PENYAKIT EPILEPSI
Disusun oleh:
Kelompok
Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penuliasan karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan semoga penulis mendapat
pahala serta ampunan, amin.
Wassalammualaikum wr.wb
Cimahi, April 2017
Penyusun
A. Pengertian
Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan kronik
otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan yang berulang-ulang yang terjadi
akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak
karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat
menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan
sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak (Gofir dan Wibowo,
2006).
epilepsi didefinisikan sebagai suatu gangguan atau terhentinya fungsi otak secara
periodik yang disebabkan oleh terjadinya pelepasan muatan listrik secara berlebihan dan
tidak teratur oleh sel-sel otak dengan tiba-tiba, sehingga penerimaan dan pengiriman
impuls antara bagian otak dan dari otak ke bagian lain tubuh terganggu (Mutiawati,
2008). Menurut Gibbs epilepsi ialah suatu paroxysmal cerebral dysrhytmia, dengan
gejala-gejala klinis seperti di atas. Dasar disritmia ini ialah elektrobiokimiawi (Maramis,
2005).
Kata epilepsi berasal dari kata Yunani epilambanein yang berarti serangan
(Harsono,1999). Penyakit epilepsi pertama kali ditemukan Hippocrates, seorang dokter
dari Yunani pada tahun 400 SM. Pada waktu itu orang-orang Yunani menganggap,
epilepsi merupakan penyakit kutukan dari Tuhan. Dalam bukunya yang berjudul On the
Sacred Disease, Hippocrates menolak paradigma tersebut dan menyatakan bahwa
epilepsi merupakan penyakit akibat terjadinya kerusakan pada otak. Selanjutnya pada
tahun 1859-1906, ahli neurologi dari Inggris mendefinisikan epilepsi sebagai penyakit
yang terjadi karena ketidakstabilan dan kerusakan pada jaringan saraf di otak, sehingga
mempengaruhi kesadaran dan tingkah laku penderita.
B. Etiologi
Kejang disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut meliputi penyakit
serebrovaskuler (stroke iskemik atau stroke hemoragi), gangguan neurodegeneratif,
tumor, trauma kepala, gangguan metabolik, dan infeksi SSP (sistem saraf pusat).
Beberapa faktor lainnya adalah gangguan tidur, stimulasi sensori atau emosi (stres) akan
memicu terjadinya kejang. Perubahan hormon, sepeti menstruasi, puberitas, atau
kehamilan dapat meningkatkan frekuensi terjadinya kejang. Penggunaan obat-obat yang
menginduksi terjadinya kejang seperti teofilin, fenotiazin dosis tinggi, antidepresan
(terutama maprotilin atau bupropion), dan kebiasaan minum alkohol dapat meningkatkan
resiko kejang.
C. Patofisiologi
a. Kejang diakibatkan oleh eksitasi berlebihan, atau ketidakteraturan
penghambatan populasi neuron. Pada awalnya, hanya sejumlah kecil neuron
yang abnormal. Kemudian konduktan membran yang normal dan
penghambatan arus sinaptik memecah, rangsangan menyebar secara lokal
(kejang fokal) atau lebih luas (kejang umum).
b. Mekanisme yang mungkin akan menyebabkan hipereksitabilitas sinkron
antara lain:
Perubahan saluran ion dalam membran neuronal
Modifikasi reseptor biokimia
Modulasi dari sistem pesan kedua dan ekspresi gen
Perubahan dalam konsentrasi ion ekstraseluler
Perubahan dalam penyerapan neurotransmitter dan metabolisme dalam sel
glial
Modifikasi dalam rasio dan fungsi sirkuit penghambatan
Ketidakseimbangan neurotransmitter lokal (misalnya glutamat, asam -
aminobutyric [GABA]), asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin)