Anda di halaman 1dari 15

PERJUANGAN RAKYAT MELAWAN PENJAJAH BELANDA

Bangsa Belanda pernah menguasai Indonesia lebih dari 300 tahun. Dalam kurun waktu itu, berkali-kali
rakyat Indonesia mengadakan perlawanan. Pada bagian ini kita akan membahas tentang kedatangan
Bangsa Belanda ke Indonesia, bentuk-bentuk penindasan Bangsa Belanda, dan perjuangan menentang
penjajahan Bangsa Belanda.

1. Kedatangan Bangsa Belanda


Bangsa Eropa mulai mencari barangbarang kebutuhan sehari-hari, seperti buah-buahan, rempah-
rempah, wol, porselin , dan lain-lain dari negara-negara di luar Eropa. Indonesia, terkenal sebagai tempat
penghasil rempah-rempah. Rempah- rempah yang dihasilkan bangsa Indonesia digunakan sebagai
bahan obatobatan, penyedap makanan, dan pengawet makanan. Maka, berlomba-lombalah Bangsa
Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah dari Indonesia. Bangsa Belanda sampai ke Indonesia pada
tanggal 22 Juni 1596. Armada Belanda berhasil mendarat di Banten, Jawa Barat. Pada awalnya,
kedatangan Bangsa Belanda disambut baik oleh Sultan Banten. Kegiatan perdagangan menjadi ramai.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Bangsa Belanda berubah menjadi serakah dan kasar. Sikap itu
menyebabkan mereka dimusuhi dan diusir dari Banten.

2. Penindasan lewat VOC


Dua tahun setelah kedatangan pertama, bangsa Belanda datang lagi ke Indonesia. Kali ini mereka
bersikap baik dan ramah. Belanda dapat diterima kembali di Indonesia. Banyak pedagang Belanda
datang ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan dagang dan pertikaian di antara
mereka. Akibatnya, harga rempah-rempah tidak terkendali. Untuk
menghindari pertikaian yang lebih parah pada tanggal 20 Maret 1602 dibentuk Perkumpulan Dagang
Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Mula-mula kegiatan VOC hanya
berdagang. Akan tetapi, lama-kelamaan VOC berusaha menguasai perdagangan (monopoli). Untuk
mewujudkan maksud itu VOC membentuk tentara, mencetak mata uang sendiri, dan mengadakan
perjanjian dengan raja-raja setempat.
Di Maluku VOC melakukan Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku agar tidak
menjual rempah-rempah mereka kepada pedagang lain. Untuk mempertahankan harga, VOC juga
memerintahkan penebangan sebagian pohon rempah-rempah milik rakyat. VOC memberikan hukuman
berat kepada rakyat yang melanggar aturan monopoli itu.
Pusat-pusat perdagangan yang dikuasai VOC adalah Ambon, Jayakarta, dan Banda. Pusat perdagangan
Jayakarta direbut Belanda pada masa Gubernur Jenderal J.P. Coen. Ia mengganti
nama Jayakarta menjadi Batavia. Coen kemudian membangun kota Batavia dengan gaya Belanda.
Kantor VOC yang semula ada di Ambon dipindahkan ke Batavia. VOC mampu berdiri dalam waktu yang
sangat lama. Pada Tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. VOC dibubarkan karena sebab-sebab
berikut ini :

1. Pejabat-pejabat VOC melakukan korupsi dan hidup mewah.


2. VOC menanggung biaya perang yang sangat besar.
3. Kalah bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.
4. Para pegawai VOC melakukan perdagangan gelap.
Pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan VOC di Indonesia digantikan langsung oleh pemerintah
Kerajaan Belanda. Semua hutang VOC ditanggung oleh Kerajaan Belanda. Sejak saat itu, Indonesia
diperintah lansung oleh pemerintah Belanda. Pemerintahan Kerajaan Belanda atas wilayah Indonesia ini
berlansung sampai tahun 1942. Pemerintah Belanda di Indonesia dinamakan Pemerintahan Hindia
Belanda.
3. Penindasan lewat kerja paksa, penarikan pajak, dan tanam paksa
Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte berhasil menaklukkan Belanda. Napoleon mengubah
bentuk negara Belanda dari kerajaan menjadi republik. Napoleon ingin memberantas penyelewengan
dan korupsi serta mempertahankan PulauJawa dari Inggris. Ia mengangkat
Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Batavia. Untuk menahan serangan
Inggris, Daendels melakukan tiga hal, yaitu :

