Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM METODE NUMERIK

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIIL

OLEH :
KELOMPOK VI

1. NI LUH PUTU FEBBI MELANI 1314511011


2. I MADE SUDHARMA YASA 1314511025
3. NI LUH NOVITA ARYANTI 1314511032
4. I WAYAN ARTADANA 1314511033
5. LUH GEDE WIDYA BINTANG G. 1314511053

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2015

BAB I
DASAR TEORI

1.1 Pengertian Persamaan Diferensial Parsill


Persamaan diferesial merupakan laju perubahan terhadap dua atau lebih variabel bebas
yang biasanya adalah waktu dan jarak (ruang). Bentuk umum persamaan diferensial parsiil order
2 dan dua dimensi adalah:
2 2 2
a 2 b c 2 d e f g 0
x y x y x y
Dengan a, b, c, d, e, f dan g merupakan fungsi dari variabel x dan y dan variabel tidak
bebas . Persamaan diferensial parsiil dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu:
1) Persamaan Ellips jika : b2 4ac < 0
2) Persamaan Parabola jika : b2 4ac = 0
3) Persamaan Hiperbola jika : b2 4ac > 0
Persamaan parabola biasanya merupakan persamaan yang tergantung pada waktu (tidak
permanen). Penyelesaian persamaan tersebut memerlukan kondisi awal dan batas. Persamaan
ellips biasanya berhubungan dengan masalah keseimbangan atau kondisi permanen (tidak
tergantung waktu), dan penyelesaiannya memerlukan kondisi batas di sekeliling daerah tinjauan.
Persamaan hiperbola biasanya berhubungan dengan getaran, atau permasalahan di mana terjadi
ketidak-kontinuean dalam kecepatan, tekanan dan rapat massa. Penyelesaian dari persamaan
hiperbola mirip dengan penyelesaian persamaan parabola, yang menghitung nilai untuk nilai x
dan t yang diberikan.
1.2 Bentuk Persamaan Diferensial Parsiil
Berikut ini diberikan beberapa bentuk persamaan diferensial parsiil.
a) Persamaan Ellips
Persamaan yang termasuk dalam tipe ini adalah persamaan Poisson:

2 2
g 0
x 2 y 2

dan persamaan Laplace:


2 2
0
x 2 y 2

b) Persamaan Parabola
Permasalahan yang mengandung waktu sebagai variabel bebas biasanya termasuk
dalam persamaan parabola. Persamaan parabola yang paling sederhana adalah
perambatan panas dan difusi polutan, yang mempunyai bentuk:
T 2T
K 2
t x
Dalam persamaan perambatan panas, T (temperatur), K (koefisien konduktivitas),
serta variabel t (waktu) dan x (jarak).
c) Persamaan Hiperbola
Persamaan hiperbola yang paling sederhana adalah persamaan gelombang yang mempunyai
bentuk berikut:
2 y 2 y
2
C
t 2 x 2
dengan y adalah perpindahan fluktuasi pada jarak x dari ujung tali yang bergetar yang
mempunyai panjang L sesudah waktu t.

d) Konsep metode beda hingga


Metode beda hingga , metode ini digunakan untuk menyelesaikan diferensial
secara numerik dengan menggunakan deret taylor yang diputus pada orde tertentu sesuai
dengan kebutuhan tertentu

e) Penyelesaian parabolla

Penyelesaian persamaan tipe parabola dengan menggunakan metode beda hingga


dapat dibedakan menjadi dua metode (skema) dasar, yaitu skema eksplisit dan skema
implisit. Pada skema eksplisit, variabel (temperature) pada suatu titik dihitung secara
langsung dari variabel di beberapa titik disekitarnya pada waktu sebelumnya, yang sudah
diketahui nilainya. Dalam skema implisit, untuk menghitung variabel di suatu titik perlu
dibuat suatu sistem persamaan yang mengandung variabel di titik tersebut dan titik-titik
di sekitarnya pada waktu yang sama
Adapun penjelesan lebih rinci mengenai skema eksplisit dan implicit :

f) Skema eksplisit
Metode beda hingga skema ekplisit banyak digunakan dalam penyelesaian
persamaan parsiil. Skema ini sangat sederhana dan mudah untuk memahaminya.
Penggunaan skema tersebut untuk menurunkan persamaan diferensial parsiil menjadi
persamaan beda hingga juga mudah. Namun skema ini mempunyai kelemahan, yaitu
langkah waktu t dibatasi berdasarkan bilangan Courant yaitu dimana nilai dari Cr = (U
t) / x1. Apabila nilai Cr>1 maka hitungan menjadi tidak stabil. Penggunaan langkah
waktu t yang kecil tersebut menyebabkan prosedur dan waktu hitungan menjadi sangat
panjang dan lama

g) Skema implisit
Dalam skema implisit ruas kanan ditulis n+1 dimana nilainya belum diketahui ,
skema implisit ini lebih rumit dibandingkan dengan skema eksplisit namun tingkat
kestabilannya baik

BAB II
ALGORITMA, FLOWCHART dan SCRIPT

2.1 Metode implisit


A. Algoritma

1. Input nilai N=10 ; M=15 ; DX=0.1 ; DT=0.01 ; CK=1.


2. Simpan hasil dalam file eksternal
3. jika nilai dari I (waktu) dikalikan dengan DX (selang waktu) lebih besar dari atau sama
dengan 0,5 maka akan dihitung nilai dari TA dengan rumus :
TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX)
Dan jika kurang dari 0,5 maka TA dihitung dengan rumus :
TA(I)=2.*(I-1)*DX
4. Menghitung berulang sampai N=10
5. Menuliskan hasil dari kondisi batas yaitu 0 dan perhitungan dimulai dari I=2 sampai ke
10 dan J=1 sampai dengan 15
6. Menghitung nilai dari :
A(I)=-CK/(DX**2)
B(I)=1./DT+2.*CK/(DX**2)
C(I)=-CK/(DX**2)
D(I)=TA(I)/DT
P(I)=-C(I)/(B(I)+A(I)*P(I-1))
7. Menghitung temperatue awal sampai ke n dengan rumus :
Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)+A(I)*P(I-1))
8. Menampilkan hasil
START
B. Flowchart

Input
N=10 ; M=20 ; DX=0.1 ; DT=0.001 ; CK=1

TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX) TA(I)=2.*(I-1)*DX

A(I)=-CK/(DX**2)
B(I)=1./DT+2.*CK/(DX**2)
C(I)=-CK/(DX**2)
D(I)=TA(I)/DT
P(I)=-C(I)/(B(I)+A(I)*P(I-1))
C. Script

Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)+A(I)*P(I-1))

END
2.2 Metode Eksplisit
A. Algoritma

B. Start
C. Input nilai N=10 ; M=20 ; DX=0.1 ; DT=0.001 ; CK=1.
D. Simpan hasil dalam file eksternal
E. jika nilai dari I (waktu) dikalikan dengan DX (selang waktu) lebih besar dari
atau sama dengan 0,5 maka akan dihitung nilai dari TA dengan rumus :
TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX)
Dan jika kurang dari 0,5 maka TA dihitung dengan rumus :
TA(I)=2.*(I-1)*DX
F. Menghitung berulang sampai N=10
G. Menuliskan hasil dari kondisi batas yaitu 0 dan perhitungan dimulai dari I=2
sampai ke 10 dan J=1 sampai dengan 20
H. Menghitung nilai (CC) dengan rumus :
CC=DT*CK/(DX**2)
I. Setelah diketahui nilai dari CC maka dihitung nilai TB (temperatur awal
sampai ke n) dengan rumus :
TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1))
J. Menampilkan hasil
K. Program selesai dengan perintah END
START

Input
N=10 ; M=20 ; DX=0.1 ; DT=0.001 ; CK=1

B. Flowchart

TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX) TA(I)=2.*(I-1)*DX

Menghitung CC
CC=DT*CK/(DX**2)

TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1))

END
C. Script
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Hasil
A. Metode Implisit

B. Metode Eksplisit

3.2 Pembahasan
A. Pembuktian Hasil
1. Metode Eksplisit
B. Pembahasan Individu
1. Pembahasan NI LUH PUTU FEBBI MELLANI (1314511011)
a. Metode Implisit
Pertama yaitu di ketik PROGRAM pada awal notepad, statement ini wajib karena
kata program digunakan untuk menjalankan cygwin, selanjutnya di buat nama program
yang di inginkan namun nama program ini tidak boleh di beri spasi. Kemudian diketahui
DX=0.15, DT=0.02, CK=1. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mencari nilai
tengah pertama dengan TA(I)=2.*(I-1)*DX dan nilai tengah kedua menggunakan
TB(N)=Q(N). Dimana TA(1)=0, TB(1)=0, TA(N+1)=0, TB(N+1)=0, TB(N+1)=0.
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari nilai A(I)=-CK/(DX**2),
B(I)=1./DT+2.*CK/(DX**2), C(I)=-CK/(DX**2), D(I)=TA(I)/DT, P(I)=-C(I)/(B(I)
+A(I)*P(I-1)), Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)+A(I)*P(I-1)). Selanjutnya dimana
TB(N)=Q(N) maka untuk mencari TB(I)=P(I)*TB(I+1)+Q(I) nilai untuk mencari I
menggunakan rumus I=N-L yang nantinya akan menjadi TA(I)=TB(I). Dimana
dimension dari TA, TB, A, B, C, D, P, Q adalah 50.
b. Metode Eksplisit
Pertama yaitu di ketik PROGRAM pada awal notepad, statement ini wajib karena
kata program digunakan untuk menjalankan cygwin, selanjutnya di buat nama program
yang di inginkan namun nama program ini tidak boleh di beri spasi. Kemudian diketahui
DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Selanjutnya dilakukan perhitungan pertama untuk mencari
nilai TA(I)=2.*(I-1)*DX, jika I-1*DX lebih besar atau sama dengan 0.5 maka akan
dilanjutkan untuk mencari TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX). Kemudian dilakukan perhitungan
kedua dimana TA(1)=0, TB(1)=0, TA(N+1)=0, TB(N+1)=0, lalu untuk mencari titik
bawah menggunakan rumus TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1)) yang
nantinya akan menjadi TA(I)=TB(I). Dimana dimension dari TA dan TB adalah 50.
2. PEMBAHASAN SUDHARMA YASA (1314511025)
a. Metode Implisit
Pada line pertama dibuat program yang diberi judul PROGRAM
PANAS_IMPLISIT tanda C menunjukan command yang nantinya tidak akan dibaca
pada saat pengolahan di fortran. Kemudian pada line 2 dibuat perintah REAL
TA,TB,A,B,C,D,P,Q yang dimana koefisien tersebut nilainya real, kemudian ditentukan
dimension dengan perintahnya yaitu DIMENSION TA(50),TB(50),A(50),B(50),C(50),
DIMENSION D(50),P(50),Q(50) dengan N=10 dan M=15. Kemudian perintah open file
dimana disini hasil dari proses pengolahan tersebut akan keluar di notepad dimana
perintahnya yaitu OPEN (5,FILE='IMPLISIT.TXT'). Selanjutnya dimasukkan nilai fungsi
yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Yang kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan
program dimana dimasukkan rumus untuk mencari hasil perintah 1 yaitu DO 2 I=2,N,
IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1, TA(I)=2.*(I-1)*DX GOTO 2, TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX),
CONTINUE. Dimana disana terdapat ketentuan yang dimana jika nilai I-1 dikali DX
lebih besar atau sama dengan 0.5 maka akan langsung dilanjutkan ke rumus berikutnya
yaitu TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX). Dan perintah pendeklarasian dari TA(1)=0., TB(1)=0.,
TA(N+1)=0., TB(N+1)=0. Yang kemudian ditampilkan dengan perintah WRITE(5,*)' J
, T(I),I=1,N+1' J=0., WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1). Kemudian dari rumus 2
yaitu DO 5 J=1,M, P(1)=0., Q(1)=0., DO 35 I=2,N, A(I)=-CK/(DX**2),
B(I)=1./DT+2.*CK/(DX**2), C(I)=-CK/(DX**2), D(I)=TA(I)/DT, P(I)=-C(I)/(B(I)
+A(I)*P(I-1)), Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)+A(I)*P(I-1)). Yang hasil dari perhitungan
tersebut ditulis atau ditampilkan dengan perintah WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1),
kemudian dilanjutkan dengan perintah DO 5 J=1,M, DO 10 I=2,N, CC=DT*CK/
(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1)) dimana perintah DO dilakukan
untuk melakukan pengulangan sebanyak yang kita inginkan. Setelah itu dilanjutkan
dengan rumus TB(N)=Q(N), DO 40 L=1,N-1, I=N-L, TB(I)=P(I)*TB(I+1)+Q(I) yang
terakhir untuk menampilkan hasil digunakan perintah write dan untuk mengatur format
tulisan, spasi. Serta untuk mengakhiri program digunakan kata end, dimana perintahnya
yaitu WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1) CONTINUE, FORMAT(I3,11F7.3) END.
Perintah CONTINUE dilakukan untuk memberikan petunjuk perintah selanjutnya.
Dari program diatas didapatkan hasil T pada saat I sama dengan 2 dan n sama dengan
2 adalah 0,300. Sedangkan nilai T pada saat n sama dengan 5 dan I sama dengan 2 adalah
0,153.

b. Metode Eksplisit
Pertama dibuat program yang diberi judul PROGRAM PANAS_EKSPLISITdi
fortran. Kemudian pada line 2 dibuat perintah REAL TA,TB,CC,CK,DX,DT yang
dimana koefisien tersebut nilainya real, kemudian ditentukan dimension dari TA dan TB
dengan perintahnya yaitu DIMENSION TA(50),TB(50). Kemudian perintah open file
dimana disini hasil dari proses pengolahan tersebut akan keluar di notepad dimana
perintahnya yaitu OPEN (5,FILE='JAWABAN_EKSPLISIT.TXT'). Selanjutnya
dimasukkan nilai fungsi yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Yang kemudian dilanjutkan
dengan pemrosesan program dimana dimasukkan rumus untuk mencari hasil dari
perhitungan disini dilakukan dua kali perhitungan tersebut dengan perintah 1 yaitu DO 2
I=2,N, IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1, TA(I)=2.*(I-1)*DX GOTO 2, TA(I)=2.*(1-(I-
1)*DX), CONTINUE. Dimana disana terdapat ketentuan yang dimana jika nilai I-1 dikali
DX lebih besar atau sama dengan 0.5 maka akan langsung menjadi yaitu TA(I)=2.*(1-(I-
1)*DX). Dan perintah dari rumus 2 yaitu TA(1)=0., TB(1)=0., TA(N+1)=0., TB(N+1)=0.
Yang hasil dari perhitungan tersebut ditulis atau ditampilkan dengan perintah
WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1), kemudian dilanjutkan dengan perintah DO 5 J=1,M,
DO 10 I=2,N, CC=DT*CK/(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1))
dimana perintah DO dilakukan untuk melakukan pengulangan sebanyak yang kita
inginkan. Setelah itu yang terakhir untuk menampilkan hasil digunakan perintah write
dengan perintahnya yaitu WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1) DO 15 I=2,N
TA(I)=TB(I)CONTINUE CONTINUE FORMAT(I3,11F7.3) END .Perintah CONTINUE
dilakukan untuk memberikan petunjuk perintah selanjutnya.
Dari program diatas didapatkan hasil nilai T pada saat I sama dengan 2 dan n sama
dengan 2 adalah 0,300. Sedangkan nilai T pada saat n sama dengan 5 dana I sama dengan
2 adalah 0,299. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin waktu bertambah maka
suhunya mengalami penurunan. Akan tetapi pada metode eksplisit ini nilai delta t tidak
stabil jika delta t nya terlalu kecil maka nilainya akan tidak stabil.
3. Pembahasan NI LUH NOVITA ARYANTI (1314511032)
a. Metode Implisit
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka notepad yang akan diperlukan
dalam membuat program yang nantinya di eksekusi di fortran. Pada line pertama dibuat
program yang diberi judul PROGRAM PANAS_IMPLISIT tanda C menunjukan
command yang nantinya tidak akan dibaca pada saat pengolahan di fortran. Kemudian
pada line 2 dibuat perintah REAL TA,TB,A,B,C,D,P,Q yang dimana koefisien tersebut
nilainya real, kemudian ditentukan dimension dengan perintahnya yaitu DIMENSION
TA(50),TB(50),A(50),B(50),C(50), DIMENSION D(50),P(50),Q(50) dengan N=10 dan
M=15. Kemudian perintah open file dimana disini hasil dari proses pengolahan tersebut
akan keluar di notepad dimana perintahnya yaitu OPEN (5,FILE='IMPLISIT.TXT').
Selanjutnya dimasukkan nilai fungsi yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Yang kemudian
dilanjutkan dengan pemrosesan program dimana dimasukkan rumus untuk mencari hasil
dari perhitungan disini dilakukan dua kali perhitungan tersebut dengan perintah 1 yaitu
DO 2 I=2,N, IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1, TA(I)=2.*(I-1)*DX GOTO 2, TA(I)=2.*(1-
(I-1)*DX), CONTINUE. Dimana disana terdapat ketentuan yang dimana jika nilai I-1
dikali DX lebih besar atau sama dengan 0.5 maka akan langsung dilanjutkan ke rumus
berikutnya yaitu TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX). Dan perintah pendeklarasian dari TA(1)=0.,
TB(1)=0., TA(N+1)=0., TB(N+1)=0. Yang kemudian ditampilkan dengan perintah
WRITE(5,*)' J, T(I),I=1,N+1' J=0., WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1). Kemudian dari
rumus 2 yaitu DO 5 J=1,M, P(1)=0., Q(1)=0., DO 35 I=2,N, A(I)=-CK/(DX**2),
B(I)=1./DT+2.*CK/(DX**2), C(I)=-CK/(DX**2), D(I)=TA(I)/DT, P(I)=-C(I)/(B(I)
+A(I)*P(I-1)), Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)+A(I)*P(I-1)). Yang hasil dari perhitungan
tersebut ditulis atau ditampilkan dengan perintah WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1),
kemudian dilanjutkan dengan perintah DO 5 J=1,M, DO 10 I=2,N, CC=DT*CK/
(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1)) dimana perintah DO dilakukan
untuk melakukan pengulangan sebanyak yang kita inginkan. Setelah itu dilanjutkan
dengan rumus TB(N)=Q(N), DO 40 L=1,N-1, I=N-L, TB(I)=P(I)*TB(I+1)+Q(I) yang
terakhir untuk menampilkan hasil digunakan perintah write dan untuk mengatur format
tulisan, spasi. Serta untuk mengakhiri program digunakan kata end, dimana perintahnya
yaitu WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1) CONTINUE, FORMAT(I3,11F7.3)END.Perintah
CONTINUE dilakukan untuk memberikan petunjuk perintah selanjutnya.
Dari program diatas didapatkan hasil T pada saat I sama dengan 2 dan n sama
dengan 2 adalah 0,300. Sedangkan nilai T pada saat n sama dengan 5 dan I sama dengan
2 adalah 0,153. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin waktu bertambah maka
suhunya mengalami penurunan. Pada metode implisit suhunya semakin turun secara
bertahap dan tidak cenderung monoton dibandingkan dengan kondisi saat menggunakan
metode eksplisit. Metode implisit lebih kompleks dibandingkan dengan eksplisit dan
implisit juga lebih stabil. Walaupun sekecil apapun delta t nya akan tetapi nilai
penurunannya tetap stabil.
b. Metode Eksplisit
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka notepad yang akan diperlukan
dalam membuat program yang nantinya di eksekusi di fortran. Pada line pertama dibuat
program yang diberi judul PROGRAM PANAS_EKSPLISIT tanda C menunjukan
command yang nantinya tidak akan dibaca pada saat pengolahan di fortran. Kemudian
pada line 2 dibuat perintah REAL TA,TB,CC,CK,DX,DT yang dimana koefisien tersebut
nilainya real, kemudian ditentukan dimension dari TA dan TB dengan perintahnya yaitu
DIMENSION TA(50),TB(50). Kemudian perintah open file dimana disini hasil dari
proses pengolahan tersebut akan keluar di notepad dimana perintahnya yaitu OPEN
(5,FILE='JAWABAN_EKSPLISIT.TXT'). Selanjutnya dimasukkan nilai fungsi yaitu
DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Yang kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan program
dimana dimasukkan rumus untuk mencari hasil dari perhitungan disini dilakukan dua kali
perhitungan tersebut dengan perintah 1 yaitu DO 2 I=2,N, IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1,
TA(I)=2.*(I-1)*DXGOTO 2, TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX), CONTINUE. Dimana disana
terdapat ketentuan yang dimana jika nilai I-1 dikali DX lebih besar atau sama dengan 0.5
maka akan langsung dilanjutkan ke rumus berikutnya yaitu TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX). Dan
perintah dari rumus 2 yaitu TA(1)=0., TB(1)=0., TA(N+1)=0., TB(N+1)=0. Yang hasil
dari perhitungan tersebut ditulis atau ditampilkan dengan perintah WRITE(5,105)J,
(TA(I),I=1,N+1), kemudian dilanjutkan dengan perintah DO 5 J=1,M, DO 10 I=2,N,
CC=DT*CK/(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1)) dimana perintah
DO dilakukan untuk melakukan pengulangan sebanyak yang kita inginkan. Setelah itu
yang terakhir untuk menampilkan hasil digunakan perintah write dan untuk mengatur
format tulisan, spasi. Serta untuk mengakhiri program digunakan kata end, dimana
perintahnya yaitu WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1) DO 15
I=2,NTA(I)=TB(I)CONTINUECONTINUEFORMAT(I3,11F7.3)END. Perintah
CONTINUE dilakukan untuk memberikan petunjuk perintah selanjutnya.
Dari program diatas didapatkan hasil nilai T pada saat I sama dengan 2 dan n
sama dengan 2 adalah 0,300. Sedangkan nilai T pada saat n sama dengan 5 dana I sama
dengan 2 adalah 0,299. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin waktu bertambah
maka suhunya mengalami penurunan. Akan tetapi pada metode eksplisit ini nilai delta t
tidak stabil jika delta t nya terlalu kecil maka nilainya akan tidak stabil.

4. Pembahasan I WAYAN ARTADANA (1314511033)


a. Metode Implisit
Pertama dimasukkan nilai fungsi yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Kemudian
dilakukan pemrosesan program dimana dimasukkan rumus untuk mencari hasil dari
perhitungan disini dilakukan dua kali perhitungan tersebut dengan perintah 1 yaitu DO 2
I=2,N, IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1, TA(I)=2.*(I-1)*DX GOTO 2, TA(I)=2.*(1-(I-
1)*DX), CONTINUE. Jika nilai I-1 dikali DX lebih besar atau sama dengan 0.5 maka
akan langsung dilanjutkan ke rumus berikutnya yaitu TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX). Dan
perintah pendeklarasian dari TA(1)=0., TB(1)=0., TA(N+1)=0., TB(N+1)=0. Yang
kemudian ditampilkan dengan perintah WRITE(5,*)' J , T(I),I=1,N+1' J=0.,
WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1). Kemudian dari rumus 2 yaitu DO 5 J=1,M, P(1)=0.,
Q(1)=0., DO 35 I=2,N, A(I)=-CK/(DX**2), B(I)=1./DT+2.*CK/(DX**2), C(I)=-CK/
(DX**2), D(I)=TA(I)/DT, P(I)=-C(I)/(B(I)+A(I)*P(I-1)), Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)
+A(I)*P(I-1)). Yang hasil dari perhitungan tersebut ditulis atau ditampilkan dengan
perintah WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1), selanjutnya dituliskan perintah DO 5 J=1,M,
DO 10 I=2,N, CC=DT*CK/(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1))
dimana perintah DO dilakukan untuk melakukan pengulangan sebanyak yang kita
inginkan. kemudian dilanjutkan dengan rumus TB(N)=Q(N), DO 40 L=1,N-1, I=N-L,
TB(I)=P(I)*TB(I+1)+Q(I) yang terakhir untuk menampilkan hasil digunakan perintah
write dan untuk mengatur format tulisan, spasi. Serta untuk mengakhiri program
digunakan kata end, dimana perintahnya yaitu WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1)
CONTINUE, FORMAT(I3,11F7.3)END.Perintah CONTINUE dilakukan untuk
memberikan petunjuk perintah selanjutnya.
Dari program diatas didapatkan hasil T pada saat I sama dengan 2 dan n sama
dengan 2 adalah 0,300. Sedangkan nilai T pada saat n sama dengan 5 dan I sama dengan
2 adalah 0,153. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin waktu bertambah maka
suhunya mengalami penurunan. Pada metode implisit suhunya semakin turun secara
bertahap dan tidak cenderung monoton dibandingkan dengan kondisi saat menggunakan
metode eksplisit. Metode implisit lebih kompleks dibandingkan dengan eksplisit dan
implisit juga lebih stabil. Walaupun sekecil apapun delta t nya akan tetapi nilai
penurunannya tetap stabil.

b. Metode Eksplisit
Dimasukkan nilai fungsi yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Proses dilanjutkan
dengan memasukkan rumus untuk mencari hasil dari perhitungan dilakukan dua kali
perhitungan dengan perintah 1 yaitu DO 2 I=2,N, IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1,
TA(I)=2.*(I-1)*DXGOTO 2, TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX), CONTINUE. Terdapat ketentuan
jika nilai I-1 dikali DX lebih besar atau sama dengan 0.5 maka akan langsung dilanjutkan
ke rumus berikutnya yaitu TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX). Perintah TA(1)=0., TB(1)=0.,
TA(N+1)=0., TB(N+1)=0. Hasil perhitungan tersebut ditulis atau ditampilkan dengan
perintah WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1), kemudian dilanjutkan dengan perintah DO 5
J=1,M, DO 10 I=2,N, CC=DT*CK/(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)
+TA(I+1)) dimana perintah DO dilakukan untuk melakukan pengulangan sebanyak yang
kita inginkan. Setelah itu yang terakhir untuk menampilkan hasil digunakan perintah
write dan untuk mengatur format tulisan, spasi. Serta untuk mengakhiri program
digunakan kata end, dimana perintahnya yaitu WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1) DO 15
I=2,NTA(I)=TB(I)CONTINUECONTINUEFORMAT(I3,11F7.3)END. Perintah
CONTINUE dilakukan untuk memberikan petunjuk perintah selanjutnya.
Dari program diatas didapatkan hasil nilai T pada saat I sama dengan 2 dan n
sama dengan 2 adalah 0,300. Sedangkan nilai T pada saat n sama dengan 5 dana I sama
dengan 2 adalah 0,299.
5. Pembahasan NI LUH GEDE WIDYA BINTANG GUSTAVINA (1314511053)
a. Metode Implisit
Langkah pertama kita membuat PROGRAM di dalam notepad , Kemudian pada
line 2 dibuat perintah REAL TA,TB,A,B,C,D,P,Q yang dimana koefisien tersebut nilainya
real, kemudian ditentukan dimension dengan perintahnya yaitu DIMENSION
TA(50),TB(50),A(50),B(50),C(50), DIMENSION D(50),P(50),Q(50) dengan N=10 dan
M=15 .Kemudian masukan nilai fungsi yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1. Yang
kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan program dimana dimasukkan rumus untuk
mencari hasil dari perhitungan disini dilakukan dua kali perhitungan tersebut dengan
perintah 1 yaitu DO 2 I=2,N, IF((I-1)*DX.GE.0.5)GOTO 1, TA(I)=2.*(I-1)*DX GOTO
2, TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX), CONTINUE. Selanjutnya ada perintah pendeklarasian dari
TA(1)=0., TB(1)=0., TA(N+1)=0., TB(N+1)=0. Kemudian dari rumus 2 yaitu DO 5
J=1,M, P(1)=0., Q(1)=0., DO 35 I=2,N, A(I)=-CK/(DX**2), B(I)=1./DT+2.*CK/
(DX**2), C(I)=-CK/(DX**2), D(I)=TA(I)/DT, P(I)=-C(I)/(B(I)+A(I)*P(I-1)),
Q(I)=(D(I)-A(I)*Q(I-1))/(B(I)+A(I)*P(I-1)) ini merupakan lanjutan dari rumus yang
pertama untuk melakukan perhitungan . Hasil dari perhitungan tersebut ditulis atau
ditampilkan dengan perintah WRITE(5,105)J,(TA(I),I=1,N+1), langkah selanjutnya
untuk mengakhiri program digunakan kata end, dimana perintahnya yaitu
WRITE(5,105)J,(TB(I),I=1,N+1) CONTINUE, FORMAT(I3,11F7.3) END.
b. Metode Eksplisit
Langkah pertama kita membuat PROGRAM di dalam notepad ,kemudian dibuat
perintah REAL TA,TB,CC,CK,DX,DT yang dimana koefisien tersebut nilainya real,
kemudian ditentukan dimension dari TA dan TB dengan perintahnya yaitu DIMENSION
TA(50),TB(50). Kemudian dimasukkan nilai fungsi yaitu DX=0.15, DT=0.002, CK=1,
selanjutnya dimana dimasukkan rumus untuk mencari hasil dari perhitungan disini
dilakukan dua kali perhitungan tersebut dengan perintah 1 yaitu DO 2 I=2,N, IF((I-
1)*DX.GE.0.5)GOTO 1, TA(I)=2.*(I-1)*DX GOTO 2, TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX),
CONTINUE , Dimana disana terdapat ketentuan yang dimana jika nilai I-1 dikali DX
lebih besar atau sama dengan 0.5 maka akan langsung dilanjutkan ke rumus berikutnya
yaitu TA(I)=2.*(1-(I-1)*DX), kemudian dilanjutkan dengan perintah DO 5 J=1,M, DO
10 I=2,N, CC=DT*CK/(DX**2), TB(I)=TA(I)+CC*(TA(I-1)-2*TA(I)+TA(I+1)) untuk
melakukan pengulangan sesuai dengan yang kita inginkan dan perintah WRITE(5,105)J,
(TB(I),I=1,N+1) untuk menampilkan hasil.

BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari praktikum ini adalah:

1. NI LUH PUTU FEBBI MELLANI


a. Metode Implisit
Dengan menggunakan metode implisit diperoleh penurunan suhu nilainya
tidak menentu tapi delta t nilainya stabil
b. Metode Eksplisit
Dalam metode eksplisit didapatkan bahwa semakin bertambah waktunya
berbanding lurus dengan suhunya semakin turun akan tetapi metode ini cenderung
tidak stabil.

2. I MADE SUDHARMA YASA


a. Metode implisit
Dalam metode implisit didapatkan penurunan suhu yang cenderung nilainya
tidak menentu dan dengan menggunakan metode ini sekecil apapun delta t nya tetapi
nilainya tetap stabil.
b. Metode Eksplisit
Dalam metode eksplisit didapatkan bahwa semakin bertambah waktunya
berbanding lurus dengan suhunya semakin turun akan tetapi metode ini cenderung
tidak stabil.
3. NI LUH NOVITA ARYANTI
a. Metode Implisit
Dalam metode eksplisit didapatkan bahwa semakin bertambah waktunya
maka suhunya semakin turun akan tetapi metode ini cenderung tidak stabil.
b. Metode Eksplisit
Dalam metode implisit didapatkan penurunan suhu yang cenderung
nilainya tidak monoton dan dengan menggunakan metode ini sekecil apapun
delta t nya tetapi nilainya tetap stabil.
4. I WAYAN ARTADANA
a. Metode Implisit
Pada metode implisit suhunya semakin turun secara bertahap dan tidak
cenderung monoton dibandingkan dengan kondisi saat menggunakan metode
eksplisit. Metode implisit lebih kompleks dibandingkan dengan eksplisit dan
implisit juga lebih stabil. Walaupun sekecil apapun delta t nya akan tetapi nilai
penurunannya tetap stabil.
b. Metode Eksplisit
Dengan menggunakan metode eksplisit diperoleh hasil yaitu semakin
bertambah waktu maka suhunya mengalami penurunan. Akan tetapi pada metode
eksplisit ini nilai delta t tidak stabil jika delta t nya terlalu kecil maka nilainya
akan tidak stabil.
5. NI LUH GEDE WIDYA BINTANG GUSTAVINA
a. Metode Implisit
Skema eksplisit merupakan skema yang memiliki kestabilan yang kurang
karena t lebih kecil , skema ini lebih mudah dari pada skema implisit.
b. Metode Eksplisit
Skema implisit merupakan skema yang memilki kestabilan yang baik namun
skema implisit lebih rumit dari pada skema eksplisit.

DAFTAR PUSTAKA
Edy,Suprapto. 2012.Akar-akar Persamaan. IKIP PGRI Madiun
Ristia,Apriana.2014.Metode Numerik.STKIP Singkawang
Triatmojo,Bambang.2010. Metode Numerik. Yogyakarta : Offset
Atkinson, Kendal (1993). Elementar Numerical Analysis.second edition. John Wiley &
Sons, Singapore.
Conte, Samuel D. & Carl de Boor (1981).Elementary Numerical Analysis, An
Algorithmic Approach. 3rd edition. McGraw-Hill Book Company, Singapore

Anda mungkin juga menyukai