Oleh:
A A GEDE AGUNG WISNU (1629041054)
II/B1
a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, Semua pilihan
jawaban di atas salah, atau Semua pilihan jawaban di atas benar".
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau
kronologisnya.
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
9) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.
2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian
3. Tes Uraian
a. Pengertian Tes Uraian
Sudijono (2007) menjelaskan bahwa, tes uraian (essay test), yang
juga sering dikenal dengan istilah tes subyektif (subjective test), adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana
dikemukakan berikut ini. Pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau
perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat
yang pada umumnya cukup panjang. Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan
atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan,
komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.
Ketiga, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima
sampai dengan sepuluh butir. Keempat, pada umumnya butir-butir soal tes
uraian itu diawali dengankata-kata: "Jelaskan......", "Terangkan......",
"Uraikan ......", "Mengapa ......", "Bagaimana ......" atau kata-kata lain yang
serupa dengan itu.
Lebih lanjut Marhaeni (2007) menjelaskan bahwa, tes esai
menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan
mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih
jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri
secara bebas. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
tes uraian adalah, tesuraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari
pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang
mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri
jawabannya.
b. Penggolongan Tes Uraian
Sudijono (2007) menjelaskan bahwa, sebagai salah satu jenis tes
hasil belajar, tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes
uraian bentuk bebas atau terbuka dan tes uraian bentuk terbatas. Pada tes
uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri. Artinya, testee
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,
mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Adapun pada tes uraian bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki
muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah
(dibatasi).
c. Segi-segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Uraian
Sudijono (2007) menjelaskan bahwa, tes hasil belajar bentuk
uraian, disamping memiliki keunggulan-keunggulan juga tidak terlepas
dari kekurangan-kekurangan. Di antara keunggulan yang dimiliki oleh tes
uraian adalah, bahwa:
1) Tes uraian adalah merupakan jenis tes hasil belajar yang pembuatannya
dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
2) Dengan menggunakan tes uraian, dapat dicegah kemungkinan
timbulnya permainan spekulasi di kalangan testee.
3) Melalui butir-butir soal tes uraian, penyusun soal akan dapat
mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan
testee dalam memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut.
4) Dengan menggunakan tes uraian, testee akan terdorong dan terbiasa
untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan susunan
kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya sendiri.
Adapun kelemahan-kelemahan yang disandang oleh tes subyektif
antara lain adalah, bahwa:
1) Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung atau mencakup
dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan kepada testee, yang seharusnya diujikan dalam tes hasil
belajar.
2) Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
3) Dalam pemberian skor hasil tes uraian, terdapat kecenderungan bahwa
tester lebih banyak bersifat subyektif.
4) Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian
sulit untuk diserahkan kepada orang lain.
5) Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur
(reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah
sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil belajar
yang baik.
d. Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian
Bertitik tolak dari keunggulan-keunggulan dan kelemahan-
kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk uraian seperti telah
dikemukakan di atas, maka beberapa petunjuk operasional berikut ini akan
dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Pertama, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh
mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau
telah diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya.
Kedua, untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee
(misalnya: menyontek atau bertanya kepada testee lainnya), hendaknya
diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta
untuk mempelajarinya.
Ketiga, sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya
segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti
apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban
yang betul. Keempat, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian
hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-
perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
Kelima, kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas.
Keenam, suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah,
agar dalam menyusun butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan
atau menjawab butir-butir soal tersebut.
e. Mentelaah Butir Tes Uraian
Mardapi (2008) menyebutkan bahwa paling sedikit terdapat lima
syarat dalam menelaah butir tes bentuk uraian, kelima syarat tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Soal sesuai dengan indikator
2) Bahasa yang digunakan baku.
3) Bahasa yang digunakan komunikatif, sesuai dengantingkat
perkembangan peserta didik.
4) Butir soal tidak menggunakan pertanyan; siapa, dimana, bila, yaitu
yang bersifat hafalan.
5) Pertanyaan yang digunakan hitungan, tafsiran, rangkuman, simpulkan,
perbedaan dan persamaan, dan sebagainya.
Marhaeni (2007:6) menjelaskan bahwa, Butir tes esai memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan
mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri
buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau
terorganisasi. Lebih lanjut Sudijono (2006:100) menjelaskan bahwa, Tes
esai menuntut testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan, membedakan, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari
pendapat Marhaeni dan Sudijono, maka dapat diketahui bahwa, sebuat tes
esai minimal berada pada jejnang proses kognitif memahami (C2). Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa tes uraian yang baik minimal haruslah
berada pada jenjang proses kognitif memahami.
Selain itu yang tidak kalah penting dalam penyusunan tes
khususnya tes esai adalah pembuatan kunci jawaban atau pedoman
pensekoran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudijono (2007)
menegaskan bahwa, setelah butir tes selesai dibuat, hendaknya segera
dibuat kunci jawaban atau setidak-tidaknya ancar-ancar jawaban benar,
dilengkapi dengan pedoman penilaian. Hal ini bertujuan agar faktor
subyektivitas pada tester dapat dikurangi sekecil-kecilnya. Berbicara
tentang subyektivitas penilaian, Marhaini (2007) menjelaskan bahwa, ada
dua cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi subjektivitas penilaian.
Pertama, penilaian inter-rater, yaitu lebih dari satu orang memberikan
penilaian terhadap naskah yang sama. Kedua, adalah dengan menetapkan
benchmark, yaitu sampel kinerja yang berfungsi sebagai standar yang
dipakai untuk menilai sampel kinerja lainnya. Berdasarkan pemaparan
tersebut dapat diketahui bahwa, suatu tes uraian yang baik, haruslah
disertai dengan kunci jawaban dan pedoman pensekoran untuk
mengurangi subyektivitas penilai.
Selain itu, Direktorat Pembinaan SMA (2010) menjelaskan bahwa,
dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format
penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur
pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud
adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan
dan instrumen non-tes. Penilaian tes uraian menurut Direktorat Pembinaan
SMA (2010) terdiri dari tiga aspek yaitu; materi, kontruksi, dan bahasa
atau budaya. Penjabaran dari aspek penilaian tes uraian adalah sebagai
berikut.
1) Materi
a) Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk
uraian).
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
c) Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi,
kontinyuitas, kebermaknaan sehari-hari tinggi).
d) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau
tingkat kelas.
2) Kontruksi
a) Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
uraian.
b) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. Ada
pedoman penskorannya.
c) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca.
3) Bahasa/Budaya
a) Rumusan kalimat soal komunikatif.
b) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
c) Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
d) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
Berdasarkan uraian tersebut, format penelaahan butir soal bentuk
uraian adalah sebagai berikut.
Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Keterangan:
1) Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam
format!
2) Berilah tanda () pada kolom bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan
kriteria!
3) Berilah tanda (-) pada kolom bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan
kriteria!
4) Berilah tanda (NA) Not Aplicable pada kolom bila soal yang ditelaah tidak
mengandung kriteria!
Nomor Soal
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk uraian).
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
sudah sesuai.
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas.
B. Kontruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban uraian.
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal.
7. Ada pedoman penskorannya.
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
disajikan dengan jelas dan terbaca.
C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan kalimat soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
11. baku.
Tidak menggunakan kata/ungkapan yang
12. menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.
4. Teori Tahapan Pembuatan Rubrik
a. Pengertian Rubrik
Rubrik merupakan salah satu teknik dalam asesmen alternatif.
Dalam konteks asesmen alternatif sebagai bagian dari kegiatan
pembelajaran seutuhnya, rubrik dalam arti sangat sederhana, dapat
diartikan sebagai pedoman penskoran (Scoring Guide) yang disusun oleh
guru maupun pendidik sebelum tugas penyusunan rubrik diberikan (Yusuf
A. Muri., 2015). Sehingga memungkinkan guru atau tenaga pendidik
membuat keputusan yang dapat dipercaya tentang karya peserta didik dan
memperbolehkan peserta didik menilai dirinya sendiri. Namun apabila
dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam
memecahkan masalah dalam dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-
hari, maka rubrik dapat juga disebut sebagai salah satu teknik dalam
asesmen autentik (Kemendikbud, 2016).
A rubric is one authentic assessment tool which is designed to
simulate real life activity where students are engaged in solving
real life problems.
..
A rubric (1) is based on a continun of performance quality, built
upon a scale of different possible score points to be assigned, (2)
identifies the key traits or dimensions to be examined and assessed,
(3) provides key features of performance for each level of scoring
(descriptors) whics signify the degree to whics signify the degree to
whics the criteria have been met.
Oleh karena itu, rubrik merupakan perangkat deskripsi suatu tugas
atau suatu proses dan mungkin juga suatu kontinum kualitas dari yang
tidak baik sampai yang terbaik, yang menjadi dasar keseluruhan skor suatu
tugas, pekerjaan, karya/unjuk kerja/performa/belajar.
Rubrik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: (1) rubrik analisis
(analytic ribric) yang hanya menggambarkan dan menilai bagian dari
suatu produk yang telah selesai, dan (2) rubrik holistik (wholistic rubric)
adalah rubrik yang memandang suatu produk atau pekerjaan secara
menyeluruh (Yusuf A. Muri., 2015). Selanjutnya suatu rubrik dikatakan
baik dan efektif apabila memiliki unsur-unsur yaitu: (1) terfokus pada
suatu atribut, (2) menunjukkan gradasi yang jelas tentang skala baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, dan (3) mengomunikasikan standar kepada
peserta didik yang lain sehingga dapat menggunakannya dengan standar
yang sama (Yusuf A. Muri., 2015).
Pedoman scoring rubrik hendaknya selesai sebelum penilaian
dilakukan. Pedoman tersebut kemudian diedarkan dan atau disampaikan
kepada peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui secara benar dan
tepat apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana dapat mencapai
nilai terbaik. Disamping itu perlu disadari bahwa pedoman scoring rubrik
adalah tipe asesmen formatif, karena asesmen ini sebagai bagian dari
proses belajar dan pembelajaran, namun dapat juga digunakan sebagai
asesmen sumatif atau dalam pemberian angka. Seandainya guru atau
pendidik akan menggunakan rubrik sebagai salah satu instrument asesmen,
maka guru atau pendidik harus menyusun dan mengomunikasikan suatu
daftar rubrik sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukannya kemudian
menentukan tipe rubrik apa yang akan disusun oleh peserta didik.
b. Kriteria Rubrik
Perlu kehati-hatian, dalam penyusunan pedoman penskoran rubrik.
Sehingga pedoman penskoran yang disusun betul-betul menggambarkan
komposisi yang sesungguhnya. Akankah digunakan sistem pembobotan
atau tidak. Mana yang dipilih tergantung pada kemampuan, ketajaman dan
profesionalisme guru atau pendidik yang membina mata pelajaran
tersebut. Secara umum, penyusunan rubrik analitik sebagai berikut.
1) Tentukan jumlah kolom dan baris yang dibutuhkan, jumlah baris
sangat tergantung pada seberapa banyak tujuan atau karakter yang
diinginkan.
2) Kolom bagian kiri diisi dengan nomor urut, dan pada kolom
berikutnya diisi dengan pernyataan tujuan atau kriteria aspek-aspek
yang dinilai. Satu pernyataan untuk setiap baris.
3) Adapun pada kolom berikutnya (kalau ada) diisi dengan bobot.
4) Kolom berikutnya adalah kolom untuk menentukan skor seseorang.
5) Pada kolom berikutnya adalah kolom untuk menentukan hasil akhir
seseorang, yaitu dengan mengalikan nilai masing-masing aspek yang
dinilai dengan bobot yang ditentukan sebelumnya.
Nama : Tanggal:
Judul/Rubrik :
Skala Skoring: Rendah 12345 Tinggi
No. Kriteria/Tujuan Bobot Skor Hasil
1 Titel jelas, dan teliti 2
2 Dimulai dari pernyataan yang terfokus pada 3
rubrik
3 Konsep utama dirumuskan 5
4 Dijelaskan mengapa topik menarik 5
5 Analis dan berpikir kritis 15
6 Kesimpulan dirumuskan dengan benar 5
7 Menggunakan informasi dari berbagai sumber 5
lima tahun terakhir
8 Tiap paragraf dimulai dari pokok kalimat 5
9 Penggunaan huruf besar, ejaan, tanda baca dan 5
penampilan
Maksimum skor: 250
Bentuk lainnya, menggunakan skor angka yang berbeda antar
kriteria dimana pembobotan secara eksplisit sudah ada di dalam skor,
sebagai berikut.
11.3 C2 K2 11.3.1 C2 K2
Menjelaskan dampak Menjelaskan akibat
pengambilan bahan alam pengambilan sumber daya
terhadap pelestarian alam yang tidak ramah
lingkungan lingkungan
11.3,2 Menggolongkan, C2 K2
kegiatan-kegiatan
pengambilan sumber daya
alam yang dapat merusak
kelestarian lingkungan
11.3.3 Menjelaskan cara- C2 K3
cara menjaga kelestarian
sumber daya alam
d. Analisis Soal Tes Pilihan Ganda yang Dikaji Berdasarkan Jenjang
Kognitif dan Jenis Pengetahuan
Jenis Nomor
Jenjang
No. Soal Pengetah Soal
Kognitif
uan
1 Ditinjau dari ketersediannya, logam, C2 K2 1
tembaga, emas, minyak bumi dan batu
bara merupakan sumber daya alam
..
a. Dapat diperbaharui
b. Tidak dapat diperbaharui
c. Hayati
d. Nonhayati
2 Kain sutera yang biasa dipergunakan C2 K2 2
dan diperjualbelikan di pasaran berasal
dari
a. serat kepompong dan ulat
sutera
b. kulit ulat sutera
c. bulu domba
d. kulit domba
3 Banjir dan tanah longsor diakibatkan C2 K2 3
oleh
a. Hutan yang ditanami banyak
pepohonan
b. Hutan gundul
c. Tanah yang subur
d. Tanah yang mengandung
4humus
4 Berikut ini adalah beberapa kegiatan C2 K2 4
yang dapat merusak kelestarian
lingkungan
1) Menebang pohon sembarangan
2) Menangkap ikan dengan
menggunakan pukat harimau
3) Menangkap ikan di sungai
dengan menggunakan racun
ikan
4) Memperluas lahan dengan
membakar hutan
Berdasarkan hal tersebut, yang
mana termasuk kegiatan yang
dapat merusak kelestarian
lingkungan air .
a. 1 dan 4
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
5 Pelestarian air sungai dapat dilakukan C2 K3 5
dengan cara
a. Membangun rumah-rumah di
pinggir sungai
b. Mencegah membuang limbah
ke sungai
c. Membuang limbah pabrik ke
sungai
d. Membendung air sungai
Nomor Soal
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk uraian).
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan - - -
sudah sesuai.
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, kebermaknaan
sehari-hari tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas.
B. Kontruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban uraian.
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal.
7. Ada pedoman penskorannya. - - -
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya NA NA NA
disajikan dengan jelas dan terbaca.
C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan kalimat soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
baku.
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
Nomor Soal
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3
pengertian.
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.
C. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis tes pilihan ganda, tes uraian, dan rubric
penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa.
1. Tes pilihan ganda di atas berada dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat
dilihat dari kriteria materi yang tergolong sangat baik, dari kriteria
konstruksi tergolong sangat baik, namun pada butir soal no 3 dan 5 salah
satu kriteria tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan pokok soal memberi
petunjuk kea rah yang benar, sehingga tidak sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Selain aspek materi dan konstruksi, aspek lain yang dikaji
adalah dari segi bahasa. Dari segi bahasa, soal ini juga tergolong atau
berada pada kriteria sangat baik, sehingga dari ketiga aspek tersebut dapat
disimpulkan bahwa soal ini tergolong ke dalam kriteria sangat baik.
2. Secara umum dilihat dari kriteria penelaahan butir soal, soal uraian di atas
tergolong kategori baik, yaitu berada pada persentase 82%. Kemudian
ditinjau dari jenjang kognitif dan jenis pengetahuan, dari tiga butir soal di
atas, semua soal berada pada jenjang kognitif C2, sedangkan untuk jenis
pengetahuannya, soal no 1 dan no 2 tergolong jenis pengetahuan K2 atau
pengetahuan konseptual dan soal no 3 tergolong jenis pengetahuan K3
atau Pengetahuan Prosedural
3. Rubrik yang terdapat dari buku guru kurikulum 2013 secara umum sudah
sesuai dengan kriteria analisis rubric yang digunakan. Dari 6 kriteria yang
digunakan, 5 kriteria sudah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R.
E.,Pintrich, P. R., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assissing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New
York: Longman.
Rasyid, Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana
Prima.
Yusuf, A. Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.