Anda di halaman 1dari 59

ANALISIS TES PILIHAN GANDA, TES URAIAN,

DAN RUBRIK PENILAIAN

Oleh:
A A GEDE AGUNG WISNU (1629041054)
II/B1

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
A. TINJAUAN TEORI
1. Taksonomi Bloom Revisi
Anderson dan Krathwohl (2010) menjelaskan bahwa, perubahan
pengetahuan dalam taksonomi Bloom menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi
pengetahuan dalam taksonomi revisi. Pengetahuan tetap dipertahankan dalam
taksonomi revisi namun berubah menjadi dimensi tersendiri karena diasumsikan
bahwa setiap kategori-kategori dalam taksonomi membutuhkan pengetahuan
sebagai apa yang harus dipelajari oleh siswa. Taksonomi revisi memiliki dua
dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif proses. Interelasi antara
proses kognitif dan pengetahuan disebut dengan Tabel Taksonomi.
Konsep-konsep pembelajaran yang berkembang terfokus pada
prosesproses aktif, kognitif dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna.
Pembelajar diasumsikan sebagai pelaku yang aktif dalam aktivitas belajar; mereka
memilih informasi yang akan mereka pelajari, dan mengonstruksi makna
berdasarkan informasi. Ini merupakan perubahan dari pandangan pasif tentang
pembelajaran ke pandangan kognitif dan konstruktif yang menekankan apa yang
siswa ketahui (pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif)
tentang apa yang mereka ketahui ketika aktif dalam pembelajaran. Dimensi proses
kognitif berisikan enam kategori yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dimensi pengetahuan berisikan empat
kategori yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Urutan sintesis dan evaluasi ditukar. Taksonomi revisi mengubah urutan
dua kategori proses kognitif dengan menempatkan mencipta sebagai kategori yang
paling kompleks. Kategori-kategori pada taksonomi Bloom disusun menjadi
sebuah hierarki kumulatif yang berarti penguasaan kategori yang lebih kompleks
mensyaratkan penguasaan semua kategori di bawahnya yang kurang kompleks.
Penelitian-penelitian kemudian memberikan bukti-bukti empiris bahwa hierarki
kumulatif hanya berlaku pada tiga kategori tengahnya yakni pemahaman, aplikasi,
dan analisis, tetapi tidak pada dua kategori terakhir (sintesis dan evaluasi).
Penelitian membuktikan sintesis merupakan kategori yang lebih kompleks
daripada evaluasi.
a. Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Revisi
Sehingga Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi
Anderson dan Krathwohl (2010:66-88) yakni: mengingat (remember),
memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).
1) Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan
dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi
mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).
Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau
yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir,
alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau
secara cepat dan tepat.
2) Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan
yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang
spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu
persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.
3) Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam
menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa
sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan
pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak
mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan
permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari
prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih
asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa
perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu
kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses
kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.
Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur
baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur
sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan
mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-
permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut
untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih
prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
4) Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan
menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari
kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran
menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik.
Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis
sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif
yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan
pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu
membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu
informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut
akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi
asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-
unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan
memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan
koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal
pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi
unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan,
kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari
informasi yang telah diberikan.
5) Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh
siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta
dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua
kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir
semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan
antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang
merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh
siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan
hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan
keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa
merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal
yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk.
Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan
sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi
mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada
kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan
berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif
dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian
menggunakan standar ini.
6) Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-
unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren
dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak
secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan
dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.
Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya
adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan
menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal
sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis
yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir
divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi
mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan
yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi Anderson dan
Krathwohl (2010;99-132). Dimensi proses kognitif disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Dimensi proses kognitif

Kategori dan Proses


Nama-Nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif
1. Mengingat Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan
dalam memori jangka panjang
yang sesuai dengan pengetahuan
tersebut (misalnya, mengenali
tanggal terjadinya peristiwa
penting dalam sejarah
Indonesia)
1.2 Mengingat kembali Mengambil Mengambil pengetahuan yang
relevan dari memori jangka
panjang (misalnya mengingat
kembali tanggal peristiwa-
peristiwa penting dalam sejarah
Indonesia)
2. Memahami Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa
yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan Mengklarifikasikan Mengubah satu bentuk
Memparafrasekan gambaran (misalnya angka) jadi
Mempresentasi bentuk lain (misalnya kata-kata),
Menerjemahkan (misalnya memparafrasekan
puisi menjadi karangan bebas
Kategori dan Proses
Nama-Nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif
2.2 Mencontohkan Mengilustrasikan Menemukan contoh atau
Memberi contoh ilustrasi tentang konsep atau
prinsip (misalnya memberi
contoh tentang aliran-aliran seni
lukis)
2.3 Mengklasifika-sikan Mengategorikan, Menentukan sesuatu dalam satu
Mengelompokkan kategori (misalnya
mengklasifikasikan hewan-
hewan bertulang belakang)
2.4 Merangkum Mengabstraksi Mengabstraksikan tema umum
Menggeneralisasi atau poin-poin pokok (misalnya
menulis ringkasan pendek
tentang peristiwa-peristiwa yang
ditayangkan di televisi)
2.5 Menyimpulkan Menyarikan, Membuat kesimpulan yang logis
Mengesktrapolasi, dari informasi yang diterima
Menginterpolasi, (misalnya dalam belajar bahasa
Memprediksi Inggris, menyimpulkan tata
bahasa berdasarkan contohnya
2.6 Membandingkan Mengontraskan, Menentukan hubungan antara
Memetakan, dua ide, dua objek, dan
Mencocokkan semacamnya (misalnya,
membandingkan peristiwa-
peristiwa sejarah dengan
keadaan sekarang)
2.7 Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab akibat
dalam sebuah sistem (misalnya,
menjelaskan sebab-sebab
terjadinya peristiwa-peristiwa
penting pada abad ke 18 di
Indonesia
3. Mengaplikasikan Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan gaya gravitasi
dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Mengimplemen- Menggunakan Menerapkan suatu prosedur
tasikan pada tugas yang tidak familier
(misalnya, menggunakan
Hukum Newton kedua pada
konteks yang tepat)
4. Menganalisis Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1Membedakan Menyendirikan, Membedakan bagian materi
Memilah, pelajaran yang relevan dan tidak
Memfokuskan, relevan, (membedakan antara
Kategori dan Proses
Nama-Nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif
Memilih bilangan prima dan bukan
bilangan prima dalam
matematika)
4.2 Mengorganisasi Menemukan Menentukan bagaimana elemen-
koherensi, elemen bekerja atau berfungsi
Memadukan, dalam sebuah struktur
Membuat garis (misalnya, menyusun bukti-
besar, bukti dalam cerita sejarah
Mendeskripsikan menjadi bukti-bukti yang
peran, mendukung dan menentang
Menstrukturkan suatu penjelasan historis)

4.3 Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang,


bias, nilai, atau maksud dibalik
materi pelajaran (misalnya
menunjukkan sudut pandang
penulis suatu cerita berdasarkan
latar belakang pendidikan
penulis tersebut)
5. Mengevaluasi Mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar
5.1 Memeriksa Mengoordinasi, Menemukan kesalahan dalam
Mendeteksi, suatu proses atau produk;
Memonitor, menemukan efektivitas suatu
Menguji prosedur yang sedang
dipraktikkan (misalnya
memeriksa apakah kesimpulan
seseorang sesuai dengan data-
data pengamatan atau tidak)
5.2 Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara
suatu produk dan kriteria
eksternal; menentukan apakah
suatu produk memiliki
konsistensi eksternal,
menemukan ketepatan suatu
prosedur untuk menyelesaikan
masalah (misalnya, menentukan
satu metode dari dua metode
untuk menyelesaikan suatu
masalah)
6. Mencipta Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 Merumuskan Membuat hipotesis Membuat hipotesis-hipotesis
berdasarkan kriteria (misalnya
membuat hipotesis tentang
sebab-sebab terjadinya gempa
bumi)
Kategori dan Proses
Nama-Nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif
6.2 Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk
menyelesaikan suatu tugas
(misalnya merencanakan
proposal penelitian tentang topik
sejarah Candi Borobudur)
6.3 Memproduksi Mengonstruksi Menciptakan suatu produk
(misalnya membuat habitat
untuk spesies tertentu demi
suatu tujuan)
Anderson dan Krathwohl (2010:100)
b. Dimensi Pengetahuan Taksonomi Revisi
Anderson dan Krathwohl (2010:67-88) menjelaskan, dimensi
pengetahuan merupakan dimensi tersendiri dalam Taksonomi Bloom
revisi. Dalam dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori
pengetahuan. Tiga jenis pertama dalam taksonomi revisi ini mencakup
semua jenis pengetahuan yang terdapat dalam taksonomi Bloom, namun
mengganti sebagian nama jenisnya dan mengubah sebagian subjenisnya ke
dalam kategori-kategori yang lebih umum. Sementara kategori keempat,
yaitu pengetahuan metakognitif dan subjenisnya semuanya baru.
1) Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan
oleh para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis
menata disiplin ilmu mereka. Pengetahuan faktual berisikan elemen-
elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan
mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam
disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua
subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2)
pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang
label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar).
Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal
maupun nonverbal, yang merujuk pada makna-makna tertentu. Label
dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu.
Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara lain
pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka
Romawi, pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan
pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta.
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik
merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal,
sumber informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua
informasi yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya
sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta yang
dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri
sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang,
tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan pengetahuan
penting tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang detail-detail
dan elemen-elemen yang spesifik antara lain pengetahuan tentang
nama orang, tempat, dan peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan
tentang produk utama dan produk ekspor Indonesia.
2) Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori,
klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan
yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi
skema, model, mental, dan teori yang mempresentasikan pengetahuan
manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan
distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan
secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama.
Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi; dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan
struktur. Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan
generalisasi. Prinsip dan generalisasi menjadi dasar bagi teori, model,
dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas,
kategori, divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu.
Setiap disiplin ilmu memiliki serangkaian kategori yang digunakan
untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen baru. Klasifikasi dan
kategori menciptakan hubungan-hubungan antara elemen-elemen.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat dicontohkan
misalnya: ketika peserta didik menganalisis sebuah cerita dengan
kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut
disebut dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri
yang dimiliki oleh semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori.
Prinsip dan generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam
sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji masalah-masalah
dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi merangkum
banyak fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan
interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa, dan
menggambarkan proses dan interelasi di antara klasifikasi dan
kategori. Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
antara lain pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam
kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-
hukum geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori, model
yang digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan,
memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Contoh
pengetahuan tentang teori, model, dan struktur antara lain pengetahuan
tentang interelasi antara prinsip-prinsip dalam penjumlahan sebagai
dasar bagi teori-teori matematika, pengetahuan tentang struktur inti
pemerintahan kota setempat.
3) Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang
keterampilan, algoritma, teknik, dan metode, yang semuanya disebut
dengan prosedur. Pengetahuan prosedural berkaitan dengan pertanyaan
bagaimana. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis
yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang
tertentu; dan (3) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan
harus menggunakan prosedur yang tepat.
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma, pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2
(algoritma) adalah pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan
pengetahuan faktual. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam
bidang tertentu, pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah
atau hasil pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat,
pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya:
eksposisi, persuasi), pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan
metode apa dalam menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar.
4) Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam
taksonomi revisi. Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam
kategori dimensi pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian
terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai kognisi
mereka sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas
belajar. Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang pembelajaran
yang berkembang adalah menekankan pada metode untuk membuat
siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan
dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi
menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2) pengetahuan
tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual
dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi
belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan
ini mencakup pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat
digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran, mencari makna
teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas
atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi
belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pengulangan,
elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau
istilah-istilah untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi
elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni: merangkum,
memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran,
membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan
tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual
dan kondisional. Pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan
bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif
dan strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan
berpikir, juga memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus
tahu kapan dan mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut
dengan. Selain pengetahuan tentang beragam strategi dan tugas
kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang penting
dalam metakognitif. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang
kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan
kognisi dan belajar.
Tabel 2. Jenis dan Subjenis Dimensi Pengetahuan
Jenis dan Subjenis Contoh
A. PENGETAHUAN FAKTUAL: Elemen-elemen dasar yang harus diketahui
siswa untuk mempelajari satu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan
masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut.
1. Pengetahuan tentang terminology. Kosakata teknis, simbol-simbol
musik.
2. Pengetahuan tentang detail-detail
elemen-elemen yang spesifik. Sumber-sumber daya alam pokok,
sumber sumber informasi yang
reliable.
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL: Hubungan-hubungan antar elemen
dalam sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen-elemenya
berfungsi secara bersama-sama.
1. Pengetahuan tentang klasifikasi Periode waktu geologis, bentuk
dan kategori. kepemilikan usaha bisnis.

2. Pengetahuan tentang prinsip dan Rumus Pythagoras, hokum penawaran


generalisasi. dan permintaan.
Jenis dan Subjenis Contoh

3. Pengetahuan tenatang teori , model Teori evolusi, struktur Majelis


dan struktur Permusyawaratan Rakyat (MPR).
C. PENGETAHUAN PROSEDURAL: Bagaimana melakukan sesuatu,
mempraktikan metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk
menggunakan keterampilan, algoritma, teknik dan metode.
1. Pengetahuan tentang keterampilan Keterampilan-keterampilan dalam
dalam bidang tertentudan melukis dengan cat air, algoritma
algoritma. pembagian seluruh bilangan.

Teknik wawancara, metode ilmiah.


2. Pengetahuan tentang teknik dan
metode dalam bidang tertentu.
Kriteria yang digunakan untuk
3. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menerapkan
menentukan kapan menggunakan prosedur hukum Newtown, kriteria
prosedur yang tepat. yang digunakan untuk menilai
fisibilitas suatu metode.

D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF: Pengetahuan tentang kognisi


secara umum dan kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
1. Pengetahuan strategis. Pengetahuan tentang skema sebagai
alat untuk mengetahui struktur suatu
pokok bahasa dalam buku teks,
pengetahuan tentang penggunaan
metode penemuan atau pemecahan
masalah.

2. Pengetahuan tentang tugas-tugas. Pengetahuan tentang macam-macam


tes yang dibuat guru, pengetahuan
tentang tuntutan beragam tugas
kognitif.

3. Pengetahuan diri. Pengetahuan bahwa diri (sendiri) kuat


dalam mengkritisi esai, tetapi lemah
dalam hal menulis esai; kesadaran
tentang tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh diri (sendiri).
2. Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang
belum lengkap dan untuk melengkapinya dengan jalan memilih dari berbagai
alternatif pilihan yang sudah disediakan (Uno dan Satria, 2014: 113). Tes pilihan
ganda memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Biasanya terdapat dua
sampai lima alternatif jawaban yang disuguhkan dan jumlah alternatif jawaban
tersebut tidak boleh terlalu banyak karena akan sangat membingungkan dan juga
sangat menyulitkan penyusunan butir soal.
Mengenai tes bentuk pilihan ganda ini, Nitko (dalam Koyan, 2007)
menjelaskan bahwa butir tes pilihan ganda terdiri dari satu atau lebih kalimat
pengantar dan diikuti oleh daftar tentang dua atau lebih jawaban sugestif. Peserta
didik diminta untuk memilih jawaban yang benar di antara alternatif jawaban
yang didaftar. Menurut Nitko (dalam Koyan, 2007) pilihan jawaban selalu harus
diurut secara bermakna, yakni disusun secara logis, numerik, menurut abjad, dan
susunan lain. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban
harus merupakan jawaban yang benar atau paling benar, sedangkan pengecoh
merupakan jawaban yang tidak benar, namun tetap harus memperhatikan daya
jebak yang memungkinkan siswa memilih alternatif jawaban pengecoh jika siswa
tidak menguasai materi. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat,
dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta
dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Bentuk ini
sangat tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera
diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai
negeri (Pusat Penilaian Pendidikan, 2007). Hanya saja, untuk meyusun soal
pilihan ganda yang bermutu perlu waktu lama dan biaya cukup besar, disamping
itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi,
terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban. Secara umum, setiap soal pilihan
ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban
terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
Menurut Zulaiha (2008) pada penyusunan soal pilihan ganda harus
memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, Semua pilihan
jawaban di atas salah, atau Semua pilihan jawaban di atas benar".
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau
kronologisnya.
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
9) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.
2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian

3. Tes Uraian
a. Pengertian Tes Uraian
Sudijono (2007) menjelaskan bahwa, tes uraian (essay test), yang
juga sering dikenal dengan istilah tes subyektif (subjective test), adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana
dikemukakan berikut ini. Pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau
perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat
yang pada umumnya cukup panjang. Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan
atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan,
komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.
Ketiga, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima
sampai dengan sepuluh butir. Keempat, pada umumnya butir-butir soal tes
uraian itu diawali dengankata-kata: "Jelaskan......", "Terangkan......",
"Uraikan ......", "Mengapa ......", "Bagaimana ......" atau kata-kata lain yang
serupa dengan itu.
Lebih lanjut Marhaeni (2007) menjelaskan bahwa, tes esai
menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan
mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih
jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri
secara bebas. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
tes uraian adalah, tesuraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari
pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang
mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri
jawabannya.
b. Penggolongan Tes Uraian
Sudijono (2007) menjelaskan bahwa, sebagai salah satu jenis tes
hasil belajar, tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes
uraian bentuk bebas atau terbuka dan tes uraian bentuk terbatas. Pada tes
uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri. Artinya, testee
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,
mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Adapun pada tes uraian bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki
muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah
(dibatasi).
c. Segi-segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Uraian
Sudijono (2007) menjelaskan bahwa, tes hasil belajar bentuk
uraian, disamping memiliki keunggulan-keunggulan juga tidak terlepas
dari kekurangan-kekurangan. Di antara keunggulan yang dimiliki oleh tes
uraian adalah, bahwa:
1) Tes uraian adalah merupakan jenis tes hasil belajar yang pembuatannya
dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
2) Dengan menggunakan tes uraian, dapat dicegah kemungkinan
timbulnya permainan spekulasi di kalangan testee.
3) Melalui butir-butir soal tes uraian, penyusun soal akan dapat
mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan
testee dalam memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut.
4) Dengan menggunakan tes uraian, testee akan terdorong dan terbiasa
untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan susunan
kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya sendiri.
Adapun kelemahan-kelemahan yang disandang oleh tes subyektif
antara lain adalah, bahwa:
1) Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung atau mencakup
dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan kepada testee, yang seharusnya diujikan dalam tes hasil
belajar.
2) Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
3) Dalam pemberian skor hasil tes uraian, terdapat kecenderungan bahwa
tester lebih banyak bersifat subyektif.
4) Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian
sulit untuk diserahkan kepada orang lain.
5) Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur
(reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah
sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil belajar
yang baik.
d. Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian
Bertitik tolak dari keunggulan-keunggulan dan kelemahan-
kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk uraian seperti telah
dikemukakan di atas, maka beberapa petunjuk operasional berikut ini akan
dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Pertama, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh
mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau
telah diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya.
Kedua, untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee
(misalnya: menyontek atau bertanya kepada testee lainnya), hendaknya
diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta
untuk mempelajarinya.
Ketiga, sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya
segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti
apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban
yang betul. Keempat, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian
hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-
perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
Kelima, kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas.
Keenam, suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah,
agar dalam menyusun butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan
atau menjawab butir-butir soal tersebut.
e. Mentelaah Butir Tes Uraian
Mardapi (2008) menyebutkan bahwa paling sedikit terdapat lima
syarat dalam menelaah butir tes bentuk uraian, kelima syarat tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Soal sesuai dengan indikator
2) Bahasa yang digunakan baku.
3) Bahasa yang digunakan komunikatif, sesuai dengantingkat
perkembangan peserta didik.
4) Butir soal tidak menggunakan pertanyan; siapa, dimana, bila, yaitu
yang bersifat hafalan.
5) Pertanyaan yang digunakan hitungan, tafsiran, rangkuman, simpulkan,
perbedaan dan persamaan, dan sebagainya.
Marhaeni (2007:6) menjelaskan bahwa, Butir tes esai memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan
mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri
buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau
terorganisasi. Lebih lanjut Sudijono (2006:100) menjelaskan bahwa, Tes
esai menuntut testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan, membedakan, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari
pendapat Marhaeni dan Sudijono, maka dapat diketahui bahwa, sebuat tes
esai minimal berada pada jejnang proses kognitif memahami (C2). Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa tes uraian yang baik minimal haruslah
berada pada jenjang proses kognitif memahami.
Selain itu yang tidak kalah penting dalam penyusunan tes
khususnya tes esai adalah pembuatan kunci jawaban atau pedoman
pensekoran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudijono (2007)
menegaskan bahwa, setelah butir tes selesai dibuat, hendaknya segera
dibuat kunci jawaban atau setidak-tidaknya ancar-ancar jawaban benar,
dilengkapi dengan pedoman penilaian. Hal ini bertujuan agar faktor
subyektivitas pada tester dapat dikurangi sekecil-kecilnya. Berbicara
tentang subyektivitas penilaian, Marhaini (2007) menjelaskan bahwa, ada
dua cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi subjektivitas penilaian.
Pertama, penilaian inter-rater, yaitu lebih dari satu orang memberikan
penilaian terhadap naskah yang sama. Kedua, adalah dengan menetapkan
benchmark, yaitu sampel kinerja yang berfungsi sebagai standar yang
dipakai untuk menilai sampel kinerja lainnya. Berdasarkan pemaparan
tersebut dapat diketahui bahwa, suatu tes uraian yang baik, haruslah
disertai dengan kunci jawaban dan pedoman pensekoran untuk
mengurangi subyektivitas penilai.
Selain itu, Direktorat Pembinaan SMA (2010) menjelaskan bahwa,
dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format
penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur
pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud
adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan
dan instrumen non-tes. Penilaian tes uraian menurut Direktorat Pembinaan
SMA (2010) terdiri dari tiga aspek yaitu; materi, kontruksi, dan bahasa
atau budaya. Penjabaran dari aspek penilaian tes uraian adalah sebagai
berikut.
1) Materi
a) Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk
uraian).
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
c) Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi,
kontinyuitas, kebermaknaan sehari-hari tinggi).
d) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau
tingkat kelas.
2) Kontruksi
a) Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
uraian.
b) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. Ada
pedoman penskorannya.
c) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca.
3) Bahasa/Budaya
a) Rumusan kalimat soal komunikatif.
b) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
c) Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
d) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
Berdasarkan uraian tersebut, format penelaahan butir soal bentuk
uraian adalah sebagai berikut.
Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian

Mata Pelajaran : ..................................................................


Kelas/semester : ..................................................................
Penelaah : ..................................................................

Keterangan:
1) Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam
format!
2) Berilah tanda () pada kolom bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan
kriteria!
3) Berilah tanda (-) pada kolom bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan
kriteria!
4) Berilah tanda (NA) Not Aplicable pada kolom bila soal yang ditelaah tidak
mengandung kriteria!

Nomor Soal
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk uraian).
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
sudah sesuai.
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas.

B. Kontruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban uraian.
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal.
7. Ada pedoman penskorannya.
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
disajikan dengan jelas dan terbaca.

C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan kalimat soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
11. baku.
Tidak menggunakan kata/ungkapan yang
12. menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.
4. Teori Tahapan Pembuatan Rubrik
a. Pengertian Rubrik
Rubrik merupakan salah satu teknik dalam asesmen alternatif.
Dalam konteks asesmen alternatif sebagai bagian dari kegiatan
pembelajaran seutuhnya, rubrik dalam arti sangat sederhana, dapat
diartikan sebagai pedoman penskoran (Scoring Guide) yang disusun oleh
guru maupun pendidik sebelum tugas penyusunan rubrik diberikan (Yusuf
A. Muri., 2015). Sehingga memungkinkan guru atau tenaga pendidik
membuat keputusan yang dapat dipercaya tentang karya peserta didik dan
memperbolehkan peserta didik menilai dirinya sendiri. Namun apabila
dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam
memecahkan masalah dalam dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-
hari, maka rubrik dapat juga disebut sebagai salah satu teknik dalam
asesmen autentik (Kemendikbud, 2016).
A rubric is one authentic assessment tool which is designed to
simulate real life activity where students are engaged in solving
real life problems.
..
A rubric (1) is based on a continun of performance quality, built
upon a scale of different possible score points to be assigned, (2)
identifies the key traits or dimensions to be examined and assessed,
(3) provides key features of performance for each level of scoring
(descriptors) whics signify the degree to whics signify the degree to
whics the criteria have been met.
Oleh karena itu, rubrik merupakan perangkat deskripsi suatu tugas
atau suatu proses dan mungkin juga suatu kontinum kualitas dari yang
tidak baik sampai yang terbaik, yang menjadi dasar keseluruhan skor suatu
tugas, pekerjaan, karya/unjuk kerja/performa/belajar.
Rubrik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: (1) rubrik analisis
(analytic ribric) yang hanya menggambarkan dan menilai bagian dari
suatu produk yang telah selesai, dan (2) rubrik holistik (wholistic rubric)
adalah rubrik yang memandang suatu produk atau pekerjaan secara
menyeluruh (Yusuf A. Muri., 2015). Selanjutnya suatu rubrik dikatakan
baik dan efektif apabila memiliki unsur-unsur yaitu: (1) terfokus pada
suatu atribut, (2) menunjukkan gradasi yang jelas tentang skala baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, dan (3) mengomunikasikan standar kepada
peserta didik yang lain sehingga dapat menggunakannya dengan standar
yang sama (Yusuf A. Muri., 2015).
Pedoman scoring rubrik hendaknya selesai sebelum penilaian
dilakukan. Pedoman tersebut kemudian diedarkan dan atau disampaikan
kepada peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui secara benar dan
tepat apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana dapat mencapai
nilai terbaik. Disamping itu perlu disadari bahwa pedoman scoring rubrik
adalah tipe asesmen formatif, karena asesmen ini sebagai bagian dari
proses belajar dan pembelajaran, namun dapat juga digunakan sebagai
asesmen sumatif atau dalam pemberian angka. Seandainya guru atau
pendidik akan menggunakan rubrik sebagai salah satu instrument asesmen,
maka guru atau pendidik harus menyusun dan mengomunikasikan suatu
daftar rubrik sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukannya kemudian
menentukan tipe rubrik apa yang akan disusun oleh peserta didik.
b. Kriteria Rubrik
Perlu kehati-hatian, dalam penyusunan pedoman penskoran rubrik.
Sehingga pedoman penskoran yang disusun betul-betul menggambarkan
komposisi yang sesungguhnya. Akankah digunakan sistem pembobotan
atau tidak. Mana yang dipilih tergantung pada kemampuan, ketajaman dan
profesionalisme guru atau pendidik yang membina mata pelajaran
tersebut. Secara umum, penyusunan rubrik analitik sebagai berikut.
1) Tentukan jumlah kolom dan baris yang dibutuhkan, jumlah baris
sangat tergantung pada seberapa banyak tujuan atau karakter yang
diinginkan.
2) Kolom bagian kiri diisi dengan nomor urut, dan pada kolom
berikutnya diisi dengan pernyataan tujuan atau kriteria aspek-aspek
yang dinilai. Satu pernyataan untuk setiap baris.
3) Adapun pada kolom berikutnya (kalau ada) diisi dengan bobot.
4) Kolom berikutnya adalah kolom untuk menentukan skor seseorang.
5) Pada kolom berikutnya adalah kolom untuk menentukan hasil akhir
seseorang, yaitu dengan mengalikan nilai masing-masing aspek yang
dinilai dengan bobot yang ditentukan sebelumnya.

