TINJAUAN PUSTAKA
A. Asma
mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama pada malam
dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan
napas yang luas, bervariasi, dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.
Faktor Risiko
3
ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan atau
1. Faktor Pejamu
dan objektif (hipereaktiviti bronkus dan kadar IgE serum) dan atau
2. Faktor Lingkungan
menetapnya gejala.
Patofisiologi
yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup beragam dan peran setiap
4
Komponen penting asma lainnya adalah bronkosplasma dan obstruksi.
aliran udara. Pada saat inspirasi dan berkontraksi, serta memendek selama
dipaksakan melewati lumen sempit. Volume udara yang terjebak dalam paru
meningkat pada saat jalan napas secara fungsional menutup di titik antara
alveoli dan bronkus lobukus. Gas yang terjebak ini mendorong individu untuk
bernapas pada volume paru yang semakin tinggi. Akibatnya orang yang
2003).
Inspirasi yang terjadi ketika volume paru lebih tinggi akan menginflasi
5
semakin parah, terjadi penurunan ventilasi alveolus disertai retensi karbon
2003).
Tata laksana
1. Non-Medikamentosa
a. Edukasi
2. Medikamentosa
a. Pelega (Reliever)
dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada, dan batuk, tidak
jalan napas.
6
Termasuk pelega adalah :
bronkodilator lain.)
3) Antikolinergik
4) Aminofillin
5) Adrenalin
b. Pengontrol
1) Glukokortikosteroid Inhalasi
2) Glukokortikosteroid Sistemik
4) Metilsantin
c. Pelega
2) Antikolinergik
3) Adrenalin
1. Simpatomitetik
a. Mekanisme Kerja
7
Stimulasi reseptor 1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan
relaksasi otot polos saluran napas, uterus, dan pembuluh darah otot
b. Farmakokinetik
Efektif peroral, masa kerja lama dan selesivitas 2 yang nyata. Jika
maksimum dicapai dalam waktu 30 menit dan menetap selama 3-4 jam
(Katzung, 2007).
c. Contoh Obat
e. Indikasi
panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan
8
gejala akut dan bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik
f. Kontraindikasi
tertentu (jari tangan, jari kaki) karena adanya risiko penumpukan cairan
g. Dosis
Albuterol
6 jam.
9
melebihi 32 mg sehari). Anak-anak 6-12 tahun: 2
2. Metilxantin
b. Farmakokinetik
Teofilin dimetabolisme oleh sitokrom P-450 dan kecepatan
10
mempunyai kisaran terapi yang sempit (10-20mg/l), perlu dilakukan
emfisema.
e. Kontraindikasi
11
Hipersensitivitas terhadap semua xantin, peptik ulser, mengalami
aminofilin: iritasi atau infeksi dari rektum atau kolon bagian bawah.
f. Sediaan
Injeksi : 1mg/ml, 2mg/ml, 5mg/ml
Tablet : 100mg, 200mg
Larutan Oral : 105mg/5ml
Supositoria Rectal : 250mg, 500mg
g. Dosis
Pemuatan : IV, 5-6 mg/kg (berikan dalam 20-30 menit) atau per
teofilin 1g/ml.
Pemeliharaan : Infus IV 0,5-1mg/kg/jam dan per oral 2-4mg/kg setiap
6-12 jam.
3. Agen Antimuskarinik
a. Mekanisme Kerja
Menghambat efek asetilkolin pada reseptor-reseptor muskarinik
12
pencernaan, sakit kepala, gejala seperti influenza, mual, cemas,
e. Indikasi
Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan
dalam nebulizer jika digunakan dalam waktu satu jam (Depkes RI,
2007).
4. Kortikosteroid
a. Mekanisme Kerja
Secara tidak langsung kortikosteroid merelaksasi otot polos saluran
13
Beclometason, metilprednisolon, prednison, triamnolon, budesonid, dan
fluticason.
c. Efek Samping Obat
Lokal : Iritasi tenggorokan, suara serak, batuk, mulut kering,
sindrom flu.
Sistemik : Depresi fungsi Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
RI, 2007).
d. Indikasi
Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang
dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Obat ini
14
sistemik, dan kultur sputum menunjukkan hasil positif untuk Candida
pada sel mast, tetapi tidak mengaktifkan IgE yang telah terikat pada sel-
IgE pada mast cell dan basofil sehingga tidak terjadi reaksi alergi.
b. Farmakokinetik
Absorbsi untuk obat golongan anti IgE ini sangat buruk dengan
perubahan.
c. Efek Samping Obat
SSP : Sakit kepala, irritabilitas, dan sulit tidur
Mata dan THT : Iritasi hidung, bersin, rasa terbakar pada okuler, rasa
15
GI : Diare dan nyeri abdomen (peningkatan asam urat,
16
laringeal (jarang), iritasi faringeal, dan napas berbunyi. Efek samping
2007).
g. Sediaan
Cromolyn sodium
Aerosol paru 800 mcg/puff atau 20 mg/2 ml nebulizer
Aerosol hidung 5,2 mg/puff
Oral 100 mg/5 ml
Nedocromil
Oral 8 ml botol
17
Aerosol : Untuk penanganan asma bronkial pada dewasa
B. Tuberkulosis
1. Prinsip Pengobatan
18
5 10
Isoniazid (H) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampisin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pyrazinamide (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)
15 15
Streptomysin (S) Bakterisid
(12-18) (12-18)
15 30
Ethambutol (E) Bakteriostatik
(15-20) (20-35)
berikut:
sangat dianjurkan.
lanjutan.
Tahap Intensif
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
2 minggu.
19
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
2. Panduan Pengobatan
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT
ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
Paket kombipak terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket,
OAT KDT. Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan
20
untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
resep.
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
a. Kategori 1 (2HRZE/4R3H3)
b. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
21
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
1) Pasien kambuh
Tahap Lanjutan 3
Tahap Intensif Tiap Hari RHZE
Kali Seminggu RH
Berat (150/75/400/275) + S
(150/150) + E (275)
Badan
Selama 28
Selama 56 hari Selama 20 Minggu
Hari
2 tab 4KDT + 500
2 tab 2KDT + 2 tab
30-37 kg mg Streptomisin 2 tab 4 KDT
Etambutol
inj.
3 tab 4KDT + 750
3 tab 2KDT + 3 tab
38-54 kg mg Streptomisin 3 tab 4 KDT
Etambutol
inj.
4 tab 4KDT +
4 tab 2KDT + 4 tab
55-70 kg 1000 mg 4 tab 4 KDT
Etambutol
Streptomisin inj.
5 tab 4KDT +
5 tab 2KDT + 5 tab
71 kg 1000 mg 5 tab 4 KDT
Etambutol
Streptomisin inj.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
22
Tabel 2.4. Dosis Dosis KDT untuk Sisipan
3. Pengobatan TB Anak
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik
pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan
Berat Badan (kg) 2 Bulan Tiap Hari RHZ 4 Bulan Tiap Hari
(75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
23
d. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
e. OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus
4. Evaluasi
a. Evaluasi Klinik
pengobatan.
24
pengobatan. Hal ini bisa dilakukan bersamaan dengan evaluasi
bakteriologi.
bilirubin), fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), dan darah lengkap yang
pengobatan.
Kriteria Sembuh
1. BTA negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan)
dievaluasi adalah BTA dahak, foto torak. BTA dahak dilakukan pada
bulan 3, 6, 12, dan 24. Sedangkan foto torak pada bulan 6, 12, dan 24.
5. Farmakologi Obat
25
Isoniazida, rifampisin, parazinamid, etambutol, dan streptomisin
merupakan obat yang paling efektif dan rendah toksisitasnya untuk obat
a. Isoniazid (INH)
bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Obat ini aktif
obat ini berada di usus dan prosesnya sangat cepat, difusi ke dalam
jaringan, dan cairan tubuh juga baik bahkan bisa menembus jaringan
asetilisoniazid.
26
polineuritis. Untuk menghindari efek samping dari INH bisa diberikan
penderita gangguan fungsi hati atau ginjal atau usia lebih dari 45 tahun.
Dosis yang diberikan bisa oral atau i.m pada dewasa sehari 1 dd 300-
hari sebelum makan atau setelah makan bila terjadi gangguan lambung.
b. Rifampisin
jaringan dan cairan tubuh dengan baik termasuk ke CCS. Hal ini dapat
dilihat dari warna jingga atau merah dari air seni, tinja, ludah, keringat,
dan air mata. Waktu paruh di plasma berkisar 1,5 5 jam dan dapat
meningkat bila ada gangguan fungsi hati atau dapat menurun pada
27
pasien yang bersamaan waktu mengguanakn INH. Di hati, rifampisin di
secara fakultatif.
cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut, diare, dan
c. Pirazinamid
darah.
pirazinat oleh enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil TBC. Obat
28
ini khusus digunakan pada fase intensif dan pada fase pemiliharaan
dalam plasma dapat dicapai dalam waktu 1-2 jam dan waktu paruh
pirazinat.
dan hipoglikemia.
d. Etambutol
CCS. Waktu paruh plasmanya 3-4 jam dan meningkat 8 jam pada
29
orang dengan gangguan ginjal. Ekskresi 80% berada di ginjal, separuh
e. Steptomisin
Memiliki sifat bakterisid terhadap baktri gram positif dan negatif. Obat
ketulian permanen.
1. Antihistamin
30
histamin. Antihistamin dan histamin berlomba menempati reseptor yang
(FKUI, 2012):
5) Genitourinari: disuria.
yaitu:
31
2) SSP : sedasi, mengantuk, dan sakit kepala.
e. Contoh Obat
2. Antitusif
a. Definisi
Obat batuk untuk batuk kering (batuk non produktif) sering disebut
mengeluarkan dahak untuk mengobati batuk kering karena hal ini justru
tempat kerja obat antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer
b. Mekanisme Kerja
32
atau dihambat. Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitifitas
2007).
c. Contoh Obat
antitusif adalah:
1) Codein 6) Carbetapentane
2) Dekstrometorfan 7) Caramiphen
3) Noskapin 8) Chlorphedian
4) Prometazin 9) Benzonatate
5) Difenhidramin
d. Farmakokinetik
e. Farmakodinamik
Golongan obat ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat dengan
33
menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya berjalan 5-6
adalah:
4) pusing
34
g. Kontra Indikasi
2) Ibu Hamil
3) Batuk Produktif
h. Sediaan
dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4
jam dan tidak melebihi 50 mg/hari, sedangkan untuk anak 2-5 tahun