proses geologi yang terjadi selama jutaan tahun. De Coster (1974) menyatakan bahwa
kenampakkan tersebut merupakan hasil dari aktivitas orogenesa yang terjadi setidaknya
dalam tiga peristiwa berbeda, yaitu Mid-Mesozoic Orogeny, Late Cretaceous Early
berikut.
2.2.1 Mid-Mesozoic Orogeny
Peristiwa paling awal yang terjadi adalah ketika lapisan batuan berumur
menjadi blok-blok atau zona struktur yang besar dan diintrusi oleh batolith granit. Zona
batuan metamorf ini terdiri atas lapisan batuan dengan litologi yang bervariasi karena
memiliki tingkat metamorfisme yang berbeda dan intensitas deformasi yang bervariasi.
Zona ini tersingkap di Pegunungan Barisan dan diperkirakan menerus sampai ke bawah
permukaan cekungan.
2.2.2 Late Cretaceous Early Tertiary Tectonism
Peristiwa kedua yang terjadi adalah ketika struktur tensional utama, termasuk
Cekungan Sunda yang berada di sebelahnya. Arah gaya umum dari graben-gaben dan
patahan-patahan ini adalah utara selatan dan utara baratlaut selatan tenggara.
Kenampakkan tensional ini dan struktur yang tersisa dari Mid-Mesozoic Orogeny,
dari batuan pra-Tersier, membentuk elemen-elemen struktur tua dari cekungan. Elemen-
8
mengontrol pengendapan dari Formasi Lahat (Lemat), Formasi Kelesa, dan Formasi pra-
Sihapas. Kenampakkan lainnya termasuk tidak berubahnya garis pantai yang terbentuk
sebelum pengendapan Formasi Lahat (Lemat) dan Kelesa yang pada dasarnya tidak
terpengaruh oleh pergerakan struktur selama orogenesa pada zaman Tersier Akhir.
2.2.3 Plio-Pleistocene Orogeny
Kenampakkan struktur yang paling penting di dalam cekungan adalah lipatan-
lipatan dan patahan-patahan berarah baratlaut yang terbentuk selama orogenesa pada
Pegunungan Barisan, dan pembentukan yang berkaitan dengan struktur lipatan dan
oleh batas patahan-patahan dari zona Mid-Mesozoic batuan metamorf dan oleh patahan-
patahan berarah utara selatan atau utara baratlaut selatan tenggara yang terbentuk
selama kala Kapur Akhir Tersier Awal. Semua kenampakkan ini disebut sebagai
struktur muda dari cekungan dan menjadi kenampakkan geologi di Pulau Sumatra yang
paling dominan.
2.3 Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
Informasi mengenai stratigrafi di Cekungan Sumatra Selatan sudah ada sejak
tahun 1900-an. Pulunggono (1986) mengatakan bahwa dasar urutan stratigrafi sedimen
Tersier di cekungan ini, khususnya Sub Cekungan Palembang, telah dicatat oleh Tobler
pada tahun 1906. Penelitian selanjutnya pada pertengahan tahun 1920-an menemukan
9
bukti adanya ketidakselarasan antara sedimen Tersier dengan formasi pra-Tersier yang
ada di bawahnya.
10