Format Penskoran Rubrik yang Ditulis Peserta Didik/Siswa


(Student Written Jurnal)

Nama : Tanggal:
Judul/Rubrik :
Skala Skoring: Rendah 12345 Tinggi
No. Kriteria/Tujuan Bobot Skor Hasil
1 Titel jelas, dan teliti 2
2 Dimulai dari pernyataan yang terfokus pada 3
rubrik
3 Konsep utama dirumuskan 5
4 Dijelaskan mengapa topik menarik 5
5 Analis dan berpikir kritis 15
6 Kesimpulan dirumuskan dengan benar 5
7 Menggunakan informasi dari berbagai sumber 5
lima tahun terakhir
8 Tiap paragraf dimulai dari pokok kalimat 5
9 Penggunaan huruf besar, ejaan, tanda baca dan 5
penampilan
Maksimum skor: 250
Bentuk lainnya, menggunakan skor angka yang berbeda antar
kriteria dimana pembobotan secara eksplisit sudah ada di dalam skor,
sebagai berikut.

No. Kriteria Skala Skoring Skor


1 Kejelasan judul 2 4 6 8 10
2 Layout 2 4 6 8 10
3 Kejelasan perumusan konsep utama 3 4 9 12 15
4 Analisis, keakuratan, dan 10 20 30 40 50
kemutahiran sumber
5 Penggunaan huruf, tanda baca, dan 1 2 3 4 5
stlye
6 Kesimpulan 2 4 6 8 10
Maksimum: 100
Andai kata karya rubrik disajikan dalam diskusi kelompok, maka
format penilaiannya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain:
Format Penilaian Rubrik yang Disajikan dalam Diskusi Kelompok
Nama:...................... Tanggal:
Skor
No. Kriteria Bobot Hasil
1 2 3
1 Sikap, prilaku, dan penampilan 10
2 Penguasaan materi 15
3 Penggunaan bahasa, tata bahasa, kosakata, 10
dan bahasa tubuh
4 Kesadaran dan pemahaman audience 5
5 Cara menjawab/merespon pertanyaan 5
6 Menyimpulkan pendapat 5
Maksimum skor: 150
Perlu disadari bahwa tidak ada suatu tipe rubrik yang paling baik,
dalam artian berlaku untuk semua karakter atau aspek yang dinilai. Dalam
kaitan itu, guru hendaknya betul-betul memahami karakteristik materi ajar
agar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan tujuan
pembelajaran, dan merumuskan kriteria aspek yang dinilai dengan benar.
Suatu rubrik dikatakan baik jika: (a) Membantu perkembangan kesadaran
peserta didik dalam belajar; (b) Menyediakan iklim atau suasana adil,
jujur, dan fleksibel; (c) Memberanikan peserta didik bertanggung jawab
terhadap cara belajar mereka masing-masing.

B. ANALISIS TES PILIHAN GANDA, URAIAN, DAN RUBRIK


PENILAIAN
1. Analisis Tes Pilihan Ganda
a. Pemetaan SK, Kd, dan Indikator
Standar
Nomor
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Soal
11. 11.1 Menjelaskan 11,1,1 Menggolongkan 1
Memahami hubungan antara sumber daya alam
hubungan sumber daya alam
antara dengan lingkungan
sumber daya
alam dengan
lingkungan 11.2 11.2.1 2
teknologi dan Menjelaskan Menjelaskan hasil teknologi
masyarakat hubungan antara yang memanfaatkan sumber
sumber daya alam daya alam
dengan teknologi
yang digunakan
11.3 11.3.1 3
Menjelaskan dampak Menjelaskan akibat
pengambilan bahan pengambilan sumber daya
alam terhadap alam yang tidak ramah
pelestarian lingkungan
lingkungan 11.3,2 Menggolongkan 4
kegiatan-kegiatan
pengambilan sumber daya
alam yang dapat merusak
kelestarian lingkungan
11.3.3 Menjelaskan cara-cara 5
menjaga kelestarian sumber
daya alam

b. Instrumen Tes Pilihan Ganda


1) Soal
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih pilihan yang paling benar!
1) Ditinjau dari ketersediannya, logam, tembaga, emas, minyak bumi dan batu
bara merupakan sumber daya alam ..
a. Dapat diperbaharui
b. Tidak dapat diperbaharui
c. Hayati
d. Nonhayati
2) Kain sutera yang biasa dipergunakan dan diperjualbelikan di pasaran berasal
dari
a. serat kepompong dan ulat sutera
b. kulit ulat sutera
c. bulu domba
d. kulit domba
3) Banjir dan tanah longsor diakibatkan oleh
a. Hutan yang ditanami banyak pepohonan
b. Hutan gundul
c. Tanah yang subur
d. Tanah yang mengandung humus
4) Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang dapat merusak kelestarian
lingkungan
1) Menebang pohon sembarangan
2) Menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau
3) Menangkap ikan di sungai dengan menggunakan racun ikan
4) Memperluas lahan dengan membakar hutan
Berdasarkan hal tersebut, yang mana termasuk kegiatan yang dapat merusak
kelestarian lingkungan air .
a. 1 dan 4
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
5) Pelestarian air sungai dapat dilakukan dengan cara
a. Membangun rumah-rumah di pinggir sungai
b. Mencegah membuang limbah ke sungai
c. Membuang limbah pabrik ke sungai
d. Membendung air sungai

2) Kunci Jawaban dan Penskoran


Instrumen tes uraian tersebut tidak memiliki atau dilengkapi dengan
kunci jawaban dan pedoman pensekoran.
c. Analisis KD dan Indikator
Taksonomi Pendidikan Taksonomi Pendidikan
Revisi Revisi
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Jenjang Jenis Indikator Jenjang Jenis
Proses Pengetahuan Proses Pengetahuan
Kognitif Kognitif
11. 11.1 Menjelaskan C2 K2 11,1,1 Menggolongkan C2 K2
Memahami hubungan antara sumber sumber daya alam
hubungan daya alam dengan
antara lingkungan
sumber daya
alam dengan
lingkungan 11.2 C2 K2 11.2.1 C2 K2
teknologi dan Menjelaskan hubungan Menjelaskan hasil
masyarakat antara sumber daya alam teknologi yang
dengan teknologi yang memanfaatkan sumber
digunakan daya alam

11.3 C2 K2 11.3.1 C2 K2
Menjelaskan dampak Menjelaskan akibat
pengambilan bahan alam pengambilan sumber daya
terhadap pelestarian alam yang tidak ramah
lingkungan lingkungan
11.3,2 Menggolongkan, C2 K2
kegiatan-kegiatan
pengambilan sumber daya
alam yang dapat merusak
kelestarian lingkungan
11.3.3 Menjelaskan cara- C2 K3
cara menjaga kelestarian
sumber daya alam
d. Analisis Soal Tes Pilihan Ganda yang Dikaji Berdasarkan Jenjang
Kognitif dan Jenis Pengetahuan
Jenis Nomor
Jenjang
No. Soal Pengetah Soal
Kognitif
uan
1 Ditinjau dari ketersediannya, logam, C2 K2 1
tembaga, emas, minyak bumi dan batu
bara merupakan sumber daya alam
..
a. Dapat diperbaharui
b. Tidak dapat diperbaharui
c. Hayati
d. Nonhayati
2 Kain sutera yang biasa dipergunakan C2 K2 2
dan diperjualbelikan di pasaran berasal
dari
a. serat kepompong dan ulat
sutera
b. kulit ulat sutera
c. bulu domba
d. kulit domba
3 Banjir dan tanah longsor diakibatkan C2 K2 3
oleh
a. Hutan yang ditanami banyak
pepohonan
b. Hutan gundul
c. Tanah yang subur
d. Tanah yang mengandung
4humus
4 Berikut ini adalah beberapa kegiatan C2 K2 4
yang dapat merusak kelestarian
lingkungan
1) Menebang pohon sembarangan
2) Menangkap ikan dengan
menggunakan pukat harimau
3) Menangkap ikan di sungai
dengan menggunakan racun
ikan
4) Memperluas lahan dengan
membakar hutan
Berdasarkan hal tersebut, yang
mana termasuk kegiatan yang
dapat merusak kelestarian
lingkungan air .
a. 1 dan 4
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
5 Pelestarian air sungai dapat dilakukan C2 K3 5
dengan cara
a. Membangun rumah-rumah di
pinggir sungai
b. Mencegah membuang limbah
ke sungai
c. Membuang limbah pabrik ke
sungai
d. Membendung air sungai

e. Analisis Tes Pilihan Ganda Berdasarkan Kriteria Penelaahan Butir


Soal Bentuk Pilihan Ganda
No Soal
No Kriteria Aspek yang dikaji
1 2 3 4 5
1 Materi Soal sesuai dengan indikator
Pilihan jawaban homogen dan logis
Soal mempunyai satu jawaban

