EMBRIOLOGI HEWAN
Disusun Oleh :
Yulia
F05109031
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Sampling
Merupakan proses awal dalam metode parafin. Pada sampling ini diambil beberapa
organ sesuai keperluan. Jika organ terlalu besar maka dipotong-potong terlebih
dahulu.
Fiksasi (fixation)
Tujuan utama fiksas adalah memberikan perlakuan tertentu terhadap elemen-lemen
jaringan, terutama inti sel atau nukleinya, sehingga dapat diwetkan dalam kondisis
yang sedikit banyak mendekati keadaan aslinya. Selain itu, fiksasi juga mencegah
terjadinya kerusakan jaringan yang disebabakan oleh mikroorganisme maupun
perusakan oleh enzim yang terkandung dalam jaringan itu sendiri, yang dikenal
dengan autolisis. Dengan kata lain fiksasi bertujuan :
- Mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme) jaringan dengan cepat
sehingga keadaannya sedikit banyak mendekati keadaan aslinya.
- Mencegah autolisis.
- Menaikkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras yang merupakan
komponen cairan fiksatif.
Pada garis besarnya berdasarkan komposisi bahannya suatu fiksatif dapat
dikelompokkan menjadi :
- Fiksatif tunggal
Hanya menggunakan satu bahan kimia umum dalam bentuk larutan.
Contoh : formalin, alkohol, asam asetat dan asam pikrat.
Umumnya kurang memenuhi persyaratan sebagai fiksatif yang baik, terutama bagi
tujuan mikroteknik. Masih umum digunakan untuk tujuan anatomi maupun
histopatologi terutama fiksatif formalin.
- Fiksatif majemuk
Umumnya berupa campuran dari beberapa fiksatif tunggal. Disusun dengan
formula agar dapat diperoleh sesuai keinginan dan tujuan.biasanya fiksatif
campuran ini dituliskan sesuai dengan nama penemu formulanya. Banyak sekali
fiksatif campuran yang ada, contoh : larutan Bouin,larutan FAA, larutan glison,
dan lain sebagainya.
Dehidrasi (dehydration)
Dehidrasi adalah proses mengeluarkan air dari dalam jaringan tisu dengan
menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi merupaka langkah penting
yang memerlukan perlakuan yang prosesnya tidak terputus-putus. Kesalahan yang
terjadi akan mengakibatkan terhalangnya proses penamanan dalam parafin yang
merupakan proses lanjutan setelah proses dehidrasi tersebut. Sehubungan dengan
hal itu maka dehidran yang kita gunakan hedaklah memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :
- Harus mampu menarik air dari tisu menggantikan kedudukan air tersebut.
- Dehidran itu sendiri dapat digantikan kedudukannya oleh meduium penjernih.
- Tidak merusak dan mengganggu tisu yang telah difiksasi sebelumnya sehingga
misalnya tisu akan menjadi terlalu lunakkembali ataupun malah memperkeras tisu
tersebut menjadi rapuh.
- Dehidran yang paling umum dalam mikroteknik bagi metode parafin adalah
alkohol. Dalam penggunaannya dipakai serangkaian alkohol dengan konsentrasi
berbeda, dimulai dengan alkohol 35% - 50% - 70% - 80% - 95% - 100%. Alkohol
70% umum dikenal sebagai Stopping point dengan pengertian tisu dapat disimpan
agak lama (biasanya dibiarkan bermalam untuk dilanjutkan pada keesokan harinya
maupun hari-hari berikutnya).
Penjernihan (clearing)
Tujuan utama proses penjernihan adalah menggatiakn tempat alkohol dalam tisu
yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau medium
penjernih menjelang proses penanaman sebelum dilakukan proses penyayatan.
Setelah kita menggunakan xylol atau benzene pada proses penjernihan ini, pada
umumnya tisu akan menjadi transparan : hal ini yang menjadi alasan bahwa hal ini
dikenal sebagai proses penjernihan. Lama tisu dalam medium penjernih
bergantung pada :
- Ketebalan serta tingkat kepadatan tisu.
- Jenis reagen yang dipakai.
- Untuk jenis tisu yang melalui proses dehidrasi dengan sempurna, maka proses
penjernihan (xylol, benzene) berlangsung selama setengah hingga tiga jam. Bila
tisu dibiarkan cukup lama dalam medium penjernih ini, maka besar kemungkinan
tisu akan menjadi keras dan rapuh yang tentu menyukarkan dalam penyayatan.
Infiltrasi (infiltration)
Yang dimaksud dengan infiltrasi yaitu usaha menyususpkan media penanaman
kedalam tisu dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran dan bahan
penjernih. Media penamanam/embedding yang umum dipakai adalah parafin.
Parafin dibedakan berdasarkan titik didihnya, jadi ada yang bertitik didih 48C,
54C, 56C dan 58C. Utuk jenis tisu hewan yang biasanya digunakan parafin
bertitik didih 58C. Sebelum jaringan masuk kedalam parafin murni maka tisu
terlebih dahulu berada dalam xylol : arafin dengan perbandingan 1:3, 1:1, 1:3 da
selanjutnya masuk kedalam parafin murni.
Penanaman (embedding)
Penanama merupaka proses memasukkan atau menanam tisu kedalam blok-blok
parafin (cetakan) sehingga memudahkan pada proses penyayatan dengan bantuan
mikrotom. Beberapa teknik percetakan tersebut menggunakan :
a. Cetakan terbuat dari timah atau logam berat lainnya yang berbentuk L dialas
kaca dengan cara ini satu persatu tisu akan dapat dicetak.
b. Cetakan terbuat dari kertas. Sebaiknya disiapkan dari bahan kertas karton atau
manila.
c. Cetakan berbentuk bak yang terbuat dari aluminium, dengan cara ini tisu dapat
ditanamkan sekaligus.
Pemotongan (section)
Proses penyayatan mencakup berbagai cara akan menghasilkan sayatan tipis tisu
baik yang telah mengalami proses penanaman maupun tidak. Dalam mikroteknik,
cara lazim digunakan adalah penyayatan dengan menggunakan mikrotom dengan
berbagai peralatan pembantu seperti pisau mikrotom, kuas bulu, spatula, gunting
serta pensil penoreh. Mikrotom, alat khusus yang diracang untuk menyayat
material atau tisu-tisu dengan sayatan-sayatan yang cukup tipis untuk penelaahan
dengan mikroskop. Untuk memperoleh hasil sayatan yang baik dibutuhkan
beberapa persayaratan sebagai berikut :
1. Tisu yang telah dipersiapkan dengan sempurna.
2. Pisau yang cukup tajam.
3. Pemilihan jenis mikrotom yang tepat.
4. Operator yang cukup terampil dan terlatih
Dari beberapa jenis mikrotom yang ada, jenis-jenis mikrotom yang umum
dikenal dan digunakan dalam mikroteknik :
a. Mikrotom putar
Umum dipakai untuk mikroteknik metode parafin. Posisis kedudukan
pisau tetap. Sedang tisulah yang dilekat pada tisu holder yang bergerak
turun naik sehingga diperoleh sayatan umumnya berbentuk pita.
b. Mikrotom sorong
Sering pula digunakan dalam metode parafin, walau umumnya digunakan
untuk penyayatan tisu yang ditanam dalam celloidin. Dalam penggunaanya
kedudukan tisu ditetapkan atau diam, sedangkan pisaunya yang bergerak
maju mundur.
c. Mikrotom beku
Mikrotom beku digunakan untuk penyayatan tisu yang tidak ditanam
dalam parafin maupun dalam celloidin. Jadi tisu yang disayat adalah tisu
yang tidak ditanam, walau umumnya telah difiksasi dalam formalin dan
dibekukan dengan karbondioksida ataupun freon.
Afiksasi (afixing)
Afiksasi atau proses perlekatan adalah proses perlekatan atau penetapan sayatan
tisu yang pada kaca preparat dengan bantuan media prekat tertentu. Pada proses
ini diperlukan berbagai persiapan antara lain :
a. Kaca preparat bersih.
b. Media prekat.
c. Akuades.
d. Meja pemanas/hot plate.
e. Peralata berupa pinset, skapel, gunting, kuas dan lain sebagainya.
Dari beberapa jenis formula media prekat yang umum digunakan dalam kerja
rutin adalah media merekat albumin. Mula-mula putih telur dan gliserin
dikock hingga rata, busa yang terjadi dibuang dan bila perlu dilakukan
penyaringan, kemudian dibubuhkan kristal-kristal thymol yang berfungsi
sebagai pencegah berkembangnya jamur dan bakteri serta beberapa tetes
akuades sebagai pengencer.
Deparafinisasi
Deparafinisasi adalah proses penghilangan parafin menggunakan xylol. Adapun
langkah-langkah deparafinisasi adalah :
- Jaringan dimasukkan kedalam xylol (xylol 1 dan xylol 2) masing-masing selama
30 menit.
- Redehidrasi dengan alkohol dari tinggi ke rendah (100%, 96%, 80%, 70%, 50%
dan 30%) kemudian cuci dengan air mengalir setelah itu celupkan ke dalam
akuades.
Pewarnaan (staining)
Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen
tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan
mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat
metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin.
Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah
melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat
keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoxilin
akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan
sebagai counterstain yang intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa
mempengaruhi pewarnaan hematoxilin. Adapun langkah-langkah pewarnaan
adalah :
a. Dilakukan dengan pewarnaan hematoxilin selama 13 detik.
b. Cuci dengan air mengalir.
c. Bilas dengan akuades.
d. Masukkan kedalam alkohol 30%, 40%, 50%, 60% da 70%.
e. Bilas dengan akuades.
f. Warnai dengan eosin selama 1-2 menit.
g. Celupkan kedalam xyloll (xylol 1 dan xylol 2) masing-masing selama 20
menit.
Mounting
Merupakan proses akhir dari pembuatan preparat metoda parafin. Sebelum ditutup
secara permanen maka sebaiknya jaringan dilihat pada mikroskop apakah jaringan
tersebut sudah dapat diamati dengan baik atau tidak. Pada mounting tutup dengan
canada balsem dan gelas penutup. Hindari terbentuk gelembung udara kemudian
beri label dan diamati kembali diwabah mikroskop (Pahwadi, 2011).
BAB II
METODOLOGI
Alat :
- Alat untuk pemotongan/pengambilan organ (seperangkat alat bedah).
- Alat untuk infiltrasi paraffin (oven, beaker glass dan pinset).
- Alat untuk embedding (pinset, kotak kotak kecil 1,5 x 1,5 cm).
- Alat untuk sectioning (mikrotom dan kuas).
- Alat untuk affixing (objek glass, pipet tetes dan hot plate).
- Alat untuk staining/pewarnaan (staining jar, kertas label dan tissue).
- Alat untuk mounting (cover glass).
- Alat untuk pengamatan (mikroskop).
Bahan :
- Batang, akar, dan daun tumbuhan.
- Alcohol 70%, 80%, 90%, 96%, dan 100%.
- Fiksatif FAA dalam alcohol 95% (jika bahan lunak) atau FAA dalam alcohol 70%
(jika bahan keras).
- Safranin 1% dalam alcohol 70%.
- Alcohol : Xylol (3:1), (1:1), dan (1:3).
- Aquades.
- Xylol.
- Paraffin.
- Canada Balsam.
B. Cara Kerja
Metode : Parafin
1. Pengambilan Sampel : Bahan dipotong dengan silet tajam agar bahan tidak
tertekan.
- Daun dipotong dengan ukuran 5x5 mm dan dilakukan memanjang ibu
pertulangan atau anak pertulangan daun.
- Batang, akar, tangkai daun, dan organ lainnya yang berbentuk silinder
dipotong dengan ukuran 5x5 mm. Jika berkutin atau bersuberin, sebaiknya
diambil sepanjang 2mm.
2. Fiksasi : orgn direndam dalam fiksatif FAA selama 24 jam (untuk bahan tebal
atau besar minimal 48 jam).
3. Dehidrasi :
- Alcohol 96% selama 30 menit (mulai dari alcohol 70% jika alcohol yang
digunakan dalam FAA adalah alcohol 70%).
- Alcohol 80% selama 30 menit.
- Alcohol 70% selama 30 menit.
- Staining : Safranin 1% selama 24 jam (over night).
- Alkohol 70% selama 30 menit.
- Alkohol 80% selama 30 menit.
- Alkohol 96% selama 30 menit.
- Alcohol 100% selama 30 menit.
4. Dealkoholisasi/Clearing :
- Alkohol ; Xylol = 3:1
- Alkohol : Xylol = 1:1
- Alkohol : Xylol = 1:3
- Xylol selama 2x30 menit.
5. Infiltrasi Parafin : Dalam oven suhu 58-60C.
- Parafin ; xylol = 9:1 selama 24 jam.
- Parafin murni I selama 24 jam.
- Parafin murni II selama 1 jam.
6. Embedding : Cetak blok paraffin dalam kotak-kotak dan atur letak/posisi organ
sesuai dengan arah pemotongan, biarkan 24 jam dalam refrigerator.
7. Sectioning
8. Affixing
9. Staining :
- Xylol I
- Xylol II
- Alkohol : Xylol = 1:3
- Alkohol : Xylol = 1:1
- Alkohol : Xylol = 3:1
- Alcohol 100%
- Alkohol 100% Masing-masing 3 menit
- Alkohol 96%
- Alcohol 80%
- Alcohol 70%
- Safranin 1% selama 15 menit (cek di bawah mikroskop).
- Alcohol 70% selama 2x3 menit.
- Alcohol 80%
- Alcohol 96%
- Alcohol 100%
- Alcohol 100%
- Alkohol : xylol = 1:3
- Alkohol ; xylol = 1:1 Masing-masing 3 menit
- Alkohol : xylol = 3:1
- Xylol I
- Xylol II
10. Mounting
11. Labeling
12. Pemeriksaan : Di bawah mikroskop.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan