Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.1. Konsep CVA

1.1.1. Pengertian CVA

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi


otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa
tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008)

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke


suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan
atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak,
kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
biokimia yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf
otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi
yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang berhenti
membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti,
sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya (Nabyl, 2012). WHO (2010) mendefinisikan stroke adalah
manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal
maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab
lain selain gangguan vaskuler.

Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada


bagian otak yang terganggu, gejala kelemahan sampai
kelumpuhan anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo atau
tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan
gangguan rasa (misalnya kebas di salah satu anggota gerak).
Sedangkan stroke yang menyerang cerebellum akan memberikan
gejala pusing berputar (vertigo) (Pinzon dan Laksmi, 2010).

1.2. Etiologi CVA


1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah,
menghentikan aliran darah ke jaringan otak yang disediakan oleh
pembuluh dan menyebabkan kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi
pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur
atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia
serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
setelah trombosis.
2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
Pendapat lain dikemukakan oleh Junaidi, 2006 yang menyatakan
ada beberapa etiologi lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke non
hemorhagik, antara lain :
a. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan
ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam
pembuluh darah. Endapan yang terbentuk menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah sehingga mengganggu
aliran darah.
b. Emboli
Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam
sirkulasi darah. Biasanya benda asing ini berasal dari trombus
yang terlepas dari perlekatannya dalam pembuluh darah
jantung, arteri atau vena.
c. Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya
pembuluh darah, terutama yang menuju otak. Yang mampu
berperan sebagai faktor risiko stroke adalah tuberkulosis,
malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing.
d. Obat-obatan
Ada beberapa obat-obatan yang justru dapat
menyebabkan stroke seperti amfetamin dan kokain dengan jalan
mempersempit lumen pembuluh darah otak.
e. Hipotensi atau hipertensi.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya
menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika
hipotensi ini sangat parah dan menahun. Sedangkan Hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka
timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak
menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel
sel otak akan mengalami kematian.

2.3. Pathofisiologi CVA

Anda mungkin juga menyukai