benar
2 Konstruksi Pokok soal dirumuskan secara jelas

dan tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban memuat pernyataan yang
diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk
x
ke arah jawaban yang benar
Pokok soal tidak mengandung
pernyataan yang bersifat negatif
ganda
Panjang rumusan pilihan jawaban

harus relatif sama
Pilihan jawaban yang berbentuk
angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya NA NA NA NA NA
nilai angka tersebut, atau
kronologisnya.
Gambar, grafik, tabel, diagram, dan NA NA NA NA NA
sejenisnya yang terdapat pada soal
No Soal
No Kriteria Aspek yang dikaji
1 2 3 4 5
harus jelas dan berfungsi.
Butir soal tidak bergantung pada

jawaban soal sebelumnya.
3 Bahasa Soal harus menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Tidak menggunakan bahasa yang

berlaku setempat
Soal harus menggunakan bahasa

yang komunikatif.
Pilihan jawaban tidak mengulang
kata atau frase yang bukan

merupakan satu kesatuan
pengertian.
Rasyid dan Mansur (2007: 21), menggolongkan kategori penilaian
menjadi lima yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk. Ketentuan dari
masing-masing kategori disajikan pada tabel di bawah ini.
Persentase (%) Kategori
90 100 Sangat Baik
80 89 Baik
65 79 Sedang
55 64 Buruk
0 54 Sangat Buruk
Untuk mengkategorikan instrumen tes uraian IPA tersebut, analisis
instrumen dengan format penelaahan butir soal bentuk uraian terlebih dahulu
harus dipersentasekan. Persentase analisis instrumen dengan format penelaahan
butir soal bentuk uraian disajikan pada tabel berikut.
No Soal Perse
No Kriteria Kategori
1 2 3 4 5 ntase
1 Materi 100% 100% 100% 100% 100% 100% Sangat Baik
2 Konstruksi 100% 100% 83% 100% 83% 93% Sangat Baik
3 Bahasa 100% 100% 100% 100% 100% 100% Sangat Baik
Rata-Rata 100% 100% 94% 100% 94% 98% Sangat Baik
Sanga Sanga Sanga Sanga Sanga
Kategori Baik
t Baik t Baik t Baik t Baik t Baik
Jika dilihat hasil analisis diatas dengan pengkategorian penilaian menurut
Rasyid dan Mansyur, maka tes pilihan ganda tersebut berada dalam kategori
sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kriteria materi yang tergolong sangat baik,
dari kriteria konstruksi tergolong sangat baik, namun pada butir soal no 3 dan 5
salah satu kriteria tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan pokok soal memberi
petunjuk kea rah yang benar, sehingga tidak sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Selain aspek materi dan konstruksi, aspek lain yang dikaji adalah dari
segi bahasa. Dari segi bahasa, soal ini juga tergolong atau berada pada kriteria
sangat baik, sehingga dari ketiga aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa soal ini
tergolong ke dalam kriteria sangat baik.

f. Analisis Butir Soal Berdasarkan Taksonomi Pendidikan dan Kriteria


Penelaahan Butir Soal Pilihan Ganda
1) Analisis Soal Nomor 1
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 1 berbunyi:
Ditinjau dari ketersediannya, logam, tembaga, emas, minyak bumi dan
batu bara merupakan sumber daya alam ..
a. Dapat diperbaharui
b. Tidak dapat diperbaharui
c. Hayati
d. Nonhayati
Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut termasuk kategori C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Hal ini dikarenakan
indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar menuntut siswa untuk
menggolongkan sumber daya alam. Hal ini sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa salah satu kata kunci dalam pengetahuan
konseptual adalah mengklasifikasikan atau mengkategorikan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa butir soal no 1 ini merupakan soal yang
tergolong jenis pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Jika
ditinjau dari kriteria penelaahan butir soal uraian, soal di atas dapat
dianalisis berdasarkan beberapa komponen berikut.
a) Materi
(1) Perumusan indikator yang dijabarkan sudah sesuai dengan soal
yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa.
(2) Pilihan jawaban yang disediakan homogen dan logis. Pilihan
jawaban homogen dan logis dikarenakan pilihan jawaban dari a
sampai d telah menunjukkan keseragaman dengan pilihan
jawaban lainnya.
(3) Pilihan jawaban yang tersedia sudah menunjukkan satu
jawaban yang benar.
b) Konstruksi
(1) Pokok soal (stem) sudah dirumuskan secara jelas dan tegas.
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban sudah menunjukkan
hanya memuat pernyataan yang diperlukan saja.
(3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar, hal
ini dikarenakan pilihan jawaban yang disajikan beragam.
Pilihan a dan b menyajikan jawaban terkait dengan sumber
daya alam berdasarkan ketersediaannya sedangkan pilihan c
dan d menyajikan jawaban sumber daya alam ditinjau dari
jenisnya.
(4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan bersifat negatif.
(5) Panjang rumusan pilihan jawaban sudah relatif sama
(6) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu tidak
terdapat pada soal, sehingga kriteria ini tidak dianalisis.
(7) Pada soal butir 1, Gambar, grafik, tabel, diagram, dan
sejenisnya tidak disajikan pada soal, sehingga kriteria ini tidak
dianalisis.
(8) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c) Bahasa
(1) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia dan logis.
(2) Butir soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(3) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang komunikatif
sehingga maksud soal dapat dipahami dengan baik.
(4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
2) Analisis Soal Nomor 2
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 2 berbunyi:
Kain sutera yang biasa dipergunakan dan diperjualbelikan di pasaran
berasal dari
a. serat kepompong dan ulat sutera
b. kulit ulat sutera
c. bulu domba
d. kulit domba
Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut termasuk kategori C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Jika ditinjau dari
kriteria penelaahan butir soal uraian, soal di atas dapat dianalisis
berdasarkan beberapa komponen berikut.
a) Materi
(1) Perumusan indikator yang dijabarkan sudah sesuai dengan soal
yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa.
(2) Pilihan jawaban yang disediakan homogen dan logis. Pilihan
jawaban homogen dan logis dikarenakan pilihan jawaban dari a
sampai d telah menunjukkan keseragaman dengan pilihan
jawaban lainnya.
(3) Pilihan jawaban yang tersedia sudah menunjukkan satu
jawaban yang benar.
b) Konstruksi
(1) Pokok soal (stem) sudah dirumuskan secara jelas dan tegas.
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban sudah menunjukkan
hanya memuat pernyataan yang diperlukan saja.
(3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar, hal
ini dikarenakan pilihan jawaban yang disajikan beragam.
(4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan bersifat negatif.
(5) Panjang rumusan pilihan jawaban sudah relatif sama
(6) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu yidak
terdapat dalam soal, sehingga kriteria ini tidak dianalisis.
(7) Pada soal butir 1, Gambar, grafik, tabel, diagram, dan
sejenisnya tidak disajikan pada soal, sehingga kriteria ini tidak
dianalisis.
(8) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c) Bahasa
(1) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia dan logis.
(2) Butir soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(3) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang komunikatif
sehingga maksud soal dapat dipahami dengan baik.
(4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
3) Analisis Soal Nomor 1
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 3 berbunyi:
Banjir dan tanah longsor diakibatkan oleh
a. Hutan yang ditanami banyak pepohonan
b. Hutan gundul
c. Tanah yang subur
d. Tanah yang mengandung humus
Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut termasuk kategori C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Jika ditinjau dari
kriteria penelaahan butir soal uraian, soal di atas dapat dianalisis
berdasarkan beberapa komponen berikut.
a) Materi
(1) Perumusan indikator yang dijabarkan sudah sesuai dengan soal
yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa.
(2) Pilihan jawaban yang disediakan homogen dan logis. Pilihan
jawaban homogen dan logis dikarenakan pilihan jawaban dari a
sampai d telah menunjukkan keseragaman dengan pilihan
jawaban lainnya.
(3) Pilihan jawaban yang tersedia sudah menunjukkan satu
jawaban yang benar.
b) Konstruksi
(1) Pokok soal (stem) sudah dirumuskan secara jelas dan tegas.
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban sudah menunjukkan
hanya memuat pernyataan yang diperlukan saja.
(3) Pada butir soal ini pokok soal memberi petunjuk ke arah
jawaban benar, hal ini dikarenakan pilihan jawaban a, c, dan d
berkonotasi positif, sedangkan pilihan b berkonotasi negative,
sehingga siswa akan mudah memilih jawaban yang sesuai
dengan soal. Dalam hal ini siswa akan memilih jawaban hutan
gundul sebagai akibat dari adanya banjir dan tanah longsor
(4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan bersifat negatif.
(5) Panjang rumusan pilihan jawaban sudah relatif sama
(6) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu tidak
terdapat pada soal, sehingga kriteria ini tidak dianalisis.
(7) Pada soal butir 1, Gambar, grafik, tabel, diagram, dan
sejenisnya tidak disajikan pada soal, sehingga kriteria ini tidak
dianalisis.
(8) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c) Bahasa
(1) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia dan logis.
(2) Butir soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(3) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang komunikatif
sehingga maksud soal dapat dipahami dengan baik.
(4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
4) Analisis Soal Nomor 4
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 4 berbunyi:
Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang dapat merusak kelestarian
lingkungan
1) Menebang pohon sembarangan
2) Menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau
3) Menangkap ikan di sungai dengan menggunakan racun ikan
4) Memperluas lahan dengan membakar hutan
Berdasarkan hal tersebut, yang mana termasuk kegiatan yang dapat
merusak kelestarian lingkungan air .
a. 1 dan 4
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut termasuk kategori C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Hal ini dikarenakan
indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar menuntut siswa untuk
menggolongkan kegiatan-kegiatan pengambilan sumber daya alam
yang dapat merusak kelestarian lingkungan. Hal ini sesuai dengan teori
yang menjelaskan bahwa salah satu kata kunci dalam pengetahuan
konseptual adalah mengklasifikasikan atau mengkategorikan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa butir soal no 4 ini merupakan soal yang
tergolong jenis pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Jika
ditinjau dari kriteria penelaahan butir soal uraian, soal di atas dapat
dianalisis berdasarkan beberapa komponen berikut.
a) Materi
(1) Perumusan indikator yang dijabarkan sudah sesuai dengan soal
yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa.
(2) Pilihan jawaban yang disediakan homogen dan logis. Pilihan
jawaban homogen dan logis dikarenakan pilihan jawaban dari a
sampai d telah menunjukkan keseragaman dengan pilihan
jawaban lainnya.
(3) Pilihan jawaban yang tersedia sudah menunjukkan satu
jawaban yang benar.
b) Konstruksi
(1) Pokok soal (stem) sudah dirumuskan secara jelas dan tegas.
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban sudah menunjukkan
hanya memuat pernyataan yang diperlukan saja.
(3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar, hal
ini dikarenakan pilihan jawaban yang disajikan beragam.
(4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan bersifat negatif.
(5) Panjang rumusan pilihan jawaban sudah relatif sama
(6) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu tidak
terdapat pada soal, sehingga kriteria ini tidak dianalisis.
(7) Pada soal butir 1, Gambar, grafik, tabel, diagram, dan
sejenisnya tidak disajikan pada soal, sehingga kriteria ini tidak
dianalisis.
(8) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c) Bahasa
(1) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia dan logis.
(2) Butir soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(3) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang komunikatif
sehingga maksud soal dapat dipahami dengan baik.
(4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
5) Analisis Soal Nomor 5
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 5 berbunyi:
Pelestarian air sungai dapat dilakukan dengan cara
a. Membangun rumah-rumah di pinggir sungai
b. Mencegah membuang limbah ke sungai
c. Membuang limbah pabrik ke sungai
d. Membendung air sungai
Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut termasuk kategori C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K3 atau pengetahuan prosedural. Hal ini sesuai dengan
kata kunci pengetahuan procedural, yaitu adanya metode atau cara-
cara, sehingga butir soal ini tergolong ke dalam K3/ Jika ditinjau dari
kriteria penelaahan butir soal uraian, soal di atas dapat dianalisis
berdasarkan beberapa komponen berikut.
a) Materi
(1) Perumusan indikator yang dijabarkan sudah sesuai dengan soal
yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa.
(2) Pilihan jawaban yang disediakan homogen dan logis. Pilihan
jawaban homogen dan logis dikarenakan pilihan jawaban dari a
sampai d telah menunjukkan keseragaman dengan pilihan
jawaban lainnya.
(3) Pilihan jawaban yang tersedia sudah menunjukkan satu
jawaban yang benar.
b) Konstruksi
(1) Pokok soal (stem) sudah dirumuskan secara jelas dan tegas.
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban sudah menunjukkan
hanya memuat pernyataan yang diperlukan saja.
(3) Pada butir soal ini pokok soal memberi petunjuk ke arah
jawaban benar, hal ini dikarenakan pilihan jawaban a, c, dan d
berkonotasi negatif, sedangkan pilihan b berkonotasi positif,
sehingga siswa akan mudah memilih jawaban yang sesuai
dengan soal. Dalam hal ini siswa akan memilih jawaban
mencegah membuang limbah ke sungai sebagai cara menjaga
kelestarian air sungai.
(4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan bersifat negatif.
(5) Panjang rumusan pilihan jawaban sudah relatif sama
(6) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu tidak
terdapat pada soal, sehingga kriteria ini tidak dianalisis.
(7) Pada soal butir 1, Gambar, grafik, tabel, diagram, dan
sejenisnya tidak disajikan pada soal, sehingga kriteria ini tidak
dianalisis.
(8) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c) Bahasa
(1) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia dan logis.
(2) Butir soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(3) Penyusunan soal telah menggunakan bahasa yang komunikatif
sehingga maksud soal dapat dipahami dengan baik.
(4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.

2. Analisis Tes Uraian


a. Pemetaan SK, Kd, dan Indikator
Standar
Nomor
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Soal
1. Menghargai 1.1 Menjelaskan 1.1.1 Menjelaskan secara 1
nilai-nilai proses singkat proses
juang dalam perumusan perumusan pancasila
proses pancasila
perumusan 1.2 Menjelaskan 1.2.1 Menjelaskan nilai- 2
Pancasila nila-nilai juang nilai juang para tokoh
sebagai para tokoh yang dalam proses
berperan dalam perumusan pancasila
Dasar proses yang dapat diteladani
Negara. perumusan 1.2.2 Menjelaskan cara-cara 3
Pancasila yang dapat dilakukan
sebagai Dasar untuk menghargai jasa
Negara dalam
para pahlawan
kehidupan
sehar-hari

b. Instrumen Tes Pilihan Ganda


1) Soal
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat dan jelas!
1. Jelaskan secara singkat proses perumusan pancasila!
2. Jelaskan nilai-nilai juang para tokoh yang dapat diteladani
dalam proses perumusan pancasila!
3. Jelaskan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghargai
jasa-jasa para pahlawan!
2) Kunci Jawaban dan Penskoran
Instrumen tes uraian tersebut tidak memiliki atau dilengkapi dengan
kunci jawaban dan pedoman pensekoran.
c. Analisis KD dan Indikator
Taksonomi Pendidikan Taksonomi Pendidikan
Revisi Revisi
Standar No.
Kompetensi Kompetensi Dasar Jenjang Jenis Indikator Jenjang Jenis Soal
Proses Pengetahuan Proses Pengetahuan
Kognitif Kognitif
1. Menghargai 1.1 Menjelaskan C2 K2 1.1.1 Menjelaskan secara C2 K2 1
nilai-nilai proses perumusan singkat proses
juang dalam pancasila perumusan pancasila
proses
perumusan 1.2 Menjelaskan nila- C2 K2 1.2.1 Menjelaskan nilai- C2 K2 2
Pancasila nilai juang para nilai juang para tokoh
sebagai tokoh yang dalam proses
Dasar berperan dalam perumusan pancasila
Negara. proses perumusan yang dapat diteladani
Pancasila sebagai
Dasar Negara 1.2.2 Menjelaskan cara-cara C2 K3 3
dalam kehidupan yang dapat dilakukan
sehar-hari untuk menghargai jasa
para pahlawan
d. Analisis Soal Tes Uraian yang Dikaji Berdasarkan Jenjang Kognitif
dan Jenis Pengetahuan
Jenjang Jenis Nomor
No. Soal
Kognitif Pengetahuan Soal
1 Jelaskan secara singkat proses C2 K2 1
perumusan pancasila!
2 Jelaskan nilai-nilai juang para C2 K2 2
tokoh yang dapat diteladani dalam
proses perumusan pancasila!
3 Jelaskan cara-cara yang dapat C2 K3 3
dilakukan untuk menghargai jasa-
jasa para pahlawan!

e. Analisis Tes Pilihan Ganda Berdasarkan Kriteria Penelaahan Butir


Soal Bentuk Pilihan Ganda

Nomor Soal
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk uraian).
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan - - -
sudah sesuai.
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas.

B. Kontruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban uraian.
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal.
7. Ada pedoman penskorannya. - - -
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya NA NA NA
disajikan dengan jelas dan terbaca.

C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan kalimat soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
baku.
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
Nomor Soal
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3
pengertian.
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.

Rasyid dan Mansur (2007: 21), menggolongkan kategori penilaian


menjadi lima yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk. Ketentuan dari
masing-masing kategori disajikan pada tabel di bawah ini.
Persentase (%) Kategori
90 100 Sangat Baik
80 89 Baik
65 79 Sedang
55 64 Buruk
0 54 Sangat Buruk

Untuk mengkategorikan instrumen tes uraian tersebut, analisis instrumen


dengan format penelaahan butir soal bentuk uraian terlebih dahulu harus
dipersentasekan. Persentase analisis instrumen dengan format penelaahan butir
soal bentuk uraian disajikan pada tabel berikut.
No Soal
No Kriteria Persentase Kategori
1 2 3
1 Materi 75% 75% 75% 75% Sedang
2 Konstruksi 67% 67% 67% 67% Sedang
3 Bahasa 100% 100% 100% 100% Sangat Baik
Rata-Rata 82% 82% 82% 82% Baik
Kategori Baik Baik Baik Baik

Jika dilihat hasil analisis diatas dengan pengkategorian penilaian menurut


Rasyid dan Mansyur, maka tes uraian tersebut berada dalam kategori baik. Namun
jika dilihat secara lebih seksama maka, materi tes tersebut berkategori sedang, hal
itu dikarenakan tes uraian tersebut tidak menyantumkan batasan pertanyaan dan
jawaban yang diharapkan sudah sesuai. Akan jauh lebih baik jika pada butir soal
tercantumkan batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
Sebagai contoh adalah, Jelaskan 3 nilai juang yang dapat diteladani selama proses
perumusan pancasila, Jelaskan 3 cara yang dapat dilakukan untuk menghargai jasa
para pahlawan, dan lain sebagainya.
Selain itu, jika dilihat dari segi kontruksinya maka tes uraian tersebut juga
berkategori sedang. Jika dicermati, maka instrumen tes uraian tersebut berkategori
sedang dikarenakan oleh tidak adanya pedoman pensekoran dan kunci jawaban.
Padahal kunci jawaban dan pedoman pensekoran memiliki peranan yang sangat
penting untuk mengurangi subyektivitas penilai. Oleh sebab itu alangkah sangat
baiknya jika instrumen tersebut dilengkapi dengan kunci jawaban dan pedoman
pensekoran. Yang terakhir, apabila dilihat dari kategori bahasa, sudah berada pada
kategori sangat baik. Ini berarti semua kriteria-kriteria yang ditetapkan sudah
terdapat dalam soal.

f. Analisis Butir Soal Berdasarkan Taksonomi Pendidikan dan Kriteria


Penelaahan Butir Soal Uraian
1) Analisis Soal Nomor 1
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 1 berbunyi Jelaskan
secara singkat proses perumusan pancasila!. Berdasarkan jenjang
kognitif, soal tersebut termasuk kategori C2. Hal ini terlihat dari kata
kerja operasional yang dipergunakan dalam soal ini adalah
menjelaskan yang merupakan kata kerja operasional yang tergolong
pada tingkat kognitif C2. Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan,
tergolong kedalam jenis pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual.
Hal ini dikarenakan indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar
menuntut siswa untuk menjelaskan keterkaitan atau hubungan antara
teknologi dengan pngolahan sumber daya alam. Hal ini didukung dari
teori yang menjelaskan bahwa salah satu kata kunci dalam
pengetahuan konseptual adalah adanya keterkaitan antara satu konsep
dengan konsep yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa butir soal
no 1 ini merupakan soal yang tergolong jenis pengetahuan K2 atau
pengetahuan konseptual. Jika ditinjau dari kriteria penelaahan butir
soal uraian, soal di atas dapat dianalisis berdasarkan beberapa
komponen berikut.
a) Materi
(1) Soal yang dibuat sudah sesuai dengan indikator yang
diturunkan dari kompetensi dasar yang telah ada.
(2) Pada soal no 1 tidak terdapat batasan pertanyaan dan jawaban
yang diharapkan.
(3) Pada butir soal no 1, materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
(4) Isi materi yang ditanyakan pada soal no 1 sudah sesuai dengan
jenjang sekolah atau tingkat kelas, pada kelas VI semester 1 di
Sekolah Dasar
b) Konstruksi
(1) Pada butir soal no 1 kata tanya atau perintah yang digunakan
sudah menuntut jawaban uraian. Hal ini tampak pada kata
Tanya diperguanakan, yaitu kata menjelaskan yang menuntut
siswa untuk menjabarkan jawabannya secara lebih detail.
(2) Sudah terdapat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal. Petunjuk tersebut yang dimaksud adalah Jawablah soal
di bawah ini dengan tepat dan jelas!.
(3) Tidak terdapat pedoman penskornn dan kunci jawaban pada
soal. Padahal kunci jawaban dan pedoman pensekoran
memiliki peranan yang sangat penting untuk mengurangi
subyektivitas penilai. Oleh sebab itu alangkah sangat baiknya
jika instrumen tersebut dilengkapi dengan kunci jawaban dan
pedoman pensekoran.
(4) Pada soal no 1, tidak terdapat tabel, gambar, grafik, peta, atau
yang sejenisnya, sehingga tidak dilakukan analisis.
c) Bahasa
(1) Rumusan kalimat soal pada butir soal no 1 sudah komunikatif,
sehingga dengan kalimat yang komunikatif, maksud soal akan
mudah dipahami oleh siswa
(2) Butir soal sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
(3) Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian pada butir soal no 1.
(4) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
2) Analisis Soal Nomor 2
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 2 berbunyi Jelaskan
nilai-nilai juang para tokoh yang dapat diteladani dalam proses
perumusan pancasila! Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut
termasuk kategori C2. Hal ini terlihat dari kata kerja operasional yang
dipergunakan dalam soal ini adalah menjelaskan yang merupakan
kata kerja operasional yang tergolong pada tingkat kognitif C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K2 atau pengetahuan konseptual. Jika ditinjau dari
kriteria penelaahan butir soal uraian, soal di atas dapat dianalisis
berdasarkan beberapa komponen berikut.
a) Materi
(1) Soal yang dibuat sudah sesuai dengan indikator yang
diturunkan dari kompetensi dasar yang telah ada.
(2) Pada soal no 2 tidak terdapat batasan pertanyaan dan jawaban
yang diharapkan. Akan jauh lebih baik jika pada butir soal
tercantumkan batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
sudah sesuai. Misalnya saja, jelaskan 2 nilai juang para tokoh
yang dapat diteladani selama proses perumusan pancasila!.
(3) Pada butir soal no 2, materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
(4) Isi materi yang ditanyakan pada soal no 2 sudah sesuai dengan
jenjang sekolah atau tingkat kelas, pada kelas VI semester 2 di
Sekolah Dasar
b) Konstruksi
(1) Pada butir soal no 2 kata tanya atau perintah yang digunakan
sudah menuntut jawaban uraian. Hal ini tampak pada kata
Tanya diperguanakan, yaitu kata menjelaskan yang menuntut
siswa untuk menjabarkan jawabannya secara lebih detail.
(2) Sudah terdapat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal. Petunjuk tersebut yang dimaksud adalah Jawablah soal
di bawah ini dengan tepat dan jelas!.
(3) Tidak terdapat pedoman penskornn dan kunci jawaban pada
soal. Padahal kunci jawaban dan pedoman pensekoran
memiliki peranan yang sangat penting untuk mengurangi
subyektivitas penilai. Oleh sebab itu alangkah sangat baiknya
jika instrumen tersebut dilengkapi dengan kunci jawaban dan
pedoman pensekoran.
(4) Pada soal no 2, tidak terdapat tabel, gambar, grafik, peta, atau
yang sejenisnya, sehingga tidak dilakukan analisis.
c) Bahasa
(1) Rumusan kalimat soal pada butir soal no 2 sudah komunikatif,
sehingga dengan kalimat yang komunikatif, maksud soal akan
mudah dipahami oleh siswa
(2) Butir soal sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
(3) Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian pada butir soal no 2.
(4) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
3) Analisis Soal Nomor 3
Soal yang akan dianalisis pada butir soal nomor 3 berbunyi Jelaskan
cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghargai jasa-jasa para
pahlawan!. Berdasarkan jenjang kognitif, soal tersebut termasuk
kategori C2. Hal ini terlihat dari kata kerja operasional yang
dipergunakan dalam soal ini adalah menjelaskan yang merupakan
kata kerja operasional yang tergolong pada tingkat kognitif C2.
Sedangkan dilihat dari jenis penegetahuan, tergolong kedalam jenis
pengetahuan K3 atau pengetahuan prosedural. Hal ini dikarenakan
indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar menuntut siswa untuk
menjelaskan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghargai jasa-
jasa para pahlawan. Hal ini sesuai dengan kata kunci yang terdapat
pada kriteria pengetahuan procedural, yaitu adanya metode. Jadi, cara-
cara ini dapat dikategorikan sebagai suatu metode untuk menjaga
kelestarian sumber daya alam. Jika ditinjau dari kriteria penelaahan
butir soal uraian, soal di atas dapat dianalisis berdasarkan beberapa
komponen berikut.
a) Materi
(1) Soal yang dibuat sudah sesuai dengan indikator yang
diturunkan dari kompetensi dasar yang telah ada.
(2) Pada soal no 3 tidak terdapat batasan pertanyaan dan jawaban
yang diharapkan.
(3) Pada butir soal no 3, materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
(4) Isi materi yang ditanyakan pada soal no 3 sudah sesuai dengan
jenjang sekolah atau tingkat kelas, pada kelas VI semester 1 di
Sekolah Dasar
b) Konstruksi
(1) Pada butir soal no 3 kata tanya atau perintah yang digunakan
sudah menuntut jawaban uraian. Hal ini tampak pada kata
tanya diperguanakan, yaitu kata menjelaskan yang menuntut
siswa untuk menjabarkan jawabannya secara lebih detail.
(2) Sudah terdapat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal. Petunjuk tersebut yang dimaksud adalah Jawablah soal
di bawah ini dengan tepat dan jelas!.
(3) Tidak terdapat pedoman penskornn dan kunci jawaban pada
soal. Padahal kunci jawaban dan pedoman pensekoran
memiliki peranan yang sangat penting untuk mengurangi
subyektivitas penilai. Oleh sebab itu alangkah sangat baiknya
jika instrumen tersebut dilengkapi dengan kunci jawaban dan
pedoman pensekoran.
(4) Pada soal no 3, tidak terdapat tabel, gambar, grafik, peta, atau
yang sejenisnya, sehingga tidak dilakukan analisis.
c) Bahasa
(1) Rumusan kalimat soal pada butir soal no 3 sudah komunikatif,
sehingga dengan kalimat yang komunikatif, maksud soal akan
mudah dipahami oleh siswa
(2) Butir soal sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
(3) Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian pada butir soal no 3.
(4) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

3. Analisis Rubrik Penilaian


a. Pemetaan KD dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

4.1 Mengamati, mengolah, dan 4.1.1 Menyajikan hasil laporan dalam


menyajikan teks laporan buku bentuk tabel mengenai
tentang makanan dan rantai perubahan alam dan
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem yang
keseimbangan ekosistem, serta diakibatkan oleh kegiatan
alam dan pengaruh kegiatan manusia
manusia secara mandiri dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis
dengan memilih dan memilah
kosakata baku
b. Rubrik Penilaian yang akan Dikaji
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu Perbaikan
4 3 2 1
Isi tabel lengkap, Tabel yang lengkap dan Tabel yang lengkap dan Tabel yang lengkap dan Tabel yang lengkap dan
menunjukkan infomatif dan infomatif dan infomatif dan infomatif dan
pengetahuan penulis yang memudahkan pembaca memudahkan pembaca memudahkan pembaca memudahkan pembaca
baik atas materi yang memahami keseluruhan memahami keseluruhan memahami sebagian memahami beberapa
disajikan materi. Beberapa gambar materi. besar materi. bagian dari materi.
dan keterangan lain yang
diberikan memberikan
tambahan informasi
berguna bagi pembaca
Bahasa Indonesia yang Bahasa Indonesia yang Bahasa Indonesia yang Bahasa Indonesia yang Bahasa Indonesia yang
baik dan benar digunakan baik dan benar dan sangat baik dan benar digunakan baik dan benar digunakan baik dan benar digunakan
dalam penulisan table efektif digunakan dalam dalam penulisan dalam penulisan sebagian dalam penulisan beberapa
penulisan keseluruhan keseluruhan kalimat besar kalimat dalam tabel bagian dari tabel
kalimat dalam table dalam table
Tabel dibuat dengan Tabel dibuat dengan Keseluruhan table dibuat Sebagian besar table Hanya beberapa bagian
mandiri, cermat dan teliti, lengkap, mandiri, cermat dengan mandiri lengkap, dibuat dengan mandiri, table dibuat dengan
sesuai dengan tenggat dan teliti, diselesaikan cermat dan teliti, lengkap, cermat dan teliti, mandiri, lengkap, cermat
waktu dan batasan materi sesuai batas waktu, diselesaikan sesuai batas diselesaikan sesuai batas dan teliti, diselesaikan
yang ditugaskan dengan beberapa waktu yang diberikan waktu yang diberikan sesuai batas waktu yang
penambahan kreatifitas diberikan
untuk menjelaskan materi
Tabel dibuat dengan Keseluruhan table yang Keseluruhan table yang Sebagian besar tabel yang Bagian-bagian tabel yang
benar, sistematis, dan sangat menarik, jelas dan menarik, jelas dan benar, dibuat dengan menarik, dibuat dengan menarik,
menarik menunjukkan benar , menunjukkan menunjukkan jelas dan benar, jelas dan benar ,
keterampilan pembuatan keterampilan membuat keterampilan membuat menunjukkan menunjukkan ketrampilan
table yang baik table yang tinggi dari table yang baik dari keterampilan membuat tabel yang
pembuatnya pembuatnya membuat table yang terus dapat terus ditingkatkan
berkembang dari
pembuatnya
c. Analisis KD dan Indikator
Taksonomi Pendidikan Revisi Taksonomi Pendidikan Revisi
Kompetensi Dasar Jenjang Proses Jenis Indikator Jenjang Proses Jenis
Kognitif Pengetahuan Kognitif Pengetahuan
Mengamati, C6 K3 Menyajikan hasil laporan dalam \C6 K3
mengolah, dan bentuk tabel mengenai perubahan
menyajikan teks alam dan keseimbangan ekosistem
laporan buku tentang yang diakibatkan oleh kegiatan
makanan dan rantai manusia
makanan, kesehatan
manusia,
keseimbangan
ekosistem, serta
alam dan pengaruh
kegiatan manusia
secara mandiri
dalam bahasa
Indonesia lisan dan
tulis dengan memilih
dan memilah
kosakata baku
d. Analisis Rubrik Penilaian yang Dikaji Berdasarkan Kriteria
Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
Kesesuaian Antara Rubrik
No. Kriteria dan Kriteria
Sesuai Tidak Sesuai
1 Pernyataan sudah sesuai dengan indikator
(menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya,
atau penugasan)
2 Rubrik memuat komponen deskripsi tugas,
skala, dimensi, deskripsi dari dimensi
3 Materi sesuai dengan tuntutan kompetensi
(relevansi, kontekstual)
4 Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
5 Ada pedoman penskorannya -
6 Pernyataan bersifat komunikatif
Berdasarkan tabel analisis di atas, diketahui bahwa rubrik yang terdapat
dari buku guru kurikulum 2013 secara umum sudah sesuai dengan kriteria analisis
rubric yang digunakan. Dari 6 kriteria yang digunakan, 5 kriteria sudah sesuai.
Selengkapnya dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Pernyataan mengenai aspek yang dinilai pada rubrik sudah sesuai dengan
indikator yang menuntut adanya tes perbuatan kinerja, hasil karya, dan
penugasan. Pada pernyataan sudah terlihat kesesuaian dengan materi.
2. Komponen-komponen deskripsi tugas, skala, dimensi, deskripsi dari dimensi
sudah tertuang dalam rubrik dari buku guru Kurikulum 2013 kelas V tema 1
benda-benda di lingkungan sekitar, subtema 1 wujud benda dan cirinya,
pembelajaran ke 1
3. Materi telah sesuai dengan tuntutan kompetensi (relevansi, kontekstual).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai sudah sesuai dengan jenjang jenis sekolah
atau tingkat kelas. Hal ini dibuktikan pada adanya Kompetensi Dasar yang
termuat di dalam Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
5. Rubrik tidak memuat pedoman penskoran, sehingga guru akan kesulitan
dalam melakukan penilaian. Seharusnya rubric yang dibuat harus
mencantumkan pedoman penskoran, sehingga guru akan mudah memberikan
nilai kepada siswa.
6. Pernyataan pada rubrik bersifat komunikatif sehingga sangat mudah
dimengerti dan dipahami dengan baik oleh guru.

C. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis tes pilihan ganda, tes uraian, dan rubric
penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa.
1. Tes pilihan ganda di atas berada dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat
dilihat dari kriteria materi yang tergolong sangat baik, dari kriteria
konstruksi tergolong sangat baik, namun pada butir soal no 3 dan 5 salah
satu kriteria tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan pokok soal memberi
petunjuk kea rah yang benar, sehingga tidak sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Selain aspek materi dan konstruksi, aspek lain yang dikaji
adalah dari segi bahasa. Dari segi bahasa, soal ini juga tergolong atau
berada pada kriteria sangat baik, sehingga dari ketiga aspek tersebut dapat
disimpulkan bahwa soal ini tergolong ke dalam kriteria sangat baik.
2. Secara umum dilihat dari kriteria penelaahan butir soal, soal uraian di atas
tergolong kategori baik, yaitu berada pada persentase 82%. Kemudian
ditinjau dari jenjang kognitif dan jenis pengetahuan, dari tiga butir soal di
atas, semua soal berada pada jenjang kognitif C2, sedangkan untuk jenis
pengetahuannya, soal no 1 dan no 2 tergolong jenis pengetahuan K2 atau
pengetahuan konseptual dan soal no 3 tergolong jenis pengetahuan K3
atau Pengetahuan Prosedural
3. Rubrik yang terdapat dari buku guru kurikulum 2013 secara umum sudah
sesuai dengan kriteria analisis rubric yang digunakan. Dari 6 kriteria yang
digunakan, 5 kriteria sudah sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R.
E.,Pintrich, P. R., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assissing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New
York: Longman.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. 2007. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional. Tersedia pada
https://disnawati.files.wordpress.com/2012/04/panduan_penulisan_2.pdf
(diakses tanggal 11 Maret 2017).

Iryanti, Puji. 2004. Paket Pembinaan Penataran Penilaian Unjuk Kerja.


Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika.

Jupriantu. 2014. Contoh Instrumen Penilaian (Rubrik Penilaian) Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran. Tersedia pada
http://jupriantu.blogspot.co.id/2014/07/contoh-instrumen-penilaian-
rubrik.html. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2017

Kemendikbud. 2014. Benda-benda di Lingkungan Sekitar: Buku Guru. Jakarta:


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kemendikbud.2016. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian di Sekolah


Dasar. Yogyakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar. Koyan, I Wayan. 2007. Asesmen Dalam Pendidikan. Jurusan
Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Kratwohl, D.R. 2002. A Revision of Blooms Taxonomy: An Overview. Tersedia


pada http://www.depauw.edu/files/resources/krathwohl.pdf (diakses tanggal
11 Maret 2017).

Rasyid, Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana
Prima.

Uno, Hamzah. B dan Satria Koni. 2014. Assesment Pembelajaran. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Yusuf, A. Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai