SOFYAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Emisi Metana dari Rumen
Ternak Ruminansia secara In Vitro Menggunakan Metode Stoikiometri Kimia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Sofyan
NIM P052130411
RINGKASAN
Kata kunci : Emisi metana, rumen ternak ruminansia, metode stoikiometri kimia
SUMMARY
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS EMISI METANA DARI RUMEN TERNAK
RUMINANSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN
METODE STOIKIOMETRI KIMIA
SOFYAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Jakaria, SPt, MSi.
Judul Tesis : Analisis Emisi Metana dari Rumen Ternak Ruminansia secara In
Vitro Menggunakan Metode Stoikiometri Kimia
Nama : Sofyan
NIM : P052130411
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Taala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tema yang dipilih
dalam tesis ini ialah emisi metana dalam rumen ternak, dengan judul Analisis
Emisi Metana dari Rumen Ternak Ruminansia secara In Vitro Menggunakan
Metode Stoikiometri Kimia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Bapak
Dr Anuraga Jayanegara, SPt, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi masukan dan saran dalam penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah (Almarhum), ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan dukungannya, serta pihak terkait lainnya yang telah memberikan
bantuan, semangat, dan doa sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga tesis ini
dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembacanya.
Sofyan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pemikiran 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
Metana dan Rumen 4
Pembentukan Gas Metana pada Ternak Ruminansia 4
Kontribusi Ternak Ruminansia terhadap Produksi Metana 7
Strategi Menurunkan Gas Metana 8
Pencernaan Fermentatif di Rumen 8
3 METODE PENELITIAN 11
Waktu dan Lokasi Penelitian 11
Alat dan Bahan 11
Metode Penelitian 11
Peubah yang Diamati 11
Prosedur Analisis 11
Analisis Komposisi Nutrisi Pakan 11
Analisis Van Soest 13
Kandungan Gross Energy (GE) 13
Pengukuran Total Gas 13
Penentuan Konsentrasi Amonia (Conway 1957) 14
Pengukuran Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik 14
Pengukuran VFA (Volatile Fatty Acid) 15
Analisis Data 16
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Komposisi Kimia Pakan 17
Total Produksi Gas 17
Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KCBO) 18
Konsentrasi Amonia (NH3) 19
Metana (CH4) 20
Korelasi Produksi Gas dan Kandungan Ammoniak (NH3) 20
Strategi Menurunkan Gas Metana 21
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu upaya meminimalisasi emisi gas metana pada ternak ruminasia
melalui strategi pemberian pakan yang dapat mereduksi emisi metana ternak
ruminansia. Hal ini bermanfaat pada jangka panjang untuk mengurangi laju
akumulasi gas rumah kaca dan jangka pendek untuk mengurangi kehilangan
energi pada ternak ruminansia. Berbagai upaya telah dilakukan dan terbukti
efektif dalam menurunkan emisi gas metan pada ternak ruminansia. Salah satunya
dengan menggunakan antibiotik (Fuller dan Johnson 1981). Namun larangan
penggunaan antibiotik sebagai feed aditif semakin meluas (Jayanegara 2009).
Oleh karena itu diperlukan senyawa lebih bersifat alami.
Gas metana yang dibentuk di dalam rumen, dapat dihambat dengan
memberikan beberapa zat kimia. Prinsip penghambatannya antara lain
berdasarkan sifat toksik terhadap bakteri metanogen, seperti senyawa-senyawa
metana terhalogenasi, sulfit, nitrat, dan trikhloroetilpivalat, atau berdasarkan
reaksi hidrogenasi, sehingga mengurangi reduksi CO2 oleh hidrogen, seperti
senyawa asam lemak berantai panjang tidak jenuh. Beberapa ionofor seperti
monensin, lasalosid, dan salinomisin, selain meningkatkan kandungan asam
propionat juga dapat menurunkan produksi gas metana (Thalib 2008).
Penelitian mengenai produksi gas metana pada beberapa dekade terakhir
ini banyak diangkat oleh para ahli, namun demikian di Indonesia sendiri masih
belum banyak dilakukan terutama dalam hal metode yang lebih efektif dan
efisien, pada penentuan kandungan gas metana. Hal ini terkendala oleh beberapa
faktor, diantaranya keterbatasan alat, keterbatasan dana dan keterbatasan sarana
penunjang lainnya. Beberapa metode yang umum dilakukan para peneliti di
Indonesia dalam penentuan kandungan gas metana dalam rumen ternak
ruminansia diantaranya adalah dengan metode NaOH (Yuliana 2014). Namun
kelemahan metode ini adalah dalam hal pemakaian bahan kimia yang lebih
banyak dan pengamatan pada pembacaan parameter pengujiannya masih
menggunakan skala manual. Dilain pihak metode yang diduga lebih efektif dan
efisien yaitu dengan menggunakan metode stoikiometri kimia dengan cara
pengukuran kandungan VFA (Volatile Fatty Acid) (Jayanegara et al. 2013)
dengan persamaan Moss et al. (2000). Metode stoikiometri kimia ini berlaku
untuk semua jenis sampel, sehingga diperlukan penelitian dengan menggunakan
sampel yang berbeda.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Pemanasan Global
Pakan
Nutrisi Pakan
Rumen Ternak
2 TINJAUAN PUSTAKA
Akumulasi
H2
Asetat, Propionat,
Butirat
Karbohidrat
Serat, Pati
Utilisasi H2
Produksi H2
Pakan
(Polimer Karbohidrat)
Fermentasi An aerob
(Fermentasi Pertama dan Fermentasi
Kedua)
Oksaloasetat
Butirat
Propionat
Asetat
Methanogen
hubungan erat dengan nilai kecernaan suatu bahan pakan ternak ruminansia
(Nuswantura 2000).
Proses fermentasi di dalam rumen merupakan hasil dari aktifitas mekanik
dan biologi yang mengubah komponen pakan menjadi bentuk yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak seperti Volatile Fatty Acids (VFA), dan protein
mikrobia (Church 1988). Penetapan degradasi secara in vitro adalah metode
laboratorium yang prinsipnya meniru sistem pencernaan pada ruminansia yaitu
dengan menginkubasikan sampel pakan ke dalam cairan rumen dan ditambahkan
larutan buffer yang telah disiapkan dan proses tersebut berjalan secara anaerob.
Tahap berikutnya adalah mengasamkan sampel dengan penambahan HCl yang
kemudian sampel akan mengalami proses hidrolisis protein tercerna dengan
pepsin selama 48 jam (Tillman et al. 1998).
Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan komponen-
komponen dan jasa sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme
mikroba anaerob (Muchtadi et al. 1992). Metode pengukuran gas in vitro dapat
untuk mengestimasi besarnya nilai degradasi bahan pakan yaitu relasi fraksi yang
mudah larut, nilai fraksi yang potensial terdegradasi dan laju degradasi fraksi
pakan. Teknik produksi gas fermentasi dikembangkan untuk mencari hubungan
antara profil produksi gas suatu feed intake, kecepatan pertumbuhan (Jessop dan
Nerreru 1996).
Penambahan bahan campuran buffer pada pakan dilakukan dengan tujuan
untuk mengontrol pH rumen sehingga fermentasi bisa berjalan normal pada ternak
dengan pakan konsentrat (SO7), sehingga bisa terhindar dari metabolisme yang
tidak dikehendaki seperti acidosis, sindrom rendah lemak. Komponen buffer yang
biasa digunakan adalah NaHCO3, Na2CO3, MSO (Van Nevel 1991).
Mikrobia rumen sangat membutuhkan nitrogen untuk kelangsungan hidup
serta meakukan aktifitas normal. Kurang lebih 80% kebutuhan mikrobia rumen
akan N2 diperolah melalui gas amonia. Pada ternak yang diberi pakan basa rendah
kandungan N2 sebagian besar sumber amonia diperoleh dari daur ulang
metabolisme nitrogen melalui saliva. Kadar amonia cairan rumen memegang
peranan penting bagi kehidupan (Stanbury 1984).
Pertumbuhan mikrobia dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan nutrisi
(Nester et al. 1983). Faktor lingkungan meliputi temperatur, pH, udara, dan
tekanan osmotik. Semua bentuk karbohidrat yang ada dalam bahan pakan yang
diberikan pada ternak ruminansia akan mengalami degradasi ke arah yang lebih
sederhana atau menjadi unit-unit yang lebih kecil karena adanya mikrobia rumen
dan akan menghasilkan Vollatile Fatty Acid (VFA) dan gas yang terdiri dari CO2,
CH4, dan sedikit H2. Semakin banyak karbohidrat yang mudah terfermentasi oleh
mikrobia rumen maka akan meningkatkan produksi gasnya. Sekitar 40% dari
volume gas yang dihasilkan dari fermentasi terdiri dari CO2 dan CH4 (Blummer
dan Orskov 1993)
Kebutuhan asam amino pada ternak ruminansia untuk hidup dan produksi
dapat dipenuhi dan ketersediaan asam amino di usus halus, dapat berasal dari
mikrobia dan protein endogen. Protein pakan yang masuk ke dalam rumen
sebagian terdegradasi kemudian mengalami proteolisis oleh bakteri dan
mangalami deaminasi yang menghasilkan NH3. Jika konsentrasi amonia
terhambat akibatnya nilai degradasi akan menurun (Soedono et al. 1984)
10
3 METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: metode stoikiometri
kimia dengan cara pengukuran kandungan VFA (volatile fatty acid). Analisis
kandungan VFA dilakukan menurut metode Hoeltershinken et al. (1997).
Prosedur Analisis
Acid detergent fibre (ADF) (Van Soest 1991). Prosedurnya sama dengan
NDF namun hanya berbeda pada pelarutnya. Pada ADF digunakan larutan
detergen asam.
Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis statistik dengan analisis sidik ragam
ANOVA. Apabila berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel
and Torrie. 1993). Model matematika dari rancangan yang digunakan sebagai
berikut :
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij : nilai pengamatan pada pemberian pakan ke- i dan ulangan ke- j
: nilai tengah umum
i : banyaknya perlakuan ( A, B, C, D dan E)
j : banyaknya ulangan ( 1, 2, 3, dan 4 )
i : pengaruh perlakuan ke- i
ij : pengaruh sisa dari percobaan/Galat
17
Ulangan 1 Ulangan 2
Ulangan 3
Keterangan : JP = Jerami Padi, RG = Rumput Gajah, JK = Jerami Konsentrat, RK = Rumput
Gajah Konsentrat dan K = Konsentrat.
Gambar 5 Total gas pada masing-masing ulangan
Berdasarkan hasil inkubasi dengan waktu 24 jam (Gambar 5)
menunjukkan bahwa produksi gas tertinggi dihasilkan oleh konsentrat yakni
sebanyak 107,00 ml pada ulangan pertama, sementara produksi gas terendah
dihasilkan sebanyak 20,00 ml pada jerami padi ulangan ketiga. Perbedaan hasil
dari masing-masing perlakuan diduga karena cairan rumen, kondisi inkubasi, dan
substrat (Jayanegara 2008). Hasil analisis pada masing-masing perlakuan
memperlihatkan hasil yang berbeda tetapi menunjukkan konsistensi urutan
produksi total gas yang stabil, yaitu dimulai dari produksi gas terendah sampel
JP, RG, JK, RK, dan KS.
Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KCBO)
JP 14,41 0,13
JK 20,55 0,5
RG 12,11 2,69
RK 17,49 1,45
KS 22,84 0,13
Keterangan : JP = Jerami Padi, RG = Rumput Gajah, JK = Jerami Konsetrat, RK = Rumput Gajah
Konsetrat dan K = Konsetrat.
Metana (CH4)
Konsentrat (KS)
dengan adanya penambahan jerami padi sebanyak 60% dengan rumput gajah
sebanyak 60% yang dicampur dengan konsentrat 40%.
Data analisa yang diperoleh didapatkan hasil korelasi antara produksi gas
dan kandungan NH3 dari masing-masing sampel menunjukkan hasil yang linier
dapat dilihat pada Gambar 7. Analisis korelasi yang dilakukan pada kandungan
total gas dengan konsentrasi ammonia (NH3) menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi R = 0,924. Hal tersebut memperlihatkan bahwa produksi total gas
dari masing-masing perlakuan berbanding lurus terhadap kandungan konsentrasi
ammonia. Dalam hal ini sebesar 92,40% pengaruh dari bahan total gas terhadap
kandungan ammonia, sedangkan sisanya 9,76% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak diamati dalam penelitian.
(misalnya, minyak esensial) untuk pakan, serta imunisasi, dan seleksi genetik sapi
(Boadi et al. 2004).
Menurut Moss et al. (2000) peningkatan produktivitas ternak merupakan
salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi pelepasan gas metana dalam
jangka pendek. Namun metode ini hanya berhasil jika produksi secara
keseluruhan tetap konstan. Sarana untuk mencapai kenaikan produktivitas ini
hampir semua melalui peningkatan penggunaan pakan yang mengandung kualitas
lebih tinggi atau yang rendah kandungan seratnya. Strategi pemberian pakan yang
dilakukan salah satunya adalah pemberian pakan yang mengandung tanin pada
ternak ruminansia, karena tanin dapat menurunkan produksi gas metana
(Jayanegara et al. 2009). Oleh karena itu maka pada penelitian ini pemberian
jerami dimaksudkan untuk meningkatkan tanin agar produksi metana menurun.
Pada penelitian ini, hasil penurunan metana yang terbaik adalah pada
perlakuan 60% rumput gajah + 40% konsentrat (RK), perlakuan ini mengandung
serat kasar sebesar 21,15%, kadar protein kasar sebesar 12,1%, kandungan lemak
kasar sebesar 2,90%, dan kandungan energi sebesar 3.807 kal/gr, serta kandungan
metana sebesar 9,42 mmol/L. Pada perlakuan tersebut mengandung emisi metana
sebesar 12,45 mmol/L. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi penurunan
sebanyak 3,03 mmol/L emisi metana yang pakannya hanya menggunakan
konsentrat. Oleh karena itu strategi untuk menurunkan emisi gas metana pada
pemberian pakan konsentrat bisa dilakukan secara efektif dan efisien apabila
kedalamnya dilakukan penambahan jerami padi dan rumput gajah yang mudah
didapat di masyarakat dibandingkan dengan perlakuan yang hanya diberikan
konsentrat saja.
Selain hal tersebut apabila dibandingkan antara nutrisi yang dikandung
pada sample pada perlakuan 60% rumput gajah + 40% konsentrat (RK)
dibandingkan dengan persyaratan pakan sapi menurut SNI tahun 2009 untuk
kandungan protein kasarnya masih dalam ambang batas yaitu minimal 12,00%,
oleh karena itu perlakuan tersebut menjadi pakan yang cukup baik untuk
kebutuhan pertumbuhan sapi, khususnya untuk sapi potong. Adapun untuk
sample dengan penambahan jerami padi 60% + 40% konsentrat (JP) disamping
kandungan nutrisinya masih cukup baik, ada manfaat lain dari pemakaian jerami
padi ini yaitu bisa memanfaatkan jerami padi yang merupakan limbah hasil panen
pertanian, sehingga harga pembuatan pakan menjadi jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan menggunakan pakan konsentrat murni.
Manfaat lain dari sampel jerami padi 60% + 40% konsentrat (JK) apabila
dilihat dari lingkungan akan sangat membantu dalam memelihara keseimbangan
ekosistem. Dalam hal ini di sisi petani akan dapat memanfaatkan jerami padi
yang bila tidak diolah akan menjadi limbah. Namun dengan melakukan
pengolahan justru menjadi salah satu sumber pakan yang baik dan berdaya saing,
serta lebih ekonomis, sehingga perlakuan tersebut merupakan salah satu
implementasi dari pembangunan berkelanjutan.
23
5 KESIMPULAN
Simpulan
Hasil analisa emisi metana dari rumen ternak ruminansia secara in vitro
menggunakan metode stoikiometri kimia dapat disimpulkan bahwa :
1. Emisi metana dari beberapa perlakuan yang dianalisis pada penelitian ini
menunjukkan bahwa konsentrat yang ditambahkan rumput gajah 60% dapat
menurunkan emisi metana yang terbaik, yaitu sebesar 3,03 mmol/L.
2. Metode stoikiometri kimia lebih efektif dalam menghitung gas metana.
3. Strategi menurunkan emisi gas metana pada pakan ternak ruminansia dapat
dilakukan dengan menambahkan jerami padi sebesar 60% dan rumput gajah
60% pada konsentrat.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Asam Asetat
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Asam Asetat (Ml Mol/l)
Perlakuan Std.
Mean Deviation N
A 21,03433 2,967107 3
B 12,40200 1,695642 2
C 30,92700 4,875442 3
D 30,56000 7,436731 3
E 27,56533 2,745294 3
Total 25,36171 7,717833 14
2. Asam Propionat
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Asam Propionat (Ml Mol/l)
Perlakuan Std.
Mean Deviation N
A 7,25500 ,688390 3
B 6,00300 ,456791 2
C 15,56167 1,565208 3
D 10,64133 2,472698 3
E 12,31067 ,582054 3
Total 10,66514 3,693793 14
3. Asam Butirat
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Asam Butirat (Ml Mol/l)
Perlakuan Std.
Mean Deviation N
A 3,01300 ,506627 3
B 2,99300 ,195161 2
C 7,03033 ,995788 3
D 5,46600 1,512673 3
E 5,64833 ,763230 3
Total 4,96136 1,806717 14
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is
used. Type I error levels are not guaranteed.
c. Alpha = ,05.
4. Uji Kenormalan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Residual for ,146 14 ,200* ,924 14 ,251
AsamAsetatMlMoll
Residual for ,154 14 ,200* ,955 14 ,634
AsamPropionatMlMo
ll
Residual for ,157 14 ,200* ,953 14 ,613
AsamButiratMlMoll
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
31
RIWAYAT HIDUP