1. menambah jumlah prajurit,


2. membangun pabrik senjata, kapal-kapal baru, dan pos-pos pertahanan,
3. membangun jalan raya yang menghubungkan pos satu dengan pos lainnya.
Daendels memberlakukan kerja paksa tanpa upah untuk membangun jalan. Kerja paksa ini dikenal
dengan nama kerja rodi. Rakyat dipaksa membangun Jalan Raya Anyer-Panarukan yang panjangnya
sekitar 1.000 km. Jalan ini juga dikenal dengan nama Jalan Pos. Selain untuk membangun jalan raya,
rakyat juga dipaksa menanam kopi di daerah Priangan untuk pemerintah Belanda. Banyak rakyat
Indonesia yang menjadi korban kerja rodi. Untuk mendapatkan dana biaya perang pemerintah kolonial
Belanda menarik pajak dari rakyat. Rakyat diharuskan membayar pajak dan menyerahkan hasil bumi
kepada pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1811, Daendels dipanggil ke Belanda. Ia digantikan
oleh Gubernur Jenderal Janssens. Saat itu pasukan Inggris berhasil mengalahkan Belanda di daerah
Tuntang, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Gubernur Jenderal Janssens terpaksa
menandatangani Perjanjian Tuntang. Berikut ini isi Perjanjian Tuntang :

1. Seluruh wilayah jajahan Belanda di Indonesia diserahkan kepada Inggris.


2. Adanya sistem pajak/sewa tanah.
3. Sistem kerja rodi dihapuskan.
4. Diberlakukan sistem perbudakan.
Inggris berkuasa di Indonesia selama lima tahun (1811-1816). Pemerintah Inggris mengangkat Thomas
Stamford Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Pemerintah memberlakukan sistem sewa
tanah yang dikenal dengan nama landrente. Rakyat yang menggarap tanah diharuskan menyewa dari
pemerintah. Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan wilayah Indonesia kepada Belanda. Pemerintah
Belanda menunjuk Van Der
Capellen sebagai gubernur jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli
perdagangan yang telah dimulai oleh VOC dan tetap memberlakukan kerja paksa.

1. Pada tahun 1830, Van Der Capellen diganti Van Den Bosch. Bosch mendapat tugas mengisi kas
Belanda yang kosong. Ia memberlakukan tanam paksa atau cultuur stelsel untuk mengisi kas pemerintah
yang kosong. Van Den Bosch membuat aturanaturan untuk tanam paksa sebagai berikut.Rakyat wajib
menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.
2. Tanah yang dipakai untuk tanamam paksa bebas dari pajak.
3. Hasil tanaman diserahkan kepada Belanda.
4. Pekerjaan untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
5. Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi tanggungan Belanda.
6. Rakyat Indonesia yang bukan petani harus bekerja 66 hari tiap tahun bagi pemerintah Hindia
Belanda.
Kenyataannya, ada banyak penyelewengan dari ketentuan itu. Misalnya, tanah yang harus disediakan
oleh petani melebihi luas tanah yang telah ditentukan, rakyat harus menanggung kerusakan hasil panen,
rakya harus bekerja lebih dari 66 hari, dan lain-lain. Akhirnya ketentuanketentuan yang diatur dalam
tanam paksa tidak berlaku sama sekali.
Pemerintah Belanda semakin bertindak sewenang-wenang. Tanam paksa mengakibatkan penderitaan
luar biasa bagi rakyat Indonesia. Hasil pertanian menurun. Rakyat mengalami kelaparan. Akibat
kelaparan banyak rakyat yang mati. Sebaliknya, tanam paksa ini memberikan
keuntungan yang melimpah bagi Belanda. Namun, masih ada orang Belanda yang peduli terhadap nasib
rakyat Indonesia. Di antaranya adalah Douwes Dekker. Ia mengecam tanam paksa melalui bukunya yang
berjudul Max Havelaar, dengan nama samaran Multatuli. Max Havelaar menceritakan penderitaan
bangsa Indonesia sewaktu dilaksanakan tanam paksa.
Max Havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda. Timbul perdebatan hebat tentang tanam paksa di
negeri Belanda. Akhirnya, Parlemen Belanda me-mutuskan untuk menghapus tanam paksa secepatnya.

4. Perlawanan menentang penjajahan Belanda


Monopoli perdagangan, kerja paksa, penarikan pajak, sewa tanah, dan tanam paksa menimbulkan
banyak kerugian dan membuat sengsara rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak tahan lagi. Rakyat
Indonesia melakukan perlawanan memperjuangkan martabat dan kemerdekaannya. Dari seluruh penjuru
tanah air timbul perlawanan terhadap penjajah Belanda. Perhatikan peta perlawanan-perlawanan yang
terjadi pada Gambar 6.6 di halaman 136 atas! Kita akan membahas beberapa di antaranya.

a. Perlawanan terhadap VOC


Pada saat VOC berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali perlawanan. Pada tahun 1628 dan 1629,
Mataram melancarkan serangan besar-besaran terhadap VOC di Batavia. Sultan Agung mengirimkan
ribuan prajurit untuk menggempur Batavia dari darat dan laut. Di Sulawesi Selatan VOC mendapat
perlawanan dari rakyat Indonesia di bawah pimpinan Sultan Hassanuddin. Perlawanan terhadap VOC di
Pasuruan Jawa Timur dipimpin oleh Untung Suropati. Sementara Sultan Ageng Tirtayasa mengobarkan
perlawanan di daerah Banten.

b. Perlawanan Pattimura (1817)


Belanda melakukan monopoli perdagangan dan memaksa rakyat Maluku menjual hasil rempah-rempah
hanya kepada Belanda, menentukan harga rempah-rempah secara semena-mena,
melakukan pelayaran hongi, dan menebangi tanaman rempahrempah milik rakyat. Rakyat Maluku
berontak atas perlakuan Belanda. Dipimpin oleh Thomas Matulessi yang nantinya terkenal dengan
nama Kapten Pattimura, rakyat Maluku melakukan perlawanan pada tahun
1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok, Philip Latumahina, Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang
pejuang wanita Christina Martha Tiahahu. Perang melawan Belanda meluas ke berbagai daerah
di Maluku, seperti Ambon, Seram, Hitu, dan lain-lain.
Belanda mengirim pasukan besarbesaran. Pasukan Pattimura terdesak dan bertahan di dalam benteng.
Akhirnya, Pattimura dan kawan-kawannya tertawan. Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura
dihukum gantung di depan Benteng Victoria di Ambon.

c. Perang Padri (1821-1837)


Perang Padri bermula dari pertentangan antara kaum adat dan kaum agama (kaum Padri). Kaum Padri
ingin memurnikan pelaksanaan agama Islam. Gerakan Padri itu ditentang oleh kaum adat. Terjadilah
bentrokan- bentrokan antara keduanya. Karena terdesak, kaum adat minta bantuan kepada Belanda.
Belanda bersedia membantu kaum adat dengan imbalan sebagian wilayah Minangkabau. Pasukan Padri
dipimpin oleh Datuk Bandaro. Setelah beliau wafat diganti oleh Tuanku Imam Bonjol. Pasukan Padri
dengan taktik perang gerilya, berhasil mengacaukan pasukan Belanda. Karena kewalahan, Belanda
mengajak berunding. Pada tahun
1925 terjadi gencatan senjata. Belanda mengakui beberapa wilayah sebagai daerah kaum Padri. Perang
Padri meletus lagi setelah Perang Diponegoro berakhir. Tahun 1833 terjadi pertempuran hebat di daerah
Agam. Tahun 1834 Belanda mengepung pasukan Bonjol. Namun pasukan Padri dapat bertahan sampai
dengan tahun 1837. Pada tanggal 25 Oktober 1837, benteng Imam Bonjol dapat diterobos. Beliau
tertangkap dan ditawan.
d. Perang Diponegoro (1925-1830)
Perang Diponegoro berawal dari kekecewaan Pangeran Diponegoro atas campur tangan Belanda
terhadap istana dan tanah tumpah darahnya. Kekecewaan itu memuncak ketika Patih Danureja atas
perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya.
Dipimpin Pangeran Diponegoro, rakyat Tegalrejo menyatakan perang melawan Belanda tanggal 20 Juli
1825. Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangkubumi sebagai penasehat, Pangeran Ngabehi
Jayakusuma sebagai panglima, dan Sentot Ali Basyah Prawiradirja sebagai panglima perang. Pangeran
Diponegoro juga didukung oleh para ulama dan bangsawan. Daerah-daerah lain di Jawa ikut berjuang
melawan Belanda. Kyai Mojo dari Surakarta mengobarkan Perang Sabil. Antara tahun 1825-1826
pasukan Diponegoro mampu mendesak pasukan Belanda. Pada tahun 1827, Belanda mendatangkan
bantuan dari Sumatra dan Sulawesi. Jenderal De Kock menerapkan taktik perang benteng stelsel. Taktik
ini berhasil mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Banyak pemimpin pasukan Pangeran
Diponegoro gugur dan tertangkap. Namun demikian, pasukan Diponegoro tetap gigih. Akhirnya, Belanda
mengajak berunding. Dalam perundingan
yang diadakan tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda. Beliau
diasingkan dan meninggal di Makassar.

e. Perang Banjarmasin (1859-1863)


Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli perdagangan
dan mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Beliau didukung oleh Pangeran Hidayatullah. Pada tahun 1862 Hidayatullah ditahan Belanda dan
dibuang ke Cianjur. Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan. Setelah itu perang meletus
kembali. Dalam perang itu Pangeran Antasari luka-luka dan wafat.
f. Perang Bali (1846-1868)
Penyebab perang Bali adalah Belanda ingin menghapus hukum tawan karang dan memaksa Raja-raja
Bali mengakui kedaulatan Belanda di Bali. Isi hukum tawan karang adalah kerajaan berhak merampas
dan menyita barang serta kapal-kapal yang terdampar di Pulau Bali. Raja-raja Bali menolak keinginan
Belanda. Akhirnya, Belanda menyerang Bali. Belanda melakukan tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun
1846, 1848, dan 1849. Rakyat Bali mempertahankan tanah air mereka. Setelah Buleleng dapat
ditaklukkan, rakyat Bali mengadakan perang puputan, yaitu berperang sampai titik darah terakhir. Di
antaranya Perang Puputan Badung (1906), Perang Puputan Kusumba (1908), dan Perang Puputan
Klungkung (1908). Salah saut pemimpin perlawanan rakyat Bali yang terkenal
adalah Raja Buleleng dibantu oleh Gusti Ketut Jelantik.

g. Perang Sisingamangaraja XII (1870-1907)


Pada saat Sisingamangaraja memerintah Kerajaan Bakara, Tapanuli, Sumatera Utara,
Belanda datang. Belanda ingin menguasai Tapanuli. Sisingamangaraja beserta rakyat Bakara
mengadakan perlawanan. Tahun 1878, Belanda menyerang Tapanuli. Namun, pasukan
Belanda dapat dihalau oleh rakyat. Pada tahun 1904 Belanda kembali menyerang tanah Gayo. Pada saat
itu Belanda juga menyerang daerah Danau Toba. Pada tahun 1907, pasukan Belanda menyerang kubu
pertahanan pasukan Sisingamangaraja XII di Pakpak. Sisingamangaraja gugur dalam penyerangan itu.
Jenazahnya dimakamkan di Tarutung, kemudian dipindahkan ke Balige.

h. Perang Aceh (1873-1906)


Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kedudukan Aceh makin penting baik dari segi strategi
perang maupun untuk perdagangan. Belanda ingin menguasai Aceh. Sejak tahun 1873 Belanda
menyerang Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah pemimpin-pemimpin Aceh antara
lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, TeukuIbrahim, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Meskipun sejak
tahun 1879 Belanda dapat menguasai Aceh, namun wilayah pedalaman dan pegunungan dikuasai
pejuang-pejuang Aceh. Perang gerilya membuat pasukan Belanda kewalahan. Belanda menyiasatinya
dengan stelsel konsentrasi, yaitu memusatkan pasukan supaya pasukannya dapat lebih terkumpul.
Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk mempelajari sistem kemasyarakatan penduduk Aceh. Dari
penelitian yang dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan
Aceh terletak pada peran para ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat siasat perang yang
baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat (Marchose) untuk mengejar
dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda berhasil mematahkan serangan
gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak
Dien yang menyingkir ke hutan dan mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan.

Dari beberapa perlawanan yang dilakukan oleh rakyat di berbagai daerah pada awalnya mengalami
kemenangan tetapi pada akhirnya mengalami kekalahan. Hal itu disebabkan karena beberapa hal antara
lain :
1. Rakyat tidak bersatu, tetapi berjuang secara kedaerahan.
2. Rakyat mudah diadu domba, ingat politik devide et impera (politik adu domba).
3. Kurangnya persenjataan.

Satuhal yang patut ingat dan diteladani adalah :


1. Semua para pahlawan berjuang dengan rela berkorban dan tanpa pamrih
2. Para pahlawan memiliki jiwa dan semangat hidup gotong royong yang tinggi
3. Perlawanan rakyat menunjukkan bahwa semua rakyat menolak segala bentuk penjajahan

http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/05/perjuangan-rakyat-melawan-
penjajah.html

Perlawanan Menantang Penjajahan Belanda


1. Perlawanan Rakyat Mataram
Pada tahun 1628 dan 1629, Mataram melancarkan serangan besar-besaran terhadap VOC di
Batavia. Sultan Agung mengirimkan ribuan prajurit untuk menggempur Batavia dari darat dan
laut. Tahun 1628 perlawanan mengalami kegagalan karena kurangnya persediaan makanan, 1629
berhasil menghancurkan benteng Hollandia

2. Perlawanan Rakyat Makasar


Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia di bawah pimpinan Sultan
Hassanuddin. Namun Sultan Hassanudin dapat dikalahkan VOC dengan politik adu dombanya
antara Sultan Hassanudin dengan Aru Palaka Perlawanan terhadap VOC di Pasuruan Jawa Timur
dipimpin oleh Untung Suropati.

3. Perlawanan Rakyat Banten


Sultan Ageng Tirtayasa mengobarkan perlawanan di daerah Banten. Namun mengalami kegagalan
karena VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dan
putranya Sultan Haji. Sultan Haji yang dibantu VOC mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa

4. Perlawanan Rakyat Maluku


Tahun 1816 VOC datang dan menguasai Maluku. Dipimpin oleh Thomas Matulessi (Kapten
Pattimura), rakyat Maluku melakukan perlawanan pada tahun 1817. Pattimura dibantu oleh
Anthony Ribok, Philip Latumahina, Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanita Christina
Martha Tiahahu. Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung di depan Benteng
Victoria di Ambon.

5. Perang Padri (1821-1837)


Perang Padri bermula dari pertentangan antara kaum adat dan kaum agama (kaumPadri). Kaum
Padri ingin memurnikan pelaksanaan agama Islam. Gerakan Padri itu ditentang oleh kaum adat.
Kaum adat minta bantuan kepada Belanda dengan imbalan sebagian wilayah Minangkabau. Pasukan
Padri dipimpin oleh Datuk Bandaro. Setelah beliau wafat diganti oleh Tuanku Imam
Bonjol. Pasukan Padri dengan taktik perang gerilya, berhasil mengacaukan pasukan Belanda. Pada
tahun 1825 terjadi gencatan senjata. Belanda mengakui beberapa wilayah sebagai daerah kaum
Padri. Tahun 1830 kaum adat mulai banyak membantu kaum Padri karena tidak menyukai
kesewenangan Belanda. Tahun 1833 terjadi pertempuran hebat di daerah Agam, Belanda
mengepung pasukan Bonjol. Namun pasukan Padri dapat bertahan sampai dengan tahun 1837. Pada
tanggal 25 Oktober 1837, benteng Imam Bonjol dapat diterobos. Beliau tertangkap dan diasingkan di
Cianjur kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat

6. Perang Diponegoro (1825-1830)


Perang Diponegoro berawal dari kekecewaan Pangeran Diponegoro atas campur tangan Belanda
terhadap istana dan tanah tumpah darahnya. Kekecewaan itu memuncak ketika Patih Danureja atas
perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam
leluhurnya. Dipimpin Pangeran Diponegoro, rakyat Tegalrejo menyatakan perang melawan Belanda
tanggal 20 Juli 1825. Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangkubumi sebagai penasehat, Pangeran
Ngabehi Jayakusuma sebagai panglima, dan Sentot Ali Basyah Prawiradirja sebagai panglima
perang. Kyai Mojo dari Surakarta mengobarkan Perang Sabil. Antara tahun 1825-1826 pasukan
Diponegoro mampu mendesak pasukan Belanda. Pada tahun 1827, Belanda mendatangkan bantuan
dari Sumatra dan Sulawesi. Jenderal De Kock menerapkan taktik perang benteng stelsel. Taktik ini
berhasil mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Dalam perundingan yang diadakan
tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda. Beliau diasingkan
dan meninggal di Makassar.

7. Perang Banjarmasin
Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli perdagangan dan mencampuri
urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari. Beliau didukung oleh
Pangeran Hidayatullah. Pada tahun 1862 Hidayatullah ditahan Belanda dan dibuang ke
Cianjur. Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan. Pangeran Antasari berusaha
mempertahankan wilayah Banjar dengan cara membakar stiap kapal Belanda yang masuk wilayah
Banjar. Tahun 1863 Belanda melancarkan serangan ke seluruh wilayah Banjar hingga akhirnya
Pangeran Antasari gugur.

8. Perang Bali (1846-1868)


Penyebab Perang Bali adalah pihak Belanda menolak hak Tawan Karang yang diterapkan Kerajaan
Buleleng. Belanda melakukan tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun 1846, 1848, dan 1849. Setelah
Buleleng dapat ditaklukkan, rakyat Bali mengadakan perang puputan, yaitu berperang sampai titik
darah terakhir. Di antaranya : (1) Perang Puputan Badung (1906),(2) Perang Puputan Kusumba
(1908), (3) Perang Puputan Klungkung (1908). Salah satu pemimpin perlawanan rakyat Bali yang
terkenal adalah Raja Buleleng dibantu oleh Gusti Ketut Jelantik.

9. Perang Rakyat tapanuli


Tahun 1873 Belanda memasuki wilayah Tapanuli dengan alas an memadamkan aktivitas pejuang
Padri dan Aceh. Tahun 1878, Belanda menyerang Tapanuli. Perang Tapanuli diawali dengan operasi
militer yang dilakukan oleh Jendral Van Daelen di pedalaman Aceh Tahun 1903-1904. Pada tahun
1904 Belanda kembali menyerangtanah Gayo. Pada saat itu Belanda juga menyerang daerah Danau
Toba. Pada tahun 1907, pasukan Belanda menyerang kubu pertahanan pasukan Sisingamangaraja
XII di Pakpak. Sisingamangaraja gugur dalam penyerangan itu. Jenazahnya dimakamkan di
Tarutung, kemudian dipindahkan ke Balige.

10. Perang Aceh


Tahun 1873 Belanda melakukan serangan ke Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah
pemimpin-pemimpin Aceh antara lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku Ibrahim, Teuku
Umar, dan Cut Nyak Dien. Tahun 1879 Belanda dapat menguasai Aceh. Belanda mengirim Dr.
Snouck Hurgronje untuk mempelajari sistem kemasyarakatan penduduk Aceh. Dari penelitian yang
dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan Aceh terletak pada peran para
ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat siasat perang yang baru. Belanda membentuk
pasukan gerak cepat (Marchose) untuk mengejar dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan
marchose Belanda berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar
gugur dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan dan
mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan

https://mastugino.blogspot.co.id/2012/11/perjuangan-melawan-penjajahan-
belanda.html

Perlawanan Terhadap Kolonial Belanda - Guna mendapatkan gambaran mengenai


bagaimana reaksi masyarakat Indonesia terhadap penjajahan yang dilakukan oleh
Belanda maka kita bisa mengetahuinya dari berbagai reaksi perlawan masyarakat
saat itu. Kali ini kita akan membahas sekilas mengenai bagaimana sejarah pernah
terjadi berkaitan dengan adanya penjajahan Belanda tersebut. Kita akan melihat
bagaimana perlawanan orang Indonesia yang sedang dijajah tersebut.

Pembelajaran mengenai sejarah kali ini juga akan berkaitan dengan beberapa term
yang sering kita cari yang semuanya merujuk pada satu muara yaitu bagaimana
reaksi perlawanan atas penjajahan yang terjadi di Indonesia kala itu. Beberapa
informasi terkait yang juga sering kita butuhkan misalnya:

1) Sejarah perjanjian renville


2) Peran australia dalam perundingan renville
3) Sejarah singkat bandung lautan api
4) Perlawanan rakyat indonesia melawan penjajah

5) Pemimpin perlawanan rakyat terhadap penjajahan jepang

6) Nama pemimpin perlawanan rakyat terhadap penjajahan jepang

7) Perlawanan terhadap kolonialisme

8) Perlawanan terhadap penjajah

9) Perlawanan bangsa indonesia terhadap penjajah


Perlawanan Kapittan Pattimura

Tindakan Belanda yang sewenang-wenang dan monopolinya yang merugikan


menyebabkan Pattimura berkewajiban membebaskan rakyat Saparua Maluku.
Residen Van den Berg menolak membayar harga perahu menurut kesepakatan. Hal
ini berakibat menambah kemarahan rakyat. Pattimura yang juga dikenal dengan
nama Thomas Matulessi menyerbu benteng Duurstede dan berhasil menguasainya
dan residen Van den Berg terbunuh.

Penggantinya ialah Letkol Groot yang berpolitik licik serta berusaha memecah
belah. Banyak pemimpin yang ditangkapnya sehingga kekuatan semakin lemah.
Maka dalam pertempuran selanjutnya, Pattimura beserta kawan-kawannya
tertangkap dan pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati
dengan cara digantung di benteng New Victoria. Perjuangannya dibantu Christina
Martha Tiahahu.

Perlawanan Padri

Gerakan padri didirikan oleh tiga orang ulama, yakni Haji Miskin, Haji Piambang, dan
Haji Sumanik sepulang dari Tanah Suci. Ketiga ulama tersebut sangat kecewa
melihat kebiasaan masyarakat Minangkabau yang telah sangat jauh dari ajaran
Islam. Usaha mereka untuk memengaruhi masyarakat mendapat perlawanan keras
kaum adat hingga timbullah peperangan. Berikut sebab-sebab timbulnya perang.

Adanya perbedaan pendapat antara kaum ulama/padri dengan kaum adat. Kaum
ulama terpengaruh gerakan wahabi menghendaki ajaran agama Islam berdasarkan
alquran dan Hadis.

Kaum ulama ingin memberantas kebiasan buruk yang dilakukan kaum adat, seperti
berjudi, menyabung ayam, dan mabuk.

Perebutan pengaruh antara kaum adat dan kaum ulama.

Pertempuran semula terjadi pada tahun 1825 di Minangkabau antara kaum adat
dan kaum ulama. Kaum ulama dipimpin oleh Imam Bonjol. Kaum adat kemudian
minta bantuan Belanda. Namun Belanda sedang terdesak, akibat perang
menghadapi Pangeran Diponegoro. Maka, Belanda mengajak berunding saja dan
mengakui batas wilayah kekuasaan kaum padri.

Sesudah tahun 1830, Belanda mengobarkan perang antara kaum adat melawan
kaum padri, dalam hal ini Belanda membantu kaum adat. Semula pertempuran itu
terjadi, tetapi setelah kaum adat sadar akan bahaya Belanda, mereka bergabung
dengan kaum padri melawan Belanda sejak tahun 1832. Belanda di bawah Van den
Bosch menggunakan Sistem Benteng Stelsel dan dikirimlah bantuan di bawah
pimpinan Sentot Ali Basa Prawirodirjo yang kemudian memihak kepada kaum padri.
Sentotpun dibuang ke Cianjur.

Kemudian Belanda menyerang kota Bonjol dan mengadakan Perjanjian Plakat


Panjang (1833), yang isinya:

a. penduduk dibebaskan dari pembayaran pajak atau kerja rodi,

b. Belanda akan menjadi penengah jika timbul perselisihan antarpenduduk,

c. perdagangan dilakukan hanya dengan Belanda, dan

d. penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri.

Dengan siasat Benteng Stelsel, Belanda mengepung benteng Bonjol pada tanggal
25 Oktober 1937 sehingga Imam Bonjol tertangkap dan dibuang ke Cianjur. Pada
tahun1854, Imam Bonjol wafat di Manado.

Perlawanan Pangeran Diponegoro

Sejak awal abad ke-18 Belanda memperluas daerah kekuasaannya dan berhasil
menguasai sebagian besar wilayah Mataram pada tahun 1812. Pengaruh Belanda
mulai menyebar di kalangan istana dan mengancam kehidupan agama Islam.
Sebagai salah seorang pemimpin negara dan pemuka agama, Pangeran Diponegoro
tergerak untuk melakukan perlawanan. (Sejarah Perlawanan Terhadap Belanda di
Indonesia)

Sebab umum:

1) Rakyat menderita akibat pemerasan Belanda dengan menarik pajak.

2) Kaum bangsawan merasa dikurangi haknya, misalnya, tidak boleh menyewakan


tanahnya.

3) Adanya campur tangan Belanda di istana, misalnya dalam pengangkatan sultan,


mengubah tata cara istana, sajian sirih dihapus, dan orang Belanda duduk sejajar
dengan sultan
Sebab khusus:

Pembuatan jalan melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa seizin di


Tegalrejo dianggap merupakan penghinaan sehingga Pangeran Diponegoro
mengangkat senjata pada tanggal 20 Juli 1825.

Jalanya Perang

Pembantu-pembantu Pangeran Diponegoro adalah Kiai Mojo, Sentot Ali Basa


Prawirodirjo, dan Pangeran Mangkubumi. Pusat pergerakan ialah di Selarong. Sistem
yang dipergunakannya adalah perang gerilya dan perang sabil.

Pangeran Diponegoro juga dianggap penyelamat negara dan seorang pemimpin


yang besar sehingga mendapat julukan "Sultan Abdul Hamid Erucokro
Amirulmukmin Syayidin Panotogomo Kalifatulah Tanah Jawa". Pada saat itu, Belanda
dipimpin Jenderal De Kock yang mempergunakan cara:

siasat Benteng Stelsel, di setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng yang
mempersempit gerilya Pangeran Diponegoro sehingga pasukannya terpecah-pecah;

mengangkat kembali Sultan Sepuh agar tidak dibenci oleh rakyat Mataram;

mempergunakan politik devide et impera.

Melihat sistem Belanda yang cukup berbahaya ini, Pangeran Diponegoro


memindahkan markasnya ke Plered, Dekso, dan Pangasih. Daerah Pacitan dan
Purwodadi juga berhasil dipertahankan. Serdadu Belanda terus digempur oleh
pasukan Diponegoro sehingga 2.000 orang tentara Belanda tewas. Pada tahun 1828
1830 Pangeran Diponegoro menghadapi kesulitan-kesulitan berikut.

Tahun 1838 Kiai Mojo mengadakan perundingan dengan Belanda di Mangi, tetapi
gagal. Kiai Mojo ditangkap dan diasingkan ke Minahasa dan tahun 1849 wafat lalu
dimakamkan di Tondano.

Tahun 1839 Pangeran Mangkubumi menyerah karena sudah tua.

Tahun 1829 Sentot Prawirodirjo mengadakan perundingan dengan Belanda. Ia


bersedia menyerah, asalkan menjadi pemimpin pasukan.

Tahun 1830 Pangeran Dipokusumo menyerahkan putra Pangeran Diponegoro.


Kenyataan tersebut tidak melemahkan Pangeran Diponegoro. Ia terus berjuang,
bahkan Belanda sampai mengeluarkan sayembara: Apabila ada yang berhasil
menyerahkan Pangeran Diponegoro akan mendapat uang 20.000 ringgit. Namun,
tidak ada yang bersedia.

Akhirnya Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret


1830 dan dibawa ke Batavia dengan kapal "Pollaz", terus diasingkan ke Manado.
Pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar dan akhirnya wafat pada tanggal 8
Januari 1855. Perang Diponegoro yang panjang membawa akibat sebagai berikut.

Wilayah Mataram Yogyakarta dan Surakarta menjadi sempit, PB VI yang ikut


melawan Belanda akhirnya dibunuh di Ambon (1830).

Belanda memperoleh daerah Surakarta Yogyakarta sebagai daerah yang diperas


kekayaannya.

Adanya sebagian cukai yang dihapus untuk mengurangi kerusuhan.

Perang Aceh

Perang Aceh meletus pada tahun 1873 ketika terjadi pertentangan kepentingan
politik dan ekonomi antara Kesultanan Aceh dan pemerintah kolonial Belanda.
Belanda sudah memiliki keinginan untuk menguasai Aceh sejak tahun 1824, saat itu
Aceh terkenal sebagai penghasil separuh persediaan lada di dunia. Kesempatan
diperoleh ketika Inggris membiarkan Belanda menguasai Aceh daripada jatuh ke
tangan Amerika Serikat atau Prancis.

Sebab umum

1) Belanda melaksanakan Pax Nederlandica.

2) Aceh merupakan daerah yang strategis bagi pelayaran dan perdagangan yang
menolak campur tangan Belanda.

3) Inggris tidak akan menghalangi jika Belanda memperluas daerah ke Sumatra.

Sebab khusus

Aceh menolak terhadap penguasaan Belanda atas Sumatra, walaupun secara


sepihak Belanda telah mengeluarkan Traktat Sumatra (1871) (yang memberi hak
Belanda dapat berkuasa di Sumatra). Untuk menghadapinya, Aceh bersahabat
dengan Turki dan Amerika Serikat.

Di Aceh terdapat dua kelompok pemimpin rakyat.

1) Golongan bangsawan yang berjiwa nasionalis (golongan teuku): Teuku Umar,


Dawotsyah, Panglima Polim, Muda Bae'et, dan Teuku Leungbata.

2) Golongan ulama (golongan tengku) dipimpin Tengku Tjik Di Tiro.

Jalanya perang

1) Masa permulaan (1873 1884)

Belanda menyerang di bawah Kohler, tetapi Kohler sendiri tewas sehingga Belanda
menarik pasukannya. Pimpinan pasukan diganti oleh Van Swietten yang berusaha
membentuk pasukan jalan kaki (infateri), pasukan berkuda (kavaleri), dan pem-
bangunan militer (genie). Semangat rakyat Aceh tidak kendor, bahkan Jenderal Van
der Heyden tertembak sehingga buta (jenderal buta).

2) Masa konsentrasi stelsel (1884 1896)

Pada masa ini, Tengku Tjik Di Tiro gugur. Karena itu, Teuku Umar mengubah cara
dengan berpura-pura menyerah kepada Belanda (tahun 1893). Belanda memberi
penghargaan berupa uang $18.000, 800 senjata, 250 tentara, dan Teuku Umar
diberi gelar Teuku Johan Pahlawan. Hal itu hanya merupakan siasat saja, Teuku
Umar kembali menyerang Belanda bersama istrinya Tjoet Nja'Dien. Belanda merasa
sulit menundukkan Aceh sehingga memanggil Dr. C. Snouck Hurgronje untuk
meneliti budaya Aceh. Tersusunlah buku yang berjudul De Atjeher.
Foto: Perang Aceh/Wikipedia

(Panglima besar angkatan perang Belanda, Jenderal J.H.R. Kohler tewas ditembak
oleh penembak jitu Aceh pada tahun 1873)

3) Masa akhir perlawanan (1896 1904)

Pada tahun 1899 di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Perjuangannya dilanjutkan Tjoet
Nja' Dien yang terus bergerilya. Karena Aceh sudah tidak berdaya, Belanda
mengeluarkan Plakat Pendek yang isinya:

a) Aceh mengakui kedaulatan Belanda di Sumatra,

b) Aceh tidak akan berhubungan dengan negara asing, dan

c) Aceh akan menaati perintah Belanda

Perlawanan Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII melawan Belanda di daerah Tapanuli di tepi Danau Toba.


Penyebab perlawanan ini adalah daerah Batak diperkecil oleh Belanda. Belanda
melaksanakan Pax Nederlandica. Tahun 1878 Sisingamangaraja XII menyerang
Belanda di Tarutung (tahun 1894). Belanda menyerang dan membakar daerah pusat
kerajaan Tapanuli (1907). Sisingamangaraja XII gugur bersama putra-putrinya
sehingga berakhirlah perjuangannya.
Perlawanan Banjar oleh pengeran Antasari

Pertempuran ini terjadi karena Belanda banyak campur tangan di istana, banyak
perkebunan yang dikuasai Belanda, Belanda berusaha menguasai Kalimantan, dan
disingkirkannya pewaris takhta, Pangeran Hidayatullah, membawa kemarahan
rakyat yang terus berusaha melawan Belanda di bawah pimpinan Pangeran
Antasari. Namun perlawanan ini tidak berlangsung lama, perjuangannya dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Muhamad Seman.

Perlawanan Patih Jelatik

Patih Jelantik adalah patih Kerajaan Buleleng yang melawan Belanda. Sebab-sebab
perlawanan sebagai berikut.
a. Hukum tawan karang adalah hak Raja Bali yang akan dihapus Belanda.

b. Raja harus melindungi perdagangan Belanda di Bali.

c. Belanda diizinkan mengibarkan bendera di Bali.

Adanya aturan-aturan yang ditetapkan Belanda tersebut membuat Raja Bali merasa
diinjak-injak kekuasaannya oleh Belanda. Maka, dikobarkanlah perang anti-Belanda.
Jalannya perang sebagai berikut.

1. perang buleleng 1846

Ini terjadi karena Raja Buleleng merampas kapal Belanda sehingga terjadi
pertempuran dan Buleleng jatuh ke tangan Belanda. Kemudian raja menyingkir ke
benteng Jagaraga bersama Patih Jelantik

2. perang jagaraga 1848

Dalam pertempuran ini, Patih Jelantik bertahan di benteng tersebut. Tetapi, akhirnya
ada salah satu bagian yang berhasil dikuasai Belanda, namun Patih Jelantik tetap
bertahan.

3. perang jagaraga II
Ini terjadi karena Raja Buleleng merampas kapal Belanda sehingga terjadi
pertempuran dan Buleleng jatuh ke tangan Belanda. Kemudian raja menyingkir ke
benteng Jagaraga bersama Patih Jelantik

http://sejarah-indonesia-lengkap.blogspot.co.id/2015/09/perlawanan-terhadap-
kolonial-belanda.html

Anda mungkin juga menyukai