Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

M. Nasir dan Edy Purwo Saputro

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sih Handayani

AMIK Cipta Darma Surakarta

Abstract: Industrial waste is one of serious problems in the industrialization era. Hence the waste
management must be addressed early during the production process. It means that waste treatment process
should be performed from upstream to downstream. This study aims to establish an optimization model
of waste management with quantitative analysis that is conducted through focus group discussions and
in-depth interview that combine voice of producer and voice of costumer. The result shows there are many
aspects related to waste from tahu industry in Kartasura, then it makes the optimization of the waste to be
very important. The result of this study is not able to solve all the problems, then there are limitations and
further researches, and advice is needed for this study.

Keywords: industry, voice of producer, voice of customer

PENDAHULUAN kecil terhadap manajemen penanganan dan


pengelolaan limbah.
Limbah hasil industri menjadi salah satu Persoalan lainnya yang terkait yaitu tidak
persoalan serius di era industrialisasi. Oleh adanya titik temu antara mereka yang dapat
karena itu, regulasi tentang industrialisasi memanfaatkan limbah dengan industri yang
ramah lingkungan menjadi isu penting menghasilkan limbah. Padahal secara ekonomi
(Basaran, 2013; Wilson, et al., 2012). Alasan sebenarnya semua limbah dapat diolah untuk
yang mendasari sebab limbah tidak hanya dari memberikan manfaat sehingga memberikan
proses produksi tapi juga kelangsungan hidup. nilai dan keuntungan ekonomi, yaitu tidak
Oleh karena itu, pengolahan limbah harus saja bagi pelaku industri, tetapi juga pihak-
dilakukan sedari dini ketika proses produksi pihak yang berkepentingan terhadap limbah
terjadi. Artinya, pengolahan limbah harus tersebut (Achillas, et al., 2013). Dari beragam
dilakukan dari hulu sampai hilir karena jika persoalan limbah dan relevansinya dengan
ini tidak dilakukan maka ancaman terhadap pemanfaatan limbah, salah satunya isunya
pencemaran akan berakibat fatal (Xue, et al., yaitu penanganan dan pengelolaan limbah
2013; Mohanty, 2012). hasil industri kecil pembuatan tahu (Nasir
Urgensi penanganan dan pengelolaan dan Fatkhurohman, 2010). Limbah cair yang
limbah hasil industri bahwa hasil produksi dihasilkan dari industri kecil tahu di berbagai
menimbulkan limbah yang rentan terhadap daerah potensial untuk dikembangkan
lingkungan, baik berupa limbah cair, padat menjadi energi alternatif untuk pemenuhan
atau bentuk limbah lainnya. Oleh karena itu, kebutuhan kegiatan rumah tangga dan lainnya
edukasi kepada pelaku usaha industri kecil (Darsono, 2007; Damayanti, et al., 2004).
terkait problem penanganan dan pengelolaan Terkait ini, Kartasura adalah salah satu daerah
limbah hasil usaha sangat penting (Nasir dan yang dikenal sebagai sentra industri tahu.
Fatkhurohman, 2010). Persoalan mendasar Oleh karena itu, kajian hasil limbah industri
penanganan dan pengelolaan limbah yaitu tahu di Kartasura menjadi menarik karena
tentang minimnya pengetahuan pelaku usaha, tidak hanya terkait kepentingan pelaku usaha
utamanya dari kelompok industri kecil. Hal menambah penghasilan dari limbah tapi juga
ini kemudian menjadi pembenar tentang tuntutan untuk menciptakan industri yang
rendahnya kesadaran dari pelaku usaha industri ramah lingkungan.

