Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMIAH

FIK-UI MENYIAPKAN UJI NCLEX-RN


UNTUK MAHASISWANYA,
MUNGKINKAH ?

Ratna Aryani
PROGRAM MAGISTER
ILMU KEPERAWATAN
FIK-UI
2010
FIK-UI MENYIAPKAN

UJI NCLEX-RN UNTUK MAHASISWANYA, MUNGKINKAH ?

Ratna Aryani, NPM 0906574695


Mahasiswa Program Magister Keperawatan Kekhususan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010

ABSTRAK

National Council Licensure Examination (NCLEX) adalah suatu sistem ujian


dengan menggunakan komputerisasi untuk mengetahui kemampuan seorang
perawat, baik secara kognitif, skill (kemampuan melakukan prosedur
keperawatan) dan attitude (sikap) sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan secara aman dan efektif di segala tingkat pelayanan keperawatan.
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk melakukan studi analisis
kemungkinan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI)
dalam mempersiapkan mahasiswanya mengikuti ujian NCLEX-RN. Metode
yang digunakan adalah studi literature dengan menggunakan CINAHL,
Medline, ProQuest dan sumber-sumber kesehatan lainnya dari tahun 2008
sampai November 2010 dengan kata kunci NCLEX-RN, FIK-UI dan
mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian terkait dapat disimpulkan bahwa
tiap institusi pendidikan keperawatan mempunyai kewajiban untuk
menyiapkan mahasiswanya dalam menghadapi uji NCLEX-RN. Penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk menguji apakah FIK-UI dapat menerapkan uji
NCLEX-RN untuk mahasiswanya.

Kata kunci : NCLEX-RN, FIK-UI, mahasiswa

PENDAHULUAN

Saat ini jumlah perawat di tingkat dunia mengalami penurunan, padahal


kebutuhan akan perawat semakin meningkat karena beberapa faktor, seperti :
semakin bervariasinya jenis penyakit, meningkatnya populasi lansia dan
semakin banyaknya perawat mendekati usia pensiun. Buerhaus (2000) dalam
Marie Kline (2010) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa 1 dari 4 perawat

2
pada tahun ini diprediksi berusia 50 tahun atau lebih. Selain itu 30% perawat
senior yang telah mendapatkan lisensi RN berniat meninggalkan profesi
perawat dalam 3 tahun mendatang (Buerhaus, Donelan, Ulrich, Norman, &
Dittus, 2006 dalam Marie Kline, 2010). Sayangnya prevalensi di Indonesia
belum diketahui secara pasti. Tentu saja hal ini membutuhkan perhatian yang
cukup serius sehingga harus dicari solusi untuk meningkatkan jumlah calon
perawat yang disertai dengan peningkatan kualitas perawat. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas perawat adalah meningkatkan kelulusan
mahasiswa keperawatan dalam uji NCLEX-RN (Marie Kline, 2010).

NCLEX adalah suatu sistem ujian dengan menggunakan komputerisasi untuk


mengetahui kemampuan seorang perawat, baik secara kognitif, skill
(kemampuan melakukan prosedur keperawatan) dan attitude (sikap) sehingga
mampu memberikan asuhan keperawatan secara aman dan efektif di segala
tingkat pelayanan keperawatan. Program ujian ini mulai dikenal sejak tahun
1994 dan dilakukan secara komputerisasi yang berpusat di Amerika Serikat
dan mempunyai beberapa cabang di negara-negara yang ditunjuk berdasarkan
kesepakatan dari National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) pada
tahun 1991. Hasil ujian NCLEX ini akan menjadi dasar bagi NCSBN dalam
memberikan lisensi sebagai PN / Practical Nursing atau RN / Register Nurse
(NCSBN, 2009).

Khususnya di luar negeri, tingkat kelulusan seorang perawat di uji NCLEX-


RN menjadi kunci sekaligus indikator kualitas pendidikan keperawatan. Jika
tingkat kelulusan perawat dalam uji NCLEX-RN rendah, maka dapat
disimpulkan kualitas pendidikan keperawatan di negara tersebut juga rendah,
begitu pula jika sebaliknya. Bahkan rendahnya kelulusan perawat di suatu
institusi keperawatan dalam uji NCLEX-RN, dapat memberikan dampak
seperti tidak diberikannya dana / hibah dari pemerintah berupa bantuan
beasiswa pendidikan, bantuan perbaikan fisik gedung dan fasilitasnya serta

3
yang lebih ekstrim lagi adalah ditutupnya program keperawatan tersebut
(Gidden, 2009 dalam Harding, 2010). Beda hal nya di Indonesia, termasuk di
FIK-UI, uji NCLEX-RN belumlah sepopuler seperti hal nya di luar negeri.
FIK-UI tidak menyiapkan mahasiswanya untuk mengikuti uji NCLEX-RN
secara khusus, misalnya dimasukkan dalam sub-bab mata ajar tertentu ataupun
dalam bentuk program short-course.

KAJIAN LITERATUR & PEMBAHASANNYA

Institusi mempunyai peran penting dalam membuat persiapan terstruktur untuk


mahasiswanya dalam mengikuti ujian NCLEX-RN. Hal ini sangat beririsan
dengan misi FIK-UI yaitu (a) menyiapkan peserta didik menjadi perawat
profesional yang mampu bersaing secara nasional, regional, maupun global,
(b) menemukan dan mengembangkan IPTEK keperawatan yang peka budaya
untuk kesejahteraan masyarakat dan (c) mengembangkan evidence-based
practice (praktik berdasarkan pembuktian ilmiah) dalam bidang keperawatan
(FIK-UI, 2010).

Persiapan terstruktur yang dimaksud bukan hanya persiapan dalam


menghadapi soal-soal NCLEX-RN, tetapi juga persiapan mental / emosional
serta membangun percaya diri (Nagorski Johnson, 2009 dan Hoffman, 2008).
Menurut Nagorski Johnson (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
masalah mental yang paling sering dialami adalah tidak percaya diri, takut
gagal dan cemas. Persiapan terstruktur yang dimaksud disebutkan dalam tabel
1 berikut ini.

Tabel 1 : Persiapan terstruktur dalam mempersiapkan mahasiswa mengikuti


ujian NCLEX-RN (lama persiapan : 7 hari)

Jenis Deskripsi
Persiapan Latihan mengisi soal NCLEX-RN dengan menggunakan

4
teknis komputerisasi dan juga paper-pencil based. Pengerjaan soal
dilakukan secara cepat / sprint dengan jumlah soal 75, 100 atau
125 pertanyaan. Setelah itu mahasiswa diperbolehkan untuk
istirahat untuk melakukan stretching / peregangan otot. Dalam 1
hari ditargetkan 500 pertanyaan terselesaikan dan dievaluasi.
Persiapan 1. Mengingatkan mahasiswa untuk mengkonsumsi nutrisi
fisik adekuat. Nutrisi kaya karbohidrat, vitamin, mineral dan
protein akan mendukung daya pikir dan motivasi untuk
meningkatkan hasil uji NCLEX-RN. Calon peserta
melaporkan bahwa diet sehat selama 7 hari sebelum uji
NCLEX-RN, memberi mereka rasa kontrol pribadi dan
membantu fokus pada pertanyaan-pertanyaan tes (O'Connor,
2006 dalam Nagorski Johnson, 2009).
2. Mengingatkan mahasiswa untuk tidur yang cukup. Pola tidur
yang teratur sangat diperlukan untuk persiapan pribadi yang
optimal (O'Connor, 2006 dalam Nagorski Johnson, 2009).
Mahasiswa disarankan untuk merencanakan tidur selama 8
jam setiap malamnya dan bangun paling lambat pukul 07.00
pagi, setelah itu mandi dan sarapan sebelum memulai
program short-course pada pukul 08.30 pagi. Hal ini juga
membantu mahasiswa untuk beradaptasi pada saat hari-H
ujian. Biasanya NCLEX-RN dimulai pukul 09.00 pagi.
3. Olahraga aerobic sedikitnya 45 menit setiap pagi. Olahraga
ini tidak hanya baik bagi sistem kardiovaskular, tetapi
membantu dalam kewaspadaan mental.

Persiapan 1. Setiap peserta diminta untuk menyiapkan kalimat-kalimat


mental yang dapat memotivasi dan memberikan inspirasi. Setelah itu,
ditulis dan ditempel di temapt-tempat strategis yang dapat
dilihat setiap hari oleh mahasiswa. Dibartolo & Seldomridge

5
(2005) dalam Nagorski Johnson (2009) menyebutkan bahwa
keseimbangan spiritual dan emosional sebagai komponen
yang terintegrasi dalam persiapan.
2. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan self
evaluation terhadap persiapan yang sudah dilakukan.
Biasanya mereka akan lebih percaya diri setelah melakukan
self evaluation.
3. Pada hari Sabtu, mahasiswa diberikan jadwal untuk
refreshing tanpa ada jadwal latihan soal.
4. Sebelum berangkat ke tempat ujian, mahasiswa diminta untuk
berkaca sambil menjawab pertanyaan : Apakah saya melihat
bayangan seorang perawat ?
5. Mahasiswa diperbolehkan mengajak orangtua, teman ataupun
keluaga yang dianggap penting untuk memberikan support.
6. Sebelum mengerjakan soal, mahasiswa diminta menuliskan
kalimat inspiratif yang sudah dibuat. Ketika rasa cemas
muncul, maka mahasiswa diminta untuk membaca kembali
kalimat inspiratif tersebut.
7. Setelah ujian selesai, maka diadakan acara pesta atau
semacamnya untuk merayakan bahwa satu episode penting
telah selesai.

Berdasarkan kajian literature dapat disimpulkan beberapa analisa SWOT


tentang kemungkinan FIK-UI menyiapkan mahasiswanya untuk mengikuti uji
NCLEX-RN dengan rincian sebagai berikut :

Strength (kekuatan)
1. FIK-UI merupakan fakultas keperawatan yang tertua di Indonesia
sehingga layak untuk dijadikan pilot project dalam menyiapkan
mahasiswanya mengikuti ujian NCLEX-RN.

6
2. FIK-UI mempunyai fasilitas laboratorium komputer, baik yang terletak
di lantai 2 gedung A, maupun lantai 1 dan 4 gedung B FIK Depok.
Selain itu juga mempunyai fasilitas kampus, asrama, perpustakaan dan
kantin yang dapat menunjang program terstruktur (FIK-UI, 2010).
3. Jika seorang mahasiswa keperawatan UI lulus uji NCLEX-RN maka ia
layak diberikan lisensi sebagai seorang RN (Register Nurse). Jika
demikian, maka akan banyak keuntungan yang didapat mahasiswa
keperawatan tersebut, misalnya ia dapat bekerja di RS luar negeri
dengan salary dan tunjangan hidup yang berlipat ganda dibandingkan
jika bekerja di RS Indonesia.
4. Selain memberikan dampak positif kepada individu mahasiswa
keperawatan, maka akan memberikan efek positif terhadap Indonesia,
misalnya :
a. membantu mengatasi kondisi Temporary Surplus atau kelebihan
tenaga kesehatan sementara waktu (Depkes RI, 2010).
b. mempercepat transfer of knowledge and technology sehingga
nantinya diharapkan perawat-perawat tersebut dapat
mengimplementasikan di unit kerjanya masing-masing setelah
pulang ke tanah air (Depkes RI, 2010).
c. Lulusan S1-Ners ataupun S.Kp mempunyai kesempatan 89%
untuk lulus uji NCLEX, walaupun baru pertama kali melakukan uji
NCLEX (NCSBS, 2009a dalam Starr & Edward, 2010) jika
fakultas benar-benar menyiapkan mahasiswanya. Tak jauh berbeda
dengan penelitian yang dilakukan North Carolina Board of
Nursing (2010) yang menyatakan hasil persentase kelulusan yang
lebih besar yaitu 91% (Starr & Edward, 2010). Hal ini sudah
dibuktikan Henderson Community College Practical Nursing dan
MaysviUe Community and Technical College Practical Nursing,
dimana selama 2 tahun berturut-turut berhasil mengantarkan 100%
mahasiswanya lulus ujian NCLEX-RN (NCSBN, 2010).

7
Weakness (kelemahan)
Persiapan terstruktur yang dimaksud di atas belumpernah diujicobakan.

Opportunity (peluang)
1. Angka lulusan perawat program S.Kp dan S1 Ners di FIK-UI yang
cukup besar. Lulusan FIK-UI program S.Kp periode 19882002
berjumlah 1137 orang, lulusan perawat program S1 Ners periode
20022008 berjumlah 1070 orang serta lulusan Sarjana Keperawatan
periode 20012008 berjumlah 1345 orang (FIK-UI, 2010). Angka ini
cukup besar untuk dijadikan peluang FIK-UI menyediakan tenaga
perawat ke luar negeri.
2. Banyaknya peluang kerjasama jika FIK-UI menyiapkan mahasiswanya
dalam uji NCLEX-RN, misalnya dengan Departemen Kesehatan
(Depkes) RI. Saat ini Depkes telah melakukan program persiapan
perawat untuk mengikuti uji NCLEX-RN ataupun NCLEX-PN sebagai
persyaratan bekerja di Jepang melalui program IJEPA / Indonesia
Japan Economic Partnership Agreement (Depkes, 2010). Untuk
angkatan pertama saja dibutuhkan perawat teregister sebanyak 1000
orang. Angka ini baru terpenuhi 20% dari kebutuhan Jepang sendiri
yang tiap tahunnya meningkaT (Depkes, 2010).
3. Banyaknya permintaan perawat dari Indonesia karena mempunyai
beberapa keistimewaan bila dibandingkan dengan lulusan perawat
Negara lain.

Threat (ancaman)
1. Uji NCLEX mempunyai passing grade yang tinggi untuk menentukan
kelulusannya. Berdasarkan Connecticut Nursing Nurse (2010), mulai
bulan April 2010, passing grade kelulusan NCLEX meningkat 0,05
digit, yang semula 0,16 menjadi 0,21 digit. Dengan peningkatan
passing grade ini diharapkan perawat akan lebih meningkatkan

8
pengetahuan basic-nya serta kemampuan berpikir kritisnya (AACN,
2010). NCSBS juga mempunyai kunci jawaban yang disertai dengan
rasionalisasi dan Evidence Based Nursing (EBN) terkait sehingga
sangat menjamin kevalidan kunci jawaban yang dimiliki.
2. Banyaknya jumlah soal ujian. Soal ujian NCLEX-RN berkisar antara
75-265 pertanyaan yang terbagi atas beberapa sub pertanyaan (15
pertanyaan di awal tidak akan dilakukan scoring / penilaian karena
merupakan test-case) dengan lama pengisian jawaban selama 6 jam.
Waktu yang disediakan termasuk untuk latihan tutorial, mengisi
pertanyaan test case, istirahat ataupun stretching serta pengisian soal
NCLEX itu sendiri. Di bawah ini adalah tabel 1.1 yang memberikan
gambaran distribusi sub-pertanyaan NCLEX.

Gambar 1.1 : Distribusi 4 kategori pertanyaan NCLEX dan


sub-pertanyaannya

Setelah jumlah minimum pertanyaan telah terjawab dalam satu sub-


pertanyaan, maka komputerisasi secara otomatis akan langsung
menghentikan sistem (karena peserta ujian menghasilkan nilai di atas
atau dibawah standar) sehingga peserta ujian harus melanjutkan ke sub-
pertanyaan yang lain. Oleh karena itu setiap peserta ujian

9
membutuhkan waktu ujian yang berbeda-beda dengan item pertanyaan
pilihan yang berbeda pula. Hal yang harus diingat oleh peserta ujian
adalah lama atau tidaknya seseorang mengerjakan soal ujian NCLEX-
RN tidak menandakan seseorang tersebut lulus atau gagal dalam ujian
tersebut, artinya seseorang yang membutuhkan waktu yang lebih lama
bukan berarti ia pasti gagal. Begitu pula sebaliknya jika seseorang
mengerjakan soal dalam waktu singkat maka bukan jaminan perawat
tersebut dijamin lulus.

3. Selektifnya NCSBS dalam memberikan lisensi. Hal ini ditunjang


dengan faktor-faktor pendukungnya, misalnya dalam hal menjaga
kualitas kontrol hasil ujian. NCSBS akan memeriksa 2 kali setiap
lembar ujian secara komputerisasi. Pengecekan pertama dilakukan di
pusat komputerisasi (test center) dan pengecekan kedua dilakukan di
Pearson Vue (tempat registrasi). Walaupun pengecekan dilakukan di
kedua tempat tersebut, pengumuman nilai ujian tidak akan diumumkan
di kedua tempat tersebut, namun NCBS akan mengirim langsung hasil
ujian via email ke peserta uji. Bahkan petugas yang bekerja di kedua
tempat tersebut tidak memiliki akses untuk mengetahui hasil ujian
tersebut.

Jika peserta gagal dalam ujian NCLEX maka peserta ujian akan
menerima lembar CPR (Candidate Performance Report). Lembar ini
berisi tentang jumlah jawaban yang diisi beserta scoring / nilai yang
didapat serta ringkasan kelemahan dan kekuatan peserta uji dalam
pengisian pertanyaan di lembar ujian. Lembaran ini diharapkan dapat
membantu peserta uji dalam mempersiapkan diri di ujian NCLEX yang
akan datang. Perawat yang gagal dalam ujian NCLEX dapat kembali
mendaftar menjadi peserta uji dengan selang waktu 45-90 hari setelah
ujian sebelumnya.

10
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. FIK-UI dapat menyiapkan mahasiswanya dalam mengikuti uji NCLEX-


RN dengan berdasarkan analisa SWOT yang sudah dijelaskan.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang :
a. Sejauhmana FIK-UI dapat menyiapkan mahasiswanya dalam
mengikuti uji NCLEX-RN.
b. Efektifitas persiapan terstruktur FIK-UI dalam menyiapkan
mahasiswa dalam mengikuti uji NCLEX-RN

REFERENSI

AACN (2010). NCLEX Passing Standards Raise The Bar. AACN Bold Voices
Journal, Jul; 2(7): 16. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=16&hid=8&si
d=27e6b8a3-7664-4814-9fb4-a5f51b4eb03d%40sessionmgr14

Connecticut Nursing Nurse (2010). Passing Standard for NCLEX RN


Examination Raised. Connecticut Nursing News, Volume 83, Issue 1.
Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=4&hid=110&s
id=3a178ea5-b77f-48af-a534-a3457154c6de%40sessionmgr113

Depkes (2010). Perawat Indonesia Ikuti Seleksi, Diunduh pada tanggal 26


Oktober 2010 di http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/843-149-perawat-indonesia-ikuti-seleksi.html

FIK (2010). Alumni. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di


http://www.fik.ui.ac.id/index.php?m=page&s=detail&id_page=25

-----------------. Visi Misi FIK-UI. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di


http://www.fik.ui.ac.id/index.php?m=page&s=detail&id_page=4

-----------------. Fasilitas. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di


http://www.fik.ui.ac.id/index.php?m=page&s=detail&id_page=30

11
Harding, Mariann (2010). Predictability Associated With Exit Examinations :
A Literature Review. Journal of Nursing Education, Vol. 49, No. 9.
Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=5&hid=104&
sid=826aecb2-b9bc-4da5-a857-eb0bf39b6639%40sessionmgr112

Hoffman, Janice (2008). Teaching Strategies to Facilitate Nursing Students


Critical Thinking. Annual Review of Nursing Education, New York:
2008. Vol. 6 pg. 225, 13 pgs Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=18&sid=1&srchmode=1&vinst=
PROD&fmt=6&startpage=1&clientid=45625&vname=PQD&RQT=309
&did=1586677341&scaling=FULL&ts=1288617943&vtype=PQD&rqt=
309&TS=1288618108&clientId=45625

NCSBN (2009). Candidate Bulletin : NCLEX Examination 2009. Chicago :


NCSBN. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://www.vue.com/nclex/bulletin_09.pdf

NCSBN (2009). KBN Congratulates Schools with 100% NCLEX Pass Rate.
Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=4&hid=105&s
id=c0b0c0b3-499c-4de2-b354-1ae19cf51714%40sessionmgr112

Marie Kline, Tina (2010). Identifying Predictors of Success For The


Computerized NCLEX-RN in Associate Degree Nursing Graduates. MAI
48/05, Oct 2010. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010 di
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=4&sid=2&srchmode=1&vinst=P
ROD&fmt=6&startpage=1&clientid=45625&vname=PQD&RQT=309&
did=2031660891&scaling=FULL&ts=1288614384&vtype=PQD&rqt=3
09&TS=1288615367&clientId=45625

Starr & Edward (2010). Why Should I Get a BSN ?. Tar Heel Nurse Journal,
July, August, September 2010. Diunduh pada tanggal 26 Oktober 2010
dihttp://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=3&hid=105
&sid=62509803-8e9c-4524-ac51-0975cf380385%40sessionmgr111

12

Anda mungkin juga menyukai