi yang
memahami strategi organisasi mereka hanya sekitar 5% yang memahami
(berdasarkan survei).
2. Hambatan orang (people barrier) banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan
yang tidak terkait dengan strategi organisasi, hanya 25% dari manajer yang memiliki
insentif terkait dengan strategi perusahaan.
3. Hambatan sumber daya (resources barrier) yaitu tidak mengalokasikan pada hal-
hal yang penting dalam organisasi, sekitar 60% organisasi tidak mengkaitkan
anggarannya dengan strategi perusahaan.
4. Hambatan manajemen (management barrier) manajemen menghabiskan terlalu
sedikit waktu untuk stategi organisasi dan terlalu banyak waktu untuk pembuatan
keputusan taktis jangka pendek.
Berdasarkan kenyataan diatas maka dibutuhkan suatu cara baru untuk
mengkomunikasikan rencana strategis perusahaan kepada setiap orang yang terlibat
dalam pelaksanaan rencana strategis perusahaan. Dengan menggunakan Balanced
Scorecard, rencana-rencana strategis akan mencapai setiap orang dalam perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Karena adanya kebijakan
atau program penilaian kinerja, berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik
2
sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat
bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui
penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kondisi riil pegawai dilihat dari
kinerja. Dengan demikian data-data ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan suatu organisasi.
Mathis dan Jackson (2006) menyatakan bahwa, Penilaian kinerja adalah proses
mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan
dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada karyawan.
3
Batasan tentang pengukuran kinerja adalah sebagai usaha formal yang dilakukan
oleh organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan secara
periodik berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan pokok dari pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar menghasilkan tindakan yang diinginkan (Mulyadi & Setyawan 1999:
227).
Secara umum tujuan dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk (Gordon, 1993 : 36) :
Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian yang akan diukur, penetapan
kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja yang
sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja
sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang
diinginkan (Mulyadi, 2001: 251).
Pengukuran kinerja memerlukan alat ukur yang tepat. Dasar filosofi yang dapat
dipakai dalam merencanakan sistem pengukuran prestasi harus disesuaikan dengan
strategi perusahaan, tujuan dan struktur organisasi perusahaan. Sistem pengukuran
kinerja yang efektif adalah sistem pengukuran yang dapat memudahkan manajemen
untuk melaksanakan proses pengendalian dan memberikan motivasi kepada manajemen
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.
Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah (Mulyadi & Setyawan, 1999: 212-225):
4
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai
pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategi yang masanya masih kabur menjadi lebih kongkrit
sehingga mempercepat proses pembelajaran perusahaan.
5
diidentifikasi melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai
dalam form penilaian.
2. Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian
kinerja dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi
penilaian. Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang
yang berbeda dalam menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung
sama.
4. Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja
yang dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
5. Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati
mudah dimenegerti oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
7
tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap sebagai
pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah rerangka berpikir dalam pengembangan
strategi.
Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam tujuan
konkrit terorganisasi disepanjang jalur 4 perspektif yang berbeda: finansial, pelanggan,
proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Prinsip dasar Balanced Scorecard
adalah memfokuskan pada pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan
pertumbuhan sekarang, perusahaan akan mengamankan posisi finansial masa depannya.
Mengenali keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan menengah ini penting
bagi perusahaan yang ingin cenderung menginginkan kesuksesan finansial jangka
pendek yang seringkali juga diinginkan oleh para pemegang saham. Dibandingkan
dengan konsep manajemen strategis umum, Balanced Scorecard memiliki beberapa
konsep penting:
1. Menambahkan 3 perspektif tambahan pada perspektif finansial yang telah ada.
2. Konsep penting kedua adalah penggunaan indikator leading dan lagging. Indikator
lagging adalah pengukuran yang menjelaskan sesuatu telah terjadi, karena itu jika
perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi terlambat. Contohnya
adalah ukuran finansial itu sendiri. Indikatorleading sebaliknya menceritakan
sesuatu mengenai masa depan. Contohnya jika perusahaan memperbaiki indeks
kepuasan pelanggannya, maka perusahaan akan dalam jalur yang benar
mendapatkan penjualan tahunan yang lebih baik.
3. Hubungan sebab-akibat. Jika kita memiliki sejumlah indikator yang terkait dalam
cara dimana kinerja sekarang satu indikator menjadi indikasi kinerja yang baik di
masa depan dari indikator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan
sebab-akibat.
4. Penerapan Balanced Scorecard secara berjenjang diseluruh organisasi. Umumnya
perusahaan multinasional dengan beberapa unit bisnis pertama-tama akan
menciptakan Balanced Scorecard bagi tingkat perusahaan kemudian membangun
kartu nilai tingkat unit bisnis di tingkat anak perusahaan. SBU akan mengambil
sasaran (dan bahkan indikator) scorecard perusahaan sebagai awal pertimbangan
dan mengerti bagaimana mereka memberi sumbangan pada target perusahaan.
8
2.7 Sejarah Balanced Scorecard
Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton mempublikasikan dalam Harvard
Business Review metode pengukuran mereka: The Balanced Scorecard Measures
That Drive Performance. Balanced Scorecardyang diperkenalkan oleh Robert S
Kaplan dan David P Norton meliputi tolak ukur keuangan yang menerangkan akibat
dari aktivitas yang telah dilakukan suatu organisasi dan dilengkapi tolak ukur
operasional terhadap kepuasan pelanggan, proses internal, serta aktivitas inivasi dan
perbaikan organisasi.
Balanced Scorecard adalah alat yang menyediakan pada para manajer pengukuran
komprehensif bagaimana organisasi mencapai kemajuan lewat sasaran-sasaran
strategisnya. Metode ini menjelaskan bagaimana aset intangible dimobilisasi dan
dikombinasikan dengan aset intangible dan tangible untuk menciptakan proposisi nilai
pelanggan yang berbeda dan hasil finansial yang lebih unggul (Kaplan dan Norton,
2001). Norton dan Kaplan menempatkan Balanced Scorecardsebagai alat bagi
organisasi (termasuk yang berasal dari sektor publik dan non-profit) untuk mengelola
kebutuhan pemegang saham relevannya. Lebih jauh mereka menyarankan Balanced
Scorecardsebagai alat untuk memperbaiki aliran informasi dan komunikasi antara top
eksekutif dan manajemen menengah dalam perusahaan.
Balanced Scorecardingin memperbaiki sistem konvensional pengontrolan dan
akuntansi dengan memperkenalkan fakta lebih kualitatif dan non-finansial.
Pertimbangan sasaran finansial serupa dengan sistem tradisional manajemen dan
akuntansi. Satu perbaikan penting dari Balanced Scorecardterletak pada fokusnya
mendorong nilai bagi profitabilitas masa depan perusahaan. Perspektif pasar bertujuan
mengidentifikasi segmen pelanggan dan pasar relevan yang berkontribusi pada sasaran
finansial. Dalam istilah manajemen barbasis pasar dari perusahaan, dimensi ini
membuat mampu mencapai proses-proses dan produk internal yang sejalur dengan
keperluan pasar. Dalam dimensi internal processes, perusahaan harus mengidentifikasi
dan menstrukturkan secara efisien proses-proses pendorong nilai internal yang vital
terkait dengan sasaran pelanggan dan pemegang Balance Sorecard Dalam
PengelolaanSDA LH Andie Tri Purwanto. Perspektif organizationaldevelopment
akhirnya mencoba menggambarkan semua aspek terkait dengan staf dan organisasional
yang vital pada proses reengineering organisasi.
Norton dan Kaplan (1997) merekomendasikan integrasi sistematis Balanced
Scorecardkedalam sistem manajemen perusahaan yang telah ada. Untuk hal ini mereka
mendiskusikan terutama fase-fase penataan (set-up) dan implementasi strategi.
