PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
POLIPROPILENA (PP) 1
Mengetahui cara menyintesis polipropilen dari monomernya yaitu
propilena.
Mengetahui aplikasi atau kegunaan dari plastik polipropilena dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengetahui cara pembuatan produk akhir dari plastik polipropilena.
POLIPROPILENA (PP) 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
POLIPROPILENA (PP) 3
Pada umumnya, ada tiga tipe PP yaitu homopolimer, random kopolimer
dan kopolimer blok. PP Homopolimer adalah PP yang disusun hanya oleh
monomer propilena yang mempunyai temperatur transisi 0oC sehingga
menjadikannya getas pada temperatur rendah serta memiliki sifat optis yang
sedang (translucent). PP Random Kopolimer merupakan PP yang disusun
oleh monomer propilena dan etilena yang tersusun secara acak dalam rantai
PP yang mudah dikenali dari kebeningannya dan kelenturannya tetapi
kekuatan dan kekerasannya lebih rendah dibanding PP Homopolimer. PP
Impact Copolymer (ICP) merupakan PP yang disusun oleh monomer
propilena dan etilena yang tersusun dalam dua blok fasa, yaitu PP
Homopolimer dan ethylene-propylene-rubber (EPR) yang memiliki
ketahanan beban kejut sangat baik termasuk dalam temperatur rendah karena
memiliki temperatur transisi -30oC serta berwarna putih.
Titik leleh polipropilena isotaktik murni adalah 176 oC, sedangkan ataktik
dan sindiotaktik mempunyai titik leleh kristal 165-170 oC, sangat tahan
terhadap suhu yang sangat dingin, dan tetap kuat sampai suhu -100 oC. Panas
fusi propilene isotaktik dilaporkan sebesar +88 J/g (+21 kal/g) sedangkan
POLIPROPILENA (PP) 4
panas kristalisasi polipropilena terbesar diperoleh pada rentang +87 s/d +92
J/g.
o
Polipropilena sindiotaktik memiliki titik leleh akhir pada 174 C dan panas
fusi sebesar +105 J/g (+25,1 kal/g). Kedua sifat tersebut memiliki nilai yang
lebih rendah daripada polipropilena isotaktik.
Polipropilena tidak mudah larut dalam air, pelarut organik polar, dan
pelarut golongan alkali. Namun jika dilarutkan dalam pelarut organik non
polar seperti renggang dan fleksibilitasnya. Polipropilena direduksi oleh zat-
zat oksidator kuat seperti asam klorosulfonik, oleum 100%, gas asam
nitrit, dan gas halogen. Asam sulfanik 98% dan hidrogen peroksida 30%
menyebabkan efek yang kecil pada struktur molekulnya tetapi pada suhu 60
o
C atau lebih akan terdegradasi.
POLIPROPILENA (PP) 5
sehingga akan menjadi monomer-monomer. Reaksi perpindahan radikal intra
molekular akan menghasilkan radikal tersier.(Bark and Alan, NS, 1982).
Pemutusan rantai
POLIPROPILENA (PP) 6
2.4 Aplikasi Polipropilena
3. Tahan panas
Kebanyakan barang dari plastik untuk keperluan medis atau
labolatorium bisa dibuat dari polipropilena karena mampu
menahan panas di dalam autoklaf.
Digunakan sebagai bahan untuk membuat ketel (ceret) tingkat-
konsumen.
Wadah penyimpan makan yang terbuat dari polipropilen takkan
meleleh di dalam mesin cuci piring dan selama proses pengisian
panas industri berlangsung.
Untuk alasan inilah, sebagian besar tong plastik untuk produk susu
perahan terbuat dari propilena yang ditutupi dengan foil aluminium
(keduanya merupakan bahan tahan-panas). Seusai produk
didinginkan, tabung sering diberi tutup yang terbuat dari bahan
yang kurang tahan panas, seperti polietilena berdensitas rendah
(LDPE) atau polistirena. Wadah seperti ini merupakan contoh yang
bagus mengenai perbedaan modulus, karena tampak jelas beda
kekenyalan LDPE (lebih lunak, lebih mudah dilenturkan) dengan
PP yang tebalnya sama. Jadi wadah penyimpan makanan dari
polipropilena sering memiliki tutup yang terbuat dari LDPE yang
lebih fleksible agar bisa tertutup rapat-rapat.
POLIPROPILENA (PP) 7
4. Sifatnya terhadap air
Polipropilena merupakan sebuah polimer utama dalam barang-
barang tak tertenun. Sekitar 50% digunakan dalam popok atau
berbagai produk sanitasi yang dipakai untuk menyerap air
(hidrofil), bukan yang secara alami menolak air (hidrofobik).
Penggunaan tak tertenun lainnya yang menarik adalah saringan
udara, gas, dan cair dimana serat bisa dibentuk menjadi lembaran
atau jaring yang bisa dilipat untuk membentuk kartrij (cartridge)
atau lapisan yang menyaring dalam batas-batas 0,5 sampai 30
mikron. Aplikasi ini bisa ditemukan di dalam rumah sebagai
saringan air.
7. Lain-lain,
Ember plastik, baterai mobil, kontainer penyejuk, piring, dan kendi
sering terbuat dari polipropilena atau HDPE, keduanya memiliki
penampilan, rasa, serta sifat yang hampir sama pada suhu ambien.
Polipropilena sangat umum digunakan untuk pencetakan plastik
dimana ia disuntikkan ke dalam cetakan dalam keadaan meleleh,
POLIPROPILENA (PP) 8
membentuk berbagai bentuk yang kompleks pada volume yang
tinggi dan biaya yang relatif rendah. Hasilnya bisa berupa tutup
botol, botol, dll.
Polipropilena yang diproduksi dalam bentuk lembaran telah
digunakan secara meluas untuk produksi stationary folder,
pengemasan, dan kotak penyimpanan. Warna yang beragam,
durabilitas, serta sifat resistensi PP terhadap debu membuatnya
ideal sebagai sampul pelindung untuk kertas serta berbagai bahan
yang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
POLIPROPILENA (PP) 9
Bahan baku merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk. Bahan baku yang digunakan pada Polypropylena (PP) Plant dapat
digolongkan sebagai bahan baku utama dan bahan baku penunjang. Bahan
baku utama yang digunakan dalam produksi adalah propylena, sedangkan
bahan penunjangnya adalah katalis, kokatalis, SCA, hidrogen, nitrogen,
CO dan aditif.
A. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan dalam menghasilkan plastik PP
adalah propilena. Propilena adalah senyawa hidrokarbon yang
umum digunakan sebagai bahan baku induk (feedstock) untuk
pembuatan produk polipropilena, asam akrilat, propilena oksida,
akrilonitril, isopropil alkohol, kumena, dan heptena.
B. Bahan Penunjang
1) Katalis
Katalis yang biasa digunakan adalah TiCl4. Contoh katalis yang
digunakan dalam industri adalah SHAC (Shell High Activity
Catalyst) 201 yaitu terdiri dari TiCl4 (30% berat) dan white mineral
oil (60-75%). White mineral oil berfungsi untuk melindungi
kompleks TiCl4 dari kontak dengan udara lembab atau uap air
karena TiCl4 sangat reaktif terhadap air. Wujud katalis berupa
slurry (padatan tersuspensi dalam minyak) sehingga
memungkinkan katalis dapat dialirkan ke dalam reaktor.
2) Ko-katalis
Kokatalis berfungsi sebagai pembentuk kompleks katalis aktif
sehingga mempermudah terjadinya polimerisasi. Ko-katalis yang
digunakan adalah TEAL (Tri Etil Alumunium, (C2H5)3 Al. TEAL
yang berwujud cairan pada kondisi ruang, bening, dan tidak
berwarna. TEAL bersifat phyrophoric, yaitu sangat reaktif terhadap
udara dan air sehingga semua peralatan penyimpanan da
pemrosesan TEAL harus bebas oksigen dan air. Laju alir TEAL
yang diumpankan ditentukan oleh rasio katalis terhadap ko-katalis
dalam reaktor.
3) Selectivity Control Agent (SCA)
Selectivity Control Agent (SCA) berfungsi untuk mengatur
kecenderungan rantai isotaktik dalam polimer dengan cara
POLIPROPILENA (PP) 10
mematikan sisi aktif katalis yang menghasilkan resin ataktik. SCA
yang cocok untuk SHAC adalah Normal Para Tri Metoksi Silane
(NPTMS).
4) Hidrogen
Hidrogen berfungsi sebagai terminator akhir reaksi polimerisasi
sehingga diperoleh polimer dengan panjang rantai dan berat
molekul tertentu. Panjang pendeknya rantai yang terbentuk dapat
dilihat dari kekentalan aliran produk (melt flow). Semakin panjang
rantai molekul polipropilen, melt flow-nya akan semakin kecil.
Melt Flow diatur dengan menentukan rasio gas hydrogen yang
masuk ke dalam reactor. Apabila meltflow produk yang diinginkan
tinggi, laju gas hydrogen diperbesar. Selain digunakan dalam
sistem reaksi, hydrogen digunakan dalam reaksi hidrogenasi dalam
pemisahan metil asetilen dan butadiene pada sistem pemurnian
Propilena.
5) Nitrogen
Nitrogen pada Polipropilena Plant dibagi menjadi dua macam,
yaitu nitrogen bertekanan Tinggi (40 kg/cm2) dan nitrogen
bertekanan rendah (7,8 kg/cm2). Nitrogen bertekanan tinggi
digunakan dalam sistem reaksi untuk menjaga kestabilan tekanan
dan temperatur di dalam reaktor, sebagai gas pembawa katalis dan
membantu terjadinya fluidisasi di dalam reactor, dan sistem
pemurnian propilena.
Nitrogen bertekanan rendah digunakan untuk sistem aditif, slurry
feed tank, pembawa propilen dalam vent recovery system pada
resin degassing. Nitrogen digunakan karena bersifat inert (tidak
bereaksi) sehingga tidak mengganggu reaksi polimerisasi.
6) Karbon Monoksida (CO)
Reaksi polimerisasi merupakan reaksi yang menghasilkan panas
(eksotermik). Jika temperatur di dalam reaktor melampui
temperatur pelelehan, resin dalam unggun akan saling melekat dan
membentuk lembaran hingga dapat membuat keseluruhan unggun
menjadi gumpalan padat (chunk). Jika temperatur terus naik,
lembaran tersebut akan memadat dan membesar. Penghentian
reaksi dilakukan lewat suatu sistem yang disebut kill system. Kill
POLIPROPILENA (PP) 11
system bekerja dengan menyuntikan racun katalis ke dalam reaktor
lewat aliran gas siklus. Racun yang dipakai pada kill system adalah
gas CO (karbon monoksida).
7) Aditif
Aditif ditambahkan guna mendapatkan produk polypropylene
tertentu yang diinginkan, berbentuk serbuk padatan dan cairan,
ditambahkan pada resin sebelum proses pelleting.
3. Konsep Proses
a) Dasar reaksi
Reaksi polimerisasi pembentukan polipropilen merupakan reaksi
polimerisasi pertumbuhan rantai atau polimerisasi adisi. Pada
POLIPROPILENA (PP) 12
polimerisasi adisi, kereaktifan polimer dapat diabaikan terhadap
kereaktifan monomernya. Pertumbuhan rantai hanya disebabkan
oleh penambahan monomer yang terus menerus terhadap radikal
bebasnya.
Polimerisasi adisi menghasilkan bentuk polimer dengan molekul
yang sama dengan monomernya. Berat molekul polimer yang
terbentuk merupakan penjumlahan sederhana dari berat molekul
semua unit monomer yang bergabung dalam rantai. Pada
polimerisasi adisi tidak terjadi pengakhiran, polimerisasi terus
berlangsung sampai tidak ada lagi gugus fungsi tersedia untuk
bereaksi. Walaupun demikian, reaksi dan derajat polimerisasi dapat
dikendalikan dengan mengatur waktu reaksi dan suhu reaksi. Cara
penghentian reaksi yang paling baik adalah dengan menggunakan
penghentian ujung atau dengan menggunakan satu monomer secara
berlebihan.
Reaksinya adalah :
b) Mekanisme reaksi
Reaksi polimerisasi pertumbuhan rantai terdiri dari 3 tahapan, yaitu
: inisiasi, propagasi, dan terminasi. Sebelum terjadi tahapan reaksi
ini, katalis TiCl4 diaktifkan terlebih dahulu oleh ko-katalis
Al(C2H5)3 sehingga akan terbentuk pusat aktif (active center)
katalis seperti pada reaksi berikut ini :
POLIPROPILENA (PP) 13
Gambar 5. Reaksi Pembentukan Pusat Aktif Katalis
1. Reaksi Inisiasi
Setelah katalis diaktifkan oleh ko-katalis membentuk radikal bebas Ti,
maka monomer propilen akan menyerang bagian aktif ini dan
berkoordinasi dengan logam transisi, selanjutnya ia menyisip antara metal
dan grup alkil. Sehingga mulailah terbentuk rantai polipropilen. Reaksinya
:
2. Reaksi Propagasi
Radikal propilen terbentuk akan menyerang monomer propilen lainnya
terus menerus dan membentuk radikal polimer yang panjang. Pada tahap
ini tidak terjadi pengakhiran, polimerisasi terus berlangsung sampai tidak
ada lagi gugus fungsi yang tersedia untuk bereaksi. Cara penghentian
reaksi yang biasa dikenal adalah dengan penghentian ujung atau dengan
menggunakan salah satu monomer secara berlebihan. Reaksinya adalah :
POLIPROPILENA (PP) 14
Gambar 7. Reaksi Propagasi
3. Reaksi Terminasi
Pada tahap ini diinjeksikan sejumlah hidrogen yang berfungsi sebagai
terminator. Hidrogen sebagai terminator akan bergabung dengan sisi aktif
katalis sehingga terjadi pemotongan radikal polimer yang akan
menghentikan reaksi polimerisasi propilene. Reaksinya :
4. Taksisitas Polipropilena
POLIPROPILENA (PP) 15
monomer yang berdekatan punya efek yang kuat pada kemampuan
polimer yang sudah jadi untuk membentuk kristal, sebab tiap gugus metil
memakan tempat serta membatasi pelenturan/pelentukan tulang punggung
(backbone bending). Seperti kebanyakan polimer vinil yang lain,
polipropilena yang berguna tak bisa dihasilkan oleh polimerisasi radikal
dikarenakan lebih tingginya reaktivitas hidrogen alilik (yang mengarah ke
dimerisasi) selama polimerisasi. Bahan yang dihasilkan dari proses itu
akan memiliki gugus metil yang tersusun acak, yang disebut PP ataktik.
Kurangnya benah jangkau panjang mencegah apapun kristalinitas di dalam
bahan seperti itu, menghasilkan sebuah bahan amorf berkekuatan sangat
kecil.
POLIPROPILENA (PP) 16
Gambar 10. Sebuah model bola-dan-rantingnya polipropilena
sindiotaktik.
POLIPROPILENA (PP) 17
Gambar 10. Galon air PP
a) Injection Molding
Proses injection molding merupakan proses yang sering digunakan
dalam industri manufaktur plastik. Termoplastik dalam bentuk butiran atau
bubuk ditampung dalam sebuah hopper kemudian turun ke dalam barrel
secara otomatis (karena gaya gravitasi) dimana ia dilelehkan oleh pemanas
yang terdapat di dinding barrel dan oleh gesekan akibat perputaran sekrup
injeksi. Plastik yang sudah meleleh diinjeksikan oleh sekrup injeksi (yang
juga berfungsi sebagai plunger) melalui nozzle ke dalam cetakan yang
didinginkan oleh air. Produk yang sudah dingin dan mengeras dikeluarkan
dari cetakan oleh pendorong hidrolik yang tertanam dalam rumah cetakan
selanjutnya diambil oleh manusia atau menggunakan robot. Pada saat
proses pendinginan produk secara bersamaan di dalam barrel terjadi proses
pelelehan plastik sehingga begitu produk dikeluarkan dari cetakan dan
cetakan menutup, plastik leleh bisa langsung diinjeksikan.
POLIPROPILENA (PP) 18
Clamping Unit
Merupakan tempat untuk menyatukan molding. Clamping system
sangat kompleks, dan di dalamnya terdapat mesin molding
(cetakan), dwelling untuk memastikan molding terisi penuh oleh
resin, injection untuk memasukkan resin melalui sprue pendingin,
ejection untuk mengeluarkan hasil cetakan plastik.
Plasticizing Unit
Merupakan bagian untuk memasukan pellet plastik (resin) dan
pemanasan. Bagian dari Plasticizing unit: Hopper untuk
mamasukkan resin; Screw untuk mencampurkan material supaya
merata, Barrel, Heater, dan Nozzle.
Drive Unit
Unit untuk melakukan kontrol kerja dari Injection Molding, terdiri
dari Motor untuk menggerakan screw, piston injeksi menggunakan
Hydraulic system (sistem pompa) untuk mengalirkan fluida dan
menginjeksi resin cair ke molding.
Proses kerja mold injeksi berkisar antara 35 detik yang terdiri atas
beberapa tahap seperti kedua gambar dibawah ini.
POLIPROPILENA (PP) 19
Jika temperatur proses terlalu rendah maka ada kemungkinan material
tidak meleleh dan jika meleleh maka viskositasnya sangat tinggi sehingga
memerlukan tekanan injeksi yang sangat tinggi. Jika tekanan injeksi terlalu
tinggi maka akan menimbulkan flash atau burr pada garis pemisah cetakan
akibat gaya cekam kecil dari tekanan injeksi.
b) Blowing molding
Blow molding merupakan suatu metode mencetak benda kerja berongga
dengan cara meniupkan atau menghembuskan udara kedalam
material/bahan yang menggunakan cetakan yang terdiri dari dua belahan
mold yang tidak menggunakan inti (core) sebagai pembentuk rongga
tersebut. Digunakan untuk membuat barang termoplastik lengkung
cembung, misalnya botol. Dikenal dua macam blow molding, yaitu :
ekstrusi dan injeksi .
Blow molding ekstrusi terdiri dari pelelehan resin, membentuk hollow
tube, kemudian ditiup. Ketiga tahap itu berjalan serentak. Blow molding
injeksi dipakai untuk membuat wadah kecil di bawah 3 liter. Tahap cetak
injeksinya dapat pada mesin terpisah atau pada satu mesin terpadu. Proses
blow molding (pembuatan gelas/botol) seperti gambar dibawah ini.
Proses Pengisian butiran Plastik dari Hopper kedalam Heater. Oleh
motor Screw berputar sambil menarik butiran plastik mengisi ruang
Heater.
POLIPROPILENA (PP) 20
Gambar 15. Proses pemanasan butiran plastik
POLIPROPILENA (PP) 21
Gambar 18. Mesin
CNC
Gamba
r 20. Proses Injection Molding
POLIPROPILENA (PP) 22
Gambar 21. Proses pembuatan tutup botol galon (Injection Molding)
5. Pendinginan produk
6. Finishing
BAB IV
POLIPROPILENA (PP) 23
KESIMPULAN
Polipropena merupakan polimer termoplastik berikatan jenuh yang diolah
dalam suhu tinggi dengan monomer propilena sebagai gugus fungsi utamanya.
Polipropena biasanya didaur-ulang, dan simbol daur ulangnya adalah nomor 5.
DAFTAR PUSTAKA
POLIPROPILENA (PP) 24
Stevens, M. P. 2001. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh: Iis Sopyan. PT
Pradnya Paramita. Jakarta.
POLIPROPILENA (PP) 25