Anda di halaman 1dari 14

1

KASUS 2

Rabu, 21 Oktober 2015


Kasus Kanker Pertama Akibat Radiasi Fukushima
TOKYO - Kementerian Tenaga Kerja Jepang mengkonfirmasi kasus kanker
pertama akibat radiasi dari pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Penderita kanker itu adalah seorang mantan karyawan di fasilitas pembangkit
tersebut.
Saat itu, pekerja berusia 41 tahun tersebut terlibat dalam kegiatan pemulihan dan
pembersihan pembangkit yang luluh lantak dihantam tsunami pada 11 Maret
2011. "Ia didiagnosis menderita leukemia karena terpapar radiasi," kata pejabat
Kementerian, seperti dilaporkan NHK, kemarin.
Sebuah laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2013 menunjukkan
bahwa penduduk Jepang, khususnya di sekitar Fukushima, riskan terpapar radiasi.
Risiko leukemia bahkan meningkat 7 persen untuk anak-anak di lokasi yang
paling terkontaminasi.

STEP 1
1. Radiasi : energi yang ditransmisikan, dikeluarkan atau diabsorbsi bentuk
partikel berenergi/gelombang elektromagnetik.

STEP 2
1. Macam-macam radiasi?
2. Nilai Ambang Batas untuk pajanan radiasi?
3. Dampak radiasi bagi tubuh dan mekanisme?
4. Penatalaksaan dari kasus?
5. Pencegahan dari paparan radiasi?
6. Konsep kesehatan kerja?

STEP 3
1. Macam-macam radiasi:
a. Ionisasi
b. Non Ionisasi
2

2. Nilai Ambang Batas


3. Dampak radiasi
a. Penyakit kelenjar gondok
b. Kerusakan DNA
c. Kerusakan sel-sel tubuh
4. Penatalaksaan
a. Sumber daya tinggi
b. Sumber daya rendah
5. Pencegahan
a. Sumber daya tinggi
b. Sumber daya rendah
6. Konsep kesehatan kerja
a. Faktor eksternal
b. Faktor internal

STEP 4
1. Macam-macam radiasi:
A. Ionisasi :
1) (alfa) sebuah partikel yang radiasinya dapat dihentikan oleh udara
sejauh beberapa sentimeter, selembar kertas, atau lapisan terluar
kulit. Jika terserap ke dalam tubuh, partikel-partikel alfa dapat
menyebabkan radiasi setempat yang hebat dan kerusakan yang besar
sekali terhadap jaringan yang terserang.
2) (beta) memiliki daya penetrasi yang lebih besar ketimbang partikel
alfa namun ionisasi yang ditimbulkan tidak terlalu kuat.
3) (gama) radiasi elektromagnetik dengan daya penetrasi yang besar.
Radiasi ini disebabkan oleh peluruhan radioaktif dan memancarkan
radiasi sepanjang waktu.
B. Non Ionisasi
Gelombang mikro dipergunakan untuk spektrum gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 3 x 10-3 sampai 3 x
10-8 meter atau frekuensi antara 1 x 10-3 sampai 3 x 10-13 Hertz. Kegunaan
gelombang ini untuk televisi ,gelombang radio, radar atau kegunaan
peralatan industri. Gelombang mikro dapat berpengaruh terhadap tenaga
kerja yang bekerja di daerah sumber radiasi. Radiasi gelombang mikro
yang pendek (< 1 cm) akan diabsorbsi oleh permukaan kulit sehingga
kulit seperti terbakar. Gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm)
dapat menembus ke jaringan kulit yang lebih dalam.
2. Nilai Ambang Batas
3

3. Dampak radiasi
A. Efek Somatik
Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat langsung
dirasakan oleh orang yang menerima radiasi tersebut.
1) Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya merupakan
fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang.
Efek stokastik mempunyai ciri :
a. Tidak mengenal dosis ambang
b. Timbul setelah melalui masa tenang lama.
c. Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi
d. Tidak ada penyembuhan spontan
Efek stokastik ini meliputi: Kanker, Leukimia (efek somatik)
dan penyakit keturunan (efek genetik).
2) Efek Non Stokastik
4

Efek Non Stokastik adalah efek yang kualitas keparahannya


bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang
dilampaui.
Efek non stokastik mempunyai cirri :
a. Mempunyai dosis ambang
b. Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
c. Adanya penyembuhan spontan (bergantung keparahan)
d. Keparahannya tergantung dosis radiasi.
B. Efek Genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir
disebut efek genetik ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada
sperma atau ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan
makro molekul DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan
cara memecah kromosom atau mengubah jumlah DNA yang terdapat di
dalam sel melalui perubahan informasi genetik yang diteruskan ke
generasi berikutnya.
4. Penatalaksaan
Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan
kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan,
yaitu :
1) Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi-kondisi yang tidak aman.
2) Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
3) Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja.
4) Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.
5. Pencegahan
a. Sumber daya tinggi
1) Menunjuk seorang penasehat pelindung radiasiyang harus memiliki
kualifikasi dan pengalaman
2) Jika tidak digunakan, pastikanlah sumber tersebut disimpan di dalam
wadah berpelindung ditempat yang aman.
5

3) Jika digunakan, pastikanlah bahwa seluruh pekerja, kecuali ahli


radiasi, berada jauh dari area yang mungkin terekspos terhadap
radiasi ini.
4) Pergunakanlah sumber-sumber tersebut hanya di area-area yang
berpelindung
b. Sumber daya rendah
1) Mengikuti instruksi dari pemasok
2) Menunjuk seorang pengawas pelindung radiasi yaitu seorang pekerja
yang telah mendapat pelatihan khusus untuk mengawasi penggunaan
sumber-sumber tersebut secara aman.
3) Jika tidak digunakan, simpanlah sumber-sumber tersebut dalam
suatu tempat yang aman.
6. Konsep kesehatan kerja
a. Faktor eksternal:
1) Masker
2) Sarung tangan
3) Googless
4) Sepatu
b. Faktor internal:
1) Pekerja : terkena penyakit atau tidak
2) Lingkungan kerja
3) Melakukan medical check up
6

P e n a
P e ta l a k k o n s e p
n c s a n a k e s e h a
D e g ta nR
a n
a a h k e rAj a
m N D
a n
A M a
p I
B c a
a A
m -
k S I
m a
c a
m

STEP 5
1. Berapa jarak aman paparan radiasi?
2. Apa saja Alat Perlindungan Diri (APD) pada radiasi?
7

3. Bagaimana penilaian kesehatan terhadap tenaga kerja beresiko yang terkena


radiasi?

STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7
1. Jarak aman paparan radiasi
United States Nuclear Regulatory (NRC) adalah salah satu sumber
informasi resmi yang dijadikan standar beberapa Negara untuk penetapan
garis pedoman pada proteksi radiasi. NRC telah menyatakan bahwa dosis
indovidu terpapar radiasi maksimal adalah 0,05 Sv atau 5 rem/tahun.
Walaupun NRC adalah badan resmi yang berkenaan dengan batas
pencahayaan ionisasi radiasi, namun ada kelompok lain yang juga
merekomendasikan hal serupa. Salah satu kelompok tersebut adalah
Natisional Council on Radiatiom Protection (NCRP),yang merupakan
kelompok ilmuan pemerintah yang rutin mengadakan pertemuan untuk
membahas riset radiasi terbaru dan mengupdate rekomendasi mengenai
keamanan radiasi (Rival, 2009).
Menurut NCRP, tujuan edari proteksi radiasi adalah (Rival, 2009):
a. Untuk mencegah radiasi klinis yang terpenting, dengan mengikuti batas
dosis minimum.
b. Membatasi risiko terhadap kanker dan efek kelainan turunan pada
masyarakat.
Dosis maksimum yang diijinkan adalah jumlah maksimum penyerapan
radiasi yang sampai pada seliruh tubuh individu, atau sampai dosis spesifik
pada organ tertentu yang masih dipertimbangkan aman. Aman dalam hal ini
berarti tidak adanya bukti bahwa individu mendapatkan dosis maksimal yang
telah ditetapkan, dimana cepat atau lambat efek radiasi tersebut dapat
membahayakan tubuh secara keseluruhan atau bagian tertentu. Rekomendasi
untuk batasan atas paparan telah dibentuk NCRP sebagai panduan didalam
pekerjaan yang berkaitan dengan radiasi. Rekomendasi NCRP meliputi
(Rival, 2009):
8

a. Individu/operator tidak diijinkan bekerja dengan radiasi sebelum umur 18


tahun.
b. Dosis yang efektif pada tiap orang pertahun mestinya tidak melebihi 50
mSv (5 rem).
c. Ekspose radiasi (tidak termasuk dari penggunaan medis) mestinya tidak
melebihi 1 mSv (0,1 rem) per tahun.
d. Untuk pekerja yang hamil, batasan ekspose janin atau embrio mestinya
tidak melebihi 0,5 mSv (0,05 rem). Dengan demikian untuk pekerja
wanita yang sedang hamil tidak lagi direkomendasikan untuk bekerja
sampai kehamilannya selesai.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya (Ridley, 2008).
Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi yang biasa digunakan
oleh pekerja radiasi adalah (Ridley, 2008) :
A. Apron Proteksi Tubuh
Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi
atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hin gg a 150 kVp harus
menyediakan sekurang kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal
kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas
pada apron tersebut.
B. Penahan Radiasi Gonad
Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi
diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang-
kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara
lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran
dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari
paparan berkas utama.
C. Sarung Tangan Proteksi
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi sekurang kurangnya 0,25 mm Pb pada
9

150 kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan,


mencakup jari dan pergelangan tangan.
D. Penahan Radiasi
1) Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel
control dan tabung sinar-X atau pasien harus pada posisi dan
rancangan yang tepat sehingga dapat melindungi operator dari
radiasi bocor dan hamburan. Penahan radiasi harus mempunyai
ketebalan minimum yang setara dengan 1,5 mm Pb.
2) Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi setidaknya
mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan
yang setara dengan Pb tersebut harus tertera pada penahan radiasi
dan jendela pengamat atau kaca intip.
E. Masker
Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi nasokimia
karena radiografer harus berinteraksi dengan pasien saat melakukan
pemeriksaan. Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu,
beracun, virus, dsb).
F. Sarung Tangan
Sarung tangan adalah untuk melindungi radiografer dari infeksi
nasokimia mengingat radiografer selalu melakukan pemeriksaan dan
kontak langsung dengan pasien yang dapat menularkan penyakit / infeksi
yang diderita pasien.
3. Penilaian kesehatan terhadap tenaga kerja beresiko yang terkena radiasi.
Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan kesehatan pekerja radiasi, perkembangannya dan kalau mungkin
mencari hubungan kausal dengan radiasi pengion, apabila terjadi gangguan
patologik. Dengan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi ini ingin dipantau
kondisi kesehatan pekerja baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja.
Disamping itu pemeriksaan ini berguna pula untuk menyesuaikan
penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan
sebelum masa kerja akan memberikan informasi tentang kondisi kesehatan
pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja serta penyakit apa saja yang
pernah diderita. Masukan ini selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai base line
10

yang akan diacu untuk setiap pemeriksaan berikutnya, disamping untuk


menentukan apakah seseorang berdasarkan kesehatannya dapat bekerja
sebagai pekerja radiasi. Pemeriksaan selama masa kerja dilakukan secara
berkala, minimal sekali dalam setahun, sesuai PP tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (pasal
20) yang telah diamandemen dengan PP No. 33 tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (pasal 11).
Pemaparan terhadap radiasi dan peristiwa kontaminasi internal dapat saja
terjadi tanpa diketahui oleh si pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha
untuk mendeteksi akibat yang ditimbulkannya.Pemeriksaan ini meliputi
pengambilan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Suatu jenis pemeriksaan laboratorium tertentu yaitu
pengamatan terhadap abera si kromosom kini sedang diteliti untuk
dikembangkan di Badan Tenaga Nuklir (BATAN) guna dipakai untuk
menentukan dosis radiasi (metode dosimetri biologi) (Evalisa, 2006).
Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dimaksud untuk mengetahui status
kesehatan dan kebugaran pekerja radiasi. Dengan pemeriksaan kesehatan
pekerja radiasi ini ingin dipantau kondisi kesehatan pekerja radiasi baik
sebelum, selama maupun sesudah masa kerja. Di samping itu, pemeriksaan
kesehatan ini berguna pula untuk menyesuaikan penempatan pekerja dengan
kondisi kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja akan
memberikan informasi tentang kondisi pekerja radiasi pada saat akan mulai
bekerja serta penyakit apa saja yang pernah diderita. Masukkan ini
selanjutnya untuk menentukan apakah seseorang berdasarkan kesehatannya
dapat bekerja sebagai pekerja radiasi. Pemeriksaan selama masa kerja pada
prinsipnya dilakukan secara berkala minimal sekali dalam setahun.
Pemaparan terhadap radiasi dan peristiwa kontaminasi internal dapat saja
terjadi tanpa diketahui oleh si pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha
untuk mendeteksi akibat yang ditimbulkannya. Bila dicurigai terjadi
penyinaran dengan dosis berlebih yang diduga berpotensi menimbulkan
dampak negatif bagi kesehatan pekerja radiasi maka di luar pemeriksaan
kesehatan secara rutin, dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan tambahan.
11

Pemeriksaan kesehatan rutin meliputi pengambilan riwayat penyakit,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Sedangkan pemeriksaan
kesehatan tambahan yang perlu dilakukan pada kasus paparan radiasi berlebih
atau dosis tinggi, antara lain aberasi kromosom dan jumlah sel sperma.
Laboratorium Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan (Lab KKL)
merupakan laboratorium pengujian yang mengkhususkan diri pada pengujian
terhadap Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Radiasi, Daerah Kerja Radiasi,
Sarana Proteksi Radiasi, dan Lingkungan. Lab KKL bernaung di bawah
pengelolaan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN.
Lab KKL memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin pada pekerja
radiasi yang meliputi (Evalisa, 2006):
1) Pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan sinar-X, khusus PA
3) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
4) Pemeriksaan laboratorium:
a. Darah : Hb, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit, limfosit
absolut, monosit absolut, laju endapan darah, segmen absolut,
MCHC, MCV, dan MCH
b. Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin
c. Asam urat
d. Fungsi hati: SGOT, SGPT, Albumin dan Bilirubin direct
e. Gula darah
f. Lemak: kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida
g. Urin rutin
Selain itu juga terdapat pelayanan pemeriksaan kesehatan tambahan atau
khusus bila pekerja terpapar radiasi berlebih yaitu pemeriksaan jumlah sel
sperma dan aberasi kromosom. Pemeriksaan aberasi kromosom bentuk
disentrik dilakukan pada sel darah limfosit untuk memprediksi risiko efek
radiasi pada tubuh. Dengan demikian pemeriksaan aberasi kromosom sangat
penting untuk keperluan proteksi radiasi bagi para pekerja radiasi. Semakin
tinggi frekuensi aberasi kromosom disentrik yang dijumpai, semakin besar
tingkat kerusakan yang terjadi pada tubuh sebagai konsekuensi dari dosis
12

radiasi yang diterima. Kisaran dosis radiasi yang dapat menginduksi


pembentukan aberasi kromosom antara 25 cGy800 cGy (sinar dan X).
Keboleh jadian terbentuknya disentrik sekitar 2,22 10-4/cGy (Evalisa,
2006).
Berdasarkan AOMA (American Occupational Medical Assosiation)
dalam Soehatman Ramli (2010) membagi komponen penting dari program
K3, yaitu :
A. Komponen Pokok, meliputi (Soehatman, 2010):
1) Pemerikasaan Kesehatan Pekerja
a. Pre-placement, yaitu pemeriksaan kesehatan atau status
kesehatan termasuk penilaian emosional, untuk memberikan
rekomendasi pada manajemen mengenai kemampuan seorang
pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya secara aman tanpa
membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dan orang
lainnya. Dalam memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa
faktor yang diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat
pekerjaan, penilaian terhadap fisik dan alat-alat tubuh, apakah
tidak akan terpengaruh oleh pekerjaannya, evaluasi dari macam
kerja yang akan diberikan.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk
mengetahui status kesehatan pekerja yang mempunyai efek
buruk terhadap kesehatannya.
c. Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau
kecelakaan.
d. Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti
bekerja yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan
kesehatan akibat kerja.
2) Diagnosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk
rehabilitasinya.
3) Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan
akibat kerja.
4) Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupational/hazarddan
tindakan pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap
kesehatan.
13

5) Program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan


pengadaannya.
6) Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk
mengetahui apakah ada kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan
serta pencegahannya.
7) Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan
yang belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis.
8) Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada
lingkungan kerja.
9) Pemerikasaan occupational health records.
10) Imunisasi terhadap penyakit infeksi.
11) Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi dari ansuransi pekerja.
12) Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang
berhubungan dengan kesehatan.
13) Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja
yang ada.
B. Komponen Pilihan, meliputi:
1) Penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal-hal yang sifatnya
minor dannon occupational.
2) Pengobatan yang berulang-ulang dan kondisi non occupationalyang
diberikan oleh dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan yang rutin,
dapat disediakan/diadakan demi mencegah hilangnya waktu kerja
dan tentunya menurunkan biaya dari pekerja itu sendiri.
3) Program bantuan terhadap pekerja bertujuan untuk membantu
memecahkan masalah atau keadaan yang ada hubungannya dan
dapat mempengaruhi kesehatan/kesejahteraan serta pekerjaan.
4) Pendidikan kesehatan dan konsultasi.
5) Bantuan terhadap pimpinan perusahaan dalam mengontrol absen
kerja oleh karena sakit.
6) Program keadaan darurat di tempat kerja, termasuk koordinasi
dengan bagian yang penting di luar perusahaan.
Program keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki kualitas
hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat
menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat sehingga dapat
mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui program
keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat dihindarkan
14

sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya (Siregar,


2005).
Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan
kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan,
yaitu :
1) Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi-kondisi yang tidak aman.
2) Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
3) Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja.
4) Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Ridley, John. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama
Evalisa, Maria. 2006. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Radiasi di PTKMR.
Jakarta: Rubik PTKMR
Rival A et al. Standar Kesehatan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan RI. 2009.
Soehatman Ramli (2010)

Anda mungkin juga menyukai