Anda di halaman 1dari 12

TOKOH-TOKOH EKONOMI ISLAM INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Dasar-Dasar Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :

Alwi Musa M.

Disusun oleh :

M. Abu Al walid AMKIR (931327214)

JURUSAN SYARIAH
PRODI EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia memiliki beberapa pemikir yang ikut berperan serta dalam memajukan negara
Indonesia. Para pemikir tersebut merupakan ahli di berbagai bidang. Indonesia seperti
kebanyakan negara-negara di dunia, mempunyai berbagai permasalahan yang dapat mengganggu
stabilitas sebuah sistem bernegara. Terutama permasalahan mengenai ekonomi dalam pandangan
islam. Karena negara indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk islam terbesar di
dunia. Dan semua permasalahan ini mau tidak mau membuat para tokoh ekonomi islam
Indonesia turut campur, paling tidak sebagai seorang pendidik yang mengajarkan ilmu-ilmu
ekonomi islam pada generasi muda. Sehingga diharapkan, generasi muda Indonesia mampu
menangani berbagai permasalahan ekonomi yang ada. Para tokoh ekonomi islam Indonesia
tersebut rata-rata memang memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi di
Indonesiasejak kemerdekaan indonesia sampai sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN
B. Tokoh-Tokoh Ekonomi Islam Di Indonesia

1. M. Dawam Rahardjo

M. Dawam Rahardjo dilahirkan di desa Tempur Sari, Solo jawa Tengah pada tanggal 20 April
1942.1 Ayahnya adalah seorang ahli tafsir al- Qur'an dan merupakan orang pertama yang
menanamkan kecintaannya akan al-Qur'an kepada Dawam Rahardjo. Sebagai orang yang
berangkat dari keluarga muslim, sejak kecil ia sudah kental dengan pendidikan agama. Dorongan
dari keluarga muslim ini pula yang mengantarkan dia tekun dan semangat di dalam mengkaji
masalah-masalah agama.

Bersama keluarganya Dawam Rahardjo tidak saja akrab dengan pranata-pranata sosial
kemasyarakatan Islam seperti pondok pesantren Jamsaren, pesantren Krapyak atau organisasi
perkotaan Muhammadiyah, tapi juga dekat dengan ulama berpengaruh seperti KH. Imam
Ghazali, KH. Ali Darokah, Ustadz Abdurrahman. Walau dalam karir akademinya orang lebih
mengenalnya sebagai jebolan sekolahan yang pernah mengenyam pendidikan melalui program
American Field Service (AFS) atau pendidikan SMA di Boisie, Indaho Amerika Serikat dan
berhasil mendapat gelar sarjana ekonomi dari UGM ( Universitas Gajah Mada) Yogyakarta.2

Dawam Rahardjo adalah seorang ekonom muslim yang mempunyai segudang aktifitas dan
pernah menduduki jabatan penting dalam organisasi, diantaranya pernah menjabat ketua II
dewan pakar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim indonesia), Direktur Utama Pusat
Pengembangan Agribisnis, Ketua Dewan Direktur Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Ketua
Redaksi Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an dan Dosen di Lembaga Pendidikan
Pengembangan Manajemen (LPPM) Jakarta.3

PEMIKIRAN

Sebagai seorang muslim sekaligus ekonom, Dawam Rahardjo dalam mengkaji persoalan etika
ekonomi Islam tidak terlepas dari al-Qur'an dan Hadits. Menurut pengamatan Dawam, ada tiga
penafsiran tentang istilah 'ekonomi Islam', yaitu:

1 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Quran Tafsir Berdasarkan Konsep-Konsep


Kunci, Jakarta: Paramadina, 1996

2 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi

3 M. Dawam Rahardjo, Intelektual, Intellegensia dan perilaku politik Bangsa: Risalah


Cendekiawan Muslim, Bandung: Mizan, Cet. Ke-4, 1999
a. Pertama, ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai atau ajaran
Islam. Maka akan timbul pengertian ajaran Islam itu mempunyai pengertian yang
tersendiri mengenai apa itu ekonomi.

b. Kedua, yang dimaksud ekonomi Islam adalah sistem ekonomi Islam. Sistem menyangkut
pengaturan, yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau Negara
berdasar cara atau metode tertentu.

c. Ketiga, Maksud dari penafsiran ini adalah sebagai perekonomian dunia Islam,penafsiran
ini muncul dari sifat pragmatis sebagaimana dilakukan oleh Negara Islam.4

Dengan demikian gagasan Dawam mengenai etika ekonomi Islam secara lebih jelasnya
merupakan suatu usaha penyelidikan atau pengkajian secara sistematis tentang perilaku, tindakan
dan sikap apa yang dianggap benar atau baik oleh kaum muslimin dalam hal ekonomi, sesuai
tuntunan baik al-Qur'an maupun Hadist. Nilai-nilai tentang yang benar dan yang salah serta yang
baik dan yang buruk di dalam kehidupan ekonomi didasarkan kepada konsep pemuliaan terhadap
anak adam. Manusia adalah mahkota ciptaan Allah. Manusia diciptakan dalam bentuk yang
paling indah. Tetapi kesempurnaan manusia sebagai mahluk, bukan hanya dari segi fisiknya.
Kehidupan manusia mengandung dua dimensi, jasmani dan rohani. Karena aspek rohani ini
bersifat unik pada manusia, dengan rohani itu manusia memperoleh makna dalam hidupnya.5

Dawam Rahardjo menggambarkan perekonomian pada masa Namrud dan Fir'aun, sistem
ekonomi masyarakat pada waktu itu disusun secara komando, sehubungan perkembangan
kebutuhan yang meningkat dengan menimbulkan gagasan untuk menghimpun manusia dalam
jumlah yang banyak untuk mewujudkannya, sehingga timbullah cara perbudakan yang didukung
sistem kekuasaan. Sementara etika Islam antara lain didasarkan atas prinsip kemerdekaan yang
merupakan dasar dari hak asasi manusia.

Dalam ajaran Islam, sumber rezeki itu adalah Allah. Dalam system perbudakan dan feodal
terdapat suatu kontradiksi. Dasar pemikiran kedua sistem tersebut adalah, bahwa raja atau
penguasa adalah sumber rezeki, karena jiwa manusia dan tanah dikuasai oleh dan karena itu
dianggap menjadi hak sekelompok orang atau kelas tertentu.6

2. Muhammad SyafiI Antonio

4 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, op. cit, 1999, hlm.3-4.

5 Ibid,. hlm. 14

6 Ibid,. hlm. 19
Muhammad Syafii Antonio lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965.Nama aslinya adalah
Nio Cwan Chung. Dia adalah WNI keturunan Tionghoa. Sejak kecil mengenal dan menganut
ajaran Konghucu, karena ayahnya seorang pendeta Konghucu. Selain mengenal ajaran
Konghucu, Syafii Antonio juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah
dan sekolah. Syafii Antonio sering memerhatikan cara-cara ibadah orang-orang Islam. Syafii
Antonio juga sempat memeluk Kristen Protestan dan berganti nama dari Nio Cwan Chung
menjadi Pilot Sagaran Antonio. Meskipun demikian, Syafii Antonio tetap ingin memperdalam
pengetahuannya tentang Islam. Untuk mengetahui kelebihan Islam daripada agama-agama
lainnya, termasuk agama yang dia anut saat itu, Syafii Antonio melakukan studi komparatif
dengan pendekatan sejarah, alamiah, dan nalar atau rasional.

Berdasarkan tiga pendekatan itu, hanya Islam yang menurutnya benar-benar agama yang mudah
dipahami ketimbang agama lain. Islam mengajarkan ketauhidan dan memiliki kitab suci Al
Quran yang penuh mukjizat, baik ditinjau dari bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra,
data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya. Setelah melakukan perenungan untuk
memantapkan hati, maka di saat berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, Syafii
Antonia putuskan memeluk agama Islam atas bimbingan KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali pada
1984. Keputusan tersebut tentu saja mendapat tantangan keras dari keluarga. Bahkan dia sempat
dikucilkan dan diusir dari rumah. Dengan kesabaran dan tetap berprilaku santun terhadap
keluarga, akhirnya membuahkan hasil dan tidak lama kemudian ibundanya menyusul menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW.

Kesungguhan Syafii Antonio untuk menjadi muslim kaffah dia tunjukkan dengan mengikuti
berbagai diskusi agama Islam dan mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi,
di bawah pimpinan KH Abdullah Muchtar. Meskipun dia kuliah di ITB dan IKIP, tapi kemudian
pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itu pun tidak lama karena dia melanjutkan sekolah ke
University of Yourdan (Yordania). Selesai studi S1 di Yordania, Ia melanjutkan program S2 di
International Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam. Dan
kemudian menyelesaikan gelar doktor di bidang perbankan dan keuangan mikro di University of
Melbourne tahun 2004 lalu.

Ia sempat bergabung dengan Bank Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia.
Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah.
Kemudian ia mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan
mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah yang salah satunya adalah Sekolah Tinggi Ekonomi
Islam (STEI) Tazkia. Dedikasinya terhadap perkembangan ekonomi dan perekonomian umat
Islam inilah yang membuatnya kini dikenal sebagai salah satu dari sedikit ekonom Islam
Indonesia.
PEMIKIRAN

Sistem ekonomi syariah dalam kehidupan masyarakat Islam di dunia termasuk di Indonesia
memiliki masalah di bidang itu. Jadi persoalan terbesarnya adalah terkait dengan ekonomi alias
kemiskinan. Penyebab kemiskinan ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Ada kemiskinan
yang berakar pada pola pikir atau istilahnya konseptual problem. Tentang mana yang lebih baik
antara miskin, sabar, kaya syukur, apa yang dimaksud dengan qonaah, takdir miskin, atau malas
tidak mau berjuang, dan lainnya. Kemudian yang kedua miskin karena masalah teknis, antara
lain lack of competence, lack of marketing, dan lack of financial management. Dan yang ketiga,
miskin karena struktural, tidak terlalu mendukung pada small and micro. Menurutnya, Islam itu
agama yang siap untuk dites secara hukum, sejarah, ilmu pengetahuan, dan sosiologi. Bahkan
secara business and entrepreneurship, secara family system, dan financial system pun Islam siap
menjawabnya.7

Sistem perekonomian islam yang diterapkan di lembaga keuangan dan perbankani belum
lengkap misalnya bagaimana menarik dana-dana dari Timur Tengah dengan satu obligasi negara
yang berbasis syariah. Negara Singapura, begitu tahu, langsung melakukan modifikasi pada
penerapannya ke dalam sistem yang ada, sehingga bisa memastikan dana-dana Timur Tengah itu
masuk. Bahkan Jepang juga melakukan itu, serta salah satu negara bagian di Jerman sudah mulai
melirik hal itu, begitu juga dengan China. Saya khawatir Indonesia akan ketinggalan dalam hal
melakukan deregulasi kebijakan sektor finansial. Walaupun pembinaan perbankan syariah dan
pembinaan asuransi syariah sudah ada, tetapi masih belum ditingkatkan.

Antonia berpendapat bahwa manajemen syariah itu universal, karena manajemen itu lebih
kepada soft skill, lebih kepada kebiasaan, norma, strategi. Karena melihat hal ini, maka
peluangnya terbuka luas. Terutama dari sisi SDM, sisi operasi, dari sisi pemasaran, dan
keuangan. Ini yang standar-standar saja, dan ini semua bisa dimasukan oleh norma manajemen.
Hal itu juga seperti dikatakan dalam Al-Quran, Sunnah, rukun Islam, rukun iman dan sepanjang
sejarah mereka memiliki kebijakan itu. Bahkan dalam ritual-ritual seperti doa, sholat, puasa bisa
sangat berpengaruh ke dalam efektivitas manajemen terutama untuk pengembangan SDM, serta
untuk manajemen keuangan dapat lebih transparan.8

Bila kita mengenang kejayaan islam dan mempelajari keunggulan dan peradaban sekaligus
kepedihan. Unggul karena islam memiliki semua dimensi yang diperlukan untuk maju. Pedih
karena ketika semua keunggulan mulai digenggam, para penguasa mulai melupakan kewajiban
untuk menyejahterakan masyarakat sehingga otoritas kekuasaannya tidak lagi ditopang oleh

7 http://makmunr.blogspot.com/2010/08/muhammad-syafii-antonio-ekonom-islam.html

8 http://www.eramuslim.com/berita/bincang/dr-h-muhammad-syafi-039-i-antonio-m-ec-
bangun-bisnis-yang-sehat-dengan-manajemen-syariah.htm
masyarakat dan kapasitasnya. Hal ini juga pernah diungkapkan ekonom islam Ibnu Khaldun.
Dalam pandangannya, kejayaan adalah tali temali dari kekuasaan yang disegani. Kekuasaan yang
kokoh tidak tercipta tanpa ditopang oleh ekonomi yang tangguh. Ekonomi yang kuat tidak lahir
kecuali penguasa melangsungkan pembangunan. Dan pembangunan hanya sia-sia bila tidak
disertai pemerataan dan keadilan dalam kerangka syariah.9

3. Adiwarman Karim

Nama lengkap dan gelarnya adalah Ir.H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir
di Jakarta pada 29 Juni 1963. Adiwarman atau Adi (nama panggilan) merupakan cerminan sosok
pemuda yang mempunyai "hobi" belajar. Pendidikan tingkat S1 ia tempuh di dua perguruan
tinggi yang berbeda, IPB dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut
Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 Adiwarman berhasil menyelesaikan studinya di
European University, Belgia dan memperoleh gelar M.B.A. setelah itu ia menyelesaikan studinya
di UI yang sempat terbengkalai dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Tiga
tahun berikutnya, 1992, Adiwarman juga meraih gelar S2-nya yang kedua di Boston University,
Amerika Serikat dengan gelar M.A.E.P. Selain itu ia juga pernah terlibat sebagai Visiting
Research Associate pada Oxford Centre for Islamic Studies.

Modal akademis dan konsistensinya pada bidang ekonomi menghantarkannya untuk meniti
berbagai karir prestisius. Pada tahun 1992 Adiwarman masuk menjadi salah satu pegawai di
Bank Muamalat Indonesia, setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karir Adi di BMI
terbilang cemerlang, karir awalnya sebagai staf Litbang. Enam tahun kemudian ia dipercaya
untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan terakhirnya di pionir bank syariah tersebut
adalah Wakil Presiden Direktur. Jabatan tersebut dipegang sampai dengan tahun 2000, ketika ia
memutuskan untuk keluar dari BMI.

Menurutnya, memutuskan keluar dari BMI bukan perkara gampang. Sebab, bekerja di bank
syariah sudah menjadi keinginannya sejak masih menjadi mahasiswa. Karena itu ia baru berani
memutuskan untuk keluar dari BMI setelah melakukan shalat istikharah selama 6 bulan.
Keluarnya Adiwarman dari BMI disebabkan ia memiliki agenda yang lebih besar yang ingin
dicapai, yaitu memperjuangkan dibukanya divisi syariah di bank-bank konvensional. Hasil dari
upaya Adiwarman tersebut dapat dilihat sekarang ini, dengan dibukanya divisi-divisi, unit dan
gerai syariah di beberapa bank konvensional, meskipun itu bukan satu-satunya faktor
penyebabnya.

Setelah melepas jabatannya di BMI, pada tahun 2001 dengan modal Rp. 40 juta Adiwarman
kemudian mendirikan perusahaan konsultan yang diberi nama Karim Business Consulting.

9 M. Luthfi Hamidi. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2003).
Semula, banyak pihak termasuk yang bergabung di perusahaannya awalnya memandang pesimis
prospek perusahaan yang dipimpinnya. Hal ini bisa dimaklumi, sebab ketika itu bank syariah di
Indonesia hanyalah BMI. Tetapi, seiring perkembangan ekonomi Islam dan perbankan syariah
di Indonesia, saat ini perusahaan yang dipimpinnya telah menjadi rujukan pertama dari berbagai
masalah ekonomi dalam perbankan Islam atau Syariah.

Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia


bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai intelektual dan akademisi. Ia menjadi dosen tamu
di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif Hidayatullah dan
sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar perbankan dan ekonomi syariah. Di beberapa
perguruan tinggi tersebut ia juga mendirikan Shariah Economics Forum (SEF), suatu model
jaringan ekonomi Islam yang bergerak di bidang keilmuan. Lembaga tersebut menyelenggarakan
pendidikan non kulikuler yang diselenggarakan selama dua semester dan dipersiapkan sebagai
sarana "islamisasi" ekonomi melalui jalur kampus.

Pada 1999, Adiwarman bersama kurang lebih empat puluh lima tokoh dan cendikiawan Muslim
Indonesia bersepakat mendirikan lembaga IIIT-I (The International Institute of Islamic Thought-
Indonesia). IIIT, sebagai induk organisasinya yang berkedudukan di Amerika Serikat adalah
lembaga kajian pemikiran Islam yang berupaya mengeksplorasi Islamisasi ilmu pengetahuan
sebagai respon Islam atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan. Upaya itu semula digagas oleh
beberapa cendikiawan Muslim di Amerika Serikat pada tahun 1981. Di Indonesia, upaya serupa
telah dilakukan lewat pengembangan dan eksplorasi ilmu ekonomi Islam. Meruahnya respon atas
upaya ini terbukti salah satunya dengan semakin banyaknya institusi-institusi perbankan yang
mengadopsi sistem syariah.

Sama seperti induk organisasinya, IIIT-Indonesia berkembang sebagai sebuah organisasi nirlaba
yang bergerak di wilayah pemikiran dan kebudayaan. IIIT-Indonesia bersifat independen, tidak
berafiliasi dengan gerakan lokal mana pun. Misi yang diembannya adalah mengembangkan
pemikiran Islam berikut metodologinya dalam kerangka meningkatkan kontribusi umat Islam
dalam membangun peradaban bersama yang lebih baik. Bersama dengan IIIT-I inilah
Adiwarman menebarkan gagasanya tentang ekonomi Islam.

Kepakaran Adiwarman di bidang ekonomi Islam semakin diakui dengan ditunjuknya ia sebagai
anggota Dewan Syariah Nasional dan terlibat dalam mempersiapkan lahirnya Undang-Undang
Perbankan Syariah. Saat ini Adiwarman sudah dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama
Abdul Barri Karim (12 tahun), Azizah Mutia Karim (11 tahun), dan Abdul Hafidz Karim (6
tahun) dari pernikahannya dengan Rustika Thamrin (35 tahun), seorang Sarjana Psikologi UI,
pada usia 25 tahun.10

10 A. Dimyati,Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim diambil


dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5 akses tgl 22-04-2016 pukul 19:30
PEMIKIRAN

Misi penegakkan syariat yang diusung oleh Islam fundamentalis mendapat reaksi dari kelompok
liberal yang mengkampanyekan sekularisme. Menurut kelompok ini, gerakan islam tidak perlu
membawa isu keagamaan ke dalam wacana public. Selain itu, dalam memanggapi persoalan
public, pendekatan agama tidak perlu dipakai dan cukup diganti dengan ilmu pengetahuan.
Demikian pula formulasi syariat islam menjadi hukum positif tidak diperlukan, karena dalam
formalisasi itu negara harus memilih suatu mazhab tertentu yang berarti akan menyingkirkan
mazhab-mazhab yang lain. Karena itulah, pilihan yang tepat adalah mengembalikan Islam
kepada masyarakat untuk menjalankan syariat mereka secara otonom tanpa intervensi Negara.

Menurutnya, perbedaan pendapat dalam menyikapi isu-isu actual seputar ekonomi dan
perbankan syarih atau Islam di Indonesia. Di bidang ini, kelompok fundamentalis berusaha
memperjuagngkan berlakunya syariat Islam dalam sistem ekonomi Islam, khususnya perbankan
Islam. Sama halnya dengan memperjuagkan syariat Islam di bidang politik dan hukum.
Bedanya, jika perjuangan melalui jalur politik dilakukan dengan cara-cara radikal, sementara
perjuangan menegakkan ekonomi Islam cenderung memilih cara-cara gradual dan demokratis.

Di Indonesia, fundamentalis yang memperjuangkan tegaknya ekonomi Islam dapat dibedakan


menjadi dua kelompok lagi, yaitu kelompok professional dan kelompok intelektual. Kelompok
fundamentalis professional berorientasi pada praktek. Mereka merasa tidak perlu menunggu
perkembangan teori Islam menjadi mapan, serta mencukupkan diri dengan piranti teori yang
sudah ada, yaitu fiqh muamalah setelah dikonseptulaisasi. Golongan professional inilah yang
berada di balik pendirian BMI dan bank-bank Islam lainnya.

Berbeda dengan fundamentalis intelektual yang berorientasi pada teori. Mereka berupaya
menyediakan bangunan teori-teori ekonomi yang kokoh terlebih dahulu sebagai dasar pijakan
bagi terlaksananya ekonomi islam secara baik dan benar serta dapat diterima secara luas oleh
masyarakat (ilmiah). Sekalipun demikian, dalam upaya membangun teori tersebut kelompok
fundamentalis intelektual ini juga tidak sepaham. Kelompok ini memandang adanya perbedaan
antara ilmu ekonomi dengan ideologi Islam. Akibatnya adalah keduanya tidak akan bisa bertemu.
Istilah ekonomi Islam adalah istilah yang kurang tepat sebab ada ketidaksesuaian antara definisi
ilmu ekonomi dengan ideologi Islam tersebut. Karena itu mazhab ini mengganti istilah ilmu
ekonomi Islam dengan iqtisad yang mengandung arti selaras, setara dan seimbang (in between).
Kemudian menyusun dan merekonstruksi ilmu ekonomi tersendiri yang bersumber dari al-Quran
dan Sunnah.

Adiwarman tidak lepas dari metode sejarah dan fiqh dalam membangun keilmuan ekonomi Islam
yang berupaya menjelaskan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada sejarah Islam
klasik, terutama pada masa Rasulullah. Khususnya sejarah pemikiran ekonomi, dapat dibedakan
menjadi dua macam; yaitu sejarah yang memaparkan evolusi pemikiran di mana suatu pemikiran
dapat bersumber dari satu atau beberapa tokoh, dan sejarah yang menceritakan riwayat hidup
tokoh-tokoh besar di bidang ekonomi. Berdasarkan pembedaan ini, Adiwarman cenderung untuk
menggunakan pendekatan sejarah pemikiran ekonomi maupun sejarah perekonomian. Suatu
ketika dengan gamblang ia menceritakan praktek perekonomian yang berlaku pada masa
Rasulullah dan sahabat ataupun era tertentu di kalangan umat Islam, tetapi pada saat yang lain ia
mengkaji beberapa tokoh ekonomi dan pemikir Islam. Dengan basis sejarah ini, nampaknya
Adiwarman berupaya menemukan landasan akar sejarah yang kuat bagi bangunan teori ekonomi.

Selain pendekatan sejarah, Adiwarman juga menggunakan pendekatan fiqh. Dalam


pandangannya, fiqh tidak hanya berbicara pada aspek ubudiyah semata. Fiqh berbicara aspek
sosial masyarakat yang lebih luas, terutama ketika dibingkai dalam wadah fiqhul waqiiy (fiqh
realitas). Dalam format yang demikian, fiqh lebih merupaka suatu respon atas problematika
kontemporer sebagai suatu upaya menemukan jawaban dan solusi yang tepat bagi suatu
masyarakat tertentu dalam konteks tertentu pula. Karena itu Adiwarman selalu berpegang pada
adagium li kulli maqam, maqal. Wa likulli maqal, maqam. (Setiap kondisi butuh ungkapan
yang tepat. Dan setiap ungkapan, butuh waktu yang tepat pula).

Pendekatan fiqh yang digunakan Adiwarman tidak berdiri sendiri. Untuk dapat merespon
fenomena ekonomik, prinsip-prinsip fiqh yang diformulasikan ulama masa lalu ditarik pada
perspektif ekonomi. Sederhananya Adiwarman menggunakan istilah-istilah dan prinsip-prinsip
fiqh dalam membahas masalah-masalah ekonomi. Sebagai contoh ia menjelaskan fenomena
distorsi permintaan dan penawaran (false demand dan false supply) berdasarkan prinsip al-bai
an-najsy, ia juga menganalisis monopolic behaviour berdasarkan teori tadlis dalam fiqh dan
masih banyak lagi.

Meskipun begitu, Adiwarman menghindari melakukan islamisasi ekonomi dengan cara


mengambil ekonomi Barat lalu dicari ayat al-Quran dan haditsnya. Menurutnya hal itu tidak
dapat dibenarkan, karena itu memaksakan al-Quran dan hadits cocok dengan pikiran manusia.
Ekonomi Islam bukan ekonomi konvensional lalu ditempeli al-Quran dan hadits.11 Itulah
sebabnya metode yang ditempuh oleh Adiwaman adalah dengan melakukan interpretasi bebas
terhadap teks-teks al-Quran, as-sunnah dan fiqh dalam perspektif ekonomi.

11 http://ridaingz.wordpress.com/2012/07/19/redefinisi-keilmuan-ekonomi-islam-indonesia-
studi-atas-pemikiran-ekonomi-islam-adiwarman-azwar-karim/
BAB III

KESIMPULAN

Pada dasarnya semua pemikiran para tokoh ekonom islam di indonesia berpedoman pada Al-
Quran dan As-Sunnah yang menjadi sumber tertinggi islam. Karena dalam Al-Quran dan As-
Sunnah itulah semua aspek kehidupan yang membawa kita kepada kebahagiaan sejati dan
membawa kita kepada keselamatan dunia akhirat diatur termasuk dalam bidang ekonomi. Selain
itu ekonomi islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani. Disebut ekonomi
Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiah. Lalu dikatakan sebagai ekonomi
Insani karena sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia.

Dan diantara tujuan dalam ekonomi islam, antara lain:

1. Mencari kebahagiaan akhirat yang diridhai Allah dengan segala nikmat yang telah Allah
berikan kepada kita.

2. Tidak melupakan perjuangan nasib di dunia dengan cara berusaha dan berdoa.

3. Berbuat baik kepada sesama manusia sebagaimana Allah telah memberikan nikmatnya
kepada kita.

4. Dan menjauhkan diri dari segala tindakan yang menuju kepada kebinasaan di muka bumi
ini.
Perkembangan Kopontren semakin menjamur setelah digulirkanya proyek P2KR (Proyek
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (baca:Pessantren) oleh BAPPENAS, 1998.
Outlook Perbankan Syariah 2013, (Bank Indonesia:2012)

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Quran Tafsir Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta:


Paramadina, 1996

M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi,1998

M. Dawam Rahardjo, Intelektual, Intellegensia dan perilaku politik Bangsa: Risalah


Cendekiawan Muslim, Bandung, 1999

http://makmunr.blogspot.com/2010/08/muhammad-syafii-antonio-ekonom-islam.html

http://www.eramuslim.com/berita/bincang/dr-h-muhammad-syafi-039-i-antonio-m-ec-bangun-
bisnis-yang-sehat-dengan-manajemen-syariah.htm
M. Luthfi Hamidi. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2003).
A. Dimyati,Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim diambil
dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5 akses tgl 22-11-2011 pukul 10:53
http://ridaingz.wordpress.com/2012/07/19/redefinisi-keilmuan-ekonomi-islam-indonesia-studi-
atas-pemikiran-ekonomi-islam-adiwarman-azwar-karim/

Anda mungkin juga menyukai