Volume 19, Nomor 2, Desember 2015: 143-149 Manajemen Pengelolaan Limbah... 143
RUMUSAN MASALAH menghasilkan limbah. Artinya, hal ini
tergantung jenis produk yang dihasilkan dan
Penanganan dan pengelolaan limbah proses untuk menciptakan produk itu sendiri.
industri tahu dapat memberikan manfaat dan Oleh karena itu, setiap produk memiliki
sebaliknya jika tidak dikelola menimbulkan karakteristik proses produksi tersendiri
pencemaran, mengurangi kualitas air dan yang berbeda dengan produk lainnya dan ini
juga membahayakan kualitas hidup (Dirjen secara tidak langsung berpengaruh terhadap
Industri Kecil dan Menengah, 2007). Oleh jenis limbah yang dihasilkan dan kualitas
karena itu, rumusan masalah penelitian ini limbah. Relevan dengan hal ini maka sistem
adalah bagaimana model penanganan dan otomatisasi dalam proses produksi diharapkan
pengelolaan limbah hasil industri kecil tahu di bisa mereduksi sumber penghasil limbah.
sentra industri tahu di Kartasura? Selain itu, modernisasi alat-alat produksi juga
bisa menjadi acuan terhadap minimalisasi
TINJAUAN PUSTAKA sumber penghasil limbah. Oleh karena itu,
proses ini dikenal dengan zero waste yang saat
Industrialisasi merupakan alternatif ini semakin berkembang dalam bentuk lean
pilihan model pembangunan yang menjadi production di mayoritas industri (de Souza
wajib dilakukan oleh berbagai negara untuk dan Carpinetti, 2014; Prasanna dan Vinodh,
memacu pertumbuhan ekonomi. Terkait hal 2013).
ini, di satu sisi industrialisasi memberikan Kedua: optimalisasi pemanfaatan
percepatan terhadap pertumbuhan, meski limbah hasil industri. Jika mereduksi sumber
di sisi lain dampak dari industrialisasi tetap penghasil limbah tidak bisa dilakukan karena
harus diwaspadai. Fakta dari dampak tersebut tergantung kepada jenis produk dan jenis
salah satunya yaitu keberadaan limbah hasil proses produksinya maka harapan terakhir
industri (Bottero, et al., 2011). Oleh karena dari industrialisasi adalah bagaimana upaya
itu, ini justru menimbulkan tuntutan terhadap untuk melakukan optimalisasi limbah yang
proses produksi yang ramah lingkungan. dihasilkan. Proses ini terkait dengan proses
Bahkan proses perkembangan ini kemudian pengolahan limbah selama proses produksi
menimbulkan revolusi hijau termasuk salah sehingga hasil akhir dari pengolahan limbah
satunya yaitu munculnya tuntutan terhadap adalah limbah yang minimalis. Selain itu,
produk hijau yaitu produk yang tidak hanya proses pengolahan limbah juga berorientasi
ramah lingkungan tapi juga bisa di daur ulang kepada pemanfaatan limbah yang bernilai
(Simpson, 2010). sosial ekonomi. Langkah ini dapat dilakukan
Persoalan limbah industrialisasi juga sendiri dan atau bisa melibatkan unit usaha
menjadi persoalan di kasus industri kecil. Hal lain sehingga memberikan keuntungan bagi
ini mengacu persoalan unit pengolah yang industri dan juga pengolah limbah serta
tidak ada karena berbagai pertimbangan, misal lingkungan, termasuk juga masyarakat
ketersediaan lahan, biaya mahal dan kesadaran sebagai konsumen dari proses produksi yang
pelaku usaha industri kecil yang masih rendah dihasilkan.
(Khalil dan Khan, 2009). Oleh karena itu, isu
kajian tentang penanganan dan pengelolaan TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
limbah hasil industri, termasuk pada kasus di
sentra industri kecil tahu di Kartasura menjadi Tujuan penelitian yaitu identifikasi antara
sangat menarik. Realita ini terutama mengacu kepentingan pelaku usaha industri kecil
nilai penting terkait manajemen lingkungan tahu dan kepentingan masyarakat sebagai
dan komitmen terhadap penciptaan produk konsumen dari limbah yang dihasilkan.
hijau yang ramah lingkungan karena bisa di Merujuk pentingnya manajemen lingkungan
daur ulang. dan optimalisasi limbah hasil industri untuk
Sinergi antara industrialisasi dan mendukung keseimbangan lingkungan, maka
manajemen lingkungan pada dasarnya terkait keberlanjutan kajian ini relevan dilakukan dan
dua aspek penting, pertama: minimalisasi karenanya manfaat dari penelitian ini adalah
sumber penghasil limbah. Hal ini mengacu teridentifikasinya model optimalisasi dari
prinsip produk yang sekecil mungkin pemanfaatan limbah hasil industri.

144 M. Nasir, Edy Purwo Saputro, dan Sih Handayani BENEFIT Jurnal Managemen dan Bisnis
METODE PENELITIAN di kampung tersebut dan menjadi penasihat
di Paguyuban Sumber Rejeki yang menjadi
Fokus penelitian menggunakan metode wadah pengusaha tahu di Purwogondo,
kualitatif untuk melakukan eksplorasi terhadap Kartasura. Paguyuban Sumber Rejeki
kepentingan penanganan dan pengelolaan berjumlah 38 orang dan jumlah ini tidak pasti
limbah hasil industri kecil di sentra industri tergantung keluar masuknya peserta.
tahu di Kartasura. Oleh karena itu, eksplorasi Keyperson yang terlibat dalam indepth
terhadap tujuan ini menggunakan desain FGD interview adalah Bapak Gito Suparji yang
dan indepth interview untuk merumuskan memiliki usaha industri tahu lebih 20 tahun
identifikasi faktor penting terkait penanganan dan beralamat di Kampung Purwogondo
dan pengelolaan limbah hasil industri kecil. Rt 5/Rw 1, Kartasuro. Selain itu keyperson
Implikasi dari temuan ini yaitu model juga menjadi sesepuh dari Paguyuban
optimalisasi pemanfaatan limbah hasil Sumber Rejeki yang beranggotakan 38 orang
industri yang memberikan manfaat sosial dan pengusaha industri tahu. Keyperson merupakan
ekonomi, tidak hanya bagi industri kecil, tapi salah satu pengusaha tahu di kampung
juga masyarakat sebagai konsumen di sekitar tersebut yang selalu menjadi narasumber
sentra industri kecil tahu di Kartasura. atau informan terhadap semua kegiatan yang
Teknik analisis penelitian menggunakan berkaitan kasus limbah hasil industri tahu.
analisis kualitatif yang memadukan dua Hal ini terutama dikarenakan di lokasi rumah
kepentingan (yaitu kepentingan industri dan keyperson terdapat satu unit pengolah limbah
konsumen) sehingga terbentuk model yang yang dibangun sebagai proyek percontohan
menggambarkan sinergi antara variabel dari Kementrian Lingkungan Hidup. Meski
dan faktor penting dari dua pihak tersebut. di daerah tersebut ada unit pengolah limbah
Identifikasi model terbentuk melalui proses lain yaitu milik Bapak Harto Suwito (juga
eksplorasi argumen yang melibatkan dua pihak anggota Paguyuban Sumber Rejeki), namun
tersebut. Oleh karena pendekatan kualitatif unit pengolah limbah di rumah Bapak Gito
dengan FGD dan indepth interview sangat Suparji adalah yang terbesar. Keyperson
tepat dilakukan untuk proses eksplorasinya. yang hanya 1 orang didasarkan pertimbangan
bahwa perilaku pengusaha di industri tahu di
HASIL DAN PEMBAHASAN Kartasura atau dimanapun cenderung sama
sehingga hal ini dianggap mampu mewakili
Identifikasi terhadap jumlah produksi karakteristik secara umum.
limbah secara tidak langsung melibatkan
peran produsen (voice of producer - VOP), Komponen Limbah Hasil Produksi
sedangkan pemanfaatan limbah melibatkan Komponen limbah hasil produksi
konsumen (voice of customer - VOC). Sinergi merupakan bagian akhir dari semua proses
dari kedua komponen tersebut menjadi produksi. Persoalan limbah hasil produksi
penting untuk dapat diformulasikan suatu sampai saat ini merupakan sesuatu yang sangat
model optimalisasi pemanfaatan limbah hasil serius bagi semua industri. Limbah hasil
industri kecil, terutama untuk kasus di industri produksi dapat dibedakan menjadi beberapa
tahu di Kartasura. bentuk yaitu limbah padat, cair dan gas. Semua
FGD dilaksanakan pada senin 8 Juni bentuk limbah tersebut berpotensi memicu
2015 di FEB UMS dan hasil FGD menjadi dampak negatif, tidak hanya bagi lingkungan
acuan perumusan persoalan tentang limbah. tetapi juga bagi proses produksinya. Oleh
Identifikasi hasil FGD menjelaskan secara karena itu, pengolahan limbah hasil produksi
detail kondisi limbah, harapan pemanfaatan merupakan salah satu komponen penting untuk
limbah dan juga tuntutan terhadap hasil dari menilai kelayakan suatu proses produksi.
limbah seminimal mungkin, sedangkan untuk Proses produksi yang menghasilkan
VOP dilakukan dengan indepth interview limbah hasil seminimal mungkin saat ini
dengan Bapak Gito Suparji pada hari jumat semakin menjadi perhatian, tetapi untuk
28 Agustus 2015 di Kampung Purwogondo, skala industri kecil seperti yang terjadi
Kartasuro yang dikenal sebagai sentra di sentra industri tahu ternyata persoalan
industri tahu. Keyperson merupakan sesepuh

Volume 19, Nomor 2, Desember 2015: 143-149 Manajemen Pengelolaan Limbah... 145
limbah masih menjadi sesuatu yang serius. 1. Reduce
Faktor utama yang mendasari adalah dana Prinsip reduce adalah meminimalisasi
yang terbatas untuk pembangunan instalasi limbah, terutama hasil akhir proses produksi.
pengolah limbah sehingga mayoritas sentra Meski demikian, bukan tidak mungkin tahap ini
industri tahu terletak di daerah aliran sungai. juga dapat dilakukan sedari awal yaitu bahan
Realita ini terkait dengan kemudahan proses baku dan proses produksi. Hal ini menunjukan
pembuangan limbah ke aliran sungai. Selain semua proses produksi pada dasarnya mampu
itu, kondisi keterbatasn lahan juga menjadi diupayakan untuk menghasilkan limbah
faktor yang menjadi penyebab dari tingginya seminimal mungkin. Tahapan ini biasanya
kasus minimnya unit pengolah limbah di dilakukan dengan sistem filterisasi sehingga
berbagai sentra industri tahu. semakin tinggi dari tingkatan filterisasi maka
secara otomatis limbah yang dihasilkan
Komponen Pemanfaatan Limbah Hasil semakin berkurang, begitu juga sebaliknya.
Produksi Persoalan riil tahapan reduce yaitu
minimnya etos pengusaha terhadap hal ini.
Industri tahu adalah salah satu industri Selain itu, harapan terhadap optimalisasi
rumah tangga yang jumlahnya sekitar 84.000 kapasitas produksi juga terkadang memicu
unit dan kapasitas produksi 2,6 juta ton per sentimen negatif terhadap niat untuk
tahun sehingga produksi limbah cairnya 20 mereduksi limbah hasil produksi. Oleh karena
juta m3 per tahun dan emisi sekitar 1 juta ton itu, kesadaran untuk mencapai tahapan ini
CO2. Mayoritas industri tahu di Jawa sehingga adalah sangat penting. Faktor yang mendukung
konsentrasi pencemaran dari hasil industri hal ini adalah minimnya permodalan dan
tahu ada di Jawa (Setiawan dan Rusdijati, keterbatasan lahan, termasuk juga minimnya
2014). Meski industri tahu mayoritas berskala ruang gerak dari proses produksi yang dimiliki
kecil tapi kontribusi terhadap ekonomi industri tahu di berbagai daerah.
domestik dan penyerapan kerja cukup besar. 2. Reuse
Oleh karena itu, pemanfaatan limbanya perlu Prinsip reuse adalah upaya pemanfaatan
dioptimalkan. kembali limbah yang dihasilkan selama
Komponen pemanfaatan limbah hasil proses produksi. Yang dimaksud pemanfaatan
produksi merupakan faktor penting yang bisa dalam bentuk proses lanjutan atau
akan menjadi kajian penelitian ini. Persoalan pemanfaatan untuk kegiatan di bidang yang
utama proses produksi adalah limbah yang lain, misalnya pakan ternak atau pemanfaatan
dihasilkan. Oleh karena itu tuntutan saat ini lainnya. Terkait hal ini inovasi dan eksplorasi
adalah zero waste atau proses produksi minim terhadap pemanfaatan lain dari hasil proses
limbah. Hal ini dapat dilakukan dilakukan produksi tahu menjadi sangat penting karena
dengan memulai tahapan sumber produksi jumlah industri tahu di Indonesia cukup
yang minim menghasilkan limbah. Artinya, banyak. Artinya, ini menjadi peluang mencari
bahan baku yang baik berpengaruh pada hasil potensi kemanfaatan dari melimpahnya
dengan limbah minim dan proses produksi limbah hasil produksi industri tahu. Persoalan
yang baik juga berpengaruh terhadap hasil reuse banyak disebabkan karena tidak adanya
akhir dan minimalisasi limbah. Terkait ini, kepentingan yang bersinergi antara limbah
penanganan limbah pada dasarnya dimulai yang dihasilkan dengan tujuan pemanfaatan.
dari ketersediaan bahan baku dan juga Hal ini mengindikasikan pentingnya mata
proses produksi serta yang terakhir adalah rantai industri yang terbangun dari semua
penanganan limbah yang dihasilkan. aspek, terutama hulu sampai hilir.
Sinergi industri dari hulu ke hilir
memberikan peluang yang sangat besar
Komponen Pengolahan Limbah Hasil terhadap pemanfaatan semua limbah yang
Produksi dihasilkan sehingga nilai potensi dari setiap
Beberapa aspek yang harus diperhatikan limbah bisa diserap dan dimanfaatkan bagi
terkait urgensi pengolahan limbah hasil kepentingan industri lanjutan tanpa mengurangi
produksi di sentra industri tahu yaitu : kuantitas dan kualitasnya. Oleh karena itu,

146 M. Nasir, Edy Purwo Saputro, dan Sih Handayani BENEFIT Jurnal Managemen dan Bisnis
semua industri seharusnya memikirkan pola tahu di Kartasura dan harapan minimalisasi
seperti ini sehingga persoalan limbah industri limbah produksi sesuai persepsian konsumen.
bisa direduksi dan secara tidak langsung Di satu sisi, sinergi antara harapan pengusaha
model sinergi ini mampu menciptakan zero industri tahu dan konsumen akan memberikan
waste di level industri apapun. Implikasi pengaruh positif kepada ekosistem dan
jangka panjang dari model sinergi ini mampu lingkungan melalui produksi hijau yang lebih
menciptakan green production. ramah lingkungan. Selain itu, munculnya
3. Recycle kesadaran kolektif zero waste juga berpengaruh
Prinsip recycle adalah proses daur ulang bagi peningkatan produksi dan campur tangan
dari limbah yang telah dihasilkan sehingga pemerintah terhadap fluktuasi harga kedelai
bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain sehingga industri tahu tidak terbebani harga
tanpa mengurangi produksi. Pemahaman kedelai sebagai komponen utama di industri
recycle tidak bisa lepas dari kepentingan untuk tahu. Oleh karena itu sinergi ini memberikan
optimalisasi semua hasil akhir proses produksi, kemanfaatan semua pihak dan implikasinya
baik itu berupa limbah padat, cair atau gas. yaitu terjadinya peningkatan kesejahteraan
Hal ini dapat dilakukan dengan proses kimia pengusaha tahu dan juga terpenuhinya
atau non-kimia. Selain itu, proses recycle kebutuhan pangan konsumsi.
juga bisa dilakukan dengan cara alamiah, Sinergi indepth interview dan FGD
meski ini membutuhkan waktu yang lebih secara tidak langsung menjadi acuan
lama terutama jika dibandingkan dengan cara pengembangan industri tahu ke depan,
yang menggunakan proses percepatan. Selain meskipun di sisi lain tetap harus ada acuan
itu, proses ini juga dimungkinkan dengan memberikan edukasi berkelanjutan kepada
pemanfaatan yang bersifat non-ekonomi. pengusaha tahu. Keberhasilan terkait hal
Pemahaman daur ulang selama ini lebih ini akan menumbuhkan kesadaran kolektif
menekankan aspek kepentingan ekonomi tentang pentingnya produksi hijau yang
semata, padahal persepsian daur ulang tidak ramah lingkungan, tidak saja di industri tahu
hanya terfokus kepada kepentingan ekonomi yang bersifat home industry, tetapi juga bisa
tapi juga kemanfaatan untuk aspek yang dikembangkan untuk semua kategori industri.
lebih luas. Oleh karena itu, pemanfaatan yang Komitmen terhadap tuntutan ini pada dasarnya
masih mengacu mata rantai industri tahu tentu juga mendukung kampanye global tentang
memberikan nilai positif, meski hal ini juga pentingnya zero waste untuk meningkatkan
bisa berkaitan dengan pemanfaatan di luar produktivitas dan efisiensi di semua lini
mata rantai industri tahu itu sendiri. Potensi produksi, mulai dari bahan baku sampai hasil
daur ulang semua limbah hasil industri akhir produksi.
pada dasarnya mampu memberikan peluang Hasil analisis menunjukan pemanfaatan
sehingga hal ini perlu dikaji lebih lanjut. limbah industri di sentra industri tahu di
Kartasura mengacu kepada banyak aspek
Pembahasan kepentingan, terutama yang mengakomodasi
kepentingan VOP VOC dan kepentingan
Hasil indepth interview dan FGD industrialisasi yang saat ini menuntut ramah
menunjukan adanya sejumlah persoalan lingkungan dan produksi hijau. Oleh karena
pemanfaatan limbah hasil industri tahu itu, model optimalisasi pemanfaatan limbah
sehingga dapat diformulasikan titik temu antara hasil industri terlibat pada gambar berikut :
kepentingan pelaku usaha di sentra industri

Volume 19, Nomor 2, Desember 2015: 143-149 Manajemen Pengelolaan Limbah... 147
Gambar 1 Model pengelolaan limbah hasil industri tahu di Kartasura

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN secara umum sehingga generalisasi hasil


SARAN masih belum optimal.
Hasil identifikasi persoalan tentang Penelitian ke depan perlu untuk
limbah industri tahu di sentra industri tahu memperluas cakupan telaah dengan
di Kartasura menunjukan adanya sejumlah melibatkan keyperson yang lebih banyak dan
temuan yang menarik dicermati. Hal ini secara lokasi sentra industri tahu lainnya sehingga
tidak langsung menunjukan problem tentang gambaran detail tentang persoalan limbah
limbah tidak hanya terkait proses produksi hasil produksi tahu dapat teridentifikasi secara
tetapi juga kemanfaatan yang memberikan lebih detail sehingga pemetaan persoalan dan
nilai tambah dan nilai ekonomi. Oleh karena juga optimalisasi manfaat dari limbah tahu
itu, temuan persoalan keterbatasan modal, bisa lebih berkembang.
luas areal usaha, edukasi produksi ramah
lingkungan dan kemanfaatan dari limbah DAFTAR PUSTAKA
menarik dicermati. Hal ini tidak saja untuk Achillas, C., Moussiopoulos, N.,
kepentingan industrialisasi tapi juga nilai Karagiannidis, A., Banias, G., dan
keseimbangan lingkungan ekosistem. Artinya, Perkoulidis, G. (2013). The use of multi-
temuan ini menjadi acuan membangun model
criteria decision analysis to tackle waste
industri yang lebih ramah lingkungan.
Fokus penelitian ini persoalan pemanfaatan management problems: A literature
limbah sehingga mampu memberikan manfaat review. Waste Management & Research.
dan nilai tambah, tidak hanya untuk pengusaha 31 (2): 115-129.
tahu di sentra industri tahu di Kartasura, tapi Basaran, B. (2013). What makes manufacturing
juga masyarakat. Meskipun hasil penelitian companies more desirous of recycling?
ini mampu mengidentifikasi persoalan tentang Management of Environmental Quality:
pemanfaatan limbah industri tahu, namun
An International Journal. 24 (1): 107-
pendalaman kasus melalui indepth interview
dengan hanya satu orang keyperson masih 122.
kurang memberikan suatu gambaran yang Bottero, M, Comino, E., dan Riggio, V.
menyeluruh tentang persoalan pemanfaatan (2011). Application of the Analytic
limbah. Selain itu, lokasi di Kartasura meski Hierarchy Process and the Analytic
merupakan sentra industri tahu, juga belum Network Process for the assessment of
merefleksikan persoalan pemanfaatan limbah
different wastewater treatment systems.

148 M. Nasir, Edy Purwo Saputro, dan Sih Handayani BENEFIT Jurnal Managemen dan Bisnis
Environmental Modelling & Software. SNATIF ke-1 Tahun 2014. Fakultas
26 (10): 1211-1224. Teknik Universitas Muria Kudus.
Damayanti, A., Hermana, J., dan Masduqi, A. Simpson, D. (2010). Use of supply
(2004). Analisis resiko lingkungan dari relationships to recycle secondary
pengolahan limbah pabrik tahu dengan materials. International Journal of
kayu apu (Pistia stratiotes L.), Jurnal Production Research. 48 (1): 227-249.
Purifikasi. 5 (4): 151-156. Wilson, D.C., Parker, D., Cox, J., Strange, K.,
Darsono, V. (2007). Pengolahan limbah cair Willis, P., Blakey, N., dan Raw, L. (2012).
tahu secara anaerob dan aerob, Jurnal Business waste prevention: A review
Teknologi Industri. 11 (1): 9-20. of the evidence. Waste Management &
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Research. 30 (9): 17-28.
(2007). Pengelolaan limbah industri Xue, M., Li, J., dan Xu, Z. (2013). Management
pangan, Departemen Perindustrian. strategies on the industrialization road
Jakarta. of state-of-the-art technologies for
de Souza, R.V.B. dan Carpinetti. L.C.R. e-waste recycling: the case study of
(2014). A FMEA-based approach electrostatic separation: A review. Waste
to prioritize waste reduction in lean Management & Research. 31 (2): 130-
implementation. International Journal 140.
of Quality & Reliability Management.
31 (4): 346-366.
Khalil, N. dan Khan, M. (2009). A case of
a municipal solid waste management
system for a medium-sized Indian city,
Aligarh. Management of Environmental
Quality: An International Journal. 20
(2): 121-141.
Mohanty, M. (2012). New renewable energy
sources, green energy development
and climate change: Implications to
Pacific Island countries. Management of
Environmental Quality: An International
Journal. 23 (3): 264-274.
Nasir, M. dan Fatkhurohman. (2010). Model
pembentukan kesadaran kolektif
terhadap manajemen lingkungan
pengusaha kecil tahu tempe di Solo.
Laporan Hibah Bersaing. Dikti.
Prasanna, M. dan Vinodh, S. (2013). Lean
Six Sigma in SMEs: An exploration
through literature review. Journal of
Engineering, Design and Technology.
11 (3): 224-250.
Setiawan, A., dan Rusdijati, R., (2014).
Peningkatan kualitas biogas limbah cair
tahu dengan metode taguchi. Prosiding

Volume 19, Nomor 2, Desember 2015: 143-149 Manajemen Pengelolaan Limbah... 149
Zakat yang dikumpulkan dan disalurkan Menurut kelompok ini, kebutuhan pokok
langsung untuk kepentingan musyahiq, baik tidak mungkin dapat dipenuhijika mereka
yang bersifat konsumtif maupun yang bersifat masih berada dibawah garis kemiskinan
produktif. Pemerintah (dalam hal ini LAZ) serta tidakmempunyai pekerjaan untuk
diperbolehkan membangun perusahaan- mendapatkan yang lebih baik, Kelima,
perusahaan dan pabrik-pabrik dan yang The Self-RelianceApproach (pendekatan
lainnya dari uang zakat, untuk kemudian kemandirian), pendekatan ini muncul
kepemilikan dan keuntungannya diberikan sebagaikonsekuensi logis dari berbagai upaya
kepada mustahiq dalam jumlah yang relatif negara dunia ketiga untukmelepaskan diri
besar sehingga terpenuhi kebutuhan para dari ketergantungan terhadap negara-negara
mustahiq dengan lebih leluasa. industri.
Zakat dapat pula dimanfaatkan untuk Pemberdayaan masyarakat merupakan
kepentingan sumber daya manusia seperti strategi dalamparadigma pembangunan yang
pemberian beasiswa bagi pelajar, mustahiq bertumpu pada masyarakat (peoplecentred
dan mahasiswa yang orang tuanya termasuk development). Strategi ini menyadari
kategori mustahiq zakat. pentingnya kapasitas masyarakat untuk
meningkatkan kemandirian dan kekuatan
Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi internal, melalui kesanggupan untuk
Ummat melakukan kontrol internal atas sumber
daya material dan non material yang penting
Sudah banyak teori-teori pembangunan melalui restribusi modal atau kepemilikan.
yang telah diterapkan dalam rangka
memberdayakan masyarakat, tapi hasilnya
tidak sesuai dengan yang harapkan. Yaitu: Prinsip-prinsip Manejemen dan
Pertama, teori Growth Approach(pendekatan Operasionalisasi Organisasi Pengelola
pertumbuhan) dan teori Rostow yang Zakat
menekankan pada strategi industrialisasi dan Organisasi pengelola zakat ada dua yaitu
substitusi impor dengan investasi dan padat sutau organisasi yang dibentuk oleh pemerintah
modal, pengangguran pada angkatan kerja dan yangdisebut dengan Badan Amil Zakat, Infaq,
mengakibat meningkatnya kejahatan karena shodaqoh (BAZIS), dan Lembaga Amil
urbanisasi yang merupakan tenaga kerja kurang Zakat, Infaq dan shodaqoh yang dibentuk
terampil. Pendekatan ini juga memunculkan oleh masyarakat muslim. Yang keduanya
Pseudu Capitalis (kapitalissemu), karena merupakan organisasi perantara keuangan dari
mereka menjadi kapitalis karena kedekatan para dermawan sebagaimana undang-undang
dengankelompok penguasa (elit politik) yang mengatur organisasi tersebut(http://
dimana mereka mendapatkankemudahan www.pkpu.or.id).Yaitu : 1) Undang-Undang
dari regulasi-regulasi yang ada, Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Kedua, teori Resdistribution ofGrowt Zakat, 2) Keputusan Menteri Agama Nomor
Approach (pendekatan pertumbuhan dan 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No.
pemerataan),pendekatan ini diterapkan pada 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, 3)
tahun 1973 yang dikenalkan olehAdelman dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan
Morris dengan menerbitkan Ecomomic Growth Haji Nomor D/291 tentang Pedoman Teknis
and SocialEquity in Developing Countries, Pengelolaan Zakat.
Ketiga Dependence Paradigma(paradigma
ketergantungan),teori ini dimunculkan TUJUAN PENELITIAN
pada tahun 1970-an oleh Cardoso, untuk
menggerakkanindustri-industri membutuhkan Sesuai dengan rumusan masalah di atas
komponen-komponendari luar negeri dan maka tujuan dari penelitian ini adalah:
hal ini menimbulkan ketergantungandari - Menggali potensi zakat di kota Gresik
segi teknologi dan kapital, Keempat,The yang belum optimal.
Basic Needs Approach (pendekatan - Optimalisasi Zakat dalam dunia usaha
kebutuhanpokok), teori ini diperkenalkan mikro
oleh Baricloche Foundation di Argentina.

152 Syaiful dan Suwarno BENEFIT Jurnal Managemen dan Bisnis

Anda mungkin juga menyukai