9
Balanced Scorecardmenjadi alat mentransformasikan strategi kedalam aksi
pelaksanaan, Norton dan Kaplan menekankan pentingnya pelatihan teratur dan
tambahan dan komunikasi strategi internal (seperti dengan leaflet, majalah, intranet,
dst) dan pengukuran-pengukuran sasaran-sasaran terdefinisi di seluruh perusahaan.
Melalui penataan sasaran lebih ambisius, menetapkan definisi pengukuran-pengukuran
strategis, dan integrasi strategi terkait jangka panjang kedalam proses penganggaran
tahunan, Balanced Scorecardakan memperbaiki sistem manajemen perusahaan yang
ada saat ini.
Asumsi dasar dalam penerapan Balanced Scorecardadalah pada dasarnya
organisasi adalah institusi pencipta kekayaan, karena itu semua kegiatannya harus dapat
menghasilkan tambahan kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
12
Tolak ukur keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis
perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan, seperti
lembaga keuangan dan pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur kinerja
keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan dengan dana.
Tolak ukur keuangan yang didesign dengan baik dapat memberikan gambaran
yang akurat untuk keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur keuangan adalah
penting, akan tetapi tidak cukup untuk mengarahkan kinerja dalam menciptakan
nilai (value). Tolok ukur nonkeuangan juga tidak memadai untuk menyatakan
angka paling bawah (bottom line). Balanced scorecard mencari suatu
keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang multiple-baik keuangan maupun
nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan.
sebagai berikut:
STANDAR
Current Ratio 1,12 1,20 1,18 1,17
Cash Ratio 0,27 0,43 0,47 0,46
Total Asset Turn Over 1,11x 2,17x 2,39x 1,91x
Working Capital Turnover 43,16x 60,53x 71,40x 62,08x
Total Debt to Equity Ratio 0,15 0,31 0,47 0,29
Total Debt to Capital Assets 0,10 0,19 0,30 0,21
Gross Profit Margin 0,101 0,106 0,108 0,107
Earning Power of Total 0,19 0,41 0,32 0,32
14
Investment
baik dan terus mengalami peningkatan selama tahun 2013-2015. Rasio Aktivitas
menunjukan nilai yang cukup baik karena perputaran aktiva dan modal kerja cukup
Power of Total Investment kecil dan semakin kecil dari tahun 2014 ke tahun 2015.
2. Perspektif Pelanggan
yaitu:
Hasil dari data tersebut adalah sebesar 3,88 yang berarti respon pelanggan
terhadap atribut jasa perusahaan, citra perusahaan, dan hubungan dengan pelanggan
pada PT Putra Dwimitra Lestarindo di nilai baik. Hal ini dikarenakan kepuasan yang
pelanggan (Rumah Sakit) dan tentu saja produk yang ditawarkan sangat berkualitas.
a. Proses Inovasi
b. Proses Operasi.
15
Pengukuran pada perspektif ini juga menggunakan kuesioner dimana
kuesioner tersebut dibagi kedalam dua proses bisnis utama. Hasil dari masing masing
memberikan yang terbaik dalam hal inovasi perusahaan, penyampaian yang baik
Perspektif ini diukur menggunakan kuesioner dimana yang diukur pada aspek
Dapat ditarik kesimpulan dari hail kuesioner bahwa pada karyawan sangat
segala kebijakan yang diberikan oleh perusahaan. Selain itu, para karyawan juga
merasakan kepuasaan dengan penempatan posisi dan pemberian tanggung jawab yang
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Hutang usaha
2) Wesel bayar
3) Jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang
4) Kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan didanai kembali
5) Hutang dividen
6) Uang muka pelanggan dan deposito yang dapat dikembalikan
7) Pendapatan diterima dimuka
8) Hutang pajak penjualan
9) Hutang pajak penghasilan
10) Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan
Hutang jangka panjang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di
masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus
operasi perusahaan. Hutang jangka panjang terdiri dari Hutang Obligasi, Wesel Bayar Jangka
Panjang, Hutang Hipotik, Kewajiban Pensiun dan Kewajiban Lease.
17
18