Anda di halaman 1dari 7

Process Equipment Control : (6) Distillation Column Control

Pressure Control
Posted by asro pada 4 Mei 2009

Kolom distilasi (distillation column) merupakan peralatan proses yang banyak digunakan
dalam industri proses termasuk kilang minyak. Kolom distilasi digunakan untuk memisahkan
suatu bahan yang mengandung dua atau lebih komponen bahan menjadi beberapa komponen
berdasarkan perbedaan volatility (kemudahan menguap) dari masing-masing komponen
bahan tersebut.

Kolom distilasi merupakan serangkaian peralatan proses yang terdiri dari preheater, column,
condenser, accumulator, reboiler serta peralatan pendukungnya, dengan konfigurasi seperti
pada gambar berikut.

Kolom (column) atau sering disebut tower memiliki dua kegunaan; yang pertama untuk
memisahkan feed (material yang masuk) menjadi dua porsi, yaitu vapor yang naik ke bagian
atas (top/overhead) kolom dan porsi liquid yang turun ke bagian bawah (bottom) kolom; yang
kedua adalah untuk menjaga campuran kedua fasa vapor dan liquid (yang mengalir secara
counter-current) agar seimbang, sehingga pemisahannya menjadi lebih sempurna.

Overhead vapor akan meninggalkan bagian atas kolom dan masuk ke condenser, vapor yang
menjadi liquid akan dikumpulkan di accumulator. Sebagian liquid dari accumulator
dikembalikan ke kolom sebagai reflux, sedangkan sebagian lainnya sebagai overhead
product atau distillate.

Bottom liquid keluar dari bagian bawah kolom dan dipanaskan ke reboiler. Sebagian liquid
menjadi vapor dan dikembalikan ke kolom, dan sebagian lainnya akan dikeluarkan sebagai
bottom product atau residue.
Ini adalah konfigurasi kolom yang relative sederhana, pada aplikasi yang lebih kompleks,
sebagian vapor atau liquid ditarik dari beberapa titik di bagian samping kolom (sidestream)
sebagai intermediate product dan/atau sebagai reflux.

Pada umumnya bahan yang akan dipisahkan (feed) dimasukkan kedalam kolom melalui
bagian samping kolom tersebut. Komponen yang lebih ringan akan menguap menjadi vapor
dan naik ke bagian atas (overhead) kolom , sedangkan komponen yang lebih berat berbentuk
liquid akan jatuh ke bagian bawah (bottom) kolom. Agar pemisahan dapat terjadi secara
efektif, maka kedua fasa vapor dan liquid harus ada sepanjang kolom. Untuk menjaga
tercapainya kondisi seperti ini, maka kondisi operasi kolom harus dijaga dengan
menggunakan sistem kontrol.

Sacar garis besar sistem kontrol pada kolom distilasi terdiri dari:

Pressure control.
Reflux control.
Reboiler control.
Pump arround control.
Feed control.

Serie ini akan membahas pressure control pada kolom distilasi, sedangkan sistem kontrol
lainnya akan dibahas pada serie selanjutnya.

Pressure control sangat penting dalam kolom distilasi karena berguna untuk menjaga
kestabilan kondisi equilibrium material dalam kolom. Bila pressure kolom berubah-ubah
maka proses pemisahan menjadi tidak sempurna (upset). Pemilihan setpoint untuk pressure
control merupakan hasil kompromi dua kepentingan. Di satu sisi, pressure harus diambil
cukup tinggi agar proses kondensasi overhead vapor oleh condensor (heat exchanger dengan
medium pendingin) bisa terjadi, namun disisi lain pressure harus cukup rendah agar proses
vaporisasi bottom liquid oleh reboiler (heat exchanger dengan medium pemanas) juga bisa
terjadi. Pemilihan pressure ini dilakukan pada saat design karena akan menentukan
ukuran/spec dari peralatan yang digunakan terutama condensor dan reboiler.

Konfigurasi pressure control yang akan digunakan sangat bergantung pada jenis phase
product/stream yang dihasilkan dan bergantung juga pada kandungan uncondensable
materials (material yang tidak terkondensasi) dalam overhead vapor.

Berikut akan dibahas beberapa konfigurasi pressure control yang didasarkan pada kondisi
yang berhubungan dengan phase product serta kehadiran uncondensable materials seperti
berikut:

1. Produk berupa vapor dan ada uncondensable materials.


2. Produk berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials.
3. Produk berupa liquid dan tidak ada uncondensable materials.
4. Produk berupa liquid dan ada uncondensable materials.

1. Produk berupa vapor dan ada uncondensable materials. Pada kasus ini, overhead
product yang dihasilkan berupa vapor. Oleh karena itu, maka pressure control dapat langsung
mangatur aliran/flow produk, seperti gambar 2a dan 2b. Dengan konfigurasi seperti ini,
response pressure control cukup cepat.
Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure turun pressure control bereaksi menutup
control valve banyak vapor yang terakumulasi menaikan pressure kembali. Apabila
pressure naik pressure control bereaksi membuka kontrol valve vapor dibuang keluar
menurunkan pressure kembali. Apabila parameter pressure controller di-tunning dengan
benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai sesuai
setpointnya.

Liquid hasil kondensasi di condenser yang tertampung di accumulator hanya digunakan


untuk kebutuhan reflux. Level pada accumulator dijaga dengan beberapa cara, yaitu: 1)
mengatur aliran cooling system, gambar 2a dan 2b, atau 2) flow cooling system dijaga
constant dan level control memanipulasi aliran condensate yang dilewatkan ke mini vaporizer
kemudian vapor tersebut digabung dengan line yang berasal dari pressure control valve,
gambar 2c, atau 3) memanipulasi vapor yang di-bypass dari condenser, gambar 2d.

Konfigurasi level control seperti gambar 2a dan 2b digunakan hanya bila condenser
mempunyai water residence time yang pendek sehingga tidak menyebabkan time lag yang
panjang pada level control. Jika tida, maka sebaiknya menggunakan konfigurasi gambar 2c
atau 2d.

2. Produk berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials. Apabila produknya
berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials, maka pressure kolom dibuat dengan
jalan memasukkan inert gas atau fuel gas ke proses/kolom lalu dibuang lagi ke venting/flare
(gambar 3a atau 3b). Pada konfigurasi seperti ini, pressure dijaga dengan cara mengatur
aliran inert gas/fuel gas yang masuk dan aliran ke venting/flare. Gambar 3b digunakan
apabila hendak menghilangkan impurity/soluble gas dalam liquid.

Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure turun pressure control bereaksi membuka
control valve injection dan menutupp control valve venting pressure akan naik. Apabila
pressure naik pressure control bereaksi menutup control valve injection dan membuka
control valve venting pressure akan turun. Apabila parameter pressure control di-tunning
dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai
sesuai setpointnya. Dalam konfigurasi ini, kedua control valve injection dan venting bisa
dibuat split-range.

Konfigurasi level control pada accumulator dapat menggunakan salah satu dari konfigurasi
yang dijelaskan pada item 1 diatas (gambar 2a, 2b, 2c atau 2d).

3. Produk berupa liquid dan tidak ada uncondensable materials. Sama seperti produk
berbentuk vapor, maka idealnya pressure dijaga dengan memanipulasi aliran produk. Akan
tetapi karena produknya liquid dan diambil (draw-off) dari accumulator, maka time lag-nya
cukup besar yang dapat menyebabkan kinerja pressure control menjadi jelek. Oleh karena itu,
cara yang paling baik untuk dilakukan adalah dengan mengatur kecepatan terbentuknya
liquid di condenser, dimana penggunaannya sangat bergantung pada konstruksi mekanis dari
condenser tersebut.
a) Konfigurasi pertama adalah dengan mengatur aliran cooling system (gambar 4a). Cara
kerjanya adalah sbb: Apabila pressure naik yang berarti banyak vapor yang terakumulasi di
condenser, pressure control akan membuka control valve cooling system sehingga
memperbesar aliran cooling yang masuk yang menyebabkan lebih banyak vapor yang
terkondensasi. Dengan banyak vapor yang terkondensasi, pressure kembali turun. Bila
pressure turun, pressure control akan menutup control valve cooling system sehingga
memperkecil aliran cooling yang masuk yang mengurangi vapor yang terkondensasi.
Pengurangan vapor yang terkondensasi ini akan menaikan pressure. Apabila parameter
pressure controller di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana
pressure akan berada pada nilai sesuai setpointnya. Konfigurasi ini digunakan jika residence
time cooling system pendek, karena jika tidak maka lag time pressure control menjadi besar
yang menyebabkan kinerja control jelek.
b) Konfigurasi kedua adalah dengan mengatur aliran liquid dari condenser ke accumulator,
(gambar 4b dan 4c). Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure-nya naik, yang biasanya
disebabkan condenser berisi banyak liquid sehingga ruangan/permukaan condenser menjadi
sedikit yang menyebabkan banyak vapor tidak terkondensasi, maka pressure control akam
membuka control valve sehingga liquid pada condenser mengalir ke accumulator. Dengan
membukanya control valve ini, liquid pada condenser berkurang sehingga ruang kondensasi
bertambah yang menyebabkan banyak vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali
turun. Sebaliknya, apabila pressure turun maka pressure control akan menutup control valve,
liquid yang terakumulasi di condenser bertambah sehingga memperkecil ruangan/permukaan
kondensasi. Hal ini akan menyebabkan sedikit vapor yang terkondensasi sehingga pressure
naik.

c) Konfigurasi ketiga adalah dengan mengatur aliran vapor ke accumulator yang di-bypass
terhadap condenser (gambar 4d). Konfigurasi ini digunakan bila elevasi condenser dibawah
accumulator. Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure naik, yang biasanya disebabkan
condenser berisi banyak liquid sehingga ruangan/permukaan kondensasi menjadi sedikit yang
menyebabkan banyak vapor yang tidak terkondensasi, maka pressure control akan menutup
control valve yang menyebabkan adanya perbedaan pressure antara line vapor dan
accumulator. Perbedaan pressure ini menyebabkan liquid dari condenser akan mengalir ke
accumulator. Dengan mengalirnya liquid ke accumulator, maka liquid pada condenser
berkurang sehingga ruang kondensasi bertambah yang menyebabkan banyak vapor yang
terkondensasi sehingga pressure kembali turun. Sebaliknya, apabila pressure turun maka
pressure control akan membuka control valve, yang menyebabkan pressure pada line vapor
dan condenser sama. Karena elevasi condenser lebih rendah dari accumulator maka
condenser akan terisi dengan liquid yang memperkecil ruangan kondensasi. Hal ini akan
menyebabkan sedikit vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali naik.

4. Produk berupa liquid dan ada uncondensable materials. Pada dasarnya konfigurasi
pressure control untuk kondisi ini hampir sama dengan item 3 (produk liquid tanpa
uncondensable materials). Yang membedakannya hanya karena kehadiran uncondensable
materials. Sesuai dengan sifatnya yang uncondensable maka materials ini tidak akan
terkondensasi di condenser maka lama kelamaan material ini akan terakumulasi di condenser
dan menutupi/menyelimuti permukaan kondensasi sehingga produk tidak akan terkondensasi,
pada akhirnya menyebabkan pressure di condenser akan bertambah terus tanpa bisa
dikendalikan. Oleh karena itu, maka material ini harus dihilangkan, misalnya dengan
membuang ke venting system, flare atau ke low pressure vessel. Agar pressure di condenser
tetap terkendali, maka proses pembuangan uncondensable materials juga dilakukan dengan
menggunakan pressure control, seperti terlihat pada gambar 5a dan 5b.
a) Konfigurasi pertama (gambar 5a) mirip gambar 4a. Prinsip kerjanya adalah sbb:
Apabila liquid sudah banyak terbentuk di condenser dan uncondensable materials juga
sudah banyak terkumpul di atasnya, pressure kolom akan naik. Kenaikan pressure ini
menyebabkan pressure control bereaksi membuka control valve venting sehingga vapor pada
condenser akan terbuang melalui venting valve dan menutup control valve line pendingin
sehingga mengurangi terbentuknya liquid. Sehingga pressure kolom turun. Sebaliknya,
penurunan pressure akan menyebabkan pressure control bereaksi menutup control valve
venting dan membuka control valve pendingin, sehingga vapor kembali kembali terkondenasi
menjadi liquid, sedangkan uncondensable materials akan terakumulasi diatasnya sehingga
menyebabkan pressure kolom kembali naik.

b) Konfigurasi kedua (gambar 5b) mirip gambar 4b. Prinsip kerjanya adalah sbb: Apabila
liquid sudah banyak terbentuk di condenser dan uncondensable materials juga sudah banyak
terkumpul di atasnya, pressure kolom akan naik. Kenaikan pressure ini menyebabkan
pressure control bereaksi membuka kedua control valve, sehingga vapor pada condenser akan
terbuang melalui venting valve dan liquid akan turun ke accumulator. Dengan demikian
pressure kolom akan turun. Sebaliknya, penurunan pressure kolom akan menyebabkan
pressure control bereaksi menutup kedua control valve, sehingga vapor kembali
terkondensasi menjadi liquid pada condenser, sedangkan uncondensable materials akan
terakumulasi diatasnya sehingga menyebabkan pressure kolom kembali naik.

Anda mungkin juga menyukai