Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMILIHAN DAN JUMLAH ELEMEN TERHADAP BESARNYA

Pcr KOLOM PROFIL C DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Agus Suprihanto 1 ), Dwi Basuki Wibowo 2 )

Abstract

The accurate prediction of critical load (Pcr ) is important for column design to stand from buckling. Ones of
the methods used to predict Pcr is finite element method (FEM). This research is designed to determine the
effect of the kinds and the number of elements to predict of Pcr using FEM.
Column that made from profile C380x74 which have 1m length. These column are constrained fixed at the
end and the others are free. The kind element used is 1D elements (bar and beam), 2D elements (plate) and
3D element (solid). These elements are provided by commercial FEM software MSC/NASTRAN. The
number of elements being used is 4, 8, 16, 32, 64 and 128 elements.
The result of these research shown that predicted Pcr using 1D element (bar and beam) is not depend on the
number of elements, but for 2D and 3D elements are depend of the number of elements. Compared with
predicted from elastic ideal column, the predicted Pcr for element 1D and 3D are lower but for 2D element
are higher. From the practical design view it is enough to use 1D elements (bar or beam) to predict Pcr using
finite element method.

Keyword: buckling, critical load (Pcr), finite element method.

PENDAHULUAN
Metode elemen hingga (MEH) merupakan salah satu metode numerik yang sangat
banyak digunakan pada bidang rekayasa. Pada awal perkembangannya MEH ini
dikembangkan oleh para insinyur- insinyur teknik sipil. Seperti metode numerik lainnya,
MEH mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan perkembangan teknologi
komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Perkembangan selanjutnya,
MEH tidak hanya digunakan untuk kepentingan analisis struk tur bangunan saja, bahkan
sudah diterapkan pada bidang teknik mesin, elektromagnetik, aliran fluida dll.
Dewasa ini telah banyak dibuat perangkat lunak berbasis MEH baik yang
komersial yang harganya sangat mahal maupun shareware dan freeware yang biasanya
dapat diperoleh secara gratis. Perangkat lunak berbasis MEH komersial yang saat ini
beredar antara lain adalah SAP 2000, MSC/NASTRAN, ALGOR, CAEFEM, ABAQUS,
PATRAN dll. Umumnya perangkat lunak tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas
tertentu yang memudahkan penggunanya. Fasilitas tersebut antara lain perangkat lunak
untuk menggambar model (CAD), data base sifat material, jenis-jenis elemen hingga,
animasi, post processing dll. Kemampuan lainnya adalah disediakannya beragam jenis
analisis seperti analisis linier, non- linier, modus getar, perpindahan panas baik steadi
maupun transien, bukling dll. Berbeda dengan perangkat lunak komersial, perangkat lunak
shareware dan freeware tidak banyak menyediakan hal- hal tersebut. Meskipun demikian
untuk hal-hal sederhana perangkat lunak tersebut masih mampu digunakan.
Salah satu pertimbangan yang digunakan untuk mengetahui aman tidaknya suatu
kolom adalah pertimbangan terhadap besarnya beban kritis yang menyebabkan bukling.
Selain secara analitis, analisis bukling dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak berbasis MEH. Faaktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya adalah
pemilihan jenis elemen dan jumlah elemen yang digunakan. Pemilihan jenis dan jumlah
elemen yang tepat akan mampu mengurangi waktu yang diperlukan untuk komputasinya.

1
) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNDIP
2
) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNDIP

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005


Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis dan jumlah
elemen untuk menghitung beban kritis Pcr yang menyebabkan suatu kolom mengalami
bukling dengan menggunakan perangkat lunak berbasis MEH. Tujuannya adalah hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pengguna perangkat lunak berbasis
MEH dalam memilih jenis dan jumlah elemen yang akan digunakan untuk analisis bukling
sehingga dapat menghemat waktu komputasinya.

TINJAUAN PUSTAKA
Perancangan suatu elemen struktur didasarkan pada pertimbangan kekuatan,
kekakuan dan kestabilan. Pertimbangan kestabilan ini diperlukan karena dalam kenyataan
praktek, suatu elemen struktur yang menerima beban tekan dapat mengalami penekukan
meskipun beban yang bekerja masih dibawah beban maksimum yang diijinkan pada
pertimbangan kekuatan dan kekakuan. Fenomena fisis tersebut dikenal dengan buckling
yang merupakan suatu masalah pertimbangan kestabilan.
Perhatian utama pada penelitian masalah buckling adalah menghitung seberapa
besar beban tekan yang mampu menyebabkannya. Beban tersebut dinamakan dengan beban
kritis yang lazim dinotasikan dengan Pcr. Prediksi yang tepat mengenai besarnya Pcr
tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui kestabilan suatu kolom. Informasi tersebut
dapat digunakan untuk menilai apakah suatu disain elemen struktur atau sistem struktur
aman untuk digunakan.
Modus kegagalan suatu elemen struktur/mesin menjadi 3 golongan utama 7 :
1. Deformasi elastis yang berlebihan
Macam kegagalan ini adalah terjadinya defleksi yang berlebihan pada kondisi
setimbang-statis dan defleksi yang terjadi mendadak (misalnya buckling) yaitu pada
kondisi setimbang-tak stabil. Modus pertama lazimnya disebabkan oleh kekakuan
struktur kurang mencukupi dan modus kedua lazimnya disebabkan oleh gaya tekan
yang bekerja melebihi suatu harga kritis.
2. Deformasi plastis yang berlebihan
Lazimnya suatu elemen mesin/struktur didesain tidak mengakomodasi terjadinya
deformasi plastis, meskipun demikian untuk elemen-elemen tertentu hal tersebut masih
dapat diterima. Deformasi plastis yang berlebihan akan menyebabkan perubahan
bentuk/dimensi yang tetap, hal ini dapat menyebabkan terganggunya fungsional elemen
tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya kinerja sistem secara keseluruhan.
3. Patah (fracture)
Macam kegagalan ini adalah patah getas tiba-tiba (sudden brittle fracture), lelah
(fatigue atau progressive fracture) dan delayed fracture. Patah getas tiba-tiba
disebabkan adanya transisi sifat ulet ke getas (ductile to brittle transition) yang
disebabkan oleh turunnya temperatur, naiknya kecepatan pembebanan dan adanya cacat
pada material. Fatigue lazimnya terjadi pada elemen-elemen yang mengalami beban
berfluktuasi. Modus kegagalan delayed fracture umunya terjadi pada logam yang
terekspose pada temperatur tinggi. Fenomenanya baru dapat diamati setelah melewati
jangka waktu yang lama.
Modus kegagalan pertama dan kedua dapat diprediksikan pada saat proses disain.
Modus kegagalan yang terakhir sangat sulit untuk diprediksikan terjadinya dengan tepat.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang tidak dapat diakomodasikan dalam proses
perhitungan. Faktor- faktor tersebut seperti perubahan kondisi lingkungan, perubahan sifat
material, cacat material dan pengerjaan dll. Pencegahan terhadap terjadinya kegagalan pada
modus pertama dan kedua dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005


analisis kekuatan, kekakuan dan kestabilan. Khusus untuk masalah kestabilan ini, informasi
yang diperlukan adalah besarnya Pcr yang dapat menyebabkan struktur menjadi tidak stabil.
Perhitungan Pcr secara teoritis dapat dilakukan dengan menganggap terdapat suatu
penyimpangan letak titik pusat beban terhadap sumbu konsentrisnya. Penyimpangan ini
akan menyebabkan terdapatnya vektor gaya yang cenderung menyebabkan struktur menjadi
kehilangan kesetimbangannya. Gambar 1 menunjukkan secara skematis pemodelan untuk
bukling13 . Untuk membahas mengenai kesetimbangannya, diasumsikan terdapat suatu
pegas linier yang bekerja pada ujung kolom yang memiliki kekakuan = k/L2 . Selanjutnya
akan dihitung besarnya Pcr dengan menggangap bahwa terdapat putaran batang bagian atas
() yang sangat kecil. Penyusunan persamaan kesetimbangan momen pada tumpuan akan
diperoleh hubungan PcrL + FL = Fs L. Selanjutnya ditinjau kesetimbangan gaya pada pegas
liniernya, diperoleh bahwa Fs = L. Substitusi harga Fs tersebut maka akan diperoleh Pcr =
(L F)/. Dengan melihat bahwa harga F = 0, maka diperoleh Pcr = k/L. Uraian
penentuan Pcr tersebut mengantarkan kepada prediksi besarnya beban tekan yang
menyebabkan suatu kolom mengalami buckling. Pendekatan yang diuraikan tersebut
mendekati perilaku kolom elastis ideal. Pada penelitian ini, pendekatan tersebut akan
digunakan sebagai pembanding dari hasil prediksi dengan menggunakan metode elemen
hingga.

Gambar 1. Batang tekan

Metode elemen hingga merupakan suatu metode pendekatan penyelesaian


pemodelan matematik terhadap suatu fenomena fisis. Pendekatan ini mencoba membagi
struktur yang besar ke dalam elemen-elemen yang berhingga (Klaus J Batha, 1982;
Robert D Cook, 1981; OC Zienkiewicz, 1981). Hal ini dimaksudkan agar pengelolaannya
lebih mudah dilakukan. Penyederhanaan tersebut tergantung pada idialisasi perilaku fisik
struktur pada saat menanggung beban. Sebagai contoh suatu profil baja I, dapat
diidialisasikan sebagai elemen 1, 2 dan 3 dimensi.
Tujuan akhir dari metode ini adalah mengetahui perilaku struktur secara
keseluruhan. Akibat adanya penyederhanaan tersebut, maka akan timbul penyimpangan-
penyimpangan. Secara umum dengan semakin banyak elemen hingga yang digunakan,
akan menghasilkan solusi yang lebih mendekati keadaan sebenarnya (Klaus J Batha, 1982;
Robert D Cook, 1981). Alasan kedua ini mengantarkan pada hipotesa bahwa jumlah
elemen mempengaruhi hasil prediksi Pcr.
Prediksi Pcr dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga.
Pada metode ini, persoalan buckling merupakan suatu analisis nilai eigen dan bentuk
deformasinya merupakan vector eigen (F Bleich, 1952; H et.al Kardestuncer, 1987; . Sp
Timoshenko, JP Gere, 1961). Nilai eigen tersebut diperoleh dengan menyamakan matrik
kekakuan keseluruhan elemen pada struktur (atau lazim disebut dengan matrik kekakuan

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005


global) dengan nol. Matrik kekakuan global ditentukan oleh jenis elemen hingga yang
digunakan. Oleh karena itu dapatlah dihipotesiskan bahwa pemilihan jenis elemen
mempengaruhi prediksi Pcr.
Penyusunan matrik kekakuan elemen diawali dengan menentukan suatu fungsi
bentuk (shape function) dalam koordinat natural yang lazim ditulis sebagai N = N().
Selanjutnya disusun vektor perpindahan sebagai fungsi dari shape function dalam koordinat
natural atau dapat ditulis sebagai u = u (). Langkah berikutnya adalah menyusun
hubungan regangan sebagai fungsi dari perpindahan atau dapat ditulis sebagai = [dN/dx]
u. Matrik [dN/dx] dikenal sebagai matrik hubungan regangan dengan perpindahan elemen
yang lazim dinotasikan dengan huruf B. Dengan telah diketahuinya regangan yang terjadi,
maka dapat dihitung besarnya tegangannya yang dinyatakan sebagai = DBu dimana D
adalah matrik properties material. Dengan menerapkan prinsip energi potensial minimum,

atau menggunakan metode Galerkin, maka akan diperoleh B T DBdV u = f , dimana f
V
menyatakan gaya luar yang bekerja pada titik nodal. Persamaan tersebut identik dengan
persamaan yang menghubungkan gaya dengan defleksi pada pegas yaitu k.u = f, dimana k
menyatakan kekakuan pegas. Dengan demikian, matrik kekakuan elemen dapat dicari
dengan menggunakan persamaan B T DBdV .
V
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini menyediakan jenis elemen yang dapat
dipergunakan untuk analisis buckling yaitu elemen 1 dimensi yaitu bar dan beam, elemen 2
dimensi yaitu plate dan elemen 3 dimensi yaitu solid. Dalam MSC/NASTRAN elemen bar
dan beam digunakan untuk menyebut elemen 1 D yang mampu menahan beban aksial,
momen lentur dan torsi (CS Desai; 1996). Perbedaan yang menonjol pada elemen bar dan
beam pada MSC/NASTRAN adalah pada elemen beam properties dari dimensi batang
tidak harus seragam, misalnya dapat berupa kerucut, atau taper. Dengan memahami definisi
elemen bar pada MSC/NASTRAN, maka dapatlah diketahui matrik kekakuan elemennya.
Untuk element 2 dimensi yang digunakan adalah elemen plate segi empat
quadrilateral dan elemen 3 dimensi yang digunakan adalah solid he xahedral. Kedua elemen
tersebut termasuk dalam golongan elemen isoparametrik (T Chandrupatla, Belegundu AD,
1991; H et.al Kardestuncer, 1987; MSC, 1994). Gambar 2 berikut menunjukkan elemen
yang digunakan dalam penelitian ini berikut dengan koordinat naturalnya.

a. kuadrilateral element (plate) b. hexahedron element (solid)

Gambar 2. Gambar skematis element yang digunakan.

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005


Fungsi bentuk untuk elemen segi empat diatas dapat dituliskan sebagai
Ni =
1
(1 + i )(1 + i ) untuk i = 1, 2, 3, 45, 10
. Dengan fungsi bentuk tersebut, maka
4
1 1
matrik kekakuan elemennya dapat dihitung dengan persamaan k e = t e B T DB det Jdd .
1 1
Dimana t e adalah ketebalan elemen dan J adalah matrik Jacobian.
Fungsi bentuk untuk elemen solid diatas dapat dituliskan sebagai
N i = (1 + i )(1 + i )(1 + i ) untuk i = 1, 2, 3 85, 10 . Dengan fungsi bentuk tersebut,
1
4
maka matrik kekakuan elemennya dapat dihitung dengan persamaan
1 1 1
ke = B DB det J d d d .
T

1 1 1

Pada penggunaan software MSC/NASTRAN, pengguna dapat memulai dengan


menggambar model dengan fasilitas CAD yang telah disediakan. Langkah selanjutnya
adalah menentukan properti dari elemen yang akan digunakan. Selanjutnya model CAD
tersebut diubah menjadi model MEH yaitu dengan menggunakan meshing. Pada tahapan ini
software membangun matrik kekakuan elemen secara otomatis (MSC, 1998). Langkah
berikutnya adalah menentukan kondisi batas dan pembebanan pada model.

METODE PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemilihan jenis
dan jumlah elemen yang digunakan terhadap prediksi Pcr dengan menggunakan metode
elemen hingga. Untuk keperluan ini, peneliti menggunakan perangkat lunak berbasis
metode elemen hingga MSC/NASTRAN. Perangkat lunak ini menyediakan beberapa jenis
elemen yang dapat digunakan untuk keperluan ini. Elemen-elemen tersebut adalah elemen
1 dimensi yaitu bar dan beam, elemen 2 dimensi yaitu plate dan elemen 3 dimensi yaitu
solid.

6 7
7
5 8

4
2 3
4
3 1

3a. Model 2 : bar & beam 3b. Model 2 : plate 3c. Model 2 :solid
n = 8 elemen n = 4 elemen n = 4 elemen

Gambar 3. Model elemen hingga kolom profil C380x74

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005


Model yang dianalisis adalah profil C380x74 yang masing- masing panjangnya 1
m. Profil C380x74 ini merupakan profil baja menurut standar American Institute of Steel
Construction. Model tersebut ditumpu dengan tumpuan jepit disalah satu ujungnya dan di
ujung yang menerima beban tekan dibiarkan bebas. Kolom tersebut terbuat dari baja
dengan E = 200GPa dan = 0,3. Pendekatan analisisnya menggunakan analisa buckling
dengan mengasumsikan dalam keadaan elastis. Pengaruh berat kolom pada penelitian ini
diabaikan. Gambar 3 menunjukkan model elemen hingga yang diteliti.
Untuk tiap-tiap jenis elemen yang digunakan, analisis Pcr dilakukan dengan
memvariasikan jumlah elemennya. Jumlah elemen yang digunakan pada model kolom yang
diteliti adalah 4, 8, 16, 32, 64 dan 128 buah. Hasil prediksi Pcr ini kemudian diplot pada
suatu grafik Pcr versus jumlah elemen. Hasil prediksi tersebut kemudian dibandingkan
dengan hasil prediksi Pcr dengan menggunakan pendekatan kolom elastis ideal yang
diuraikan pada referensi 13.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafik 2. Pcr vs Jumlah Elemen


Model Profil C380x74
6

5
4
Pcr (MN)

Bar/Beam
3
Plate
2 Solid
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Jumlah Elemen

Gambar 4. Grafik Pcr vs jumlah elemen model 1

Hasil prediksi Pcr dengan menggunakan metode elemen hingga untuk model
kolom C380x74 yang panjangnya 1 m ditunjukkan pada gambar 4. Dari grafik tersebut
terlihat bahwa penggunaan elemen bar dan beam menunjukkan hasil prediksi Pcr yang sama
dan tidak terpengaruh oleh jumlah elemen. Hasil prediksi menggunakan elemen solid,
untuk jumlah elemen kurang dari 16 buah menghasilkan Pcr yang lebih tinggi dan untuk
jumlah elemen diatas 16 buah prediksi Pcr sama dengan ele men bar dan beam. Sementara
itu untuk konfigurasi elemen plate, untuk jumlah elemen kurang dari 16 buah, hasil
prediksi Pcr menurun dengan bertambahnya jumlah elemen dan mencapai konstan pada
jumlah elemen lebih dari 16 buah. Untuk penggunaan elemen bar, beam dan solid
menghasilkan prediksi Pcr = 2,6 x 106 N, sedang untuk elemen plate prediksi Pcr = 3,5 x 106
N. Sementara itu pendekatan kolom elastis ideal diperoleh harga Pcr = 2,7 x 106 N.

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005


KESIMPULAN
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa penggunaan elemen 1 dimensi hasil
prediksi Pcr tidak dipengaruhi oleh jumlah elemen dan hasilnya berada dibawah prediksi Pcr
yang diperoleh dari pendekatan kolom elastis ideal. Prediksi Pcr dengan menggunakan
elemen plate dan solid dipengaruhi oleh jumlah elemen yang digunakan. Dengan demikian
untuk memprediksikan Pcr suatu kolom dengan menggunakan metode elemen hingga lebih
efektif apabila menggunakan elemen 1 dimensi dengan jumlah elemen 1 buah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Batha, Klaus J, 1982, Finite Element Procedures In Engine ering Analysis, Prentice
Hall, New Jersey
2. Bleich, F, 1952, Buckling Strength of Metal Structures, McGraw-Hill, New York
3. Callister, 1994, An Introduction Material Sciences and Engineering, John Willy &
Sons
4. Chajes, A, 1974, Principles of Structural Stability, Prentice-Hall
5. Chandrupatla, T; Belegundu AD, 1991, Introduction to Finite Elements in
Engineering, Prentice-Hall International Inc. New Jersey
6. Cook, Robert D, 1981, Concepts and Applications of Finite Element Analysis, John
Wiley & Sons
7. Dieter, GE, 1998, Physical Metallurgi, Mc Graw-Hill, New York
8. De Garmo EP, Black JT, Kohser A, 1997, Material and Proceses in Manufacturing,
Prentice Hall
9. Desai, CS; 1996, Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga Penerbit Erlangga, Jakarta
diterjemahkan oleh Wirjosoedirdjo, Sri Jatna
10. Kardestuncer, H et.al, 1987, Finite Element Handbook, Mc Graw-Hill, inc
11. MSC, 1994, MSC/NASTRAN for Reference Manual, The Mac Neal-Schwendler
Corporation
12. MSC, 1998, MSC/NASTRAN for windows : Analysis Example Manual.
13. Popov, Egor P; 1968, Introduction to Mechanics of Solid, Prentice Hall,
14. Timoshenko, Sp; Gere, JP, 1961, Theory of Elastic Stability, McGraw-Hill, New
York
15. Weaver Jr, W; Johston, Paul R, Finite Element for Structural Analysis, Prentice-
Hall Inc, New Jersey
16. Zienkiewicz, OC, 1981, The Finite Element Method, Tata Mc Graw-Hill, New
Delhi

48 Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai