Anda di halaman 1dari 7

MAHASISWA MAHASISWA

Kehancuran

1. Aspek Budaya dan Diri

Mahasiswa sebagai insane akademis, pencipta serta pengabdi masyarakat yang tentunya
merupakan asset besar Negara dimasa depan pada era sekarang sepertinya telah kehilangan arah
gerakan khusunya dalam menentukan orientasi sebagaimana hakikat yang seharusnya. Berbagai
bentuk program perkaderan yang ada saat ini juga cenderung menilai perkaderan sebagai ajang
formil yang perlu dilakukan sehingga penyampaian hal-hal yang bersifat idiologis serta hal yang
bersifat lebih prinsip pun kemudian dilupakan.
Ketika mahasiswa dihadapkan pada suatu realitas, maka mahasiswa cenderung reaksioner
tanpa mempertimbangkan berbagai aspek yang sebenarnya terlebih dahulu diutamakan.Sikap
pragmatis yang terus menerus menghinggapi perilaku mahasiswa masa kini juga terbukti
bagaimana mahasiswa dalam hal ini belum bisa meletakkan posisinya pada hal yang ideal.
Personality mahasiswa di era sekarang juga masih jauh dari kemandirian dan kedewasaan dan
terus semakin larut dengan masuknya berbagi bentuk budaya barat. Hal ini tentunya akan menjadi
batu sandungan ketika mahasiswa dibenturkan dengan berbagai budaya tersebut, sehingga
semangat dan jiwa nasionalisme mahasiswa sebagai pemuda bangsa semakin hari semakin
terkikis.
Bebasnya bentuk pergaulan membuat para mahasiswa lupa akan budaya yang
dimilikinya. Sebagai contohnya, banyak mahasiswa yang berperilaku kasar walaupun sebenarnya
hanya bercanda dengan temannya, namun dia mengikuti budaya barat yang sebenrarnya arti dari
bahasa tersebut sangat tidak pantas diucapkan di negara kita. Kampus yang hari ini dikatakan
sebagai salah satu wadah yang mencetak asset ataupun generasi penerus bangsa dan kampus
dikenal sebagai lembaga akademik yang juga berperan dalam mencetak berbagai tenaga ahli serta
orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat dilingkungannya, sekarang sudah jauh
dari makna yang ada. Mahasiswa hari ini sebenarnya harus kembali disadarkan akan berbagai
peran dan fungsinya. Salah satu yang harus dipahami bahwa mahasiswa adalah pusat dinamisasi
gerakan suatu Negara. Hal lain yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan dan control sosial
dimana mahasiswa memiliki kemampuan dengan kemampuan intelektual, berpikir cerdas, serta
sigap dalam berbagai kondisi memang seharusnya diharapkan untuk dapat memberikan
perubahan yang signifikan paling tidak pada lingkungan kampus dan lingkungan yang berada
didekatnya.

2. Aspek Sosial

Adanya GAP antara mahasiswa sering terjadi khususnya bagi mahasiswa yang merasa hanya
ingin berkumpul dan berteman dengan sesamanya. Maksud dari sesama disini adalah yang
berasal dari tempat tinggal yang sama seperti daerah, kota maupun sekolah. Dengan adanya GAP
ini akan mengakibatkan kesenjangan yang kuat, dimana mahasiswa yang tidak terlibat dari gap
tersebut akan merasa tidak nyaman maupun tidak bisa berekspresi diri sesukanya. Mahasiswa
akan merasa minder dengan adanya gap tersebut.
Sebagai contoh yang ada di Universitas Brawijaya adalah adanya perkumpulan mahasiswa
maupun program kerja mahasiswa yang mengharuskan kepengurusannya berasal dari daerah yang
sama. Akibat dari realitas social ini mahasiswa yang bukan dari daerah yang sama tidak bisa
berbaur maupun join ke perkumpulan maupun program kerja tersebut.

3. Aspek Teknologi

Tidak bisa dipungkiri bahwa abad 21 merupakan era digital. Digitalisasi telah merambah
ke setiap aspek kehidupan. Kehadiran teknologi digital seakan meniadakan batasan kegiatan
manusia, terutama bagi mahasiswa. Namun, hal buruknya justru teknologi digital dapat
meniadakan interaksi langsung antar mahasiswa, tidak terkecuali mahasiswa UB. Dapat kita lihat
realitas mahasiswa UB yang semakin bergantung pada teknologi, terutama alat komunikasi,
seperti handphone. Bahkan ketika mereka sedang berkumpul justru mereka lebih memperhatikan
handphone masing-masing sehingga intensitas mengobrol menjadi berkurang. Contoh lain adalah
ketika mahasiswa berada di sebuah diskusi atau rapat tetapi ada mahasiswa lain yang sedang
bermain handphone dan tidak memperhatikan pembicara. Mahasiswa saat ini terkesan lebih aktif
di sosial media daripada aktif di dunia perkuliahan. Selain itu, dampak negatif adalah terjadinya
tindak kriminal di dunia maya, seperti aksi bullying, pornografi, pelecehan, penjualan narkoba,
dan lain-lain. Tidak jarang pertengkaran antar fakultas terjadi di kalangan mahasiswa UB yang
mengakibatkan saling menjelek-jelekan fakultas dan pencemaran nama baik. Mereka merasa
bahwa fakultas mereka lah yang terbaik sehingga menjelekkan fakultas lain. Akibatnya, rasa
persaudaraan dan persatuan antar mahasiswa UB semakin pudar.

MAHASISWA DOSEN

Kehancuran

1. Aspek Diri

Di era zaman modern sekarang ini, sangat banyak sekali kasus-kasus tentang perilaku
yang menurut kita sangat kecil namun dapat berdampak kehancuran moral bangsa. Jadi, kami
sekelompok telah mengamati bagaimana interaksi antara mahasiswa dengan dosen. Kebanyakan
orang-orang beranggapan bahwa para mahasiswa banyak yang tidak memiliki sopan santun
terhadap dosen-dosennya.
Memang banyak sekali kasus-kasus yang membuat banyak orang beranggapan bahwa
kurangnya sopan santun para mahasiswa terhadap dosen mereka yang jelas dosen lebih tua
daripada mereka para mahasiswa. Contoh kecilnya saja, pernah kami melihat para mahasiswa
tidak merunduk saat melewati dosen mereka. Padahal, menurut tata krama kita, walaupun tidak
menyapa dosennya, minimal kita sebagai mahasiswa harus merunduk sebagai tanda kesopanan
dan menghormati orang yang lebih tua dibanding kita.
Namun kebanyakan orang hanya melihat dari satu sisi sudut pandang saja. Kebanyakan
orang hanya selalu melihat sudut pandang bahwa para mahasiswa selalu tidak sopan terhadap
orang yang lebih tua dari mereka seperti kepada para dosen. Padahal, kami sekelompok telah
melihat dan mencermati bahwa banyak juga perilaku para dosen yang kurang baik dan sangat
tidak patut untuk dicontoh oleh para mahasiswanya.
Pertama contoh kecil saja, banyak sekali dosen yang secara tidak sadar duduk diatas
meja. Padahal menurut tata krama yang ada di Indonesia ini, itu bukan hal yang patut ditiru
karena hal tersebut merupakan kebudayaan negara lain. Selain itu ada pula dosen yang merokok
dikelas. Menurut kelompok kami hal ini sudah sangat fatal dan dapat membuat kegagalan negara.
Karena seharusna para dosen mencotohkan hal-hal yang baik kepada para peserta didiknya agar
kelak dapat menjadikan mahasiswanya memiliki kepribadian yang baik bukan malah merusak
moral mereka.
Hal-hal ini lah yang perlu kita perbaiki untuk mencegah kegagalan suatu negara. Untuk
para mahasiswa, harusnya mereka lebih peka terhadap adat istiadat yang sudah diberikan oleh
leluhur bangsa yaitu untuk selalu menghormati dan menjaga sopan santun kepada siapapun
terutama terhadap yang lebih tua, kalau dikampus ya harus menghormati para dosen baik dikenal
maupun tidak.
Untuk para dosen, seharusnya dosen harus memberi contoh yang baik bagi anak didik
nya, karena bagaimanapun juga dosen adalah orang yang membimbing dan panutan oleh para
mahasiswanya. Kalau dosen berperilaku buruk bagaimna dengan anak didiknya? Sudah pasti
mereka akan berperilaku yang sama bahkan lebih buruk karena dosen merupakan panutan
mereka.
2. Aspek Politik

Tanda-tanda kehancuran di kampus salah satunya bisa disebabkan oleh aspek poitik yang
disalahgunakan oleh mahasiswa atau dosen. Contohnya saja adalah adanya dosen yang berjanji
akan memberikan imbalan berupa nilai maksimal apabila terdapat mahasiswa yang bersedia
mengikuti proyek pribadinya. Seharusnya hal tersebut tidak boleh dilakukan karena dapat
membuat mahasiswa tersebut menjadi malas dengan kuliahnya dan lebih fokus pada proyek
dosen

3. Aspek Teknologi
Berkembangnya teknologi seperti adanya telepon seluler (HP) beserta media social dan internet
membuat mahasiswa menjadi manja dan kurang semangat dalam mengerjakan tugas yang
diberikan dosen. Beberapa mahasiswa mengcopy langsung konten yang ada internet dalam
mengerjakan tugas tanpa memfilter atau membuat dengan kalimat sendiri. Selain itu, di dalam
ruangan kelas saat dosen mengajukan pertanyaan, mahasiswa dengan gampangnya menggunakan
telepon seluler (HP) untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, teknologi
seperti telepon seluler (HP) yang telah dilengkapi intenet menjadi media praktis bagi mahasiswa
untuk menjawab pertanyaan dosen tanpa adanya usaha pribadi dari mahasiswa tersebut. Hal ini
sangatlah berbeda dengan beberapa tahun lalu dimana kerja keras pribadi mahasiswa masih
sangat diperlukan dalam mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan di kelas.

4. Aspek Budaya dan Teknologi:


Kurang pekanya mahasiswa dan dosen terhadap peraturan di kampus. Budaya menggunakan
telepon seluler (HP) saat jam pelajaran di kelas kadang masih sering dilakukan baik oleh dosen
dan mahasiswa. Contohnya adalah ketika telepon seluler (HP) dosen dan mahasiswa berbunyi di
kelas karena tidak disilent, sama-sama bermain telepon seluler (HP) saat mata kuliah
berlangsung, dan banyak lagi kejadian yang terjadi akibat dari tidak dinonaktifkannya alat
komunikasi tersebut.

5. Aspek Ekonomi
Kegiatan pencarian dana dari segala organisasi maupun kepanitiaan di kampus kadang kala
membebankan mahasiswa. Mahasiswa sangat sering menjual makanan ataupun barang-barang
lainnya demi menutupi anggaran dari beberapa kegiatan-kegiatan tersebut. Seringkali mahasiswa
yang berjualan harus membeli sendiri barang-barang yang mereka jual demi memenuhi target
pencarian dana kepanitiaan yang mereka ikuti. Hal ini sangat membebakan mahasiswa dalam hal
finansial (ekonomi) dan merupakan salah satu contoh kegagalan di dalam kehidupan masa kini.

Perubahan

1. Aspek teknologi:

Teknologi merupakan sesuatu yang sangat canggih dan cepat berkembang seiring
perkembangan zaman ,di zaman yang modern ini teknologi menjadi kebutuhan setiap orang baik
itu dari dosen,mahasiswa bahkan masyarakat umum sangat membutuhkan teknologi karena itu
teknologi sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial seseorang. Kemajuan teknologi saat ini
membawa banyak dampak positif bagi manusia, salah satunya di bidang pendidikan.

Teknologi memiliki dampak positif yang dapat membawa perubahan, yaitu:

1. Media elektronik sebagai sumber informasi, para mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari
informasi yang diberikan dosen saja, tetapi juga dapat belajar sendiri dari internet. Selain itu
internet juga dapat membantu mahasiwa dalam mengerjakan tugas.
2. Munculnya metode pembelajaran yang baru
3. Membantu mengolah data-data hasil penelitian, yang biasanya dilakukan secara manual,
sejak adanya teknologi menjadi lebih cepat

MAHASISWA MASYARAKAT SEKITAR

Kehancuran

1. Aspek Sosial

Saat ini banyak sekali mahasiswa yang kurang peduli dengan masyarakat sekitar khususnya di daerah
tempat tinggalnya. Biasanya mahasiswa yang berlatar belakang organisasi akan lebih mudah
beradaptasi dengan masyarakat sekitar.

Akan tetapi fenomena yang berkembang menunjukkan bahawa derap modernisasi di Indonesia
dengan pembangunan sebagai ideologinya telah memenjarakan mahasiswa dalam sekat institusional,
transpolitisasi, dan depolitisasi dalam kampus. Keberhasilan upaya dengan dukungan penerapan
konsep NKK/BKK itu, pada sisi lain mahasiswa di kungkung dunia isolasi hingga tercerabut dari
realitas sosial yang melingkupinya. Akibatanya ,mahasiswa mengalami kegamangan atas dirinya
maupun peran-peran kemasyarakatanyang ssemestinya diambil. Mahsiswapun tidak lagi memiliki
kesadaran kritis dan bahkan sebaliknya bersikap apolitis.

Melihat realitas seperti itu maka perlu ditumbuhkan kesadaran kritis mahasiswa dalam merespon
gejala sosial yang dihadapinya,karena di samping belum tersentuh kepentingan praktis, mahasiswa
lebih kreatif tercerahkan dan potensi sebagai kelompok dinamis yang diharapkan mampu
mempengaruhi atau menjadi penyuluh pada basis masyarakat baik dalam lingkup kecil maupun
secara luas. Dengan tataran seperti itu ,semestinya mahasiswa dapat mengambil peran
kemasyarakatan yang lebih bermakna bagi kehidupan kampus dan masyarakat.

2. Aspek Diri

Mahasiswa dirasa sebagai kaum intelektual yang memiliki intelegensi tinggi diharapkan mampu
menjadi pemimpin yang membawa perubahan. Diharapkan orang-orang yang kritis dan mampu
membangun negara menjadi lebih baik terlahir dari sebuah kampus. Mahasiswa sendiri memiliki
peran istimewa yang dikelompokkan dalam tiga fungsi, yaitu agent of change, social control, dan iron
stock. Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan dapat memberi panutan bagi masyarakat
sekitar. Namun, justru realitas memperlihatkan bahwa masih ada mahasiswa yang kurang
menunjukkan sikap diri yang mampu dijadikan pedoman bagi masyarakat. Contohnya adalah
mahasiswa UB yang melanggar rambu lalu lintas di permukiman, seperti di jalan watu mujur. Ketika
mahasiswa UB keluar dari gerbang watu gong dan ingin memasuki wilayah watu mujur, maka
seharusnya mematuhi rambu-rambu dilarang belok kiri yang telah diatur oleh warga sekitar. Namun,
yang terjadi adalah masih ada mahasiswa yang belok kiri langsung dengan alasan lebih cepat sampai.
Dampak fatal yang dapat terjadi akibat ketidakpatuhan tersebut adalah terjadinya kecelakaan. Rambu
lalu lintas lain yang sering di langgar mahasiswa adalah rambu mohon turun dan matikan mesin.
Biasanya rambu tersebut digunakan warga sekitar karena jalan permukiman yang sempit atau sedang
ada acara. Namun, masih ada mahasiswa yang tidak mau turun dari kendaraan dan mematikan mesin
sehingga mahasiswa saat ini terkesan angkuh dan tidak memiliki tata krama di masyarakat sekitar.

Perubahan

1. Aspek Sosial

Mahasiswa memiliki posisi dan peran yang dalam proses perubahan sosial dan kebudayaan
.mahasiswa merupakan perantara penyampaian nilai-nilai dari generasi terdahulu ke generasi
berikutnya. Dan merintis perubahan dalam rangka dinamisasi kehidupan dalam peradaban yangsaat
ini sedang berjalan. Sebagai bagian dari intelektual community mahasiswa menduduki posisi yang
strategis dalam keterlibatannya melakukan rekayasa sosial menuju independensi masyarakat, dalam
aspek ekonomi, politik,sosial, dan budaay. Dalam posisinya sebagai komunitas terdidik, mahasiswa
sebagai salah satu kunci penetu dalam transformasi menuju keadilan dan kemakmuran bangsa. Di
samping dua kelompok strategis lainnya yaitu kaum agamawan dan masyarakat sipil yang memiliki
kesadarn kritis atas situasi yang sedang berlangsung saat ini. Posisi mahasiswa secara sederhana bisa
kita gambarkan sebagai sosok yang berada di tengah-tengah level. Di masyarakat menjadi bagaian
masyarakat, di kalangan intelektual mahasiswa juga dianggap berada diantara mereka. Dengan kata
lain keberadaan mereka di tengah-tengah level apapun memiliki nilai strategis.
REFERENSI (BUKTI FOTO)

Keterangan:

Foto ini adalah bukti dari para mahasiswa yang


melakukan Danus (Dana Usaha) dimana
kegiatann ini digunakan untuk demi menutupi
anggaran dari beberapa kegiatan-kegiatan
tersebut yang harus terpenuhi menjelang hari H
kegitan.

Keterangan:

Foto ini adalah bukti dari perubahan dalam aspek teknologi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
mencari atau mendapatkan informasi apapun dengan menggunakan laptop.

Keterangan:

Foto ini adalah bukti dari kehancuran yang


terjadi di dalam lingkaran mahasiswa, dimana
pada saat berkumpul dengan teman-teman salah
satu dari mereka tengah sibuk dengan
Handphone-nya.
Keterangan:

Foto ini adalah salah satu bukti dari kehancuran yang


dilakukan oleh mahasiswa yang melakukan pelanggaran
dengan tidak mentaati marka jalan yang berada di jalan
Veteran depan UB yang dapat berdampak buruk terhadap
dirinya sendiri.

Keterangan:

Foto ini adalah bukti dari perubahan yang dilakukan oleh


mahasiswa yang peduli dengan masyarakat sekitar.
Melalui salah satu kegiatan yang dilakukan oleh BEM
FEB UB yaitu membantu melaksanakan pembangunan
rumah kaca, survey hewan ternak penduduk, dan memberi
edukasi anak anak serta warga Desa Sumbersari.

Anda mungkin juga menyukai