Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST

TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA

Foloe Ziduhu Zebua1, Johannes Tarigan2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email : Zeb_foloe@yahoo.com
2
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

Abstrak
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk melakukan perencanaan terhadap dua metode desain
dalam perencanaan beton yaitu : beton prategang dan beton bertulang biasa. Dalam tulisan ini
dilakukan perencanaan pelat untuk kondisi pelat satu arah dengan menggunakan 2 metode diatas.
Denah pelat sudah ditetapkan, begitu juga dengan mutu beton dibuat sama. Hal ini dilakukan agar
nantinya dapat dilihat perbedaan yang terjadi dengan menggunakan 2 metode perencanaan diatas tadi
dan dapat memberikan wacana dan alternatif-alternatif dalam desain sturktur. Beton prategang
direncanakan dengan metode peralihan tumpuan, dan hasilnya akan dibandingkan dengan hasil
perencanaan dengan menggunakan beton bertulang menggunakan metode pelat satu arah yang umum
dilakukan. Dan hasil dari perencanaan di dapati volume beton prategang lebih besar dari beton
bertulang biasa, namun penggunaan material besi yang lebih sedikit membuat harga beton prategang
cenderung lebih murah jika dibandingkan dengan beton biasa.
Kata kunci :Pelat satu arah, post tension, beton bertulang.

Abstract

Preparation of this paper is intended to carry out design of two methodes of design concrete, they are :
Prestressed concrete dan reinforced concrete. In this paper will design slab with one way condition
used two methode above. Plan has been set, as well as the quality of the concrete is created equal. It
was did in order to seen the difference occurred by using two methods design above so it can give a
discourse and alternatives in the structures design. Prestressed concrete will designed used transition
support methode, and the result of prestressed will compare with general reinforced concrete design
result with one way slab condition. From this design will give volume of prestressed was bigger than
general reinforced concrete design, but for the use of steel material was smaller make prestressed
material cost smaller than general reinforced concrete
Keyword : One way slab, Post tension, reinforced concrete.

1. Pendahuluan
Dalam kontruksi pelat lantai ada berbagai macam teori antara lain :dengan metode balok biasa, balok
dengan beberapa tumpuan, metode Hirsdfield, Navier, M.Levy, Stiglat, Paper martin, dll. Dalam
pelaksanaan nya ada beberapa alternatif antara lain dengan beton bertulang, dengan pelat baja, dengan
presstresed, dan dalam tugas akhir ini akan ditinjau perbandingan beton bertulang dengan prestressed
baik dalam vulome bahan yang digunakan dan juga perbandingan harga bahan dari kedua alternatif
desain. Sehingga dapat diperoleh sedikit gambaran tentang perbedaan desain dalam kedua alternatif
diatas yang nantinya dapat menjadi refrensi untuk melakukan pilihan dalam melakukan desain. Dalam
tugas akhir ini perencanaan menggunakan metode balok biasa dengan literatur (Dipohusodo,
Istimawan, 1994) dan untuk perencanaan prestressed menggunakan metode peralihan tumpuan dengan
litratur (Nawy , Edward G,1, 2001) dan (Nawy , Edward G,2, 2001). Untuk analisa mekanika teknik
nya menggunakan metode persamaan tiga momen dengan literautr (Wang, Chu-kia, 2000), Dan untuk
pembebanan menggunakan (Anonim 2,SNI-03-2847-2002) dan (Anonim 1, ACI Comitte 318).

1

1.2. Perumusan masalah
Merencanakan pelat lantai beton prategang dan pelat lantai biasa dengan perletakan pelat kontiniu
akibat momen.Melakukan pengecekan kontrol terhadap geser dan defleksi. Membandingkan selisih
volume bahan dalam pekerjaan baik beton dan pembesian serta perbandingan harga bahan.
1.3. Tujuan penulisan
Adapun tujuan pembuatan tulisan ini adalah untuk melakukan desain pelat beton prategang dan pelat
beton konvensional pada suatu plat lantai dengan tinjauan pelat mengalami momen pada satu arah dan
kemudian membandingkan kapasitas volume pekerjaan baik penggunaan beton dan besi. Sehingga
nantinya dapat dijadikan acuan dalam memilih desain pelat yang efisien dan efektif dalam
perencanaan.

2. Metode
Perencanaan dalam 2 metode yaitu pelat dengan sistem prategang mneggunakan metode peralihan
tumupuan, dan pelat dengan sistem betor bertulang biasa dengan metode analisa pendekatan balok.
2.1.Perencanaan prategang
Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam perencanaan beton prategang, dan untuk tulisan
ini akan dilakukan desain dengan menggunakan metode peralihan tumpuan
Metode peralihan tumpuan

Asumsi posisi tendon awal


P gn e2 P
e1
(A) (B) (C)

Eksentrisitas kabel awal

Gambar 1 Asumsi posisi tendon awal

Akibat gaya prategang P di kedua sisi pelat maka terjadi desakan yang mengakibatkan terjadi
lendutan () Keatas, yang nilainya kemudian dihiutng dalam rumus R = (Gaya yang timbul
Rb=R
untuk menahan
lendutan keatas)

Lendutan
(A) (B) (C) (B) (C)
(A)
L L L L

Lendutan akibat prategang Reaksi skunder (R) untuk menahan lendutan

P.e1

(A) (B) (B) (C)


Pe2

L L

Gaya prategang pada beton mengakibatkan timbulnya momen skunder dan defleksi ke arah atas
dengan nilai :
M 1 = Pxeksentrisitas = P .e1..........................(1)
L 2 L Pe .e2 .L 2 L
EI B = ( Pe. e1 + 0,5 Pe .e2 ) ........................................(2)
2 3 2 3
R=Rb R=Rb

Bentuk defleksi

(A) (B) (B) (C)

R(A) = Rb/2
L L

(A) (B) (B)


(C)
RL

2

Dan reaksi R menghasilkan momen skunder (M2) untuk melawan lendutan dan dihitung dengan rumus
Rb 10 ( RB ) L 2 L
M 2 = R( A).L = L........................(3) EI B = x x ..................................(4)
2 2 2 3
Sehingga momen total (M3) adalah :
M3 = M2 + M1 (Momen total)
Maka dapat ditentukan perubahan letak kabel untuk mereduksi gaya R, dan menjadi eksentrisitas yang baru pada
tengah bentang dan tumpuan : M
eB = 3 .................................(5)
Pe
Sehingga diperoleh nilai eksentrisitas kabel baru, yang memenuhi untuk kemudian dilakukan
perhitungan nilai tegangan kabel yang diberikan untuk pelat prategang.
Asumsi posisi tendon awal Posisi tendon yang baru
P gn P

(A) (B) (C)

Posisi kabel yang baru


(Gambar.2Perubahan posisi tendon setelah analisa)

Penambahan inersia akibat kabel


1
I = xbxh 3 + bxhx (Yt 0, 5 h ) 2 + nAsx8 xe 2 ....................................(6)
12

Garis titik berat baru


h Garis netral awal
e
As Kabel

b
(Gambar 3 perubahan letak garis berat akibat kabel)
Dimana :
A. y bxh.x0, 5h + (n)( As)( jumlahkabel )( y )
Yt = = .................................(7)
A (bxh) + ( nxAsxJumlahkabel )

Tegangan pada beton


Serat atas:
Pe ec M P ec M c
ft = (1 2t ) tD = e (1 2t ) D t .........................(8)
Ac r S Ac r Ic

Serat bawah :
Pe ec M P ec M c
fb = (1 + 2t ) + tD = e (1 + 2t ) + D t .........................(9)
Ac r S Ac r Ic
Ft Meksternal (-) Momen akhir (-) < Fizin (0,45 F'C)............OK
-
Kabel = -
- + =
+
Fb Meksternal (+) Momen akhir (-) < Fizin (0,45 F'C)............OK
Pelat beton prategang

(Gambar 2 Diagram blok tegangan beton prategang)

Dimana :
Md = Momen eksternal yang dipikul balok (Dihitung sesuai pembebanan SNI)
Ic
r2 =
Ac
1
Ct = h
2

3

Kehilangan prategang(Nawy , Edward G,2, 2001)

1 n
f pES = ( f pES ) j ................(10) (Akibat Perpendekan Elastis Beton (ES))
n j =1
log t2 log t1 f pi
f pR = f ' pi 0,55 ........... (11) (Relaksasi Tegangan Baja (R))
10 f py

E ps

f PCR = K CR f cs f csd ............ (12 ) (Kehilangan yang Disebabkan oleh Rangkak (CR))
Ec
v
f pSH = 8, 2 x106 K SH EPS 1 0, 06 (100 RH ) ............ (13) (Kehilangan yang Disebabkan oleh Susut
s
(SH))
f pF = f 1 ( + K L )................... (14 ) (Kehilangan yang Disebabkan oleh Gesekan (F))
A
f PA = E PS ..................... (15 ) (Kehilangan yang Disebabkan oleh Dudukan angker )
L
2.2. Perencanaan beton bertulang biasa(Dipohusodo, Istimawan, 1994)

1
2

1
2

(Gambar 3 Diagram blok tegangan beton bertulang)


Rn
fy fy 2 4 x 0,59 xfy 2 x
f 'c
12 = ......................... (16 )
fy 2
2 x 0, 59
f 'c
As = bd
Mn = Cc x Z = 0,85 f ' c.xb.xax ( d 1 a ) = TsxZ .............. (17 )
2
MR = Mn ..(18)
= MR > 1 > Save.......................(19)
Mu

3. Aplikasi
KOLOM

12.000

10.000 10.000 10.000

Gambar 4 Denah pelat


Sebuah pelat satu arah menerus seperti tergambar diatas dengan mutu beton 35 Mpa, direncanakan
dengan metode prategang posttension dan beton biasa.

3.1 Perencanaan pelat prategang

4

Perencanaan pelat prategang menggunakan metode peralihan tumpuan dan menghitung kehilangan-
kehilangan yang terjadi.
3.1.1 Kehilangan total akibat prategang
(Akibat Perpendekan Elastis Beton (ES))
f pES = 0
(Relaksasi Tegangan Baja (R))
log 720 1133, 491
f pR = 1133, 491 0, 55 = 54, 437 Mpa
10 1582, 403
(Kehilangan yang Disebabkan oleh Rangkak (CR))

f PCR = K CR ( f CS f CSD ) = 6, 9 x1, 6 x (3, 05 0) = 33, 67 Mpa
(Kehilangan yang Disebabkan oleh Susut (SH))
V
f pSH = 8, 2 x106 K SH EPS (1 0, 06 )(100 RH ) = 17, 041 Mpa
S
(Kehilangan yang Disebabkan oleh Gesekan (F))
fpF = fpi ( + 3, 28KL) = 1303,155(0, 05 x 0, 0186 + 3, 28 x 0, 001 x 30) = 129 M pa
(Kehilangan yang Disebabkan oleh Dudukan angker )
f pA = 40, 864 M pa
Total kehilangan :
total = f pES + f pR + f PCR + f pSH + f pf + f pA = 275,012Mpa

3.1.2 Analisa perletakan kabel


Pada awal perencanaan, eksentrisitas kabel di asumsikan (e1 = 4,5 cm, e2 = 2 cm)

P e.e1= 0.045P e P e.e5= 0.045P e

P e.e2= 0.02P e P e.e4= 0.02P e

10m 10m

R b=R R c=R

B entu k defleksi B B B entuk defleksi

R A = (2R b+ R c)/3 R D = (R b+ 2R c)/3

10R K N m 10R K N m

(Gambar 5 Metode peralihan tumpuan), berdasarkan (Nawy , Edward G,2, 2001)

Lendutan akibat gaya prategang kabel :


L 2L Pe .e2 .L 2L
EI B = ( Pe.e1 + 0,5Pe .e2 ) = 1,1677 Pe KNm3
2 3 2 3
Lendutan akibat R (Momen skunder)
10 ( 2 RB + RC ) L 2 L
EI B = x x = 333, 333 RKNm 3
3 2 3
Dengan menyamakan persamaan diatas maka diperoleh R(Reaksi skunder) dan kemudian diperoleh
nilai Momen-momen yang bekerja.
1,1677 Pe KNm3
RB = RC = = 0, 0035Pe KN
333,333KNm3
( 2 RB + RC ) L
M2 = = 0, 035 Pe K N m
3
M3 = M1 + M2 = 0,02Pe + 0,035Pe

5

Maka diperoleh nilai eksentrisitas baru :
M 3 0, 055Pe
eB = = = 0, 055m > 5,5cm
Pe Pe

M 3 = M 1 + M 2 = 0, 045 Pe + (0, 035Pe ) = 0, 01Pe


M 3 0, 01Pe
e= = = 0, 01m > 10mm
Pe Pe

M3 = M1 M2 = 0,045Pe 0,0175Pe = 0,0275Pe


M3 0,0275Pe
e= = = 0,0275m > 2,75cm
Pe Pe
e2=2 cm e4=2 cm

17cm

e1=4.5 cm e1=4.5 cm e1=4.5 cm


A B C D

10m 10m 10m

(a)
0.02Pe 0.02Pe

0.045Pe 0.045 Pe 0.045 Pe

(b) R
R

(c)

RA RB
0.035Pe 0.035Pe

(d)

0.055Pe
0.055Pe

0.0275Pe 0.01Pe 0.0275Pe

(e)

e2=5.5cm e4=5.5cm

17cm

e1=2.75 cm e3=0.01cm e5=2.75cm

10m 10m 10m

(f)

(Gambar 6 (a) Asumsi tendon diawal (b) Momen primer (M1) (c) Reaksi lawan lendut (d) Momen
skunder (M2) (e) Momen total (M3)(f) Perletakan tendon yang baru),

Tegangan yang dialami beton :


ft = 0,891Pe 10544,15 15750 ....(Serat atas bentang AB dan CD)
f b = 8, 4 Pe +10544,15 15750 ......(Serat bawah bentang AB dan CD)
f t = 3, 281Pe 10544,15 15750 ....(Serat atas bentang BC)
f b = 6, 01Pe +10544,15 15750 ..(Serat bawah bentang BC)
f t = 2, 96 Pe 18918, 03 15750 ...(Serat atas tumpuan B dan C)
f b = 12,15Pe +20224,03 15750 ...(Serat bawahtumpuan B dan C)

Dengan menggunakan pertidaksamaan diperoleh hasil Pe yang memenuhi adalah sebagai berikut :
(1500KN< Pe <1600KN) maka ambil Pe = 1580 KN
1580000 N
n= = 7, 09 (Ambil 8 buah per satu meter)
1862 N / mm 2 x126, 6 mm 2
Digunakan kabel prategang 8 12,7 (dengan jarak antar kabel adalah : 1000/7 = 14 cm)

6

Pelat lantai Kabel prategang K-270 12.7 Kabel prategang K-270 12.7 mm Tulangan non pretegang
Kabel prategang K-270 12.7 e=5,5cm (D10-160) Kabel prategang K-270 12.7
mm e2=2.75cm
mm mm
Pe=1580KN
Cgc 0.17 e= 4cm Cgc 0.17 0.17 Cgc 0.17
e= 1 cm

10 D 25 (D)
(B) 16 D 25
Detail (IV-IV)
Detail (II-II)
Balok BP I (350
700) 420
Balok BP II (850 )
(A)
Detail (I-I) (C)
Detail (III-III)

(Gambar 7 Hasil perencanaan pelat prategang), berdasarkan Z Zebua, Foloe, 2013

3.2 Analisa pelat beton biasa


Lapangan
Rn
As = fy
fybd 2
4 x0,59
= 0,006 xfy 2 x ' x 87mm
x 1000mm fc
12 = = 0, 006
= 494,529fy 2 mm
2 x0,59 '
n 3,8 buah (Gunakan fc 6 buah tulangan D13) As = 795,99 mm
Jarak bersih antar tulangan :
1000mm
= 20 cm dalam satu meter panjang bentang
5
Tumpuan
As = bd = 0,012 x 1000mm x 87mm
= 1034,44 mm
n 9 buah (Gunakan 10 buah tulangan D13) As = 1326,65 mm
Jarak bersih antar tulangan :
1000m m
= 112 m m dalam satu meter panjang bentang
9
Tulangan
Bagi Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
(D13-480) Bagi Utama Bagi Utama Bagi Utama
(D13-480) (D13-112) (D13-480) (D13-112) (D13-480) (D13-112)
17cm
Tulangan Tulangan Tulangan (BB I) (BB I) (BB I) (BB III)
(BB I) (BB I) Balok
Utama Bagi Utama
(350/700)
(8 D 25) (D13-200) (D13-480) (D13-200) (9 D 25)
(BB III) (12 D 25) (12 D 25) (12 D 25) (12 D 25) (14 D 25)

5m 5m 5m 5m

(Gambar 8 Pelat beton bertulang), berdasarkan Z Zebua, Foloe, 2013

3.3 Balok pemikul pelat lantai


Metode yang digunakan dalam merencanakan balok pemikul adalahsesuai dengan SNI 2002
3.3.1 Balok pemikul pelat lantai beton prategang
Pada balok pemikul pelat prategang tidak terdapat balok anak sehingga panjang balok tengah
= 12 m dan panjang balok menerus = 10 m
Lapangan (Asumsi b = 350mm h = 700mm L = 12m)
1 1
Mu = wul 2 = (55,81 )(12)2 = 1004,69KNm
8 8
Rn
fy fy 2 4 x0,59 xfy 2 x
f 'c
12 = = 0,006
fy 2
2 x0,59 '
fc
As = bd = 0,006 x 1350mm x 637mm
Tulangan baja yang digunakan D25
n. 1 d 2 As
4
n. 1 152 5135.676 mm
4
n 10 buah (Gunakan 10 buah tulangan D25) As = 4906,25 mm

7

Dengan menggunakan proes dan langkah yang sama maka dapat dohitung semua balok pemikul pelat
yang digunakan
Balok BP III
(300/600)
KOLOM
BP III BP III BP III

BP II BP II BP I
BP I
Balok BP II
Balok BP I (420/850) 12.000

(350/700)

BP III BP III BP III


10.000 10.000 10.000

2 D 25 2 D 25
2 D 25

700 850
600

16 D 25 8 D 25
10 D 25

420 300
350
Detail Detail
Detail (BP III)
(BP I) (BP II)

Gambar 9 Balok pemikul pelat pategang

3.3.1 Balok pemikul pelat lantai beton bertulang biasa


Pada balok pemikul pelat prategang tidak terdapat balok anak sehingga panjang balok tengah
= 12 m dan panjang balok menerus = 10 m
Lapangan (Asumsi b = 350mm h = 700mm L = 12m)
1 1
Mu = wul 2 = (65,11)(12)2 = 1181,16KNm
8 8
Rn
fy fy 2 4 x0,59 xfy 2 x
f 'c
12 = = 0,006
fy 2
2 x0,59
f 'c
As = bd = 0,006 x 1350mm x 637mm
Tulangan baja yang digunakan D25
n. 1 d 2 As
4
n. 1 152 5642,993 mm
4
n 10 buah (Gunakan 12 buah tulangan D25) As = 5887,5 mm
Dengan menggunakan proes dan langkah yang sama maka dapat dohitung semua balok pemikul pelat
yang digunakan

BALOK BB II
KOLOM (350/750)
BB II BB II BB II

BB III
BB III
BB I BB I BB I BB I BB I
12.000
Balok BB III Balok BB I
(300/600) (350/700)

BB II BB II BB II

10.000 10.000 10.000

8

2 D 25 2 D 25
2 D 25
700 750 600

12 D 25 11 D 25 8 D 25

350 350 300


Detail(BB I) Detail(BB II) Detail(BB III)

Gambar 10 Balok pemikul pelat beton biasa

4. Analisa harga

Tabel 1. Daftar harga satuan bahan


Jenisa Bahan Satuan Harga (Rp)

5. Beton K350 m3 982177.5546


6. Besi beton polos Kg 10082.05
7. Besi beton ulir Kg 13409.55
8. Kabel prategang Kg 30000

Tabel 2. Analisa bahan


BETON PRATEGANG
No Sa Uraian Harga satuan Harga bahan Total
Koef t Pekerjaan (Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
1 m3 Pelat beton prategang
1 m3 Beton 982177.5546 982177.5546
K350
58.27731 Kg Kab Starnd 30000 1748319.328
12.7
25.43307 Kg Susut + 10082.05 256417.4498
endblock
10 2986914.33
12
2 m3 Balok
pemikul
prategang
1 m3 Beton 982177.5546 982177.5546
K350
305.2207 Kg Tulangan 13409.55 4092872.705
berulir
D 5075050.26
25
BETON BERTULANG BIASA

No Sa Uraian Harga satuan Harga bahan Total


Koef t Pekerjaan (Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
1 m3 Pelat beton berulang biasa
1 m3 Beton K350 982177.5546 982177.5546
148.0556 Kg Tulangan berulir 13409.55 1985358.375
13mm
2967535.93
2 m3 Balok pemikul
pelat beton
bertulang biasa
1 m3 Beton K350 982177.55 982177.55
318.4114 Kg Tulangan berulir 13409.55 4269754.10
D 25 5251931.66

9

5. Kesimpulan

Dari perencanaan dihasilkan bahwa tebal pelat prategang 17 cm tanpa menggunakan balok anak
(gambar 7 dan 9) sedangkan tebal pelat beton biasa 12 cm dengan menggunakan penambahan balok
anak (gambar 8 dan 10). Untuk volume beton total diperoleh pelat prategang dan balok pemikul nya
79,986 m^3 sedangkan pelat beton biasa dan balok pemikul nya 77,97 m^3. Untuk penggunaan besi
dilapangan pelat prategang menggunakan 83,66 Kg/m^3 sedangkan pelat beton biasa menggunakan
140,05 Kg/m^3. Untuk harga pelat beton prategang bernilai Rp. 182.799.157 dan balok pemikulnya
Rp.95.248.543 dengan total biaya Rp.278.047.700. Untuk pelat beton biasa bernilai Rp.128.197.552
dan balok pemikulnya Rp.182.609.663 dengan total biaya Rp.310.807.216. Dan dapat disimpulkan
harga material dalam perencanaan pelat beton prategang lebih murah Rp.32.759.515 dibandingkan
dengan pelat beton biasa

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, 2005, Building Code Requirements for Structural Concrete, ACI


Comitte 318, USA.
Anonim 2, 2002 Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847-2002), Bandung.
Z Zebua, Foloe 2013.Analisis perencanaan pelat lantai beton prategang post tension dibandingkan
dengan beton biasa .Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan
Budiadi, Andri.2008. Desain Praktis Beton Prategang.Yogyakarta:
Dipohusodo, Istimawan, 1994, Struktur Beton Bertulang, Gramedia, Jakarta.
Nawy , Edward G,1, 2001, Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar. Jilid 1
EdisiIII, Erlangga 2001.
Nawy , Edward G,2, 2001, Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar .Jilid 2
Edisi III, Erlangga 2001.
Raju , N. Krishna1988, Beton Prategang .Edisi II Erlangga 1988.
Wang, Chu-kia, 2000, Mekanika teknik statis tak tentu, Yustadi, Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai