Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM METIL MERAH SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

I. TUJUAN
Menentukan Konstanta Disosiasi dari Asam Metil Merah dengan bantuan kurva hubungan

[MR ]
pH terhadap log [HMR] secara Spektrofotometri
II. DASAR TEORI
Indikator asam-basa pada umumnnya mempunyai perubahan warna yang dipengaruhi
oleh kondisi asam atau basa. Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu
zwitterion. Dalam suasana asam, senyawa ini berupa HMR(I), yang berwarna merah dan
mempunyai dua bentuk resonansi. Jika ditambahkan basa, sebuah proton hilang dan terjadi
anion MR-(II), yang berwarna kuning. Kesetimbangan antara kedua bentuk metil merah
tersebut ditunjukkan sebagai berikut.
COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N

CH3 H CH3 H
Struktur metil merah dalam bentuk asam HMR (merah)
H+ OH-
COO-

CH3 N N N

CH3 H
Struktur metil merah dalam bentuk basa MR- (kuning)
Reaksi pengion metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sederhana
berikut ini.
HMR MR- + H+

Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan dengan persamaan:


[H ][MR ]
Ka
[HMR]
pKa dinyatakan dengan persamaan:
[MR ]
pKa pH log
[HMR]

1
[MR ]
Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dari pengurangan perbandingan [HMR] pada
pH tertentu. Karena kedua bentuk metil merah mengadsorpsi kuat pada daerah cahaya

[MR ]
tampak (400-800 nm), maka perbandingan [HMR] dapat ditunjukkan secara spktrofotometri.
Jika I dan Io masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertantu yang telah malalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh hukum Lambert-Beer:
I
A log
Io
Dan jika hanya zat terlarut saja dapat mengadsorpsi cahaya, maka:
A = a.b.c
Dengan :
a = indeks absorpsi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu dan jenis pelarut. Pada
daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, alur A terhadap konsentrasi berupa garis lurus. Jika
dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat mengadosrpsi secara
bebas, maka absobansi campuran ini bersifat aditif.
A = A1 = a1 b c1
Pada percobaan ini pertama ditentukan spektrum absorbansi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa), kemudian dipilih dua panjang
gelombang 1 dan 2 untuk kedua larutan, hingga bentuk asam mengadsorpsi jauh lebih kuat
pada 1 dibandingkan dengan cahaya basanya. Sebaliknya bentuk basa mengadsorpsi kuat
sedangkan bentuk asamnya tidak. Dalam suasana sangat asam, (seperti dalam HCl) metil
merah dapat dianggap hanya terdapat dalam bentuk I dan sebaliknya dalam suasana sangat
basa (seperti dalam NaOH) meti merah dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada 1 (a1, HMR) dan pada 2 (a2,MR-) ditentukan pada
berbagai konsentrasi. Dengan menggunakan persamaan A = a.b.c untuk mengetahui apakah
hukum Lambert-Beer dipenuhi. Juga dapat dibuat grafik absorbansi A terhadap konsentrasi.
Komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi A1 dan
A2 masing-masing pada 1 dan 2 dan dengan tebal sel 1 cm (b = 1 cm) dengan menggunakan
persamaan berikut:
A1 = a1 HMR [HMR] + a1 MR-[MR-]
A2 = a2 HMR [HMR] + a2 MR-[MR-]

2.1 SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

2
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan forometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dalam hal ini adalah sinar tampak. Fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi.
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi (T atau %T)
atau absorbansi (A) suatu cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Absorbsi cahaya
oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan
atom/molekul. Energi cahaya diserap oleh atom/molekul dan digunakan oleh elektron di
dalam atom/molekul tersebut untuk bertransisi ke tingkat energi elektronik yang lebih tinggi.
Absorbsi hanya terjadi jika selisih kedua tingkat energi elektronik tersebut (E = E 2 E1)
bersesuaian dengan energi cahaya (foton) yang datang.
Dalam menganalisis menggunakan spektrofotrometer UV-VIS harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pembentukan senyawa berwarna
Langkah ini dilakukan apabila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan
didaerah tampak. Dalam hal ini senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa lain yang
dapat melakukan penyerapan atau direaksikan dengan suatu pereaksi pembentuk warna
sehingga dapat menyerap sinar tampak. Pereaksi yang menimbulkan warna, harus memenuhi
beberapa persyaratan yakni : reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif,
tidak membentuk senyawa berwarna dengan zat-zat lain yang ada dalam larutan, reaksinya
dengan zat lain yang dianalisa harus cepat dan kuantitatif (sempurna), warna atau senyawa
yang terbentuk harus cukup stabil untuk jangka waktu tertentu, dan tidak terlalu cepat
berubah dengan perubahan pH.
b. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara
spektrofotometri adalah panjang gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum
(puncak serapan). Hal ini disebabkan karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah paling besar pada panjang gelombang maksimum, maka akan diperoleh
kepekaan yang maksimum pula.

3
Panjang gelombang yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara
spektrofotometri.
Keterangan:
Violet : 400 - 420 nm
Indigo : 420 - 440 nm
Blue : 440 - 490 nm
Green : 490 - 570 nm
Yellow : 570 - 585 nm
Orange: 585 - 620 nm
Red : 680 - 780 nm
c. Pembuatan kurva kalibrasi
Untuk kurva kalibrasi, dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yang
diketahui. Absorbansi dari larutan standar ini diukur, kemudian dibuat grafik absorbansi (A)
terhadap konsentrasi (C), kurva yang terbentuk disebut kurva kalibrasi.
Dalam analisis menggunakan spektroskopi UV-Vis digunakan hukum dasar Lambert-
Beer. Hukum Lambert-Beer ini menyatakan hubungan antara intensitas sinar yang diserap
dengan konsentrasi dan tebal larutan yang dilalui sinar. Apabila seberkas sinar dengan
panjang tertentu dilewatkan pada larutan yang mengandung zat penyerap, maka sebagiam
sinar tersebut akan diserap dan sbagian sinar diteruskan.

2.2 HUKUM LAMBERT-BEER


Apabila seberkas sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada larutan yang
mengandung zat penyerap, maka sebagian sinar tersebut akan diserap dan sebagia akan
diteruskan. Hubungan antara intensitas sinar yang diserap dengan konsentrasi dan tebal
larutan yang dilalui sinar dinyatakan melalui persamaan Lambert-Beer sebagai berikut:
A = -log I/Io = bC

Dimana:
A = absorbansi
I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
= Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding.
b = Panjang larutan yang dilalui oleh cahaya (umumnya 1 cm)
4
C = Konsentrasi spesies penyerap dalam unit mol L-1(M)
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil. Sering kali dalam pengukuran secara riil
menghasilkan polt hukum Beer yang tidak linier sepanjang seluruh konsentrasi yang diamayi.
Kelengkungan ini menyatakan bahwa bukan suatu tetapan, yang tergantung pada
konsentrasi. Nilai diharapkan tergantung pada sifat dasar spesies pengabsropsi dalam
larutan dan pada panjang gelombang radiasi. Dalam praktiknya, penyimpangan ini biasanya
disebabkan oleh adanya penyimpangan berdasarkan kimia dan penyimpangan instrumen yang
digunakan.

III. ALAT DAN BAHAN


Tabel 1. Alat dan Bahan
Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah
Spektrofotometer UV-Vis 1 set Metil merah 1 gram
Shimadzu-1700
Gelas Kimia 100 mL 5 buah Natrium asetat 0,04 M 25 mL
pH meter 1 buah HCl 0,01 M 100 mL
Pipet volume 5 mL 1 buah HCl 0,1 10 mL
Labu ukur 50 mL 1 buah Etanol 95% 30 mL
Labu ukur 100 mL 1 buah Aquades 500 mL
Pipet volume 10 mL 1 buah NaOH 0,01 M 100 mL
Gelas ukur 10 mL 3 buah
Gelas ukur 50 mL 2 buah
Spatula 2 buah
Pepet tetes 3 buah
Kaca arloji 2 buah

IV. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN


No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
I. Pembuatan Larutan Metil Merah
1 Larutkan sebanyak 0,1 gram metil merah
kristalin murni pada etanol 95% hingga
volume menjadi 100 mL (larutan ini disebut
larutan induk).
2 Ambil sebanyak 5 mL larutan induk tersebut
dan encerkan dengan air hingga volume
menjadi 100 mL (larutan ini disebut larutan
standar).
II. Pembuatan Larutan HMR

5
1 Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar
metil merah kedalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M
dan encerkan dengan aquades hingga tepat 100
mL.
III. Pembuatan Larutan MR-
1 Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar
metil merah kedalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 25 mL larutan NaOH
0,04 M dan encerkan dengan aquades hingga
tepat 100 mL
IV. Penentuan HMR dan MR-
1 Ukur absorbansi larutan HMR dan MR-, ukur
pada panjang gelombang mulai dari 350 750
nm. Absorbansi diplot terhadap panjang
gelombang sehingga didapatkan maks dari
HMR dan MR-.
V. Penentuan d atau b dari HMR dan MR- pada jarak max HMR dan MR-
1 Masukkan 8 mL, 6 mL, 4 mL, 2 mL larutan
HMR kedalam labu ukur 10 mL, kemudian
encerkan masing-masing dengan menggunakan
larutan HCl 0,01 M (pengenceran 2x, 6x, 4x,
dan 8x). Kemudian masukkan 8 mL, 6 mL, 4
mL, 2 mL larutan MR- kedalam labu ukur 10
mL, kemudian encerkan masing-masing
dengan menggunakan larutan NaOH 0,01 M
(pengenceran 2x, 6x, 4x, dan 8x). Absorbansi
masing-masing larutan diukur pada maks
dari HMR dan MR-.
VI. Penentuan kuantitas relatif HMR dan MR pada berbagai harga pH

6
1 Buatlah campuran larutan dengan komposisi
sebagai berikut:

Nomor labu 1 2 3 4
Larutan 5 5 5 5
indikator mL mL mL mL
standar (MR)
Natrium 12,5 12,5 12,5 12,5
asetat 0,04 M mL mL mL mL
Asam asetat 25 12,5 5 2,5
0,02 M mL mL mL mL
Air 7,5 20 27,5 30
(pengenceran mL mL mL mL
)
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)

2 Ukur absorbansi dari masing-masing larutan


tersebut pada panjang gelombang maksimum
untuk HMR dan MR-

Anda mungkin juga menyukai