Sarif Hidayat, Dr. Sri Mulyaningsih,ST., M.T., Arie Noor Rakhman, ST., MT.
Teknik Geologi IST AKPRIND, Jln. Kalisahak No. 28 Yogyakarta, Indonesia
INTISARI
Daerah penelitian secara administratif terletak di daerah Lencoh dan
sekitarnya, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Secara
astronomis terletak pada koordinat 072500 LS - 073000 LS dan 1102230
BT - 1102730 BT pada lembar Ngablak 1408-522. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui keadaan geologi daerah penelitian, yang meliputi geomorfologi,
stratigrafi, geologi struktur, sejarah geologi, dan geologi lingkungannya, serta
untuk mengetahui fasies gunung api pada daerah penelitian.
Metode yang digunakan adalah dengan pemetaan geologi permukaan dan
untuk pengambilan conto batuan menggunakan teknik sampling batuan yang
segar sehingga dapat mewakili daerah sebenarnya di lapangan.
Daerah dibagi menjadi 3 satuan geomorfik yaitu: satuan geomorfik fasies
sentral (FS), satuan geomorfik fasies proksimal (FP) dan satuan geomorfik fasies
proksimal Merapi (FPM). Pola aliran daerah penelitian berupa pola radial dan
paralel dengan stadia sungai muda dan stadia daerah muda. Stratigrafi mulai dari
yang paling tua ke muda adalah satuan lava blocky basalt (Lbb) yang diterobos
oleh satuan intrusi andesit (Ia), seumur dengan satuan lava andesit Merapi (Lam)
yaitu terbentuk pada kala Pleistosen Akhir atau Holosen Awal, kemudian satuan
lava basalt (Lb) dan lava andesit (La) yang terbentuk pada kala Holosen. Tatanan
tektonik subduksi membentuk tepian konvergen berupa gugusan volcanic arc
yang memanjang mengikuti jalur rekahan tektonik menghasilkan tubuh gunung
api stratovulkano, inflasi pada Pleistosen Akhir mengakibatkan rekahan tektonik
tersebut melebar, ketika erupsi berhenti (deflasi) sehingga mengakibatkan
terbentuknya sesar turun Pregadalem, sesar turun Ngadirejo, sesar turun Mangu,
sesar mendatar kanan Banyuroto, kemudian pada kala Holosen terjadi inflasi lagi
mengikuti pola sesar turun tersebut, ketika inflasi selesai (deflasi) membentuk
sesar turun Selo yang diikuti oleh sesar naik Patran, dan sesar turun Merbabu-
Watutulis. Bencana alam yang sering terjadi daerah penelitian adalah longsoran,
bahaya gunung api, kebakaran hutan dengan potensi geologi melingkupi bahan
galian golongan C, pemanfaaatan sumberdaya tanah, pemanfaatan run off water,
agrowisata, dan geowisata.
Geologi
1. Berdasarkan pembagian fisiografis Van Bemmelen (1949), daerah penelitian
termasuk ke dalam Zona Quartenary Volcanoes. Pada zona ini terbentuk suatu
kompleks gunung api yang memanjang berarah baratlaut-tenggara yaitu rangkaian
Gunung Ungaran - Gunung Telomoyo - Gunung Merbabu - Gunung Merapi yang
berada pada lingkungan geologi vulkanik kuarter. Produk dari gunung api tersebut
berupa batuan piroklastik dan lava dengan komposisi andesit-basaltik.
Satuan geomorfologi daerah penelitian berdasarkan Bogie and Mackenzie,
(1998) Terdiri atas: satuan geomorfik fasies sentral (FS), satuan geomorfik fasies
proksimal (FP), dan satuan geomorfik fasies proksimal Merapi (FPM).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta interpretasi peta topografi, yang
kemudian dilakukan pendekatan model pengaliran menurut klasifikasi dari
Howard (1967), maka daerah penelitian termasuk dalam pola aliran radial dan
paralel. Atas dasar pengelompokan stadia daerah berdasarkan Lobeck (1939),
maka dapat di interpretasikan bahwa stadia daerah pada daerah penelitian berupa
stadia muda
2. Stratigrafi regional daerah penelitian menurut Thaden dkk, (1975) adalah: Satuan
Gunung api Merbabu (Qme), Satuan Gunung api Merapi Muda (Qmi), Satuan
Kubah Lava Gunungapi Merbabu (Qdf).
Satuan litologi pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi 5 satuan tidak
resmi, yaitu: Satuan lava blocky basalt (Lbb), satuan lava andesit Merapi (Lam),
satuan intrusi andesit (Ia), satuan lava basalt (Lb), satuan lava andesit (La).
3. Terbentuknya struktur geologi regional daerah penelitian tidak lepas dari tatanan
tektonik Indonesia sejak Sub zaman Neogen, yaitu dengan adanya pergerakan
antara Lempeng Hindia-Australia yang relatif bergerak ke arah utara dan
menumbuk Lempeng Eurasia, sehingga membentuk sistem busur kepulauan dan
jalur gunungapi aktif, serta pola-pola kelurusan. Berdasarkan letak tersebut, maka
daerah penelitian termasuk dalam Zona Quartenary Volcanoes, Van Bemmelen
(1949). Pada zona ini terbentuk suatu kompleks gunungapi yang memanjang
berarah baratlaut-tenggara yaitu rangkaian Gunung Ungaran - Gunung Telomoyo -
Gunung Merbabu - Gunung Merapi yang berada pada lingkungan geologi
vulkanik kwarter.
Pada daerah penelitian terdapat dua struktur geologi yaitu struktur kekar dan
struktur sesar., struktur kekar berupa kekar-kekar tarik, dan kekar-kekar gerus,
sedangkan untuk sesar yang terbentuk pada daerah penelitian terdiri dari sesar-
sesar turun Pregadalem, sesar turun Ngadirejo, sesar turun Mangu, sesar mendatar
kanan Banyuroto, sesar turun Selo, sesar naik Patran, dan sesar turun Merbabu-
Watutulis.
4. Sejarah geologi di daerah penelitian diperkirakan dimulai pada zaman Kwarter (
1,8 juta tahun lalu) pada kala Pleistosen Akhir - Holosen Awal, ditandai dengan
pembentukan depresi vulkano-tektonik yaitu rekahan tektonik yang
menghubungkan dari dapur magma ke permukaan bumi, atau yang saat ini bisa
teramati baik secara langsung maupun dengan pengamatan citra satelit yaitu
umumnya telah menjadi deretan tubuh gunung api stratovulkano, dimana
pemebentukan gunungapinya diakibatkan oleh ekspansi volume besar magma
asam ke permukaan (vulkanik) yang berasal dari zona beni off dan rangkaian
vulkanik tersebut terjadi secara poligenetik sehingga material-material hasil
erupsinya membangun tubuh gunung api tersebut. Zona depresi vulkano-tektonik
atau suatu rangkaian gunung api bisa terbentuk karena magma berjalan keluar ke
permukaan bumi melalui media rekahan yang terbentuk secara tektonisme yang
berarah relatif tenggara-baratlaut, tatanan tektonisme yang memicu berupa tatanan
tektonik zona subduksi antara India-Australian Plate (oceanic crust) dan Eurasian
Plate. Dan dari aktifitas magmatisme yang dikontrol oleh tatanan tektonik
tersebut, sehingga pada kala Pleistosen Akhir-Holosen Awal terjadilah proses awal
aktifitas vulkanik Merbabu, yaitu terjadi erupsi yang menghasilkan satuan lava
blocky basalt (Lbb) dan satuan intrusi andesit (Ia) yang seumur dengan lava
andesit merapi (Lam). Hubungan satuan intrusi andesit dengan lava blocky basalt
adalah selaras, sedangkan satuan lava andesit Merapi menjari dengan satuan lava
blocky basalt, setelah aktifitas erupsi itu berakhir terjadilah deflasi yang
disebabkan karena terjadi kekosongan pada dapur magma yang oleh gaya
gravitasi kemudian terbentuklah sesar turun Pregadalem, sesar turun Ngadirejo,
sesar turun Mangu yang bidang turunya pada lereng bawah menjadi sesar
mendatar kanan Banyuroto. Lalu kemudian aktifitas magmatik dan vulkanik yang
dipicu oleh aktifitas tektonik itu meningkat kembali pada kala Holosen, pada saat
itu diperkirakan terjadi 2 kali erupsi, erupsi yang pertama dibuktikan dengan
dijumpainya satuan lava basal (Lb) pada lereng selatan atau sekitar Daerah Selo
yang setelah erupsinya berhenti (deflasi) terjadilah sesar turun Selo yang bidang
turunnya pada bagian bawah menjadi sesar naik Patran, kemudian erupsi yang
kedua melalui sesar turun Pregadalem, dengan arah erupsi relatif ke utara, pada
lereng Merbabu bagian utara tersebut dapat dibuktikan dengan adanya satuan
Lava andesit (La) yang kemungkinan tipe erupsinya lebih ekplosif dari erupsi
yang pertama, dan setelah erupsinya berhenti (deflasi) kemudian membentuk sesar
turun Merbabu-Watutulis.
5. Geologi lingkungan pada daerah penelitian berupa sesumber antara lain; run off
water atau air permukaan yang terdapat sebagai aliran sungai-sungai dan aliran
permukaan lainnya, yang memiliki kapasitas disamping sebagai pensuplai
kebutuhan pertanian dan MCK, juga berperan sebagai agen pengerosi. Bahan
galian yang terdapat di daerah penelitian adalah bahan galian golongan C yaitu
bahan galian yang dapat diusahakan dan dimanfaatkan oleh manusia dengan
menggunakan peralatan yang sederhana. Potensi utama bahan galian tersebut
berupa pasir dan batu, bahan galian ini dijumpai di sungai-sungai yang berhilir di
Gunung Merbabu dan Gunung Merapi baik yang sudah di tambang ataupun
belum. Sumber daya tanah pada daerah penelitian berasal dari produk-produk
gunungapi yang telah mengalami proses pelapukan. Pemanfaatan sumberdaya
tanah ini pada daerah penelitian kebanyakan dimanfaatkan masyarakat untuk
perkebunan tembakau, cabe, wortel, kubis, brokoli, berbagai jenis sayuran dan
buah-buahan yang khas pada daerah pegunungan, agrowisata stroberi. Pada
daerah penelitian juga terdapat geowisata berupa air terjun kedung kayang, gardu
pandang Keteb, pendakian pencinta alam gunung Merbabu dan gunung Merapi.
Bencana geologi yang terjadi pada daerah penelitian berupa longsoran tanah,
sedangkan bencana geologi yang diperkirakan berpotensi pada daerah penelitian
berupa bahaya gunung api baik dari gunung api Merapi maupun dari gunung api
Merbabu, yang berdasarkan data-data lapangan menunjukan bahwa erupsi kedua
gunung api tersebut sangat berpotensi, baik itu yang bersifat ekplosif maupun
yang bersifat effusif, serta bencana sekunder setelah erupsipun sangat berpotensi
terjadi pada daerah penelitian. Berdasarkan pengamatan secara visual kegiatan
vulkanisme pada kawah gunung api Merbabu saat penelitian ini dilakukan
menunjukan aktifitas normal.
6. Fasies gunung api Merbabu
Prinsip dasar gunung api adalah adanya magma sebagai sumber material
gunung api yang dierupsikan, rekahan yang menghubungkan magma dengan
permukaan bumi (yang terbentuk secara tektonika) dan tektonika yang
mengontrol pergerakan magma ke permukaan bumi. Tidak semua gunung api
harus menunjukan aktifitasnya pada masa kini. Definisi yang jelas terhadap
gunung api, memberikan gambaran bahwa yang disebut gunung adalah semua
gunung dengan fenomena vulkanisme baik yang berlangsung sekarang maupun
pada masa lalu. Artinya, tidak ada batasan waktu terhadap aktifitas gunung api
tersebut (Mulyaningsih, 2013). Fenomena yang muncul pada gunung api Merbabu
yaitu adanya anomali panasbumi (geothermal anomaly) dengan kenampakan
adanya gas sulfatara (yang menyengat), mataair panas dan bekas kubangan
lumpur pada kawahnya.
Gunung api Merbabu terbentuk pada tepian konvergen di zona benni off
dimana lempeng samudera menunjam di bawah lempeng benua, menghasilkan
tipe magma Ca-Alkalin yang lebih asam (K-Alkalin) yang kaya akan unsur mayor
Ca dan Mg atau Na dan K. Magma yang dihasilkan tersebut keluar melalui
rekahan (yang terbentuk secara tektonik) melewati berbagai proses magmatisme
dan keluar hingga kepermukaan secara berulang-ulang (poligenetik), membangun
tubuhnya secara berlapis (strato) dan membentuk gugusan gunung api magmatik.
Struktur gunung api Merbabu berupa; kawah, rekahan dan graben G. Merbabu,
depresi vulkano-tektonik. Gunung api Merbabu memiliki bentuk kerucut yang
kurang sempurna, ini dikarenakan aktifitas vulkanisme yang bersifat membangun
lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas erosi dan pelapukan yang terjadi pada
Gunung api ini.Menurut klasifikasi gunung api di Indonesia, gunung api Merbabu
belum bisa ditentukan secara pasti, ini dikarenakan referensi waktu atau tahun
aktifitas erupsi pada masa lampau masih simpang siur kebenarannya.
Fasies gunung api dapat dipahami dari proses-proses atau mekanisme
erupsi, produk dari erupsi gunung api dan bentang alam yang dihasilkan oleh
erupsi gunung api, termasuk aspek-aspek fisik dari produk erupsi, stratigrafi dan
rekonstruksi lingkungan purba (paleoenvironment), serta evolusi tektonisme yang
mengontrolnya. Fasies sendiri adalah suatu endapan atau satuan erupsi atau
kedua-duanya yang mempunyai hubungan spasial, geometrik, dan ciri internal
(Mulyaningsih, 2013).
Pengelompokan fasies gunung api pada daerah penelitian ini berdasarkan
data-data lapangan berupa karakteristik litologi, asosiasi litologi, letaknya dari
sumber erupsi, bentang alam yang dihasilkan oleh erupsi gunung api, termasuk
aspek-aspek fisik dari produk erupsi, stratigrafinya, interpretasi peta geologi, peta
geomorfologi berikut pola aliran, kerapatan nilai dan ketinggian kontur,
interpretasi struktur geologi, petrologi berikut analisis petrografi batuaannya. Dari
data-data tersebut dilakukan pendekatan konsep yang dikembangkan oleh Bogie
and Mackenzie, (1998) tentang pembagian fasies gunung api berdasarkan posisi
relatif terhadap sumber erupsi pada gunungapi komposit.
Berdasarkan pengamatan dan analisis melalui pendekatan-pendekatan
tersebut maka fasies gunung api pada daerah penelitian dapat terbagi menjadi 3,
yaitu; fasies sentral (FS), fasies proksimal (FP), dan fasies proksimal Merapi. Dari
data-data dan analisis fasies tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
Daerah Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah
termasuk ke dalam fasies proksimal gunung api Merbabu.
DAFTAR PUSTAKA
Almor, J. F., 2012, Geologi dan Fasies Gunungapi Daerah Sangiran dan
Sekitarnya Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah, Tugas Akhir
Tipe 1, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST
AKPRIND, Yogyakarta.
Alzwar, Muzil., Samodra, Hanang., Carigan, Jonatan J., 1988, Pengantar Dasar
Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung.
Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jateng dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi
Tektonik Dunia yang Baru, Bandung.
Bakosurtanal, 2001, Peta Rupa Bumi Lembar Ngablak (1408-522)
Bemmelen, R.W. Van, 1949. The Geology of Indonesia, vol IA Ed. II. The
Netherlands: the Government Printing Office, The Haque Martinus
Nijhroff.
Bemmelen, R.W., Van, 1970, The Geology of Indonesia, Vol 1.A, The Haque,
Martinus Nijhoff, Nedherlands.
Bogie, I. And K. M. MacKenzie, 1998, The Application of a Volcanic Fasies
Model to an Andesitic Stratovolcano Hosted Geothermal System At
Wayang Windu, Java, Indonesia, Proceedings of The New Zealand
Workshop, Auckland, 265-270.
Bronto, S., 2003, Gunung Api Tersier Jawa Barat; Identifikasi dan
implikasinya, Majalah Geologi Indonesia, Vol. 18, No. 2, Yogyakarta
Bronto, S., 2004, Deskripsi dan Penamaan Batuan Gunungapi, Bahan Kuliah.
Bronto, S., 2006, Fasies Gunungapi dan Aplikasinya, Bahan Kuliah Tamu di
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM.
Bronto, S., 2006, Identifikasi Fosil Gunung Api, Bahan Kuliah Tamu di Jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral IST AKPRIND Yogyakarta.
Bronto, S., 2007, Gunung Api Tua, Pendekatan Inderaja dan Geomorfologi,
Bahan Kuliah Tamu di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral IST AKPRIND Yogyakarta 151.
Cas, R. A. F. And J. V. Wright, 1987, Volcanic Successions: Modern and
Ancient, 2nd Edition, Unwin Hyman, London, 3-123. Creasey, S. C.,
1966, Hydrothermal Alteration, Director of The U.S. Geological Survey.
Economic Geology, tidak dipublikasikan.
Energi Sumber Daya Mineral. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah,
Vulcanological Survey of Indonesia. Energi Sumber Daya Mineral.
Jakarta.
Fandeli, C. dalam Zakaria, Z.. 2000. Analisis Lereng. UNPAD. Bandung.
Fisher, R.V. dan Schmincke, H.U., 1984. Pyroclastic Rocks. Springer-Verlag,
Berlin, 472 h.
Fisher, R. V. dan Smith, G. A., 1991. Volcanism, Tectonics and Sedimentation;
Sedimentation In Volcanic Settings. Dalam: Fisher, R. V. dan Smith,
G. A., (Eds.), SEPM Special Edition, (45), Tusla, Oklahoma, USA, h.1-
5.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of The Indonesian Region, Geological Survey
Proffesional paper 1078, in corporation with the Geological Survey of
Indonesia, The Australia Bureau of Mineral Resources, 345.
MacDonald, A.D., 1972, Volcanoes, Prentice-Hall, Inc., USA, 66-197.
Mark, P., 1957, Stratigrafi Lexicon of Indonesia, Publikasi Keilmuan No. 31,
Pusat Jawatan Geologi Bandung.
McPhie, J., M. Doyle and R. Allen, 1993, Volcanic Texture, Centre for Ore
Deposit and Exploration Studies, University of Tasmania, Hobart, 196.
Mulyaningsih, S., dkk, 2006, Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal
sampai Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta, Jurnal Geologi
Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 103-113.
Mulyaningsih, S, 2013, Vulkanologi, AKPRIND PRESS, Yogyakarta.
Pettijohn, F, J., 1975, Sedimentary Rocks, Harpercollins, USA.
Robert E. Thaden, dkk. (1975), Membuat Peta Geologi Lembar Magelang dan
Semarang, Jawa. Direktorat Geologi, Bandung
Simkin, T., Siebert, L., McClelland, L., Bridge, D., Newhall, C., Latter, J.H. 1981.
Volcanoes of the World: A Regional Directory, Gazetteer, and
Chronology of Volcanism During the Last 10,000 Years. Stroudsburg,
Penn: Hutchinson Ross. 240 hal.
White, N. C., 1996, Hydrothermal Alteration in Porphyry Copper System,
BHP Mineral International Inc, tidak dipublikasikan, 20-25.
Williams, H. And A. R. McBirney, 1979, Volcanology, Freeman, Cooper: San
Fransisco, 135-142.
http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Peta_administratif_jawa_tengah.gif,
2006
http://www.google.com/Tectonicofjava.htm